Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP-PRINSIP

KEUANGAN SYARIAH
BERDASARKAN AL-QUR’AN
DAN AS-SUNNAH, PRINSIP
SISTEM KEUANGAN ISLAM
ADALAH SEBAGAI BERIKUT
PRINSIP SISTEM KEUANGAN ISLAM

Larangan Riba 1 1
Pembagian Risiko 2

Larangan Spekulatif 3 2 3
Kontrak/Perjanjian 4

Aktivitas Usaha harus Sesuai


4 5
5
Syariah 6
LARANGAN RIBA

Riba didefinisikan sebagai “kelebihan” atas sesuatu akibat


penjualan atau pinjaman. Riba merupakan pelanggaran
atas sistem keadilan sosial, persamaan, dan hak atas
barang. Sistem riba hanya menguntungkan para pemberi
pinjaman dengan membebani penetapan keuntungan yang
diperoleh pemberi pinjaman di awal perjanjian. Padahal
“untung” dapat diketahui setelah berlalunya waktu bukan
hasil penetapan di muka.
PEMBAGIAN RISIKO

Risiko merupakan konsekuensi dari adanya larangan


riba dalam suatu sistem kerja sama antara pihak
yang terlibat. Risiko yang timbul dari aktivitas
keuangan tidak hanya ditanggung oleh penerima
modal tetapi juga pemberi modal. Pihak yang terlibat
tersebut harus saling berbagi risiko sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati.
Larangan Spekulatif

Hal ini selaras dengan larangan transaksi yang


memiliki tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi,
misalnya seperti judi.
Kontrak/Perjanjian

Dengan adanya perjanjian yang


disepakati di awal oleh pihka-pihak yang
terlibat dapat mengurangi risiko atas
informasi yang asimetri atau
timbulnya moral hazard.
Usaha yang dilakukan merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah

Usaha yang dilakukan merupakan kegiatan


yang diperbolehkan menurut syariah, seperti
tidak melakukan jual-beli minuman keras
atau mendirikan usaha peternakan babi.
KAIDAH YANG DIGUNAKAN KEUANGAN SYARIAH

• Rela sama rela (antaraddim minkum).


• Tidak ada pihak yang menzalimi dan
dizalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun).
• Hasil usaha muncul bersama biaya (al-
kharaj bi al dhaman).
• Untung muncul bersama risiko (al ghunmu
bi al ghurmi).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai