Anda di halaman 1dari 72

PENILAIAN KEMBALI (REVALUASI) AKTIVA TETAP DAN

PENGARUHNYA TERHADAP TAX BENEFIT


PADA PT. PULAU LEMON MANOKWARI

AMRAN SAGITA KELIORA


10573 01745 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015

i
PENILAIAN KEMBALI (REVALUASI) AKTIVA TETAP DAN
PENGARUHNYA TERHADAP TAX BENEFIT
PADA PT. PULAU LEMON MANOKWARI

AMRAN SAGITA KELIORA


10573 01745 10

Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar


Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap dan


Pengaruhnya Terhadap Tax Benefit pada PT. Pulau
Lemon Manokwari
Nama Mahasiswa : AMRAN SAGITA KELIORA
No. Stambuk : 10573 01745 10
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, 25 Februari 2015

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

H. Andi Arman, SE,. M,Si.,Ak Muchriana Muchran, SE, M.Si, Ak

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. H. Mahmud Nuhung, SE.,MA Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak


KTAM: 49779

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

Nomor: dan telah dipertahankan di depan penguji pada hari

tanggal bulan tahun , sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

1435 𝐻
Makassar,
2014 𝑀

Panitia Ujian:

Pengawas Umum:

Ketua:

Sekretaris:

Penguji:

a)

b)

c)

d)

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillaahirabbil’aalamin.. Segala Puja dan Puji tak henti-hentinya

penulis haturkan kepada Allah SWT, pemilik alam semesta beserta isinya yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “PENILAIAN KEMBALI (REVALUASI) AKTIVA

TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP AKIVA TETAP PADA PT.

PULAU LEMON MANOKWARI”. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis

haturkan kepada sang revolusioner sejati, hamba Allah SWT yang paling agung dan

mulia yang pernah tercipta Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk menempuh

ujian akhir Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempunaan. Walaupun begitu penulis telah berusaha sebaik mungkin

dengan seluruh kemampuan dan pengetahuan. Skripsi ini dapat selesai tidak lepas

dari bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya,

kepada:

1. Kedua orang tua saya yang telah merawat, membesarkan serta membimbing

saya dari kecil hingga menjadi sekarang ini. Walau sadar bahwa tidak ada

satupun kata maupun perbuatan yang kulakukan mampu untuk membalas

semua yang telah kalian berikan sehingga hanya terima kasih yang dapat

v
kuucapkan. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, SE., MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Prodi

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Bapak Abdul Salam HB, SE., Ak selaku Sekretaris Jurusan Prodi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak H. Andi Arman, SE., M.Si., Ak selaku Pembimbing Pertama yang

senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis

selama dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Muchriana Muchran, SE., M.Si., Ak selaku Pembimbing Kedua yang

berkenaan memrikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Ansyarif Khalid SE., M.Si., Ak selaku Penasehat Akademik yang

dengan sabar memberikan arahan serta nasehat kepada penulis selama

menempuh proses pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah yang telah mendidik penulis dan memberikan ilmunya

dengan tulus selama di perkuliahan.

vi
9. Bapak dan Ibu Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu penulis selama

menuntut ilmuu di Universitas Muhammadiyah Makassar.

10. Pimpinan PT. Pulau Lemon Manokwari dan para karyawannya yang telah

memberikan kesempatan, bantuan dan arahan serta pengumpulan data

selama melakukan penelitian.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Makassar, 25 Februari 2015

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi

BAB I ........................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian............................................................................................ 3

BAB II ...................................................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 5

A. Aktiva Tetap..................................................................................................... 5

B. Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap dan Pelaksanaanya .................... 17

C. Dampak Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap terhadap


Tax Benefit Perusahaan................................................................................... 31

D. Kerangka Pikir ............................................................................................... 40

viii
BAB III ................................................................................................................... 41

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 41

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 41

B. Metode Pengumpulan Data............................................................................. 41

C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 42

D. Metode Analisis Data ..................................................................................... 43

BAB IV ................................................................................................................... 45

A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Pulau Lemon ................................................. 45

B. Visi dan Misi PT. Pulau Lemon ...................................................................... 46

C. Struktur Organisasi PT. Pulau Lemon Manokwari ............................................. 47

BAB V .................................................................................................................... 53

BAB VI ................................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 61

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan KMK 486 dengan PMK 79 ......... Error! Bookmark not defined.

Tabel 2. Jurnal Pencatatan atas Revaluasi Aset Tetap Error! Bookmark not defined.

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir ....................................................................................... 40

Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Pulau Lemon Manokwari. ................................. 49

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah perusahaan ataupun organisasi pada umumnya dibentuk untuk

mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari

laba, tujuan perusahaan mencakup pertumbuhan yang terus menerus

(growth), kelangsungan hidup (survival), dan kesan positif dimata publik

(image). Untuk hal ini perusahaan tersebut harus berusaha memaksimalkan

seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dan meminimalkan

seluruh beban yang harus dikeluarkan dengan tujuan untuk mendukung

operasi agar bisa berjalan dengan baik. Salah satu beban yang wajib dibayar

oleh perusahaan setiap tahunnya adalah beban pajak.

Pajak merupakan beban perusahaan menurut undang-undang yang

harus dibebankan pada perusahaan yang memperoleh penghasilan kena pajak.

Dalam hal membayar pajak biasanya perusahaan berupaya untuk

meminimalkan beban pajak perusahaan. Peminimalan beban pajak

perusahaan tersebut dapat dilakukan melalui perencanaan pajak (tax

planning). Perencanaan pajak adalah suatu upaya dalam mengatur sampai

meminimalkan pembayaran pajak agar biaya pajak yang nantinya akan

dibayar tidak melebihi jumlah yang seharusnya tanpa melanggar peraturan

perundang-undangan.

1
2

Pada umumnya perencanaan pajak merujuk pada merekayasa usaha dan

transaksi wajib pajak supaya hutang pajak berada dalam jumlah yang minimal

sehingga menimbulkan keuntungan pajak (tax benefit) tetapi masih dalam

bingkai peraturan perpajakan. Perencanaan pajak dapat dilakukan dengan

berbagai cara dan salah satunya yaitu penilaian kembali (revaluasi) aktiva

tetap. Revaluasi dilakukan guna menghitung nilai sekarang dari aktiva tetap

yang dimiliki perusahaan karena sifat dari aktiva tetap yang akan mengalami

penyusutan nilai seiring berjalannya waktu. Penyusutan nilai ini akan

mempengaruhi perhitungan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan

sehubungan dengan aktiva tersebut.

Dalam keadaan inflasi, dimana harga-harga barang secara keseluruhan

mengalami kenaikan, maka nilai buku dari aktiva/aset yang dimiliki

perusahaan dipandang tidak relevan lagi. Bukan hanya dalam keadaan inflasi,

dalam keadaan ekonomi normal pun sebenarnya nilai buku dianggap tidak

relevan karena tidak mencerminkan nilai aktiva/aset yang sebenarnya.

Revaluasi merupakan salah satu cara untuk mewajarkan nilai aktiva/aset

yang dimiliki perusahaan dan seringkali digunakan untuk menghemat pajak

yang harus dibayar. Akan tetapi ada banyak hal yang perlu diperhatikan

apabila perusahaan ingin melakukan revaluasi terhadap aktiva/aset yang

dimilikinya.

Penulis memilih revaluasi aktiva tetap karena penulis menilai bahwa

dengan melakukan revaluasi aktiva tetap yang bukan merupakan aktivitas

rutin suatu perusahaan akan lebih efektif dalam upaya meminimalkan beban
3

pajak perusahaan. Dari latar belakang inilah penulis memilih judul:

“Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap dan Pengaruhnya

Terhadap Tax Benefit pada PT. Pulau Lemon Manokwari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat dirumuskan masalah penelititan, yaitu:

1. Bagaimana penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap dilaksanakan di PT.

Pulau Lemon Manokwari?

2. Apa dampaknya terhadap Tax Benefit bagi PT. Pulau Lemon Manokwari?

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap dilaksanakan dan;

2. Bagaimana dampaknya terhadap tax benefit bagi PT. Pulau Lemon

Manokwari.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, peneitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan

tentang pelaksanaan penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap.

b. Bagi objek yang diteliti, penelitian ini memberikan masukan dan

sumbangan pemikirian mengenai penilaian kembali (revaluasi) aktiva

tetap, serta tax benefit yang ditimbulkannya.


4

c. Bagi pihak lain, penelitian ini memberikan sumbangan penelititan di

bidang akuntansi, khususnya dalam bidang akuntansi perpajakan dan

sebagai bahan refernsi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktiva Tetap

1. Defenisi Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aktiva yang bersifat jangka panjang dan

digunakan untuk keguanaan operasional perusahaan. Standar Akuntansi

Keuangan (2011:16-2) mendefinisikan “ Aset tetap adalah aset bewujud

yang: (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan

barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan

administratif; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu

periode.”

Pengertian aktiva tetap menurut Soemarso S.R. (2005:20) dalam

bukunya Akuntansi Suatu Pengantar, menyatakan bahwa: “Aktiva tetap

adalah aktiva berwujud yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun,

digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali

dalam kegiatan normal perusahaan serta, nilainya cukup besar”.

Definisi aktiva tetap menurut Carl S. Warren, James M. Reeve,

Philip E. Fess (2005 : 492) “ Aktiva tetap sebagai aktiva jangka panjang

atau aktiva yang relatif permanen, yang dapat disebut juga dengan aktiva

berwujud (tangible assets)”.

5
6

Dari beberapa definisi mengenai aktiva tetap yang telah

dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap

merupakan aset berwujud yang dibeli oleh perusahaan guna untuk

mendukung jalannya kegiatan dan pencapaian tujuan perusahaan dan

jangka waktu penggunaannya relatif lama serta nilai perolehannya cukup

besar.

2. Kriteria dan Karakteristik Aktiva Tetap

Menurut Mulya (2008:240) mengemukakan bahwa aktiva tetap

memiliki karakteristik khusus, yaitu:

a. Aktiva tersebut merupakan barang fisik yang dimiliki untuk

memudahkan produksi barang lain atau memberikan jasa bagi

perusahaan atau pelanggannya dalam pelaksanaan operasi yang

normal.

b. Aktiva ini semuanya mempunyai umur yang terbatas, dan pada

akhir umur itu aktiva harus ditinggalkan atau diganti. Umur ini

mungkin merupakan suatu estimasi jumlah tahun yang

ditentukan oleh keausan dan kerusakan yang disebabkan oleh

elemen-elemennya, atau mungkin bersifat varabel, dengan

tergantung pada jumlah penggunaan dan pemelihaan.

c. Nilai aktiva itu ditentukan oleh kemampuan memaksa pihak

lain agar tidak dapat memperoleh hak properti legal atas

penggunaan aktiva, dan bukan oleh pelaksanaan kontrak.


7

d. Semua aktiva ini bersifat nonmoneter, manfaatnya diterima dari

penggunaan atau penjualan jasa dan bukan dari konversi aktiva

menjadi jumlah uang yang diketahui.

e. Secara umum, manfaat akan diterima sepanjang suatu periode

yang lebih panjang dari satu tahun atau siklus operasi

perusahaan. Akan tetapi, ada beberapa pengecualian, misalnya

sebuah gedung atau peralatan.

3. Penggolongan Aktiva Tetap

Menurut Sofyan Harahap (2002:22) aktiva tetap dapat dikelompokkan

dalam:

a. Sudut substansi

a) Aktvia berwujud (tangible assets) seperti tanah, gedung, mesin,

dan lain-lain.

b) Aktiva tidak berwujud (intangible assets) seperti hak cipta, hak

paten, franchise, dan lain-lain.

b. Sudut disusutkan atau tidak

a. Aktiva tetap yang dapat disusutkan (depreciated plant assets)

seperti gedung, mesin, peralatan dan lain-lain.

b. Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan (undepreciated plant

assets) seperti tanah.

c. Berdasarkan jenis

a. Lahan adalah bidang tanah terhampar, baik yang merupakan

tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi


8

apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya harus

dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri.

Khusus untung bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan

tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya seperti riol,

jalan, dan lain-lain maka dapat digabungkan dengan nilai lahan.

b. Bangunan

Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas

lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi

lokasi gedung itu.

c. Mesin

Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari

mesin yang bersangkutan.

d. Kendaraan

Semua jenis kendaraan seperti truk, traktor, mobil, kendaraan roda

dua, dan lain-lain.

e. Perabot

Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium,

perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.

f. Peralatan/inventaris

Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang

digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris

pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang, dan lain-lain.


9

g. Prasarana

Sudah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat

klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, riol, pagar,

dan lain-lain.

4. Perolehan Aktiva Tetap

“Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan

untuk mendapatkan aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain agar

aktiva siap untuk digunakan”. (Al Haryono Jusup, 2005:155). Menurut

Standar Akuntansi Keuangan (2011:16-2) “biaya perolehan adalah jumlah

kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain

yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau

konstruksi ...”. Dengan kata lain biaya perolehan aktiva tetap adalah

setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat terjadinya ataupun

seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan aktiva tetap tersebut.

Biaya perolehan aktiva tetap meliputi:

a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang

tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan

potongan-potongan lain;

b. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk

membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap

digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen;

c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aktiva tetap dan

restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset
10

tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut

selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan

persediaan.

Menurut Mulya (2008:247) untuk memperoleh suatu aktiva tetap

dapat menempuh beberapa cara, antara lain:

a. Perolehan dengan pembelian tunai (acquisition by purchase for cash)

Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat sebesar uang

yang dikeluarkan. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh

aktiva tetap termasuk harga faktur dan sewa biaya yang dikeluarkan

berhubungan dengan pembelian atau persiapan penggunaannya.

Perolehan beberapa aktiva dibeli secara bersamaan dengan suatu

jumlah total pembayaran, tanpa dibuat penilaian harga masing-

masing, maka perlu ditentukan besar nilai masing-masing aktiva yang

didasarkan pada harga pasar.

b. Perolehan dengan pembelian angsuran (acqusition by pruchase on

long term contract)

Apabila aktiva tetap diperoleh dengan pembelian secara angsuran

maka nilai aktiva dicatat sebesar harga pembeliannya tidak termasuk

unsur bunga yang dicatat sebagai beban bung selama masa angsurang.

c. Perolehan dengan pertukaran (acquisition by exchange)

Untuk aktiva yang diperoleh melalui pertukaran menurut Ikatan

Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2011:16-9) :

Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran


aset nonmoneter, atau kombinasi aset monetr dan nonmoneter.
11

Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran satu aset


nonmoneter dengan aset nonmoneter lainnya, tetapi hal ini juga
berlaku untuk semua pertukaran yang dijelaskan dalam kalimat
sebelumnya. Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada
nilai wajar kecuali: (a) transaksi pertukaran tidak memiliki
substansi komersial; atau (b) nilai wajar dari aset yang diterima
dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Aset yang
diperoleh dukur dengan cara seperti di atas bahkan jika entitas
tidak dapat dengan segera menghentikan pengakuan aset yang
diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan
nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah
tercatat dari aset yang diserahkan.

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa untuk aktiva

yang diperoleh melalui pertukaran nilai aktivanya dicatat sesuai

dengan jumlah nilai dari aset moneter dan nonmoneter dan apabila

terjadi hambatan sehingga nilai dari aset yang diterima dan diserahkan

tidak dapat diukur secara andal maka nilai perolehannya dicatat sesuai

dengan jumlah aset yang diserahkan.

d. Perolehan dengan surat berharga (acquisition by issued for securities)

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan surat-surat

berharga, misalnya saham dan obligasi, maka dasar dari penilaian

aktiva tetap dicatat sebesar harga saham atau obligasi dan digunakan

sebagai dasar pertukaran. Apabila harga saham atau obligasi tidak

diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga

aktiva tersebut. Namun kadang-kadang aktiva tetap tertentu tidak

diketahui harga pasarannya, maka pencatatan aktiva tetap tersebut

didasarkan atas harga taksiran yang ditentukan oleh manajemen

perusahaan atau perusahaan penilai.


12

e. Perolehan dengan membangun sendiri (acquisition by self

construction)

Perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap dengan cara membangun

sendiri, mempunyai beberapa alasan yaitu untuk mendapatkan kualitas

dan konsistensi yang lebih baik, untuk memanfaatkan fasilitas yang

mengganggur, dan menghemat biaya.

f. Perolehan aktiva dari hadiah / donasi / sumbangan (acquisition by

donation)

Jika suatu aktiva tetap diperoleh dari sumbangan maka tidak ada

pengeluaran kas yang dilakukan perusahaan. Walaupun ada,

jumlahnya relatif lebih kecil dari nilai aktiva yang diterima.

5. Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2011:16-3) “penyusutan

adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset

selama umur manfaatnya”.

Aktiva tetap kecuali tanah atau hak atas tanah pada waktu

digunakan dalam operasi perusahaan yang dimaksudkan untuk

memperoleh laba, kegunaannya akan semakin menurun. Penurunan

keguanaan akttiva tetap tersebut mengakibatkan nilainya harus

disusutkan.

Proses penyusutan ini penekanan utamanya adalah pada

pengalokasian biaya dari biaya aktiva tetap ke biaya periode untuk


13

ditandingkan dengan pendapatan yang dilaporkan pada masing-masing

periode selama digunakan aktiva tersebut.

Beberapa istilah khusus di dalam akuntansi mengenai kategor

aktiva terkai dengan proses harga alokasi harga perolehan aktiva ttetap,

antara lain:

a. Depresiasi

Yaitu yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan untuk

aktiva tetap berwujud yang dibebankan ke penghasilan secara

periodik.

b. Deplesi

Yaitu istilah yang digunakan pada porses alokasi harga perolehan

(penyusutan) aktiva tetap berupa sumber-sumber alam yang

dibebankan ke penghasilan secara periodik.

c. Amortisasi

Yaitu istilah yang dipakai pada proses alokasi harga perolehan

(pennyusutan) untuk aktiva tetap berwujud yang dibebankan ke

penghasilan secara periodik.

Faktor-faktor yang menyebabkan penururnan manfaat dapat dibagi

dalam dua kategori, yaitu:

a. Penyusutan fisik

Penyusutan yang disebabkan karena keuangan suatu aktiva tetap, dan

hal tersebut tidak dapat dihindari. Keusangan dikarenakan pemakaian

yang sudah terlalu lama dan keausan karena gerakan elemen-elemen.


14

b. Penyusutan fungsional

Penyusutan ini disebabkan oleh aktiva tetap yang tidak layak pakai

dan sudah ketinggalan zaman. Suatu aktiva tetap dikatakan tidak layak

lagi apabila kemampuannya untuk memberi manfaat sudah tidak

memadai dan tidak seperti yang diharapkan.

Michell Suharli (2006:263) mennguraikan bahwa ada beberapa

faktor yang memperngaruhi perhitungan depresiasi yaitu sebagai berikut:

a. Harga peroehan (cost)

Jumlah kas dan setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan

lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat

perolehan (atau konstruksi) sampai aktiva tersebut siap untuk

digunakan.

b. Umur ekonomis / masa manfaat (useful life)

Masa manfaat (useful life) adalah estimasi masa produktif yang

diperkirakan, yang disebut juga dengan umur manfaat (service life).

Masa manfaat merupakan estimasi atau perkiraan. Dalam membuat

estimasi, manajemen mempertimbangkang berbagai faktor yang

mempengaruhi seperti ara penggunaan aset, perkiraan tentang jumlah

perbaikan dan perawatan, serta kecepatan tingkat keusangan. Umur

ekonomis juga dapat ditaksir dalam kondisi yang didasarkan pada

waktu (time factor), aktivitas (unit of activity), atau jumlah output

(units of output).
15

c. Nilai sisa / residu (salvage value)

Ada kalanya dianggap bahwa setelah habis dipakai, aktiva tetap yang

bersangkutan masih mempunyai nilai. Jumlah bersih diharapkan dapat

diperoleh pada akhir masa manfaat sebuah aktiva setelah dikurangi

taksiran biaya pelepasan.

d. Penyusutan (depreciation)

Alokasi sistematik dan rasional jumlah yang dapat disusutkan sebagai

beban dari suatu aktiva selama masa manfaat.

e. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount)

Harga perlolehan sebuah aktvia dikurangi akumulasi penyusutannya.

f. Nilai buku (book value) atau jumlah tercatat (carrying value)

Harga perolehan sebuah aktiva dikurangi akumulasi penyusutannya.

g. Nilai wajar (fair value)

Jumlah pelepasan aktiva dalam prinsip transaksi wajar.

Proses depresiasi harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga

alokasi biaya pada harga perolehan aktiva tetap bersifat rasional dan

sistematis. Soemarso (2005:25) menjelaskan bahwa ada beberapa cara

untuk menghitung penyusutan, yaitu metode garis lurus (straight line),

saldo menurun (declining balance), jumlah angka-angka tahun (sum of the

years digit), dan unti produksi (unit of production).

a. Metode garis lurus (staight line)

Dalam metode garis lurus, beban penyusutan dialokasikan

berdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama, sepanjang


16

masa manfaat aktiva tetap. Tarif penyusutan dalam dihitung sebagai

100% dibagi dengan taksiran masa manfaatnya.

b. Metode saldo menurun (declining balance)

Berbeda dengan metode garis lurus yang menganggap bahwa beban

penyusutan akan merata sepanjang umur aktiva tetap, dalam metode

saldo menurun beban penyusutan makin menurun dari tahun ke

tahunn. Pembebanan yang makin menurun didasarkan pada anggapan

bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya

juga akan menurun.

c. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit)

Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan jadwal penyusutan

yang sama dengan metode saldo menurun. Jumlah penyusutan akan

makin menurun dari tahun ke tahun. Tetapi cara perhitungan

penyusutan berbeda dengan metode saldo menurun. Dasar penyusutan

pada metode jumlah angka tahun adalah harga perolehan dikurangi

nilai sisa, bukan nilai buku seperti dalam metode saldo menurun.

d. Metode unit produksi (unit of production)

Dalam metode garis lurus, saldo menurun dam metode jumlah angka

tahun taksiran manfaat aktvia tetap dinyatakan dalam jangka waktu

pemakaiannya. Dalam metode unit produksi taksiran manfaat

dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitan

produksi itu sendiri dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam

pemakaian, kilometer pemakaian atau unit-unit kegiatan yang lain.


17

Harga perolehan dikurangi nilai sisa merupakan dasar penyusutan.

Tarif penyusutan dihitung sebagai persentase produksi aktual terhadap

kapasitas produksi. Beban penyusutan untuk setiap periode dihitung

dengan mengalikan tarif penyusutan dengan dasar penyusutan.

Dalam hal penilaian aktiva tetap, menurut Seomarso S.R.

(2005:30):

Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan


dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi, apabila manfaat
ekonomi dan suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya,
maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang
sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa.”

Selain itu, aktiva tetap dilaporkan dalam laporan keuangan yaitu

neraca, yang didukung oleh daftar rincian aktiva yang terpisah.

Akumulasinya penyusutan disajikan sebagai pengurang terhadap aktiva

tetap, baik secara sendiri-sendiri menurut jenisnya atau secara

keseluruhan.

B. Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap dan Pelaksanaanya

1. Defnisi dan dasar hukum penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap

Definisi penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap menurut

Yolanda (2013:543):

Penilaian kembali aktiva tetap atau sering disebut dengan


revaluasi aktiva tetap adalah penilaian kembali aset tetap
perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aktiva tetap
tersebut dipasaran atau karena rendahnya nilai aktiva tetap dalam
laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi
atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan
tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.
18

Tujuan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dimaksudkan

agar perusahaan dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya

lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan

yang sebenarnya (Waluyo, 2011:191). Sehingga secara umum tujuan

revaluasi adalah agar nilai yang tercantum di dalam buku

perusahaan/laporan keuangan perusahaan sesuai dengan nilai wajar yang

berlaku pada saat dilakukannya revaluasi.

Revaluasi aktiva tetap adalah penilaian kembali aktiva tetap

perusahaan yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aktiva tersebut di

pasaran atau karena rendahnya nilai aktvia tetap dalam laporan keuangan

perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain. Hal ini

mengakibatkan nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan tidak

mencerminkan nilai yang wajar. Atau dapat juga dikatakan revaluasi

aktiva tetap merupakan penilaian kembali aktiva tetap yang tercatat di

dalam buku perusahaan dan masih digunakan untuk kegiatan operasional

perusahaan.

Revaluasi aktiva tetap dapat digunakan sebagai sarana bagi

pemerintah atau Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan

penerimaan negara yang berasal dari Pajak Penghasilan Badan, sedangkan

bagi wajib pajak sendiri penilaian kembali aktiva dapat dijadikan sebagai

sarana untuk melakukan perencanaan perpajakannya dengan tujuan untuk

menghemat pembayaran pajak penghasilan badan.


19

Penilaian aktiva tetap memberikan keuntungan dan kerugian bagi

perusahaan. Salah satu keuntungannya adalah sebagai berikut:

a. Neraca akan menunjukkan posisi kekayaan yang wajar

sehingga pemakai laporan keuangan dapat memperoleh

informasi yang lebih akurat dan tepat.

b. Selisih lebih penilaian kembali juga akan meningkatkan

struktur modal sendiri, yang artinya perbandingan antara

pinjaman (debt) dengan modal sendiri (equity) atau Debt to

Equity Ratio membaik.

c. Dengan membaiknya Debt to Equity (DER), perusahaan dapat

menarik dana melalui pinjaman dari pihak ketiga maupun emisi

saham.

Sedangkan kekurangan dari revaluasi aktiva tetap antara lain:

1) Naiknya beban penyusutan aktiva tetap yang dibebankan dalam

laba rugi atau dibebankan ke harga pokok produksi.

2) Dari sisi perpajakan, selisih lebih yang diakibatkan dari

revaluasi aktiva tetap merupakan objek pajak yang dikenai

pajak final 10%.

Dengan adanya berbagai kelebihan dan kekurangan yang

ditimbulkan oleh revaluasi, pihak manajemen perusahaan harus

mempertimbangkan secara baik-baik manfaat dan kerugian yang akan

dialami perusahaan di masa sekarang dan masa depan apabila

memutuskan untuk melakukan revaluasi aktiva tetap.


20

Yang menjadi dasar hukum revaluasi aktiva tetap di Indonesia

adalah sebagai berikut:

1. Keputusan Menteri Keuangan RI No.486/KMK.03/2002

tentang tata cara penilaian kembali aktvia tetap perusahaan

untuk tujuan perpajakan.

2. Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008

Revaluasi aktiva tetap dapat meningkatkan kesebandingan antara

biaya produksi (peningkatan biaya penyusutan) dengan pendapatan (harga

jual), serta perimbangan aktiva dengan passiva dan modal dengan utang.

Dari perspektif perpajakan, dalam hal ini Pajak Penghasilan (PPh),

penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap merupakan peluang untuk

memperoleh penghematan pajak (tax saving), atau keuntungan pajak (tax

benefit). Hal ini ditunjukkan dengan beban pajak (tax burden) yang dapat

diminimalisasi melalui penyusutan aktiva tetap tersebut, dan kompensasi

kerugian perusahaan.

2. Syarat Revaluasi

a. Wajib Pajak badan dalam negeri (PT, CV, BUMN, Koperasi,

Yayasan). Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang

menyelenggarakan pembukuan tidak termasuk Wajib Pajak yang

dapat melakukan revaluasi.

b. Telah memenuhi kewajiban pajak sampai dengan masa pajak terakhir

sebelum melakukan revaluasi. Kewajiban pajak tersebut adalah:

1) SPT Masa atau Tahunan, sepanjang belum ada SKP.


21

2) SKP, walaupun Wajib Pajak mengajukan keberatan dan belum

ada keputusan keberatan.

3) Keputusan keberatan, walaupun Wajib Pajak mengajukan

banding dan belum ada putusan banding dari pengadilan pajak.

4) Keputusan PK dari MA.

5) STP, walaupun Wajib Pajak mengajukan permohonan

pengurangan/penghapusan sanksi administrasi atau pembetulan

kembali pembetulan STP, tetapi belum mendapatkan

keputusan.

c. Yang dapat dinilai kembali aktvia tetap berwujud yang berada di

Indonesia dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara penghasilan yang merupakan obyek pajak. Aset Tetap

SGU dengan hak opsi tidak dapat direvaluasi sebelum menggunakan

hak opsi, aktiva tidak berwujud tidak dapat direvaluasi.

d. Dapat dilakukan terhadap seluruh aktiva tetap atau sebagian aktiva,

dapat dilakukan setiap tahun atau satu kali dalam setahun. Dilakukan

oleh perusahaan penilai yang mendapat ijin pemerintah.

e. Penilaian kembali dilakukan perusahaan penilai atau Penilai yang

mendapat ijin dari Pemerintah. Penilaian kembali dihitung atau

dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar yang berlaku pada

saat penilaian kembali.

f. Dalam hal nilai revaluasi yang ditetapkan tidak mencerminkan

keadaan yang sebenarnya maka Direktorat Jenderal Pajak dapat


22

menetapkan kembali nilai revaluasi. Setelah Wajib Pajak melakukan

revaluasi dan sudah mendapat persetujuan dari KPP, kemudian

dilakukan pemeriksaan, pemeriksa pajak dapat melakukan koreksi

nilai revaluasi, dengan hasil:

1) Nilai revaluasi lebih rendah daripada harga pasar.

2) Nilai revaluasi leibh tinggi daripada harga pasar.

g. Apabila nilai revaluasi lebih tinggi daripada harga pasar maka terdapat

Selisih Lebih Revaluasi, yaitu Nilai Pasar (Nilai Revaluasi) dikurangi

Nilai Buku Fiskal pada awal bulan dilakukan revaluasi dan dikenakan

pajak revaluasi sebesar 10% Final setelah dikurangi/dikomsasi

terlebih dahulu dengan sisa kerugian fiskal.

h. Kompensasi Rugi Fiskal:

1) Tidak lebih dari 5 tahun.

2) Kalau belum dilakukan pemeriksaan pajak rugi fiskal

berdasarkan SPT Wajib Pajak.

3) Sudah ada SKP, berdasarkan SKP meskupun Wajib Pajak

mengajukan keberatan.

i. Bagi Wajib Pajak yang melakukan penggabungan usaha, PPh yang

terutang 10 % dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 tahun

sejak dilakukan penilaian kembali aktiva tetap. PPh yang harus

dilunasi setiap tahun paling sedikit sebesar 20%.


23

3. Prosedur Revaluasi

Prosedur permohonan revaluasi:

a. Wajib pajak (WP) yang dapat mengajukan permohonan untuk

melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah Wajib Pajak Badan

dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak termasuk Wajib Pajak yang

memperoleh ijin menyelenggarakan pembukuan dengan mata uang

asing.

b. Syarat-syarat pengajuan permohonan:

a) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan dengan syarat telah

memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak

terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali.

b) Aktiva tetap yang dapat dinilai kembali adalah aktiva tetap

berwujud yang terletak atau berada di Indonesia yang dimiliki dan

dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

penghasilan.

c) Penilaian kembali dapat meliputi seluruh atau sebagian aktiva

tetap perusahaan termasuk aktiva tetap yang sudah pernah

dilakukan penilaian kembali berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Dan hanya dapat dilakukan penilaian kembali paling banyak satu

(1) kali dalam satu tahun buku.

d) Wajib Pajak yang melakukan penilaian kembali aktiva tetap wajib

mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah yang

membawahi KPP tempat Wajib Pajak terdaftar (KPP domisili)


24

paling lambat 30 hari kerja setelah tanggal dilakukan penilaian

kembali aktiva tetap dengan melampirkan:

1) Fotokopi surat ijin usaha jasa penilai yang dilegalisir oleh

instansi pemerintah yang berwenang untuk menerbitkan surat

ijin usaha tersebut.

2) Laporan penilaian perusahaan jasa atau ahli penilai profesional

yang diakui pemerintah.

3) Daftar Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk

tujuan perpajakan.

4) Laporang keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian

kembali aktiva tetap yang telah diaudit oleh akuntan publik.

5) Surat keterangan tidak mempunyai tunggakan pajak dari KPP

tempat Wajib Pajak terdaftar.

e) Permohonan WP yang terlambat diajukan atau tidak dilengkapi

dengan lapiran sampai dengan batas waktu sebagaimana diatur

tidak dapat dipertimbangkan.

f) Apabila permohonan Wajib Pajak menurut hasil penelitian telah

memenuhi persyaratan formal dan material, maka Kepala Kantor

Wilayah wajib menerbitkan keputusan persetujuan atau penolakan

Direktur Jenderal Pajak paling lambat 30 hari ekerja setelah

tanggal diterimanya permohonan Wajib Pajak.

g) Apabila setelah lewat batas waktu 30 hari kerja Kepala Kantor

Wilayah belum menerbitkan keputusan persetujuan atau


25

penolakan, maka permohonan Wajib Pajak dianggap diterima dan

Kepala Kantor Wilayah wajib menerbikan keputusan paling

lambat tiga (3) hari setelah tanggal berakhirnya batas waktu

tersebut.

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan

revaluasi:

a. Revaluasi parsial atau menyeluruh

Revaluasi parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas

sebagian aktiva tetap yang ada atas pertimbangan perusahaan.

b. Pembayaran PPh 10% yang bersifat Final

Bagi perusahaan yang akan melakukan revaluasi perlu melakukan

penghitungan apakah membayar PPh 10% itu lebih menguntungkan

dibanding dengan tarif PPh Badan sebesar 25%. Aktiva tetap yang

sudah direvaluasi dan biaya penyusutan akan mengurangi Penghasilan

Kena Pajak (PKP). Umur aktiva akan kembali seperti semula,

meskipun sebenarnya telah digunakan lebih dari separuh umur.

c. Pembayaran pajak lebih dari lima (5) tahun untuk perusahaan yang

melakukan penggabungan.

d. Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam perencanaan pajak

terhadap revaluasi aktiva tetap antara lain: a) Kondisi perusahaan, b)

Laba dan rugi perusahaan, c) Dampak Revaluasi, dan d) Apakah

perusahaan mempunyai atau tidak mempunyai rugi fiskal.


26

4. Pelaksanaan Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap

Penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap merupakan salah satu

bentuk kebijakan akuntansi terhadap seluruh aktiva tetap yang dimiliki

perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (2011:16-11) “entitas memilih model biaya atau model

revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan

tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama”.

Selanjutnya dijelaskan juga dalam Standar Akuntansi Keuangan

(2011:16-11) bahwa:

Setelah diakui sebagia aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat
diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu
nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang
cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

Pernyataan di atas menyimpulkan bahwa perusahaan dapat

melakukan penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva yang dimilikinya,

namun dengan didukung oleh peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah

yang menganjurkan perusahaan untuk melakukan penilaian kembali

(revaluasi) aktiva tetap adalah peraturan perpajakan. Dalam hal ini

pemerintah memberikan wewenang dan tanggung jawabnya melalui

Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Direktorat Jendral Pajak.

Untuk tujuan perpajakan, penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap

dilaksanakan oleh perusahaan dengan berdasarkan pada peraturan yang

telah ditetapkan pemerintah, dalam hal ini melalui Keputusan Menteri


27

Keuangan Republik Indonesia dan Surat Edarran dari Direktorat Jendral

Pajak.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

486/KMK.03/2002:

a. Wajib Pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap


(BUT) yang selanjutnya disebut perusahaan, dapat melakukan
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan,dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak
dilakukannya penilaian kembali.
b. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
termasuk Wajib Pajak yang memperoleh izin
menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat.

Wajib Pajak badan dalam negeri adalah sekumpulan orang dan atau

modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha yang

meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,

badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk

apapun, firma, koperasi, kongsi, dana pension, persekutuan, perkumpulan,

yayasn, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organsiasi yang

sejeinis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

Sedangkan kewajiban pajak yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak terdiri

dari: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan atau Bangunan.

Dalam penilaian kembali (revaluasi), tidak semua aktiva tetap

dapat dinilai kembali. Aktiva tetap yang dapat direvaluasi adalah aktiva

berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan


28

yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual dan aktiva tersebut

terletak atau berada di Indonesia.

Dalam melakukan penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap

perusahaan dapat mempertimbangkan untuk melakukan revaluasi secara

parsial atau menyeluruh. Hal ini juga dituangkan dalam Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia No.486/KMK.03/2002 tentang

Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan

dalam Pasal 2 (2) menyatakan “penilaian kembali (revaluasi) dapat

meliputi seluruh atau sebagian aktiva tetap perusahaan termasuk aktiva

tetap perusahaan yang sudah pernah dilkakukan penilaian kembali

berdasarkan ketentuan yang berlaku sebelumnya”.

Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar

atau nilai wajar aktiva tetap yang berlaku pada saat penilaian dilakukan,

yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai yang diakui

atau memperoleh izin pemerintah. Namun bila nilai pasar atau nilai wajar

tersebut ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka

Direktora Jendral Pajak akan menetapkan kembali nilai pasat atau nilai

wajar aktiva yang bersangkutan.

Menurut Harahap (2002:126) “dalam melaksanakan penilaian

dipakai bebarapa cara pendekatan sebagai berikut: (a) Pendekatan data

pasar; (b) Pendekatan biaya; dan (c) Pendekatan pendapatan”.


29

a) Pendekatan data pasar (Market Data Approach)

Pendekatan data pasar adalah suatu metode penilaian dimana

perkiraan nilai pasar berdararkan atas nilai yang terjadi pada saat

transaksi yang sejenis waktu itu.

b) Pendekatan biaya (Cost Approach)

Pendekatan biaya adalah suatu metode penilaian dimana nilai

aktiva diperoleh dari biaya reproduksi baru dikurangi penyusutan.

c) Pendekatan pendapatan (Income Approach)

Pendekatan pendapatan adalah suatu metode penilaian dimana

keuntungan bersih dianalisa guna mendapatkan besarnya jumlah

investasi dalam menghasilkan keuntungan tersebut.

Khusus aktiva tetap bangunan perusahaan harus mengetahui

jumlah/nilai penyusutan bangunan tersebut untuk dapat menentukan besar

nilai bangunannya. Beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk

menentukan nilai penyusutan bangunan, yaitu:

a) Kesuangan fisik (Physical Deterioration), yaitu suatu kemunduran

karena lapuk, usang, retak-retak, miring akibat adanya perubahan pada

konstruktur bangunan dan atau aus, berkarat serta berkurangnya

komponen utama suatu bangunan.

b) Keusangan fungsional (Fungsional Obsolescene), yaitu penurunan

nilai akibat adanya perubahan-perubahan dari luar terhadap properti

atau pengaruh lingkungan dan masyarakat seperti tidak sesuainya


30

penggunaan serta penempatan lokasi berdasarkan adanya peraturan

pemerintah daerah setempat.

5. Konsep Nilai Sekarang (Present Value)

Perusahaan melakukan strategi penilaian kembali (revaluasi) aktiva

tetap sebagai strategi perusahaan untuk mengurangi pajak terutang, atau

disebut dengan tax strategy. Strategi yang dilakukan perusahaan ini akan

berdampak pada konsekuensi pajak, seperti menurunkan pendapatan atau

menaikkan biaya non pajak sehingga akan mempengaruhi jumlah pajak

terutang perusahaan.

Untuk tujuan perpajakan, penghasilan kena pajak (PKP) dihitung

berdasrkan nilai historis. Dengan adanya inflasi atau perubaha situasi

moneter dapat terjadi bahwa unsur pengurang penghasilan yang bersalah

dari aset non moneter (misalnya depresiasi) menjadi tidak layak

disandingkan dengan penghasilan. Mismatch tersebut terjadi karena

adanya perbedaan nilai waktu dari uang. Konsep nilai waktu dari uang

sangat penting untuk dipahami karena nilai dari uang selalu berubah

seiring dengan jalannya waktu.

Konsekuensi pajak akan mempengaruhi nilai sekarang (net present

value), dalam hal ini perusahaan melakukan penilaian kembali (revaluasi)

aktiva tetap untuk mengontrol konsekuensi pajak yang akan timbul dan

memaksimalkan net preetn value (NPV) sehingga perusahaan akan

mendapatkan keuntungan pajak (tax benefit) dalam bentuk penghematan

pajak terutang.
31

Present value dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari suatu nilai

yang akan diterima atau dibayar di masa mendatang. Proses mencari niali

present value disebut dengan proses diskonto (discounting).

C. Dampak Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap terhadap Tax


Benefit Perusahaan

1. Kompensasi Kerugian

Perusahaan mengalami kerugian dalam usahanya apabila

penghasilan bruto perusahaan setelah pengurangan-pengurangan berupa

deductible expense dan personal exemption menunjukkan hasil negatif.

Kerugian dapat dikompensasikan dengan penghasilan perusahaan di

tahun-tahun mendatang, hal ini sering disebut dengan kompensasi

kerugian.

Rosdiana dan Tarigan (2005:27) “Kerugian yang dimaksud adalah

kerugian horizontal, yaitu kerugian pada tahun dilaksanakannya penilaian

kembali (revaluasi), atau kerugian vertikal, yaitu kerugian perusahaan

selama 5 tahun terakhir sebelum tahun dilakukannya penilaian kembali

(revaluasi)”.

Kompensasi kerugian berdampak terhadap Penghasilan Kena Pajak

(PKP) perusahaan dimasa mendatang. Zain (2003:54) “... efek pajak yang

timbul akibat kompensasi kerugian tersebut merupakan penghematan

pajak masa datang, atau future tax savings”.

2. Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Final


32

Standar Akuntansi Keuangan (2007:46-2) menyatakan:

Pajak pennghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat


final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah
selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan tidak
digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak
penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat
dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi, atau usaha
tertentu.

Berkaitan dengan pelaksanaan penilaian kembali (revaluasi) ativa

tetap yang dilakukan perusahaan, pemerinttah melalui Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia No.486/KMK.03/2002 tentang Penilaian

Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan dalam Pasal

5 (1) menyatakan:

Atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal
semula setelah dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa
kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya berdasarkan ketentuan
Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan yang berlaku,
dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10%
(sepuluh persen).

Dengan kata lain ketentuan penilaian kembali (revaluasi) aktiva

tetap tersebut memberikan keringanan perpajakan terhadap pajak

penghasilan yang dibayarkan perusahaan, yaitu membayar tarif pajak PPh

final 10% dibandingkan dengan tarif PPh badan sebesar 30% (tarif PPh

tertinggi).

3. Dasar Hukum Revaluasi Aktiva Tetap

Dalam buku Akuntansi Perpajakan oleh Sukrisno Agoes dan

Estrakuta Trisnawati dijelaskan bahwa berdasarkan PSAK 16 revisi 2007,

perusahaan diperblolehkan untuk memilih model pencatatan aset tetap

(setelah pengakuan awal), yaitu model biaya atau model revaluasi. Model
33

yang dipilih harus diterapkan terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok

yang sama.

Dalam model revaluasi, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat

diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai

wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan

akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.

Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk

memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari

jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal

neraca.

Lebih lanjut dalam PSAK 16 dijelaskan bahwa frekuensi revaluasi

bergantung pada perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang

direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara

metrial dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.

Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan

dan fluktuatif, sehingga perulu dievaluasi secara tahunan. Revaluasi

tahunan tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak

signifikan. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi

setiap tiga atau lima tahun sekali.

Apabila suatu aset tetap direvaluasi, akumulasi penyusutan pada

tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut:

1. Disajikan kembali secara proporsionan dengan perubahan dalam

jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah
34

revaluasi sama dengan jumlah revaluasian. Metode ini sering

digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks

untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.

2. Dieliminasi terhadap jumlah teercatat bruto dari aset dan jumlah

tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah

revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk

bangunan.

Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam

kelompok sama harus direvaluasi. Aset-aset dalam suat kelompok aset

tetap harus direvaluasi secara bersamaan untuk menghindari revaluasi aset

secara selektif serta bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pada

saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat drevaluasi

secara bergantian (rolling basis) sepanjar revaluasi dari kelompok aset

tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam waktu singkat dan

sepanjang revaluasi dimutakhirkan.

Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan

tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian sruplus revaluasi.

Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba/rugi hingga

sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui

sebelumnya dalam laporan laba/rugi. Sementara itu, jika jumlah tercatat

aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan

laba/rugi. Namun, penurunan nilai akbiat realuasi tersebut langsung


35

didebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan

tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.

Ketentuan pajak atas revaluasi aset tetap yang sebelumnya diatur

dalam KMK-486/KMK.03/2002 tanggal 28 November 2002, sekarang

diatur dalam PMK-79/PMK.03/2008 tanggal 23 Mei 2008.

Beberapa perbedaan antara KMK-486/KMK.03/2002 dengan PMK-

79/PMK.03/2008 dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan KMK 486 dengan PMK 79


KMK-486/KMK.03/2002 PMK-79/PMK.03/2008
Pembanding
No. (Peraturan Lama) (Peraturan Baru)
1. Objek revaluasi Seluruh atau sebagian aset tetap a. Seluruh aset tetap berwujud,
termasuk aset tetap perusahaan termasuk tanah yang
yang sudah pernah dilakukan berstatus hak milik atau hak
penilaian kembali berdasarkan guna bangunan; atau
ketentuan yang berlaku b. Seluruh aset tetap berwujud
sebelumnya [Pasal 3 ayat (2)]. tidak termasuk tanah, yang
Tidak ada ketentuan mengenai terletak atau berada di
status kepemilikan tanah yang Indonesia, dimiliki dan
dapat direvaluasi. dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan
yang merupakan objek pajak
[Pasal 3 ayat (1)].
2. Jangka waktu Penilaian kembali dapat dilakukan Penilaian kembali aset tetap
paling banyak 1 (satu) kali perusahaan tidak dapat
dalam tahun buku yang sama dilakukan kembali sebelum
[Pasal 3 ayat (3)]. lewat jangka waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak penilaian
kembali aset tetap perusahaan
terakhir yang dilakukan
berdasarkan PMK ini [Pasal 3
ayat (3)].
3. Batas waktu penilaian Tidak ada. Penilai kembali aset tetap
kembali terhitung sejak persahaan dilakukan dalam
laporan penilai jangka waktu paling lama 1
diterbitkan (satu) tahun sejak tanggal
laporan perusahaann jasa penilai
atau ahli penilai [Pasal 4 ayat
(3)].

4. Perhitungan PPh final Atas selisih lebih penilaian Atas selisih lebih penilaian
atas revaluasi aset tetap kembali di atas, nilai sisa buku kembali aset tetap perusahaan di
(pengunaan sisa rugi fiskal semula setelah atas, nilai sisa buku fiskal
fiskal sebagai dikompensasikan terlebih semula dikenakan PPh yang
36

KMK-486/KMK.03/2002 PMK-79/PMK.03/2008
Pembanding
No. (Peraturan Lama) (Peraturan Baru)
pengurang selisih lebih dahulu dengan nilai sisa bersifat final sebesar 10%
revaluasi) kerugian fiskal tahun-tahun (sepuluh persen) [Pasal 5].
sebelumnya dikenakan PPh yang Tidak disebutkan lagi adanya
bersifat final sebesar 10% (sepuluh hak untuk mengompensasikan
persen) [Pasal 5 ayat (1)]. rugi fiskal tahun-tahun
sebelumnya.
5. Hak untuk mengangsur WP yang karena kondisi Perusahaan yang kondisi
PPh final yang terutang keuangannya tidak memungkinkan keuangannya tidak
utnuk melunasi sekaligus dapat memungkiinkan untuk melunasi
mengangsur PPh yang terutang sekaligus PPh yang terutang
dengan mengajukan permohonan dapat mengajukan pembayaran
pembayaran secara angsuran secara angsuran paling lama 12
paling lama 12 (dua belas) bulan (dua belas) bulan sesuai
sesuai ketentuan dalam UU KUP. ketentuan dalam UU KUP
Dalam hal besarnya PPh lebih [Pasal (6)].
dari 2 triliur rupiah dapt Tidak disebutkan adanya
mengajukan permohonan kemudahan pembayaran
pembayaran secara angsuran angsurang lebih dari 1 hingga
lebih dari 1 (satu) tahun hingga 5 tahun tuntuk WP dengan
5 (lima) tahun kepada DJP PPH terutang lebih dari 2
[Pasal 6 ayat (1), ayat (2), dan ayat triliun rupiah.
(3)].
6. Pengalihan aset tetap Dalam hal WP melakukan Dalam hal perusahaan
sebelm masa manfaat pengalihan aset tetap perusahaan melakukan pengalihan aset tetap
baru (early divestment) yang telah memperoleh berupa:
persetujuan penilaian kembali a. Aset tetap Kelompok 1 dan
sebelum berakhirnya masa Kelompok 2 yang telah
manfaat baru, maka atas memperoleh persetujuan
pengalihan tersebut dikenakan penilaian kembali sebelum
tambahan PPh yang bersifat final berakhirnya masa manfaat
sebesar 20% dari selisih lebih baru; atau
penilaian kembali di atas nilai sisa b. Aset tetap Kelompok 3,
buku fiskal semula tanpa Kelompok 4, bangunan, dan
dikompensasikan dengan sisa tanah yang telah
kerugian fiskal tahun-tahun memperoleh persetujuan
sebelumnya [Pasal 8 ayat (1)]. penilain kembali sebelum
lewat jangka waktu 10
tahun, maka atas selisih
lebih penilaian kembali di
atas nilai sisa buku fiskal
semula, dikenakan tambahan
PPh yang bersifat final
dengan tarif sebesar tarif
tertinggi PPH WP badan
dalam negeri yang berlaku
pada saat penilaian
kembali dikurangi 10%
[Pasal 8 ayat (1)].
c.
7. Pengalihan aset tetap Dikecualikan dari tambahan PPh Tambahan PPh final sebesar
dalam rangka final sebesar 20% [Pasal 8 ayat tarif tertinggi PPh WP badan
penggabungan, (1)] dalam hal pengalihan aset dalam negeri yang berlaku pada
peleburan, atau tetap perusahaan dalam rangka saat penilaian kembali dikurangi
37

KMK-486/KMK.03/2002 PMK-79/PMK.03/2008
Pembanding
No. (Peraturan Lama) (Peraturan Baru)
pemekaran usaha memenuhi persyaratan 10% tidak berlaku bagi
penggabungan, peleburan, atau pengalihan aset tetap perusahaan
pemekaran usaha untuk tujuan dalam rangka penggabungan,
perpajakan [Pasal 8 ayat (2) huruf peleburan, atau pemekaran
b]. usaha yang mendapat
persetujuan [Pasal 8 ayat (2)
huruf b].

Revaluasi aset tetap juga diatur dalam PER-12/PJ/2009 WP dalam

negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) tidak termasuk perusahaan yang

memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang USD,

dapat melakukan penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan

perpajakan. Dengan syarat telah memenuhi semua kewajiban pajaknya

sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya

penilaian kembali. Untuk dapat melakukan penilaian kembali aset tetap

perusahaan untuk tujuan perpajakan, WP wajib mengajukan permohonan

kepada Kepala Kantor Wilayah DJP yang membawahi Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) tempat perusahaan terdaftar (KPP Domisili), untuk

mendapatkan Persetujuan Dirjen Pajak terlebih dahulu.

Perusahaan yang karena kondisi keuangannya tidak memungkinkan

untuk melunasi sekaligus pembayaran PPh final yang terutang dalam

rangka penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan,

dapat mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran paling lama

untuk 12 bulan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP dengan menggunakan

formulir. Pengajuan permohonan tersebut dapat dilakukan bersama-sama

dengan permohonan persetujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan

tuntuk tujuan perpajakan.


38

PPh final yang terutang atas selisih lebih penilaian kembali aset

tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan wajib dibayar lunas ke Kas

Negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) paling lama 15

hari setelah tanggal diterbitkannya keputusan persetujuan atau paling

lama pada tanggal jatuh tempo setiap angsuran pembayaran dalam hal

Perusahaan memperoleh keputusan persetujuan pembayaran secara

angsuran. Keterlambatan pelunasan PPh terutang final tersebut, baik

secara keseluruhan maupun secara angsuran, akan dikenai sanksi

administrasi berupa bunga sesuai dengan UU Nomor 16 Tahun 2009

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:

Harga pasar (penilaian dari jasa penilai atau ahli Xxx

penilai) xxx

Nilai buku fiskal

Selisih lebih penilaian kembali aset tetap

perusahaan untuk tujuan perpajakan xxx

Atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan

perpajakan dikenai PPh yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen).

Apabila melakukan pengalihan aset tetap yang telah direvaluasi, maka

perusahaan dikenai tambahan PPh yang bersifat final, dengan tarif sebesar tarif

tertinggi PPh WP bdan dalam negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali

dikurangi 10%. Tambahan PPh bersifat final tersebut wajib dibayar lunas ke Kas

Negara paling lama 15 hari setelah akhir bulan terjadinya pengalihan aset tetap

tersebut. Keterlambatan pelunasan tambahan PPh yang bersifat final yang


39

terutang akan dikenai sanksi admnistrasi berupa bunga sesuai dengan UU Nomor

16 Tahun 2009 Ketentuan Umum dan Tata ara Perpajakan dan peraturan

pelaksanaannya.

Jurnal pencatatan atas revaluasi aset tetap adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Jurnal Pencatatan atas Revaluasi Aset Tetap


Keterangan Debit Kredit
Tanggal
Aset Tetap xxxx
Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap xxxx
PPh Final atas Revaluasi Aset Tetap xxxx
Kas/Bank xxxx
40

D. Kerangka Pikir

Model alur kerangka pikir yang dapat disimpulkan dari penjelasan diatas

adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir

PT. Pulau Lemon

Aktiva Tetap

Revaluasi Aktiva Tetap

Surat Keputusan Menteri Undang-Undang


Keuangan RI Pajak Penghasilan No. 36 Tahun
No.486/KMK.03/2002 2008

Tax Benefit/Tax
Saving
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis melakukan

penelitian di PT. Pulau Lemon Manokwari, salah satu perusahaan kontraktor

yang terletak di Kelurahan Maruni, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten

Manokwari, Provinsi Papua Barat dan waktu penelitian Insya Allah akan

dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai dari tanggal 1 Mei sampai dengan

tanggal 31 Mei 2014.

B. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Teknik Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untu menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan

diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-

tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

41
42

Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011:157)

mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam

menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah

sebagai berikut:

a) Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang

dirinya sendiri.

b) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar

dan dapat dipercaya.

c) Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara tersturktur maupun tidak

terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun

dengan menggunakan media komunikasi jarak jauh.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dan

menganalisa data-data yang diperoleh dari hasil dokumentasi perusahaan

yang berhubungan dengan objek penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka

dalam laporan keuangan.


43

b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk tulisan yang

berupa gambaran umum perusahaan, maupun informasi langsung

yang menyangkut kebijakan perusahaan.

2. Sumber Data

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan

melalui pengamatan, wawancara langsung pada perusahaan sebagai

objek penelitian.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

perusahaan dan pencatatan yang erat kaitannya dengan masalah yang

akan dibahas.

D. Metode Analisis Data

Penulis melakukan analisis terhadap data yang diperoleh dengan

menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang

mengumpulkan, menginterpretasikan, dan menganalisa data yang diperoleh

sesuai dengan kebutuhan analisis berdasarkan pada permasalah yang

dihadapi, kemudian dibandingkan dengan teori-teori yang relevan sehingga

dapat diambil suatu kesimpulan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

Adapun langkah-langkahnya yaitu:

1. Mengambil data dari laporan keuangan perusahaan yang memuat harga

perolehan, aktiva tetap yang akan direvaluasi serta akumulasi penyusutan

sehingga didapatkan nilai buku aktiva pada tahun berjalan.


44

2. Menganalisis aktiva tetap perusahaan sesuai dengan syarat-syarat yang

telah ditetapkan dan memilah mana aktiva tetap yang dapat direvaluasi

dan yang tidak dapat direvaluasi, dengan demikian diperoleh nilai aktiva

tetap yang baru.

3. Setelah diperoleh nilai aktiva tetap yang baru, kemudian dicari selisih

lebihnya diperoleh dari selisih nilai pasar aktiva tetap pada tanggal

penilaian kembali dengan nilai buku fiskal aktiva tetap pada tanggal

penilaian kembali.

4. Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva, setelah dikurangi dengan

kompensasi kerugian yang diperkenankan secara fiskal, dikenakan PPh

Final 10%

5. Mencatat jurnal penyesuaian atas selisih lebih penilaian kembali aktiva

tetap.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Pulau Lemon

Pada tanggal 8 Juni 1996 merupakan dasar tonggak berdirinya CV.

Pulau Lemon, setelah sebelumnya selama 7 tahn ikut membantu usaha

orang tua pada perusahaan PT. Delapan Empat. Usaha yang pertama

mereka tekuni adalah mengelola perdagangan secara ecerean/campuran

dengan nama usaha Kios Umega Putre yang saat ini terletak di pasar Wosi

Manokwari. Setelah usaha Kios Umega Putra meningkat, mereka

membuat usaha baru pada 8 Maret 1997 di bidang kontraktor dengan nama

CV. Pulau Lemon. Pada 6 Agustus 1997 usaha yang sebelumnya Kios

Umega Putra di pasar Wosi ditingkatkan lagi menjadi Toko Umega Putra

yang saat itu terletak di Jalan Pasir No. 18 Wosi.

Dengan adanya kemajuan pembangunan dan banyaknya kebutuhan

di bidang transportasi, maka pada tahun 1998 mereka membuka usaha

Tranportasi Angkutan Darat yang khusus bergerak dalam bidang

Penjualan Material Lokal.

Dengan semakin pesatnya kemajuan pembangunan di kota

Manokwari yang secara tidak langsung membuka peluang bisnis baru dan

memberikan motifasi baru bagi mereka untuk mengembangkan usaha

sebelumnya, maka pada tahun 2000 mereka membeli peralatan mekanis

yaitu Excavator dan Wheel Loader guna menunjang dan memperlancar

45
46

usaha-usaha mereka, baik di bidang kontraktor maupun levelansi material

lokal.

Dengan adanya kepercayaan Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten

Manokwari terhadap mereka baik dalam bidang usaha perdagangan

maupun kontraktor, pada tanggal 24 Juli 2003 mereka memperluas dan

mengembangkan usaha yang ditekuni dengan menambah satu perusahaan

yang bergerak dalam bidang kontraktor. Perusahaan itu bernama CV. Irma

Tiara Putra. Perusahaan ini didirikan dengan pertimbangan untuk

menjawab kebutuhan Pemerintah dan Masyarakat akan pembangunan dan

juga untuk mengurangi angka pengangguran di kota Manokwari dengan

tetap memegang prinsip bahwa mutu dan hubungan kerja adalah prioritas

utama.

Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan fisik serta

kemajuan perekonomian yang semakin pesat khususnya di Kota

Manokwari sehingga perusahaan yang tadinya masih CV pada bulan

Januari 2007 berubah menjadi PT. Pulau Lemon.

B. Visi dan Misi PT. Pulau Lemon

1. Visi

Menjadi Kontraktor Swasta Nasional yang Profesional.

2. Misi

a. Mengerjakan proyek-proyek konstruksi sesuai sub bidang

pekerjaan Perusahaan dengan tercapainya kepuasan pelanggan.

b. Memperoleh Laba Perusahaan yang wajar untuk pertumbuhan.


47

c. Perusahaan yang sehat dan terwujudnya kesejahteraan karyawan.

C. Struktur Organisasi PT. Pulau Lemon Manokwari

Dalam menunjang terlaksananya kegiatan dan aktivitas perusahaan

secara efektif dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah dicanangkan,

setiap perusahan perlu melengkapi tugas-tugas atau pembagian kerja yang

jelas yang digambarkan dalam suatu struktur atau bagan organisasi.

Dengan adanya pembagian kerja, setiap karyawan dapat dengan

mudah mengetahui fungsi dan tanggung jawab yang telah dilimpahkan

kepadanya, demikian pula batasan pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya sehingga tidak mudah menimbulkan konflik baik antara pribadi

maupun kelompok unit.

Apabila suattu perusahaan semakin berkembang, sudah barang tentu

persoalan yang timbul juga semakin kompleks, sehingga tidak

memungkinkan lagi diberlakukannya sistem sentralisasi oleh karena

tingkat pengawasan tidak akan mungkin lagi dapat dilakukan oleh satu

orang, jika memang demikian, sebaiknya dilakukan desentralisasi dimana

sebagian tanggung jawab dapat dilimpahkan kepada setiap unit yang

dianggap perlu untuk dilakukan.

Pengawasan dengan sistem desentralisasi dimaksudkan agar setiap

karyawan memahami fungsi dan tanggung jawab masing-masing dan

sekaligus memahami tugas dan tanggung jawab tersebut sebagai bagian

dari organisasi dimana mereka melakukan pekerjaan. Menyangkut

hubungan dengan manajemen, maka organisasi dan manajemen adalah dua


48

faktor yang saling mendukung dan di antara keduanya tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lainnya walaupun di antara keduanya

saling berbda, sebab suatu organisasi tanpa manajemen, maka perusahaan

tersebut akan mengalami kekacauan, demikian pula sebaliknya, dimana

manajemen tanpa organisasi, maka manajemen tidak akan berfungsi

sebagaimana mestinya.

Organisasi yang dimaksudkan disini adalah sekelompok orang-orang

yang melakukan pekerjaan secara bersama-sama dalam mencapai tujuan,

pengertian ini dilihat dari sudut badan. Sedangkan struktur organisasi yang

digunakan oleh perusahaan adalah struktur organisasi garis atau lini

dimana terdapat kerjasama antara satu bagian dengan bagian yang lainnya

dalam mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan yang dilakukan oleh

orang-orang yang terlibat dalam organisasi tersebut.

Untuk mengetahui bagaimana tugas dan fungsi organisasi dapat

dilihat pada struktur organisasi atau bagan organisasi PT. Pulau Lemon

Manokwari sebagai berikut:


Gambar 2.
49
50

Berdasarkan struktur organisasi PT. Pulau Lemon di atas, maka

untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, masing-masing komponen

mempunyai tugas dan tanggung jawab. Susunan uraian pembagian tugas

pada PT. Pulau Lemon dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Direktur

a) Sebagai pimpinan tertinggi yang bertanggungjawab atas kelancaran

dan pelaksanaan kegiatan perusahaan, mengkoordinir serta

membimbing kegiatan perusahaan sehari-hari.

b) Mempertanggungjawabkan semua kewajiban yang menyangkut

rugi laba perusahaan, produksi, keuangan dan pemasaran.

b. Site Manager

a) Sebagai pengendali dan tanggung jawab semua kegiatan yang

dikerjakan oleh perusahaan.

b) Mengkoordinir dengan baik semua kegiatan jasa konstruksi dan

administrasi proyek yang dikerjakan oleh perusahaan.

c) Bertanggung jawab terhadap kelancaran, kesuksesan proyek-

proyek yang dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan.

d) Mempelajari dan membuat asumsi-asumsi/menjejaki proyek yang

akan diterima.

e) Melaporkan proyek yang akan diterima/dikerjakan.


51

c. Site Enggineer

Bertanggung jawab dalam perhitungan anggaran proyek, membuat site

plan, menyusun anggaran pelaksanaan proyek, menyiapkan jadwal

pelaksaan pekerjaan, jadwal pengadaan material, jadwal pengadaan

alat, jadwal pengadaan tenaga kerja dan cash flow proyek.

d. Perencana

a) Menyusun rencana kerja untuk kegiatan sehari-hari di proyek.

b) Membina bawahan yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan

arah perkembangan perusahaan.

c) Melakukan koordinasi kegiatan fungsional dan pembinaan sumber

daya manusia di unit kerjanya.

e. Pelaksana

a) Menyusun rencana anggaran biaya pelaksaan pekerjaan dan

mengevaluasi pelaksaan setiap tahapan pekerjaan.

b) Melaksanakan pelaksanaan sumber daya yang diperlukan dalam

pelaksanaan pekerjaan.

f. Monitoring Project

Melakukan evaluasi atas pelaksanaan pembangunan proyek.

g. Logistik

a) Mencatat dan menggudangkan seluruh material di lokasi kerja.

b) Membuat laporan stok material.

c) Mencatat dan menyiapkan segala kebutuhan material yang

diperlukan di lokasi kerja.


52

d) Membuat rencana kebutuhan material setiap hari/minggu.

e) Menjaga dan memelihara stok material serta segala peralatan

pendukung pelaksana proyek.

h. Drafter

Membuat dan menyusun draf skripsi proyek yang akan dikerjakan.

i. Surveyor

Melakukan peninjauan lokasi proyek pembangunan berdasarkan draf

skripsi proyek yang telah disusun bagian drafter.

j. Quality/Quantity

a) Membuat seluruh laporan bulanan proyek yang dikerjakan oleh

perusahaan.

b) Memantau realisasi perkembangan seluruh proyek yang dikerjakan

oleh perusahaan.

c) Mengawasi kualitas dan kuantitas proyek yang sedang berjalan.

d) Membuat dan menganalisa segala hal yang berhubungan dengan

proyek yang akan dikerjakan.

e) Validasi atas permintaan dana proyek.


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Aktiva tetap PT. Pulau Lemon Manokwari dinilai berdasarkan harga

perolehan. Hak atas tanah tidak diamortisasi, sedangkan aktiva tetap selain

tanah, disusutkan menggunakan metode garis lurus (straight line). Tarif

penyusutan dan taksiran masa manfaat aktiva tetap pada PT. Pulau Lemon

sesuai dengan Undang-undang perpajakan. Pendekatan revaluasi dalam

penilaian kembali aktiva tetap PT. Pulau Lemon Manokwari ini adalah

pendekatan apresiasi yaitu penilaian kembali aktiva tetap yang tercatat.

Laba rugi perusahaan adalah Rp 900.530.115 yang merupakan laba

rugi perusahaan tahun 2012 sebelum dikenakan Pajak Penghasilan (PPh)

terhadap Badan dengan pengenaan tarif pajak Badan sebesar 10%, 15%

dan 30%. Dengan demikian besarnya PPh Terutang PT. Pulau Lemon

Manokwari sesuai dengan tarif pajak PPh Pasal 17 Undang-Undang Pajak

Penghasilan No. 36 tahun 2008 adalah sebagai berikut:

10% × Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000,00

15% × Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000,00

30% × Rp 800.530.115,00 = Rp 240.159.034,50

Rp 252.659.034,50

53
54

B. Pembahasan

1. Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aktiva Tetap

Perencanaan pajak melalui revaluasi atau penilaian kembali

aktiva tetap perusahaan yang sesuai dengan Surat Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia No. 486/KMK.03/2002 tanggal 28

November 2002 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan

untuk tujuan Perpajakan. Aktiva tetap PT. Pulau Lemon Manokwari

adalah berupa tanah, bangunan (gedung), alat-alat angkutan, inventaris

kantor yang telah dimiliki oleh perusahaan.

2. Revaluasi Aktiva Tetap Tanah dan Bangunan PT. Pulau Lemon

Manokwari

Revalusi dilakukan sendiri oleh pihak akuntan PT. Pulau Lemon

karena dibatasinya data yang boleh diberikan kepada peneliti sehingga

peneliti langsung memperoleh data langsung revaluasi, namun untuk

laba ruginya hanya berupa jumlah tanpa rincian lengkap yang

menyertainya. Aktiva tetap, nilai perolehan, dan akumulasi penyusutan

diambil berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Sedangkan nilai

pasar wajar dinilai oleh pihak akuntan sendiri langsung berdasarkan

rincian laporan keuangan perusahaan.


55

Tabel 3. Selisih Lebih Revaluasi Tanah, Prasarana, dan Gedung

Akumulasi
Aktiva Nilai Nilai Pasar Selisih Lebih
No. Penyusutan s.d Nilai Buku PPh Final 10%
Tetap Perolehan Wajar Revaluasi
thn 2012

1. Tanah 537.767.832 - 537.767.832 1.202.572.622,52 664.804.790,52 66.480.479,05

2. Prasarana 14.531.975 (2.433.725,39) 12.098.249,61 16.887.312,56 4.789.062,95 478.906,30

3. Gedung 2.883.321.604 (701.046.720,69) 2.182.274.883,31 3.107.711.350 925.436.466,69 92.543.646,67

Jumlah 3.435.591.411 (703.480.446,08) 2.732.140.964,92 4.327.171.285,08 1.595.030.320,02 159.503.032,02

Tabel 3 menunjukkan selisih lebih revaluasi aktiva tetap atas

tanah, bangunan dan gedung sebesar Rp 1.595.030.320,02 merupakan

selisih antara nilai pasar wajar aktiva tetap tanah, prasarana dan

gedung sebesar Rp 4.327.171.285,08 dengan nilai buku aktiva tetap

tanah, sarana dan gedung sebesar Rp 2.732.140.964,92. Selisih lebih

revaluasi aktiva tetap tersebut dikenakan PPh Final sebesar 10%

setelah dikurangi kompensasi kerugian. PT. Pulau Lemon Manokwari

tidak mempunyai kerugian fiskal sehingga perhitungan PPh Final atas

revaluasi sebesar Rp 159.503.032,02.


56

3. Revaluasi Aktiva Tetap Peralatan, Kendaraan/Alat Berat, dan Aktiva

Tetap Lain-lain

Tabel 4. Selisih Lebih Revaluasi Aktiva Peralatan, Kendaraan,

dan Aktiva Tetap Lain-lain

Akumulasi
Nilai Pasar Selisih Lebih
No. Aktiva Tetap Nilai Perolehan Penyusutan s.d Nilai Buku PPh Final 10%
Wajar Revaluasi
thn 2012

1. Kendaraan/alat berat 35.335.296.730,10 (21.795.943.088,98) 13.539.353.641,12 38.347.831.339,19 24.808.477.698,07 2.480.847.769,81

2. Peralatan 8.480.950.245,90 (6.428.793.159,73) 2.052.157.086,17 9.706.983.924,47 7.654.826.838,30 765.482.683,83

3. Akiva tetap lain-lain 247.713.315,75 (215.778.511,48) 31.934.804,27 271.319.480,02 239.384.675,75 23.938.467,57

Jumlah 44.063.960.291,75 (28.440.514.760,18) 15.623.445.531,56 48.326.134.743,68 32.702.689.212,11 3.270.268.921,21

Tabel 4, menunjukkan selisih lebih revaluasi aktiva tetap atas

kendaraan, alat berat, dan aktiva lain-lain. Selisih lebih revaluasi aktiva

tetap atas kendaraan menurut perusahaan sebesar Rp

24.808.477.698,07, merupakan selisih antara nilai pasar wajar aktiva

tetap atas kendaraan sebesar Rp 38.347.831.399,19 dengan nilai buku

aktiva tetap atas kendaraan sebesar Rp 13.539.353.641,12. Selisih

lebih revaluasi aktiva tetap tersebut dikenakan PPh Final Sebesar 10%

sebesar Rp 2.480.847769,81. Untuk peralatan, selisih revaluasi aktiva

tetap sebesar Rp 7.654.826.838,30, merupakan selisih antara nilai

pasar wajar sebesar Rp 9.706.983.924,47 dengan nilai buku aktiva

tetap sebesar Rp 2.052.157.086,17. Selisih lebih revaluasi aktiva tetap

tersebut dikenakan PPh Final sebesar 10% sebesar Rp 765.482.683,83.

Sedangkan untuk aktiva tetap lain-lain didapati selisih revaluasi aktiva

tetap sebesar Rp 239.384.675,75, yang merupakan selisih hasil antara


57

nilai pasar wajar sebesar Rp 271.319.480,02 dengan nilai buku aktiva

tetap sebesar Rp 31.934.804,27.

4. Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Laba Kena Pajak

Laporan laba rugi sebelum PPh badan sebesar Rp 622.156.080,23.

Perhitungan PPh Terutang adalah:

10% × Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000,00

15% × Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000,00

30% × Rp 522.156.080,23 = Rp 156.646.824,07

Rp 169.146.824,07

Tarif PPh Final:

10% × Rp 34.297.719.532,13 = Rp 3.429.771.953,23

Sehingga total pajak yang harus dibayar oleh perusahaan karena

merevaluasi aktiva tetapnya yaitu sebesar PPh Final ditambah dengan

PPh badan yaitu sebesar Rp 3.598.918.777,30.

Tabel 5. Perbandingan Pengenaan Pajak Sebelum Melakukan

dan Melakukan Revaluasi Aktiva Tetap

Sebelum Melakukan Melakukan Revaluasi


Revaluasi
Biaya PPh Final Revaluasi 0 3.429.771.953,23

Laba Kena Pajak 900.530.115 622.156.080,23

Beban Pajak 252.659.034,50 169.146.824,07


58

Perbandingan tersebut menunjukkan akibat melakukan revaluasi

aktiva tetap perusahaan dikenakan PPh Final sebesar 10%. Besarnya

biaya PPh Final Revaluasi aktiva tetap sebesar Rp 3.429.771.953,23,

dan laba operasi perusahaan mengalami penurunan sebesar Rp

278.374.034,77, serta terjadi penghematan beban pajak sebesar Rp

83.512.210,43.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Revaluasi aktiva tetap secara umum akan menghasilkan kenaikan

nilai pasar wajar yang merupakan nilai aktiva pada tahun berjalan dan

biaya diamortisasi aktiva. Kenaikan biaya amortisasi akan menurunkan

laba usaha yang berdampak pada pengurangan bebah PPh badan. Pada

aktiva tanah, tidak dapat menghemat pajak karena aktiva tanah tidak dapat

diamortisasi, sedangkan untuk aktiva berwujud lainnya dapat menghemat

pajak karena pada aktiva tersebut dapat diamortisasikan.

Peraturan Perpajakan No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak

Penghasilan, dan Keputusan Menteri Keuangan No.486/KMK.03/2002,

mengenai Tata cara Penilaian Kembali Aktiva Tetap dengan Tujuan

Perpajakan. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan revaluasi maka

diperoleh nilai pasar wajar aktiva tetap yang baru Rp 52.653.306.028,76

yang merupakan total nilai pasar wajar aktiva tetap yang direvaluasi,

dimana dari nilai pasar wajar aktiva tetap dapat diketahui nilai dari selisih

penilaian kembali aktiva tetap, yaitu sebesar Rp 34.297.719.532,13, maka

besarnya PPh Final yang dikenakan yaitu sebesar 10% atas selisih lebih

penilaian kembali aktiva tetap, yaitu Rp 3.429.771.953,23, sehingga total

pajak yang harus dibayar oleh perusahaan karena merevaluasi akiva

tetapnya yaitu sebesar PPh Final Rp 3.429.771.953,23 ditambah dengan

PPh Badan Rp 169.146.824,07. Dengan demikian total pajak yang harus

59
60

dibayarkan oleh perusahaan yaitu sebesar Rp 3.598.918.777,30 yang akan

diperhitungkan dengan pajak terhutang.

B. Saran

PT. Pulau Lemon Manokwari sebelum melakukan revaluasi

terhadap aktiva tetap perusahaannya, sebaiknya dilakukan pertimbangan

terlebih dahulu, dimana dapat dilakukan dengan cara membandingkan

besarnya pajak yang dibayar apabila melakukan revaluasi dan tidak

melakukan revaluasi aktiva tetapnya, apabila jumlah pajak PPh Final dan

PPh Badan yang dibayar lebih besari dari pada jumlah pajak dengan tidak

melakukan revaluasi aktiva tetap (PPh Badan), maka perusahaan tidak

perlu melakukan revaluasi melalui aktiva tetap dengan melihat kembali

peraturan yang berlaku dan nilai pasar wajar aset tetap perusahaan yang

ada dan menghasilkan nilai wajar yang sesuai dan mendapatkan total

beban pajak yang sebenarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. Trisnawati, Estralita. 2010. Akuntansi Perpajakan. Salemba


Empat: Jakarta.

Al Haryono Jusup. 2005. Teori Akuntansi, Edisi Keenam Jilid Satu, STIE YKPN:
Yogyakarta.

Carl S. Warren, James M. Reeve, dan Philip E. Fess. 2005. Pengantar Akuntansi
Edisi ke-21. Terjemahan Aria Farahmita, Amanugrahani, Taufik
Hendrawan. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Akuntansi Aktiva Tetap. Bumi Aksara: Jakarta.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi revisi 2011. ANDI: Yogyakarta.

Michell, Suharli. 2006. Akuntansi Untuk Bisnis, Jasa Dan Dagang, Edisi
Pertama, Graha Ilmu: Yogyakarta.

Mulya Hadri. 2008. Memahami Akuntansi Dasar: Pendekatan Teknis Siklus


Akuntansi, Edisi 1, Mitra Wacana Media: Jakarta.

Rosdiana, Haula. Rasin, Tarigan. 2005. Perpajakan Teori dan Aplikasi: Penerbit
Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Soemarso S. R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 2, Edisi kelima, Penerbit


Salemba Empat: Jakarta.

Suandy, Erly. 2003. Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat:
Jakarta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi Dilengkap dengan Metode R&D,


Penerbit Alvabeta: Bandung.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10-Buku 1. Salemba Empat: Jakarta.

Zain, Mohammad. 2003. Manajemen Perpajakan, Penerbit Salemba Empat:


Jakarta

61

Anda mungkin juga menyukai