Anda di halaman 1dari 2

TATALAKSANA

TINEA CAPITIS

Tinea Capitis dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:


1. Gray patch
Paling sering disebabkan oleh M. audonii dan M.Ferrugieum. Gejala klinis berupa papul melebar
disertai bercak bersisik, rambut bewarnaabu-abu, tidak mengkilat dan mudah patah. Pada
pemeriksaan lampu wood menghasilkan pandaran kuning kehijauan.
2. Black dot
Sering disebabkan oleh T. tonsurans, T. violaseum. Black dot memiliki gejala klinis tampak
bintik hitam dikepala akibat rambut yang patah tepat dimuara.
3. Kerion
Sering disebabkan oleh M. canis, M. gypseum, T.mentagrophytes, T. violaceum. Kerion memiliki
gejala klinis seperti gatal, nyeri, dapat disertai demam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
pembengkakan seperti sarang lebah, pustular folukulitis, kemerahan dan dapat meninggalkan
bekas jaringan parut dan alopesia.
4. Favus
Sering disebabkan oleh T. schoenleinii. Favus memiliki gambaran mangkuk merah kekuningan
yang berkembang menjadi kuning kecoklatan (skutula) dimana saat krusta diangkat dasarnya
cekung dan mengeluarkan bau seperti tikus (mousy odor)

TATALAKSANANYA
Selama ini pengobatan standar untuk tinea kapitis di Amerika Serikat adalah griseofulvin,
sedangkan golongan triazol dan alilamin menunjukkan keamanan, efikasi dan manfaat lebih karena
penggunaannya yang memerlukan waktu singkat, namun semenjak tahun 2007, terbinafin juga
direkomendasi untuk pengobatan tinea kapitis pada anak berusia diatas 4 tahun, khususnya yang
disebabkan oleh T. tonsurans.Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat diberikan
dengan dosis 0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kg berat
badan. Diberikan 1-2 kali sehari, lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit,
dan keadaan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis pengobatan dilanjutkan hingga 2 minggu. Untuk
mempercepat waktu penyembuhan, kadang-kadang diperlukan.
Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia,
dizziness dan insomnia. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus digestivus ialah nausea,
vomitus, dan diare. Obat tersebut juga bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar. Obat per
oral, yang juga efektif untuk derma tofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat fungi statik.
Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg/
hari selama 10 hari-2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontra indikasi
untuk penderita kelainan hepar. Sebagai pengganti ketokonazol yang mem punyai sifat hepatotoksik
terutama bila diberikan lebih dari sepuluh hari, dapat diberikan suatu obat triazol yaitu itrakonazol yang
merupakan pemilihan yang baik.
Pemberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput lendir oleh penyaki jamur biasanya
cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam kapsul selama 3 hari. Khusus untuk onikomikosis dikenal sebagai
dosis denyut selama 3 bulan. Cara pemberiannya sebagai berikut, diberikan 3 tahap dengan interval 1
bulan. Setiap tahap
selama 1 minggu dengan dosis 2 x 200 mg sehari dalam kapsul. Hasil pemberian itrakonazol dosis denyut
untuk onikomikosis hampir sama dengan pemberian terbinafin 250 mg sehari selama 3 bulan. Kelebihan
itrakonazol terhadap terbinafin adalah
efektif terhadap onikomikosis.

Anda mungkin juga menyukai