Di Susun Oleh :
Nama : Al Hilal Hamdi Rambe
Nim: 1203311047
Mata Kuliah: Pembelajaran Bahsa Dan Sastra Indonesia SD
Dosen Pengampu : Masta Marselina Sembiring S.pd M.pd
Namun, pada kenyataannya pendidikan yang berada di wilayah Medan baik kota
maupun kabupaten masih ditemukan beberapa masalah salah satunya ialah berkaitan dengan
keterampilan berbicara siswa kelas III MI/SD. Masalah keterampilan berbicara yang dialami
siswa kelas III MI/SD sebagian besar adalah ketika siswa melatih keterampilan berbicaranya
di depan kelas mereka merasa malu dan tidak percaya diri. Kurangnya rasa percaya diri dan
keberanian siswa ini menyebabkan siswa menjadi kurang fokus terhadap apa yang
diungkapkannya. Selain itu, minimnya penguasaan aspek keterampilan berbicara juga
menyebabkan siswa menjadi kurang terampil dalam mengemukakan pendapatnya kepada
orang lain dan guru yang belum optimal dalam mengajarkan keterampilan berbicara siswa
serta penggunaan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional menyebabkan siswa
cenderung pasif.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek
yang alamiah dan teknik pengumpulan data dapat dilakukan secara triangulasi (gabungan)
dan analisis data bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif artinya dalam
penulisannya data yang dihimpun berbentuk katakata atau gambar daripada angka. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran yang bersifat faktual mengenai
fakta permasalahan yang diselidiki.60 Dengan demikian metode deskriptif dalam penelitian
ini diarahkan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang terdapat pada
keterampilan berbicara siswa kelas III MI/SD di wilayah Medan. Adapun proses utama yang
dilakukan peneliti ialah mengumpulkan data mengenai problematika keterampilan berbicara
siswa kelas III dengan teknik studi pustaka. Studi pustaka atau kepustakaan adalah kegiatan
penelitian yang menggunakan metode penelitian berupa pengumpulan data yang berasal dari
buku, jurnal, dokumen dan lain sebagainya, kemudian membaca, mencatat, dan
menghubungan informasi yang relevan dengan penelitian. Penelitian studi pustaka juga
merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan secara objektif dan menggunakan berbagai
macam literatur sebagai sumber datanya serta pengumpulan datanya dengan cara kajian
kepustakaan.
Penerapan proses belajar mengajar keterampilan berbicara tentunya tidak terlepas dari suatu
problematika yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa. Salah satu yang menjadi
problematika saat ini dalam dunia pendidikan sering dijumpai dalam tataran praksis
pembelajaran terkait dengan keterampilan berbicara siswa kelas III MI/SD. Permasalahan
tersebut ditemukan dari beberapa jurnal penelitian terkait dengan keterampilan berbicara di
beberapa sekolah yang berada di wilayah Medan baik kota maupun kabupaten yang berada di
Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil analisis dinyatakan bahwa keterampilan
berbicara siswa kelas III MI/SD di wilayah tersebut berada pada tingkat yang rendah. Sesuai
dengan berbagai sumber yang menyatakan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan
rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara di wilayah Medan yaitu faktor internal
dan eksternal. Adapun problematika keterampilan berbicara siswa kelas III MI/SD yang
ditemukan di wilayah Medan baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera
Utara khususnya di SDN 060878 adalah sebagai berikut.
Infomasi Informan
Usia : 9 tahun
Kelas : 4 SD
Dengan demikian media dapat membantu tugas guru dan siswa untuk mencapai
kompetensi dasar yang telat ditetapkan. Penggunaan model pembelajaran juga tidak jauh
kalah penting, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancanf
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar. Berdasarkan permasalahanpermasalahan di atas penyebab rendahnya keterampilan
menyimak siswa adalah guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai serta
belum memanfaatkan media pembelajaran dalam menyampaikan cerita. Akibatnya
pembelajaran kurang menarik dan menjadi monoton, siswapun menjadi kurang antusias
dalam pembelajaran menyimak cerita. Pada permasalahan tersebut harus segera diatasi
dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan media pembelajaran yang
menarik agar tercipta kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Ervin, dkk
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Model pembelajaran
Think Pair Share yaitu suatu model pembelajaran Kooperatif yang memberi siswa waktu
untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Model pembelajaran Think
Pair Share sesuai apabila diterapkan dalam menyimak cerita, karena penerapan model ini
dapat membantu siswa dalam mengingat isi cerita yang disimaknya, sehingga siswa lebih
mudah dalam memahami cerita.
Problematika keterampilan berbicara salah satu siswa kelas III ditemukan di salah
satu sekolah yang berada di Kota Medan,yaitu SD 060878. Keterampilan berbicara di sekolah
tersebut berada pada tingkat yang rendah. masalah tersebut yaitu dalam proses pembelajaran
ketika siswa diminta untuk menyampaikan gagasannya atau hasil pekerjaannya di depan
kelas, sebagian besar siswa masih tersendat sendat dalam mengucapkan kalimat atau isi
pokok pembicaraan yang hendak disampaikan sehingga tidak terdengar dengan jelas apa
yang sebenarnya sedang diucapkan oleh siswa. Kemudian, banyak siswa yang tidak
memperhatikan temannya yang sedang berbicara di depan kelas karena volume suara siswa
tersebut masih sangat rendah sehingga tidak terdengar oleh seluruh siswa terutama siswa
yang duduk di barisan belakang kelas. Selain itu, isi pembicaraan siswa pun belum dapat
disimak dengan baik karena ketidakjelasan pelafalan siswa.
Masalah berikutnya adalah faktor kebahasaan saat siswa berbicara di depan kelas.
Faktor kebahasaan yang masih harus diperbaiki antara lain kejelasan ucapan. Saat siswa
berbicara di depan kelas kejelasan kata ataupun kalimat yang diucapkannya masih kurang
jelas, seperti kurang keras, mimiknya kurang tepat karena tidak membuka mulutnya, dan
sebagainya. Kejelasan ucapan yang masih kurang jelas membuat pendengar kurang
memahami pesan ataupun cerita yang diungkapkan oleh pembicara. Selain itu, intonasi
suaranya pun tidak beraturan. Siswa berbicara di depan kelas menggunakan intonasi yang
datar. Siswa tidak memilah kata atau kalimat mana yang diucapkan menggunakan intonasi
tinggi dan kalimat mana yang menggunakan intonasi rendah. Intonasi suara yang kurang
beraturan ini membuat pendengar bosan dengan pesan atau cerita yang diungkapkan oleh
pembicara. Masalah selanjutnya yang dihadapi siswa adalah sikap dan bahasa tubuh saat
berbicara di depan kelas. Sikap siswa saat berbicara di depan kelas masih kurang, karena
masih banyak siswa saat berbicara tidak melihat audiens di depannya. Masih banyak siswa
yang menundukkan kepalanya saat berbicara di depan kelas. Seharusnya sikap yang baik saat
berbicara adalah melihat audiens dan menggunakan bahasa tubuh yang baik,seperti badan
tegak, pandangan mata menyeluruh ke audiens, tangan dan gerakan badan menyesuaikan
dengan topik yang akan dibicarakannya
Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada anak yang
mengalami kesulitan belajar membaca dan menulis. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
Melihat adanya problematika yang terjadi pada keterampilan berbicara tersebut, maka
diperlukan upaya-upaya dalam mengatasinya. Adapun upaya dalam mengatasi problematika
keterampilan berbicara di kelas III adalah sebagai berikut:
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
b. Dapat mengatasi kurangnya rasa percaya diri dan keberanian peserta didik dalam
berbicara yaitu dengan cara melakukan pelatihan berbicara di kelas dan memberi
pengetahuan tentang aspek-aspek keterampilan berbicara yaitu lafal, kosa kata, struktur
kalimat, kelancaran, isi pembicaraan, gerak-gerik tubuh dan pemahaman, karena apabila
siswa hanya ditekankan untuk menguasai tentang bahasa, maka akan sulit bagi mereka dalam
menerapkannya. Kurangnya rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara ini dapat
disebabkan oleh minimnya pemahaman mereka tentang aspek berbahasa dan kurangnya
pelatihan berbicara di kelas sehingga mereka merasa kesulitan dalam menyampaikan
pendapatnya. Oleh karena itu, guru harus mengarahkan peserta didik untuk pandai berbicara
bukan hanya sekedar mempelajari teori tentang berbahasa. Dengan adanya pelatihan, maka
siswa akan terbiasa berbicara di depan umum dengan penuh keberanian dan rasa percaya diri.
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah sebagai berikut:
b. Menyediakan fasilitas yang cukup lengkap untuk membantu para guru dan peserta didik
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
d. Memberikan sosialisasi pengetahuan kepada guru tentang metodemetode yang tepat dalam
mengembangan keterampilan berbicara siswa. Dari pernyataan di atas, maka dapat diketahui
bahwa hal ini menjadi tanggung jawab para pendidik untuk segera mengatasi problematika
keterampilan berbicara siswa. Guru yang dikatakan telah berhasil mengajar apabila ia telah
membantu peserta didik untuk memperoleh keberhasilan dan perubahan lebih baik di dalam
dirinya. Oleh karena itu, banyaknya faktor yang menyebabkan problematika keterampilan
berbicara siswa kelas III menuntut guru untuk lebih dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di dalam kelas. Guru perlu merancang kembali pembelajaran yang lebih
menarik dan dapat meningkatkan minat dan semangat siswa dalam belajar. Selain itu, guru
harus lebih banyak memberikan pelatihan berbicara siswa ketika di dalam kelas, misalnya
dengan memberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya terhadap suatu hal, bertanya,
dan lebih sering diperintahkan untuk berbicara di depan kelas. Hal ini akan melatih mental
siswa sehingga siswa menjadi terbiasa dan berhasil memiliki keterampilan berbicara yang
baik.
PENUTUP
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi problematika keterampilan berbicara terdiri
dari upaya yang dilakukan siswa, guru, dan sekolah. Upaya yang dilakukan siswa yaitu
dengan cara berusaha membiasakan diri untuk bercakap sesame teman dan aktif dalam
mengemukakan pendapat atau sekedar mengajukan pertanyaan kepada guru dalam
pembelajaran. kemudian, upaya yang dilakukan guru yaitu menumbuhkan motivasi siswa,
mengatasi kurangnya percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara dengan cara sering
melakukan pelatihan dan menerapkan pembelajaran berbasis student centered learning.
Adapun upaya yang dilakukan sekolah yaitu berusaha menyediakan lingkungan berbahasa
yang tepat, menyediakan fasilitas yang cukup lengkap, menyediakan media untuk menunjang
terjadinya proses pembelajaran, dan memberikan sosialisasi pengetahuan kepada guru tentang
metode yang tepat dalam mengembangkan keterampilan berbicara siswa.
REFERENSI
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belaja. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. 2010. Bandung: Syaamil Qur’an. Aunurrahman. 2014.
Belajar dan Pembelajran. Bandung: Alfabeta.
Barbara, dkk. 2000. Effective Schools and Accomplished Teachers: Lessons about Primary-
Grade Reading Instruction in Low-Income Schools, The Elementary School Journal,
Vol. 101, No. 2.
Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Cet. ll; Jakarta: Rajawali Pers. Dalman. 2014.
Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Pers.
Dian Indramayana. 2015. Minat Baca Siswa di SD Negeri 6 Batu Kecamatan Maiwa
Kabupaten Enrekang, Skripsi, Jurusan Ilmu Perpustakaan Pada Fakultas Adab dan
Humaniora, UIN Alauddin,