Anda di halaman 1dari 13

PROBLEMATIKA KETERAMPILAN MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA

DAN MENULIS PADA SISWA KELAS III SDN 060878

Di Susun Oleh :
Nama : Al Hilal Hamdi Rambe
Nim: 1203311047
Mata Kuliah: Pembelajaran Bahsa Dan Sastra Indonesia SD
Dosen Pengampu : Masta Marselina Sembiring S.pd M.pd

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2022
PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pesan, dan


informasi yang ada di dalam pikiran baik melalui lisan ataupun tulisan kepada orang lain.
Bahasa juga memiliki peran sentral demi terciptanya masyarakat yang santun dan beradab.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan meningkatkan empat keterampilan
berbahasa. Keterampilan dasar berbahasa tersebut mencakup keterampilan mendengarkan
(menyimak), keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Terampil berbahasa akan meningkatkan kepercayaan diri untuk berbicara di hadapan orang
lain. Keterampilan berbahasa saling berkaitan satu sama lain dan tidak bisa berdiri sendiri.
Keterampilan tersebut juga hanya dapat dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang
berkelanjutan. Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting adalah keterampilan
berbicara. keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang harus ada pada diri setiap
manusia dengan tidak mengabaikan keterampilan-keterampilan lainnya seperti menyimak,
membaca, dan menulis karena pada hakikatnya keterampilan berbicara sangat diperlukan
sebagai penunjang terjadinya proses komunikasi antar sesama dan dengan adanya
keterampilan berbicara seseorang dapat berkomunikasi dengan baik kepada siapapun. Proses
pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola interaksi antara peserta didik dengan
pendidik. Seseorang dikatakan belajar apabila dapat mengetahui sesuatu yang belum
diketahui sebelumnya. Sebagai seorang pendidik guru bertanggung jawab atas pembinaan
keterampilan berbicara pada siswa. Keterampilan berbicara sangat penting dimiliki oleh
peserta didik karena keterampilan berbicara akan mampu menghasilkan generasi masa depan
yang kritis karena memiliki kemampuan untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaannya
kepada orang lain dengan runtut dan sistematis.

Namun, pada kenyataannya pendidikan yang berada di wilayah Medan baik kota
maupun kabupaten masih ditemukan beberapa masalah salah satunya ialah berkaitan dengan
keterampilan berbicara siswa kelas III MI/SD. Masalah keterampilan berbicara yang dialami
siswa kelas III MI/SD sebagian besar adalah ketika siswa melatih keterampilan berbicaranya
di depan kelas mereka merasa malu dan tidak percaya diri. Kurangnya rasa percaya diri dan
keberanian siswa ini menyebabkan siswa menjadi kurang fokus terhadap apa yang
diungkapkannya. Selain itu, minimnya penguasaan aspek keterampilan berbicara juga
menyebabkan siswa menjadi kurang terampil dalam mengemukakan pendapatnya kepada
orang lain dan guru yang belum optimal dalam mengajarkan keterampilan berbicara siswa
serta penggunaan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional menyebabkan siswa
cenderung pasif.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek
yang alamiah dan teknik pengumpulan data dapat dilakukan secara triangulasi (gabungan)
dan analisis data bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif artinya dalam
penulisannya data yang dihimpun berbentuk katakata atau gambar daripada angka. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran yang bersifat faktual mengenai
fakta permasalahan yang diselidiki.60 Dengan demikian metode deskriptif dalam penelitian
ini diarahkan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang terdapat pada
keterampilan berbicara siswa kelas III MI/SD di wilayah Medan. Adapun proses utama yang
dilakukan peneliti ialah mengumpulkan data mengenai problematika keterampilan berbicara
siswa kelas III dengan teknik studi pustaka. Studi pustaka atau kepustakaan adalah kegiatan
penelitian yang menggunakan metode penelitian berupa pengumpulan data yang berasal dari
buku, jurnal, dokumen dan lain sebagainya, kemudian membaca, mencatat, dan
menghubungan informasi yang relevan dengan penelitian. Penelitian studi pustaka juga
merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan secara objektif dan menggunakan berbagai
macam literatur sebagai sumber datanya serta pengumpulan datanya dengan cara kajian
kepustakaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan proses belajar mengajar keterampilan berbicara tentunya tidak terlepas dari suatu
problematika yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa. Salah satu yang menjadi
problematika saat ini dalam dunia pendidikan sering dijumpai dalam tataran praksis
pembelajaran terkait dengan keterampilan berbicara siswa kelas III MI/SD. Permasalahan
tersebut ditemukan dari beberapa jurnal penelitian terkait dengan keterampilan berbicara di
beberapa sekolah yang berada di wilayah Medan baik kota maupun kabupaten yang berada di
Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil analisis dinyatakan bahwa keterampilan
berbicara siswa kelas III MI/SD di wilayah tersebut berada pada tingkat yang rendah. Sesuai
dengan berbagai sumber yang menyatakan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan
rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara di wilayah Medan yaitu faktor internal
dan eksternal. Adapun problematika keterampilan berbicara siswa kelas III MI/SD yang
ditemukan di wilayah Medan baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera
Utara khususnya di SDN 060878 adalah sebagai berikut.

Infomasi Informan

Nama : Ailin Rahmawani

Usia : 9 tahun

Kelas : 4 SD

Jenis Kelamin : Perempuan

1. Problematika Keterampilan Menyimak Informan

Mengingat menyimak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, perlu


diusahakan supaya kegiatan menyimak dapat efektif sehingga siswa memperoleh hasil yang
maksimal. Penulis menanyai perihal kemampuan menyimak siswa kelas III Sekolah Dasar
Negeri 060878 tersebut yang menemukan fakta bahwa kenyataannya, kondisi pembelajaran
menyimak masih mengalami beberapa permasalahan. Saat pembelajaran berlangsung di kelas
tersebut terdapat berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menyimak cerita.
Permasalahan tersebut antara lain siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dan siswa kurang berkonsentrasi saat menyimak cerita yang disampaikan oleh
guru dan lebih senang bermain dengan temannya. Mereka beranggapan bahwa semua orang
yang normal pasti dapat menyimak dengan baik tanpa harus melalui proses pembelajaran.
Siswa menganggap bahwa keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang paling
mudah dibandingkan keterampilan bahasa yang lain. Selain dari siswa, guru di kelas tersebut
masih mendominasi proses pembelajaran sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru.
Permasalahan ini yaitu mengenai proses pembelajaran yang konvensial. Dimana, yang dapat
menghambat siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif karena guru mendominasi sebagian
besar aktivitas proses belajarmengajar dan penilaian serta siswa cenderung pasif. Siswa lebih
berposisi sebagai objek daripada sebagai subjek sehingga pembelajaran menggantungkan
sepenuhnya pada inisiatif guru yang dianggap sebagai sumber belajar. Pendekatan dan
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru didominasi oleh metode ceramah dan
pemberian tugas . Permasalahan pendekatan dan metode dalam pembelajaran keterampilan
menyimak dapat ditanggulangi dengan cara memilih pendekatan dan metode yang cocok
untuk pembelajaran menyimak dan disenangi siswa. Guru belum menggunakan media
pembelajaran sehingga siswa kurang berminat terhadap materi pembelajaran dan juga guru
belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan tepat sehingga siswa mudah
merasa jenuh terhadap kegiatan pembelajaran yang monoton. Pemanfaatan media yang
relevan di dalam kelas dapat mengoptimalkan proses pembelajaran. Bagi guru, media
pembelajaran membantu mengkonkritkan konsep atau gagasan dan membantu memotivasi
peserta belajar aktif. Bagi siswa, media dapat menjadi jembatan untuk berpikir kritis dan
berbuat.

Dengan demikian media dapat membantu tugas guru dan siswa untuk mencapai
kompetensi dasar yang telat ditetapkan. Penggunaan model pembelajaran juga tidak jauh
kalah penting, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancanf
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar. Berdasarkan permasalahanpermasalahan di atas penyebab rendahnya keterampilan
menyimak siswa adalah guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai serta
belum memanfaatkan media pembelajaran dalam menyampaikan cerita. Akibatnya
pembelajaran kurang menarik dan menjadi monoton, siswapun menjadi kurang antusias
dalam pembelajaran menyimak cerita. Pada permasalahan tersebut harus segera diatasi
dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan media pembelajaran yang
menarik agar tercipta kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Ervin, dkk
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Model pembelajaran
Think Pair Share yaitu suatu model pembelajaran Kooperatif yang memberi siswa waktu
untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Model pembelajaran Think
Pair Share sesuai apabila diterapkan dalam menyimak cerita, karena penerapan model ini
dapat membantu siswa dalam mengingat isi cerita yang disimaknya, sehingga siswa lebih
mudah dalam memahami cerita.

2. Problematika Keterampilan Berbicara Informan

Problematika keterampilan berbicara salah satu siswa kelas III ditemukan di salah
satu sekolah yang berada di Kota Medan,yaitu SD 060878. Keterampilan berbicara di sekolah
tersebut berada pada tingkat yang rendah. masalah tersebut yaitu dalam proses pembelajaran
ketika siswa diminta untuk menyampaikan gagasannya atau hasil pekerjaannya di depan
kelas, sebagian besar siswa masih tersendat sendat dalam mengucapkan kalimat atau isi
pokok pembicaraan yang hendak disampaikan sehingga tidak terdengar dengan jelas apa
yang sebenarnya sedang diucapkan oleh siswa. Kemudian, banyak siswa yang tidak
memperhatikan temannya yang sedang berbicara di depan kelas karena volume suara siswa
tersebut masih sangat rendah sehingga tidak terdengar oleh seluruh siswa terutama siswa
yang duduk di barisan belakang kelas. Selain itu, isi pembicaraan siswa pun belum dapat
disimak dengan baik karena ketidakjelasan pelafalan siswa.

Masalah berikutnya adalah faktor kebahasaan saat siswa berbicara di depan kelas.
Faktor kebahasaan yang masih harus diperbaiki antara lain kejelasan ucapan. Saat siswa
berbicara di depan kelas kejelasan kata ataupun kalimat yang diucapkannya masih kurang
jelas, seperti kurang keras, mimiknya kurang tepat karena tidak membuka mulutnya, dan
sebagainya. Kejelasan ucapan yang masih kurang jelas membuat pendengar kurang
memahami pesan ataupun cerita yang diungkapkan oleh pembicara. Selain itu, intonasi
suaranya pun tidak beraturan. Siswa berbicara di depan kelas menggunakan intonasi yang
datar. Siswa tidak memilah kata atau kalimat mana yang diucapkan menggunakan intonasi
tinggi dan kalimat mana yang menggunakan intonasi rendah. Intonasi suara yang kurang
beraturan ini membuat pendengar bosan dengan pesan atau cerita yang diungkapkan oleh
pembicara. Masalah selanjutnya yang dihadapi siswa adalah sikap dan bahasa tubuh saat
berbicara di depan kelas. Sikap siswa saat berbicara di depan kelas masih kurang, karena
masih banyak siswa saat berbicara tidak melihat audiens di depannya. Masih banyak siswa
yang menundukkan kepalanya saat berbicara di depan kelas. Seharusnya sikap yang baik saat
berbicara adalah melihat audiens dan menggunakan bahasa tubuh yang baik,seperti badan
tegak, pandangan mata menyeluruh ke audiens, tangan dan gerakan badan menyesuaikan
dengan topik yang akan dibicarakannya

3. Problematika Keterampilan Membaca dan Menulis Informan

Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumentasi, Terdapat beberapa faktor


rendahnya kemampuan membaca dan menulis siswa yaitu kurang motivasi dari diri sendiri,
untuk mengikuti pembelajaran, anak seringkali kurang motivasi dalam belajar, kurang
memperhatikan apa yang guru jelaskan, sering tidak fokus dalam belajar dan bahkan anak
malas untuk membut tugas yang diberikan guru. Hal ini sesuai dengan teori Farida Rahim
dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis siswa adalah faktor internal yang berasal
dari dalam diri individu. Faktor internal ini meliputi adanya kecenderungan malas dalam
membaca dan menulis. Malas hamper menjadi masalah bagi kebanyakan orang untuk
membaca dan menulis. Malas bisa diakibatkan oleh minat dan motivasi yang rendah dalam
diri seseorang. Selain minat dan motivasi yang rendah, kecenderungan orang tidak memiliki
gairah dalam membaca dan menulis. Jika hal ini sudah melekat dalam diri seseorang, maka
rasa malas akan semakin kuat. Dari hasil penelitian juga terdapat faktor kurang minat belajar
membaca dan menulis. Minat anak untuk mengikuti pembelajaran membaca dan menulis
sangat kurang. Ketika guru menjelaskan kadang tidak memperhatikan dan bahkan jika guru
mengajak belajar di perpustakaan anak sering kali menghilang dengan alasan ke toilet. Minat
terhadap bacaan tertentu merupakan adanya dorongan yang kuat, atau dorongan yang timbul
dari dirinya, bahkan dapat dikatakan dorongan motivasi yang tinggi dari dirinya sendiri,
walaupun pada hakikatnya tidak terlepas juga dorongan dari faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya minat membaca seseorang. Tingginya minat membaca juga dapat
dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat langsung dan tidak langsung. Faktor yang bersifat
langsung diantaranya adalah faktor dari orang tua (keluarga), guru atau pendidik, pengelolah
perpustakaan dan masyarakat sekitar (lingkungannya). Kemudian faktor yang yang bersifat
tidak langsung seperti halnya sumber bacaan (penyedia), pemerintah dan swasta yang
berminat dan peduli terhadap dunia pendidikan. Selain itu juga faktor dari keluarga yang
menyebabkan kurangnya kemampuan membaca dan menulis anak, diantaranya adalah kurang
dukungan dari orang tua. Kurang dukungan dari orangtua maksudnya adalah orangtua selalu
menuntut anaknya dapat lancar membaca dan menulis dan anaknya tidak boleh diberikan
hukuman. Selain itu juga jarang orangtua membimbing anak untuk mengulang kembali
pembelajaran di rumah dan menajarkan baca tulis. Rendahnya minat baca di kalangan siswa
dapat disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak mendukung, terutama dari orangtua siswa
yang mayoritasnya jauh sehingga tidak mungkin mencontohkan kegemaran membaca kepada
anak-anak mereka, disertai kurangnya perhatian dan pengawasan orangtua mereka terhadap
kegiatannya. Hal ini dapat dikaitkan pula dengan konsep pendidikan yang diterapkan dan
dipahami orangtua yang sudah diatur dalam undang-undang bahwa pendidikan adalah
tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah, dan masyarakat. Sebelum anak belajar
membaca, terlebih dahulu ia harus mempersiapkan diri dengan beberapa arahan yang
memudahkannya dalam belajar membaca. Mempersiapkan anak membaca adalah tanggung
jawab keluarga dan sekolah, namun dalam hal ini sekolah merupakan penanggung jawab
utama, sementara keluarga merupakan tempat pembentukan pengalaman anak. Pengalaman
adalah faktor utama yang menjadikan anak dapat memahami apa yang dilihat, didengar, dan
dirasakan olehnya. Lingkungan keluarga dan sekitar yang kurang mendukung kebiasaan
membaca dapat menyebabkan rendahnya minat membaca pada anak. Kesibukan orang tua
dalam berbagai kegiatan berdampak pada minimnya waktu luang bahkan hampir tidak ada
waktu untuk melakukan kegiatan membaca. Anak yang setiap harinya jarang melihat
keluarganya melakukan kegiatan membaca secara umum juga kurang memiliki kegemaran
membaca. Demikian juga lingkungan sekitar seperti masyarakat yang kurang mendukung
kebiasaan membaca juga akan mempengaruhi rendahnya minat membaca siswa.

Sebagai upaya menumbuhkembangkan suatu keterampilan, pembelajaran membaca


akan lebih efektif apabila didukung oleh faktor-faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri maupun dari luar siswa. Faktor dari dalam diri siswa yang dapat mendorong siwa aktif
membaca adalah tumbuhnya motivasi. Ini dapat dibangkitkan dengan cara pemberian minat
dan motivasi siswa. Guru sangat bertanggung jawab untuk mendekatkan anak-anak pada
sastra, karena itu sekolah harus mempunyai program promosi perpustakaan yang baik dan
teratur selain mempunyai koleksi buku yang bervariasi, bermutu dan memadai. Pengaturan
dan letak perpustakaan yang mudah dicapai dan menyenangkan tentu saja berpengaruh untuk
menarik minat anak mengunjungi perpustakaan.

Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada anak yang
mengalami kesulitan belajar membaca dan menulis. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :

1. Kurang mengenali huruf Ketidakmampuan anak dalam mengenal huruf-huruf


alfabetis seringkali dijumpai oleh guru yang sulit membedakan huruf besar / kapital
dan huruf kecil.
2. Membaca kata demi kata Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah
membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya.
3. Miskin pelafalan Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai
bunyi-bunyi bahasa (fonem).
4. Penghilangan Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata
atau frasa dari teks yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak
mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata.
5. Pengulangan Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca
disebabakan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau
rendah keterampilannya.
6. Pembalikan Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan
orientasi dari kanan ke kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat
terjadi dalam membunyikan huruf-huruf, misal huruf b dibaca d, huruf p dibaca g.
Kesulitan ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki kecenderungan
menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan menulis.
7. Penyisipan Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang
dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak menambah
kata seorang dalam kalimat “anak sedang bermain”.
8. Penggantian Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan
ketidakmampuan anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata tersebut.
Misalnya, karena anak tidak bisa membaca kata mengunyah maka dia menggantinya
dengan kata makan.
9. Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala Kebiasaan anak
menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan menggerakan kepala sewaktu
membaca dapat menghambat perkembangan anak dalam membaca.
10. Kesulitan konsonan Kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf
yang melambangkan konsonan tersebut.

Interpretasi Hasil Analisis dan Solusi

Keterampilan berbicara merupakan kemampuan seseorang dalam menyampaikan


suatu gagasan atau pendapat dan perasaannya kepada orang lain dengan baik dan benar.
Keterampilan berbicara ini menjadi salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk
dimiliki oleh peserta didik khususnya kelas III MI/SD karena dengan adanya keterampilan
berbicara, maka peserta didik akan menjadi generasi masa depan yang kritis karena memiliki
kemampuan untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain dengan
runtut dan sistematis. Penerapan keterampilan berbicara untuk peserta didik jenjang sekolah
dasar dijadikan sebagai pondasi agar mereka dapat memiliki kelancaran, keluwesan, dan
kelancaran dalam menyampaikan gagasan yang dapat melahirkan rasa percaya diri siswa
ketika berbicara.

Melihat adanya problematika yang terjadi pada keterampilan berbicara tersebut, maka
diperlukan upaya-upaya dalam mengatasinya. Adapun upaya dalam mengatasi problematika
keterampilan berbicara di kelas III adalah sebagai berikut:

1. Upaya yang dilakukan Peserta Didik


Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Selalu berusaha membiasakan diri untuk tampil berani dan penuh percaya diri
pada saat berbicara di depan kelas.
b. Selalu aktif mengikuti pembelajaran di kelas, baik mengungkapkan pendapat atau
sekedar mengajukan pertanyaan.
c. Selalu menyempatkan diri untuk terus berlatih berbicara dalam menggunakan
kalimat yang runtut, kosa kata yang bervariasi, dan intonasi yang tepat.
2. Upaya yang dilakukan Guru

Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:

a. Dapat menumbuhkan motivasi peserta didik yaitu dengan cara:


1) Menjelaskan kepada peserta didik tentang pentingnya keterampilan berbicara baik di
sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
2) Mendorong siswa agar tidak mengganggap keterampilan berbicara sebagai beban.
3) Guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

b. Dapat mengatasi kurangnya rasa percaya diri dan keberanian peserta didik dalam
berbicara yaitu dengan cara melakukan pelatihan berbicara di kelas dan memberi
pengetahuan tentang aspek-aspek keterampilan berbicara yaitu lafal, kosa kata, struktur
kalimat, kelancaran, isi pembicaraan, gerak-gerik tubuh dan pemahaman, karena apabila
siswa hanya ditekankan untuk menguasai tentang bahasa, maka akan sulit bagi mereka dalam
menerapkannya. Kurangnya rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara ini dapat
disebabkan oleh minimnya pemahaman mereka tentang aspek berbahasa dan kurangnya
pelatihan berbicara di kelas sehingga mereka merasa kesulitan dalam menyampaikan
pendapatnya. Oleh karena itu, guru harus mengarahkan peserta didik untuk pandai berbicara
bukan hanya sekedar mempelajari teori tentang berbahasa. Dengan adanya pelatihan, maka
siswa akan terbiasa berbicara di depan umum dengan penuh keberanian dan rasa percaya diri.

c. Menerapkan Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning Pembelajaran berbasis


student centered learning merupakan pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih aktif
dalam membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam menerapkan pembelajaran
tersebut, guru perlu menyiapkan pembelajaran dengan strategi dan metode yang tepat serta
pemanfaatan media pembelajaran yang memadai. Hal ini pun berlaku dalam mengajarkan
peserta didik tentang keterampilan berbicara. Penyajian materi yang monoton dan metode
ceramah yang digunakan guru serta tidak adanya penggunaan media pembelajaran akan
membuat pembelajaran menjadi monoton dan siswa menjadi kurang aktif dalam
pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi kurang berkesan bagi siswa. Salah satu
penggunaan strategi yang tepat dalam pembelajaran keterampilan berbicara yaitu strategi
pembelajaran yang bersifat heuristik. Strategi pembelajaran heuristik merupakan salah satu
strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengajarkan keterampilan berbicara siswa.
Strategi ini diterapkan melalui metode penugasan, diskusi, tanya jawab, dan demonstrasi
dengan teknik storrytelling dibantu media personal photograph (foto pribadi). Foto pribadi ini
dapat mengarahkan siswa untuk mengingat kejadiankejadian di masa lalu yang berhubungan
dengan dirinya sendiri, sehingga mereka lebih banyak mengatakan dan bercerita tentang
dirinya sendiri. Hal ini tentu dapat melatih siswa agar terampil dalam mengungkapkan
pendapat dan perasaannya kepada orang lain. Sedangkan, salah satu penggunaan metode lain
yang tepat dalam pembelajaran berbicara yaitu metode bermain peran. Metode tersebut
merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa sekolah
dasar. Metode bermain peran adalah metode bermain yang sifatnya kerja sama antara dua
orang atau lebih. Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran dapat melatih siswa
untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu memainkan perannya, para pemain dituntut
untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang disediakan guru. Dengan
adanya hal ini, tentu akan membantu siswa untuk berlatih berbicara di depan teman-temannya

3. Upaya yang dilakukan Sekolah

Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah sebagai berikut:

a. Berusaha menyediakan lingkungan berbahasa yang tepat bagi peserta didik.

b. Menyediakan fasilitas yang cukup lengkap untuk membantu para guru dan peserta didik
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

c. Menyediakan media untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang menyenangkan


dan berkesan bagi peserta didik.

d. Memberikan sosialisasi pengetahuan kepada guru tentang metodemetode yang tepat dalam
mengembangan keterampilan berbicara siswa. Dari pernyataan di atas, maka dapat diketahui
bahwa hal ini menjadi tanggung jawab para pendidik untuk segera mengatasi problematika
keterampilan berbicara siswa. Guru yang dikatakan telah berhasil mengajar apabila ia telah
membantu peserta didik untuk memperoleh keberhasilan dan perubahan lebih baik di dalam
dirinya. Oleh karena itu, banyaknya faktor yang menyebabkan problematika keterampilan
berbicara siswa kelas III menuntut guru untuk lebih dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di dalam kelas. Guru perlu merancang kembali pembelajaran yang lebih
menarik dan dapat meningkatkan minat dan semangat siswa dalam belajar. Selain itu, guru
harus lebih banyak memberikan pelatihan berbicara siswa ketika di dalam kelas, misalnya
dengan memberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya terhadap suatu hal, bertanya,
dan lebih sering diperintahkan untuk berbicara di depan kelas. Hal ini akan melatih mental
siswa sehingga siswa menjadi terbiasa dan berhasil memiliki keterampilan berbicara yang
baik.

PENUTUP

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi problematika keterampilan berbicara terdiri
dari upaya yang dilakukan siswa, guru, dan sekolah. Upaya yang dilakukan siswa yaitu
dengan cara berusaha membiasakan diri untuk bercakap sesame teman dan aktif dalam
mengemukakan pendapat atau sekedar mengajukan pertanyaan kepada guru dalam
pembelajaran. kemudian, upaya yang dilakukan guru yaitu menumbuhkan motivasi siswa,
mengatasi kurangnya percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara dengan cara sering
melakukan pelatihan dan menerapkan pembelajaran berbasis student centered learning.
Adapun upaya yang dilakukan sekolah yaitu berusaha menyediakan lingkungan berbahasa
yang tepat, menyediakan fasilitas yang cukup lengkap, menyediakan media untuk menunjang
terjadinya proses pembelajaran, dan memberikan sosialisasi pengetahuan kepada guru tentang
metode yang tepat dalam mengembangkan keterampilan berbicara siswa.

REFERENSI

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belaja. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.

Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. 2010. Bandung: Syaamil Qur’an. Aunurrahman. 2014.
Belajar dan Pembelajran. Bandung: Alfabeta.

Bahri Djamarah Syaiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta Rineka cipta.

Barbara, dkk. 2000. Effective Schools and Accomplished Teachers: Lessons about Primary-
Grade Reading Instruction in Low-Income Schools, The Elementary School Journal,
Vol. 101, No. 2.

Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Cet. ll; Jakarta: Rajawali Pers. Dalman. 2014.
Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Pers.
Dian Indramayana. 2015. Minat Baca Siswa di SD Negeri 6 Batu Kecamatan Maiwa
Kabupaten Enrekang, Skripsi, Jurusan Ilmu Perpustakaan Pada Fakultas Adab dan
Humaniora, UIN Alauddin,

Anda mungkin juga menyukai