Anda di halaman 1dari 19

BAB 6

AKUNTANSI HARGA POKOK PESANAN


Sumber : H. M. Alam Jayatmaja, S.E, M.M Ak

PENGERTIAN HARGA POKOK PESANAN


Harga pokok pesanan adalah harga pokok untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan
yang harus dihitung sebelum pesanan selesai.
Sistem harga pokok pesanan paling tepat digunakan untuk produk-produk yang dihasilkan
berbeda, setiap produk dibuat sesuai dengan kebutuhan konsumen dan harga dibebankan erat
hubungannya dengan estimasi biayanya.

SISTEM PEMBEBANAN BlAYA PADA HARGA POKOK PESANAN


Sistem pembebanan biaya dalam metode harga pokok pesanan dapat dilakukan berdasarkan:
1. Biaya Normal (Normal cost)
2. Biaya yang ditentukan dimuka (Predetermined cost)
Harga pokok pesanan menggunakan biaya ditentukan dimuka karena saat pesanan diterima
harus sudah ditentukan harga pokoknya, tetapi yang umum digunakan sistem biaya normal.

KARAKTERISTIK HARGA POKOK PESANAN


1. Proses produksi berdasarkan pesanan dan produk yang dihasilkan bersifat khusus
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga perhitungan:
a. Total biaya produksi dihitung pada saat pesanan selesai
b. Biaya per unit membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan.
3. Pengumpulan biaya produksi. dilakukan dengan membuat Kartu Pesanan (Job order cost
sheet) yang berfungsi sebagai buku pembantu biaya yang memuat.
a. Informasi umum seperti nama pemesan, jumlah dipesan, tanggal pesan dan lainnya.
b. Informasi biaya seperti biaya bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
4. Setelah pesanan selesai dikerjakan, biasanya produk langsung diserahkan.

KARTU BIAYA PESANAN


Kartu biaya pesanan (job cost sheet) adalah dokumen dasar dalam harga pokok pesanan yang
mengakumulasi biaya-biaya untuk setiap job (pekerjaan). Karena biaya diakumulasi untuk
setiap batch atau lot dalam sistem akuntansi pesanan, kartu biaya pesanan menunjukkan
bahan langsung dan tenaga kerja langsung yang digunakan pada suatu pekerjaan, dan juga
jumlah overhead yang dibebankan. File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat
berfungsi sebagai buku besar tambahan untuk Persediaan Barang Dalam Proses.
Terdapat berbagai bentuk kartu biaya pesanan. Sebagai contoh suatu catatan medis pasien
yang berisi daftar biaya seluruh pelayanan medis yang diberikan kepada pasien bersangkutan
merupakan kartu biaya pesanan rumah sakit.

AKUNTANSI METODE HARGA POKOK PESANAN


Transaksi yang berhubungan dengan penentuan harga pokok pesanan dibuat pada bagan
kasus pesanan berikut ini:

Pesanan yang diterima : Pesanan diolah dapat :


a) 1 jenis produk c) Melalui 1 departemen produksi
b) Lebih dari 1 jenis produk d) Lebih dari 1 departemen produksi

Sebelum pesanan diolah ada kegiatan yang harus dicatat yaitu pembelian bahan, pembayaran
upah, dan penyesuaian biaya yang berhubungan dengan biaya overhead pabrik, hal ini telah
dibahas pada bab sebelumnya.
Menjurnal langkah-langkah/Kejadian berdasarkan bagan tersebut
Transaksi Description Debit Credit Source Document
Jurnal Reversing Work in process XXX Bukti Memorial

Work in process inventory XXX

Biaya Produksi Work in Process XXX

Material Inventory XXX Permintaan bahan

Payroll XXX Kartu waktu

Applied factory overhead XXX Bukti memorial

Terjadi biaya OHP Factory overhead control XXX Kartu overhead

Various Credit XXX

Barang selesai Finished good inventory XXX Lap. Barang selesai

Work in process XXX


Barang yang belum selesai Work in process inventory XXX Kartu pesanan

Work in process XXX

Penyerahan ke pemesan Cost of good sold XXX Lap. Barang dijual

Finished good inventory XXX

Cash XXX Faktur penjualan

Sales XXX

Jurnal diatas dibuat untuk proses produksi melalui satu departemen produksi., bila lebih dari
satu departemen produksi, setiap rekening biayanya ditambahkan nama departemen yang
bersangkutan, produk akan diserahkan ke departemen berikutnya bila telah selesai di
departemen sebelumnya. Pesanan lebih dpi 1 jenis tidak mempengaruhi jurnal, tetapi harus
menyiapkan beberapa kartu pesanan sesuai banyaknya jenis pesanan.

KASUS AKUNTANSI HARGA POKOK PESANAN


Berikut ini dibahas beberapa kasus selrubungan dengan transaksi berdasarkan pesanan

Contoh 1: 1 PESANAN, 1 DEPARTEMEN


Perusahaan meubeul RESTU berproduksi atas dasar pesanan. Tanggal 5 Agustus 2016
perusahaan menerima pesanan untuk membuat meja Pertemuan dari Hotel Santika. Harga
Kontrak Rp 20.000.000 Pesanan tersebut diberi kode Pesanan Nornor 99. Untuk memenuhi
pesanan tersebut kegiatan-kegiatan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Pembelian bahan-bahan yang dilakukan:
Jenis bahan Satuan Harga satuan Jumlah
Kayu mahoni 20 meter Rp. 600.000 Rp. 12.000.000
Pelitur 50 liter Rp. 10.000 Rp. 500.000
Lem 10 kaleng Rp. 30.000 Rp. 300.000
Paku 5 kg Rp. 40.000 Rp. 200.000
Jumlah Rp. 13.000.000

Bahan yang dipakai untuk memproduksi Job No. 99 :


Bahan baku 10 meter Rp. 600.000 Rp. 6.000.000
Bahan penolong
Pelitur 6 liter Rp. 10.000 Rp. 60.000
Lem 2 kaleng Rp. 30.000 Rp. 60.000
Paku 2 kg Rp. 40.000 Rp. 80.000

Biaya Tenaga Kerja yang dikeluarkan untuk mengerjakan job No. 99


Tenaga Kerja Langsung Rp 4.000.000,00
Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 1.000.000,00
Biaya overhead pabrik actual selain yang terjadi di atas Rp l,500.000,00. Biaya Overhead
pabrik yang dibebankan atas dasar tarif 75% dari. biaya Tenaga Kerja Langsung. Pesanan
tersebut. selesai dikerjakan dan diserahkan kepada pemesan, sedangkan pembayaran diterima
20 hari kemudian.
Berdasarkan data contoh 1 maka dapat dikerjakan sbb:
Perhitungan overhead pabrik dibebankan = 75% x Rp 4.000.000 = Rp 3.000.000

Jurnal yang diperlukan


Date Description Debit Credit
1 Material inventory 13.000.000
Account payable 13.000.000
Jurnal Pembelian Bahan
2a Work in Process 6.000.000
Material Inventory 6.000.000
Jurnal pemakaian bahan baku
2b Factory overhead Control 200.000
Material inventory 200.000
Jurnal pemakaian bahan penolong
3a Work in process 4.000.000
Payroll 4.000.000
Jurnal pembebanan upah langsung
3b Factory overhead control 1.000.000
Payroll 1.000.000
Jurnal pembebanan upah tak langsung
4a Factory overhead control 1.500.000
Various Credit 1.500.000
Jurnal terjadinya biaya overhead pabrik
4b Work in process 3.000.000
Applied Factory Overhead 3.000.000
Jurnal pembebanan overhead pabrik
5 Finished good inventory 13.000.000
Work in Process 13.000.000
Jurnal barang selesai
6 Cost of good sold 13.000.000
Finished good inventory 13.000.000
Jurnal penyerahan barang ke pemesan
7 Account receivable 20.000.000
Sales 20.000.000
Jurnal mencatat piutang usaha

2. Job Order Cost Sheet (Kartu Harga Pokok Pesanan)

Perusahaan RESTU KARTU PESANAN Pesanan No : 99


Nama Pemesan : Hotel Santika Tanggal Pesanan : 05-8-2005
Keterangan : Meja, warna coklat Tanggal Selesai : 30-8-2005
Bahan Baku Upah Langsung Overhead Pabrik
Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah
6.000.000 4.000.00 3.000.000

Ikhtisar biaya produk : Harga Jual Produk :


Bahan baku Rp. 6.000.000 Rp. 20.000.000
Upah Langsung Rp. 4.000.000
Overhead Pabrik Rp. 3.000.000
Rp. 13.000.000

Laba kotor atas pesanan. tersebut: Rp 20.000.000 - Rp 13.000.000 = Rp 7.000.000

Contoh 2 : 2 PESANAN, 2 DEPARTEMEN


Perusahaan meubeul an tik mempunyai 2 departemen produksi yaitu departemen A. dan B.
Pada bulan Januari mendapat pesanan sebagai berikut :
- Dari UTAMA 200 buah kursi kuliah @ Rp 60.000,00 total Rp 12.000.000 Job No. K-1
- Dari. PT. ABC 50 buah kursi kerja @ Rp 100.000,00 total Rp 5.000.000 Job No. M-3
Transaksi yang terjadi untuk memenuhi pesanan tersebut :
1. Pemakaian bahan baku
Job No. Departemen A Departemen B Jumlah
K-1 Rp. 4.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 5.000.000
M-3 Rp. 1.500.000 Rp. 250.000 Rp. 1.750.000
Jumlah Rp. 5.500.000 Rp. 1.250.000 Rp. 6.750.000

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Job No. Departemen A Departemen B Jumlah
K-1 Rp. 1.600.000 Rp. 800.000 Rp. 2.400.000
M-3 Rp. 500.000 Rp. 200.000 Rp. 700.000
Jumlah Rp. 2.100.000 Rp. 1.000.000 Rp. 3.100.000

3. Biaya Overhead Pabrik


Departemen Tarip overhead pabrik Overhead pabrik Actual
A 50% biaya Bahan baku Rp 2.700.000
B 80% biaya TK Langsung Rp 950.000

Dari data tersebut diminta:


1. Buatlah Jurnal yang diperlukan
2. Buatlah Job Order Cost Sheet masing-masing pesanan
3. Laba kotor pesanan K-1
4. Selisih biaya overhead untuk periode tersebut
I. Jurnal yang diperlukan
Date Description Debit Credit
1 Work in process – Dept A 10.350.000
Material Inventory 5.500.000
Payroll 2.100.000
Applied Factory Overhead – Dept A 2.750.000
Jurnal biaya produksi departemen A
2 Factory overhead control – Dept A 2.700.000
Various Credit 2.700.000
Jurnal terjadi biaya overhead pabrik
3 Work in process – Dept B 10.350.000
Work in process – Dept B 10.350.000
J. Barang selesai yang ditransfer ke dept B
4 Work in process – Dept B 3.050.000
Material inventory 1.250.000
Payroll 1.000.000
Applied factory overhead – Dept B 800.000
Jurnal biaya produksi departemen B
5 Factory overhead Control – Dept B 950.000
Various credit 950.000
Jurnal terjadi biaya overhead pabrik
6 Finished good inventory 13.400.000
Work in proces - Dept B 13.400.000
Jurnal barang selesai
7a Cost of good sold 10.040.000
Finished good inventory 10.040.000
7b Cash 12.000.000
Sales 12.000.000

Laba kotor pesanan K-1 = Rp. 12.000.000 – Rp. 10.040.000 = Rp. 960.000
Selisih biaya overhead pabrik = Rp. 3.650.000 – Rp. 3.550.000 = Rp. 100.000
Job Order Cost Sheet (Kartu harga Pesanan)

MEUBEUL ANTIK Job order No. : K-1


KARTU PESANAN
Customer : UTAMA Date ordered : 05-8-2005
Item Description : Kursi Kuliah Date Started : 06-8-2005
Quantity : 200 buah Date Finished : 30-8-2005
Departemen A
Materials Direct labor Applied overhead
Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah
4.000.000 1.600.000 2.000.000
Departemen B
Materials Direct labor Applied overhead
Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah
1.000.000 800.000 640.000

Cost Summary : Harga Jual Produk :


Bahan Baku Rp. 5.000.000
Upah Langsung Rp. 2.400.000
Overhead Pabrik Rp. 2.640.000
Rp. 10.040.000

MEUBEUL ANTIK Job order No. : M-3


KARTU PESANAN
Customer : PT. ABC Date ordered : 05-8-2005
Item Description : Kursi Kerja Date Started : 06-8-2005
Quantity : 50 buah Date Finished : 30-8-2005
Departemen A
Materials Direct labor Applied overhead
Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah
1.500.000 500.00 750.000

Departemen B
Materials Direct labor Applied overhead
Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah
250.000 200.00 160.000

Cost Summary : Harga Jual Produk :


Bahan Baku Rp. 1.750.000
Upah Langsung Rp. 700.000
Overhead Pabrik Rp. 910.000
Rp. 3.360.000

PESANAN YANG BELUM SELESAI SAAT TUTUP BUKU


Bila dalam Proses produksi pada akhir bulan atau akhir tahun dilakukan penutupan buku
maka akan terjadi Pesanan yang belum selesai yang dinamakan Barang dalam proses
(Persediaan BDP Akhir) dan akan menjadi BDP Awal pada periode berikutnya.
Contoh: 3 Ada barang dalam proses awal
PT OVAL be roduksi atas dasar esanan. Pada bulan Mei menerima pesanan:
Job No. A-2 A-3 A-4
Harga Kontrak Rp. 8.000.000 Rp. 9.500.000 Rp. 8.000.000
Pesanan A-1 diterima bulan April dengan harga kontrak Rp 7.000.000, telah menyerap biaya
Bahan baku Upah Langsung Overhead Pabrik Jumlah
Job A-1 Rp. 1.200.000 Rp. 1.000.000 Rp. 500.000 Rp. 2.700.000

Biaya-biaya yang dikeluarkan bulan Mei untuk masing-masing pesanan sebagai berikut:
Job No. A-1 A-2 A-3 A-4 Total
Biaya bahan baku Rp. 800.000 Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 400.000 Rp. 6.200.000
Biaya upah langsung Rp. 400.000 Rp. 1.600.000 Rp. 2.000.000 Rp. 100.000 Rp. 4.100.000
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rp. 2.350.000,00
Biaya Overhead pabrik yang dibebankan 50% dari biaya Tenaga Kerja Langsung
Pesanan A-l, A-2, A-3 telah selesai dikerjakan sedangkan yang diserahkan pesanan A-1 dan
A-2. Pesanan A-4 belum selesai dikerjakan.

Diminta: 1 Buatlah jurnal yang diperlukan


2 Buatlah kartu pesanan

1. Jurnal yang diperlukan


Date Description Debit Credit
1 Work in process 2.700.000
Work in process inventory 2.700.000
Jurnal reversing
2 Work in process 12.350.000
Material inventory 6.200.000
Payroll 4.100.000
Applied factory overhead 2.050.000
Jurnal biaya produksi
3 Factory overhead control 2.350.000
Various credit 2.350.000
Jurnal terjadi biaya overhead pabrik
4 Finished good inventory 14.500.000
Work in process 14.500.000
Jurnal barang selesai
5a Cost of good sold 8.500.000
Finished good inventory 8.500.000
5b Cash 15.000.000
Sales 15.0000.000
Jurnal penyerahan barang ke pemesan
6 Work in process 550.000
Work in process 550.000
Jurnal barang yang belum selesai

2. Kartu Pesanan

Perusahaan OVAL Pesanan No. : A-1


KARTU PESANAN
Nama Pemesan : Tanggal Pesanan :
Keterangan : Tanggal Selesai :
Bahan Baku Upah Langsung Overhead Pabrik
Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah
1.200.000 1.000.000 500.000
800.000 400.000 200.000

Ikhtisar biaya produk : Harga Jual Produk :


Bahan baku Rp. 2.000.000 Rp. 7.000.000
Upah Langsung Rp. 1.400.000
Overhead Pabrik Rp. 700.000
Rp. 4.100.000

Perusahaan OVAL Pesanan No. : A-2


KARTU PESANAN
Nama Pemesan : Tanggal Pesanan :
Keterangan : Tanggal Selesai :
Bahan Baku Upah Langsung Overhead Pabrik
Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah
2.000.000 1.600.000 800.000

Ikhtisar biaya produk : Harga Jual Produk :


Bahan baku Rp. 2.000.000 Rp. 8.000.000
Upah Langsung Rp. 1.600.000
Overhead Pabrik Rp. 800.000
Rp. 4.400.000

Perusahaan OVAL Pesanan No. : A-3


KARTU PESANAN
Nama Pemesan : Tanggal Pesanan :
Keterangan : Tanggal Selesai :
Bahan Baku Upah Langsung Overhead Pabrik
Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah
3.000.000 2.000.000 1.000.000

Ikhtisar biaya produk : Harga Jual Produk :


Bahan baku Rp. 3.000.000 Rp. 9.500.000
Upah Langsung Rp. 2.000.000
Overhead Pabrik Rp. 1.000.000
Rp. 6.000.000

Perusahaan OVAL Pesanan No. : A-4


KARTU PESANAN
Nama Pemesan : Tanggal Pesanan :
Keterangan : Tanggal Selesai :
Bahan Baku Upah Langsung Overhead Pabrik
Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah Bukti No. Jumlah
400.000 100.000 50.000

Ikhtisar biaya produk : Harga Jual Produk :


Bahan baku Rp. Rp.
Upah Langsung Rp.
Overhead Pabrik Rp.
Rp.

Laba kotor masing-masing pesanan


Job No. A-1 A-2 A-3
Harga Kontrak Rp. 7.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 9.500.000
Harga Pokok Rp. 4.100.000 Rp. 4.400.000 Rp. 6.000.000
Laba Kotor Rp. 2.900.000 Rp. 3.600.000 Rp. 3.500.000

Selisih biaya overhead pabrik


Biaya overhead pabrik dibebankan Rp. 2.550.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 2.350.000
Selisih BOP lebih dibebankan Rp. 200.000
BAB 7
AKUNTANSI HARGA POKOK PESANAN (LANJUTAN)

TUJUAN BELAJAR
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Anda dapat:
1. Mencatat perlakuan sisa bahan terhadap Harga pokok pesanan
2. Mencatat perlakuan Produk rusak terhadap Harga pokok pesanan
3. Mencatat perlakuan Produk cacat terhadap Harga pokok pesanan

PENDAHULUAN
Dalam Bab ini akan dibahas tentang bagaimana memperlakukan masalah-masalah khusus
yaitu bagaimana sisa bahan; produk rusak dan cacat terhadap Harga pokok barang selesai:

MASALAH DALAM HARGA POKOK PESANAN


Proses produksi biasanya menghasilkan unit yang belum sempurna yaitu adanya sisa bahan,
produk rusak dan produk cacat sehingga tidak dapat dijual. secara reguler. Karena sisa bahan,
produk rusak dan produk cacat biasanya memiliki sedikit nilai atau kemungkinan tidak laku,
maka masing-masing memerlukan perlakuan akuntansi.
Penyebab terjadinya sisa bahan, produk rusak dan produk cacat adalah:
a) Sulitnya pengerjaan pesanan tersebut
b) Normal artinya kerusakan tidak dapat dihindari terjadinya pada kondisi operasi yang
efisien.
c) Abnormal artinya kerusakan tidak perlu terjadi pada kondisi operasi yang efisien

SISA BAHAN (SERAP)


Sisa bahan berasal dari sifat Pengolahan bahan, penyimpanan bahan terlalu lama dan lainnya.
Sisa bahan nilainya kecil dan tidak laku dijual tidak ada jurnal, tetapi bila memerlukan biaya
pemusnahan, maka biayanya ditambahkan pada:
a) Biaya bahan baku bila penyebabnya sulit pengerjaan atau
b) Ditambahkan pada biaya overhead pabrik bila penyebabnya normal

Bila sisa bahan dapat dijual, hasil penjualan dapat:


a) Mengurangi biaya bahan baku bila penyebabnya sulit pengerjaan atau
b) Dikurangkan pada biaya overhead pabrik atau pendapatan lain-lain bila normal.

Contoh 1: Sisa bahan


Dalam proses produksi terdapat sisa bahan yang tidak laku dijual dan perlu dimusnahkan,
maka bila diketahui bila pemusnahan sebesar Rp 100.000, perhitungan Harga pokok sebagai
berikut:
Biaya Bahan baku Rp 400.000
Biaya upah langsung Rp 500.000
Biaya FOH yang dibebankan Rp 750.000
HP produk selesai Rp 1.650.000
Biaya pemusnahan Rp 100.000 dibebankan ke overhead bila sisa normal
HP produk selesai Rp 1.750.000 Bila sisa sulit pengerjaan

maka ayat jurnal yang dibuat untuk pemusnahan sisa bahan adalah
Bila sulit pengerjaan Bila normal terjadi
Work in process Rp. 100.000 FOH Control Rp. 100.000
Cash Rp. 100.000 Cash Rp. 100.000

Dalam proses produksi terdapat sisa bahan yang telah dikumpulkan untuk dijual Bila
diketahui hasil penjualan sisa bahan tersebut adalah Rp 200.000
Biaya Bahan baku Rp 400.000
Biaya upah langsung Rp 500.000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 750.000
Harga pokok produk selesai Rp 1.650.000
Hasil penjualan sisa bahan Rp 200.000 dibebankan ke overhead bila sisa normal
Harga pokok produk selesai Rp 1.450.000 Bila sisa sulit pengerjaan

maka ayat jurnal yang dibuat untuk penjualan sisa bahan adalah;
Bila sulit pengerjaan Bila normal terjadi
Cash Rp. 200.000 Cash Rp. 200.000
Work in process Rp. 200.000 FOH Control Rp. 200.000
Cash Rp. 200.000
Other income Rp. 200.000

PRODUK RUSAK (SPOILAGE PRODUCT)


Produk rusak adalah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang
ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki.
Produk rusak kemungkinan tidak 1 aku dijual atau laku dijual. Kerugian yang berhubungan
dengan barang rusak dapat diperlakukan sebagai:
a) Bagian dari Harga pokok pesanan bila penyebabnya adalah karena sulit pengerjaan
b) Dibebankan sebagai biaya overhead pabrik bila normal terjadi atau
c) Dibebankan sebagai rugi produk rusak bila terjadinya abnormal.
Bila laku dijual, hasil penjualan di kurangkan pada Harga pokok pesanan bila sulit pengerjaan
atau mengurangi biaya overhead pabrik bila normal atau mengurangi rugi produk rusak bila
abnormal.

Contoh 2: Produk Rusak


PT NEDA berproduksi dengan kapasitas bulanan 12.500 unit. Produksi dilakukan
berdasarkan pesanan yang diterima. Kerusakan terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang
tidak dapat diperkirakan. Selama bulan Nopember, diproduksi 10.000 unit dengan biaya sbb:
Biaya Bahan baku Rp 40 per unit,
Biaya upah langsung Rp 50 per unit,
Biaya overhead pabrik yang dibebankan dengan tarif 150% dari upah langsung.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp 780.000
Pada hari terakhir dalam bulan tersebut, seluruh hasil. produksi pada hari itu diperiksa dan
diketahui sebesar 400 unit rusak.

Berdasarkan soal diatas buatlah jurnal yang diperlukan


a. Bila Produk rusak tidak laku dijual dan terjadinya kerusakan tersebut adalah
1) Sulit Pengerjaan
2) Normal terjadi
3) Abnormal terjadi
b. Bila Produk rusak laku dijual dengan Harga Rp 50 per unit. dan terjadinya kerusakan
adalah
1) Sulit Pengerjaan
2) Normal terjadi
3) Abnormal terjadi

Jawab
Biaya Bahan baku Rp 40
Biaya upah langsung Rp 50
Biaya FOH yang dibebankan Rp 75 15% dari biaya upah langsung
Biaya produksi per unit Rp 165

PERHITUNGAN HARGA POKOK BILA PRODUK RUSAK SULIT PENGERJAAN


TIDAK LAKU DIJUAL
Biaya Bahan baku Rp 400.000 10.000 unit X Rp 40
Biaya upah langsung Rp 500.000 10.000 unit X Rp 50
Biaya FOH yang dibebankan 750.000 10.000 unit: X Rp 75
HP produk selesai 9.600 unit Rp l .650.000 Bila rusak sulit pengerjaan

Kasus produk rusak tidak laku dijual


Perhitungan Harga pokok barang selesai bila rusak karena sulit pengerjaan
Jadi Harga pokok produk selesai adalah Rp 1.650.000
Keterangan: jumlah Rp 1.650.000 termasuk Harga pokok barang rusak
Perhitungan Harga pokok barang selesai bila rusak karena Normai atau abnormal
Harga pokok produk rusak 400 x Rp 165=- Rp 66.000 (diperlakukan sebagai overhead pabrik
bila normal, rugi produk rusak bila abnormal)
Jadi Harga pokok produk selesai = Rp 1.650.000 - Rp 66.000 = Rp 1.584.000
Kasus produk rusak laku dijual
Perhitungan Harga pokok barang selesai bila rusak karena sulit pengerjaan
Hasil penjualan produk rusak 400 x Rp 50 = Rp 20.000
Jadi Harga pokok produk selesai = Rp 1.650 000 - Rp 20.000 = Rp 1.630.000
Perhitungan Harga pokok barang selesai biia rusak karena Normal atau abnormal
Hasil penjualan produk rusak 400.000 x Rp 50 = Rp 20.000
Harga pokok produk rusak 400 x Rp 165= Rp 66.000
Jadi kerugi produk rusak = Rp 66.000 - Rp 20.000 = Rp 46.000
(diperlakukan sebagai overhead pabrik bila normal, rugi produk rusak bila abnormal)
Jadi Harga pokok produk selesai = Rp 1.650.000 - Rp 66.000 = Rp 1.584.000
A. Jurnal produk rusak bila tidak laku dijual
Sulit Pengerjaan Normal Terjadi Abnormal terjadi
Untuk mencatat biaya produksi
Work in Process Rp 1.650.000 Work in Process Rp 1.650.000 Work in Process Rp 1.650.000
Material Inventory Rp 400.000 Material Inventory Rp 400.000 Material Inventory Rp 400.000
Payroll Rp 500.000 Payroll Rp 500.000 Payroll Rp 500.000
Applied FOH Rp 750.000 Applied FOH Rp 750.000 Applied FOH Rp 750.000
Untuk mencatat overhead sesungguhnya
FOH control Rp 780.000 FOH control Rp 780.000 FOH control Rp 780.000
Various Credit Rp 780.000 Various Credit Rp 780.000 Various Credit Rp 780.000
Untuk mencatat H.P Produk Rusak
No Entry FOH control Rp 66.000 Loss from Spoiled Rp 66.000
Various Credit Rp 66.000 Work in Process Rp 66.000
Untuk mencatat barang selesai
Finished good inventory Rp 1.650.000 Finished good inventory Rp 1.584.000 Finished good inventory Rp 1.584.000
Work in process Rp 1.650.000 Work in process Rp 1.584.000 Work in process Rp 1.584.000

B. Jurnal produk rusak bila laku dijual


Sulit Pengerjaan Normal Terjadi Abnormal terjadi
Untuk mencatat biaya produksi
Work in Process Rp 1.650.000 Work in Process Rp 1.650.000 Work in Process Rp 1.650.000
Material Inventory Rp 400.000 Material Inventory Rp 400.000 Material Inventory Rp 400.000
Payroll Rp 500.000 Payroll Rp 500.000 Payroll Rp 500.000
Applied FOH Rp 750.000 Applied FOH Rp 750.000 Applied FOH Rp 750.000
Untuk mencatat overhead sesungguhnya
FOH control Rp 780.000 FOH control Rp 780.000 FOH control Rp 780.000
Various Credit Rp 780.000 Various Credit Rp 780.000 Various Credit Rp 780.000
Untuk mencatat H.P Produk Rusak
Spoiled Good Rp 20.000 Spoiled Good Rp 20.000 Spoiled Good Rp 20.000
Work in process Rp 20.000 FOH Control Rp 46.000 FOH Control Rp 46.000
Work in Process Rp 66.000 Work in Process Rp 66.000
Untuk mencatat barang selesai
Finished good inventory Rp 1.630.000 Finished good inventory Rp 1.584.000 Finished good inventory Rp 1.584.000
Work in process Rp 1.630.000 Work in process Rp 1.584.000 Work in process Rp 1.584.000
Untuk mencatat penjualan produk rusak
Cash Rp 20.000 Cash Rp 20.000 Cash Rp 20.000
Spoiled Good Rp 20.000 Spoiled Good Rp 20.000 Spoiled Good Rp 20.000
PRODUK CACAT (DEFECTIVE PRODUCT)
Produk Cacat adalah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang
ditentukan tetapi masih ekonomis untuk diperbaiki.
Perbedaan rusak dan cacat adalah produk rusak tidak diperbaiki sedangkan produk cacat
dapat diperbaiki, sehingga masalahnya bagaimana memperlakukan Biaya perbaikan produk
cacat tersebut kepada pesanan yaitu :
a) Ditambahkan pada Harga pokok pesanan yang bersangkutan bila penyebabnya sulit
pengerjaan.
b) Biaya perbaikan ditambahkan pada Biaya overhead pabrik bila penyebabnya normal
c) Biaya perbaikan ditambahkan pada rugi produk cacat bila penyebabnya abnormal

Contoh 3: Produk Cacat


PT OVAL mendapat pesanan sebanyak 500 unit produk dengan biaya produksi langsung
sebesar Rp 500 per unit untuk bahan dan Rp 300 untuk upah. Overhead pabrik dibebankan
sebesar 200% dari Biaya upah langsung. Overhead sesungguhnya Rp 310.000 50 unit
ternyata cacat dan harus diperbaiki dengan Biaya sebesar Rp 3.000 untuk bahan dan Rp
6.000 untuk upah dan overhead pabrik 200% dari Biaya upah langsung.
Diminta: Buatlah jurnal, bila Produk cacat terjadinya adalah
a) Sulit Pengerjaan
b) Normal terjadi.
c) Abnormal terjadi
Biaya Bahan baku Rp 250.000 500 unit x Rp 500
Biaya upah langsung Rp 150.000 500 unit x Rp 300
Biaya FOH yang dibebankan Rp 300.000 500 unit x Rp 600
Harga pokok produk selesai Rp 700.000

Biaya perbaikan
Biaya bahan baku Rp 3.000
Biaya upah langsung Rp 6,000
Biaya FOH yang dibebankan R. 12.000
Harga pokok produk rusak Rp 21.000

Jurnal yang dibuat dengan kondisi sbb:


Sulit Pengerjaan Normal Terjadi Abnormal terjadi
Untuk mencatat biaya produksi
Work in Process Rp 700.000 Work in Process Rp 700.000 Work in Process Rp 700.000
Material Inventory Rp 250.000 Material Inventory Rp 250.000 Material Inventory Rp 250.000
Payroll Rp 150.000 Payroll Rp 150.000 Payroll Rp 150.000
Applied FOH Rp 300.000 Applied FOH Rp 300.000 Applied FOH Rp 300.000
Untuk mencatat barang FOH Actual
FOH control Rp 310.000 FOH control Rp 310.000 FOH control Rp 310.000
Various Credit Rp 310.000 Various Credit Rp 310.000 Various Credit Rp 310.000
Untuk mencatat biaya perbaikan
Work in process Rp 21.000 Overhead Control Rp 21.000 Loss ffrom defective Rp 21.000
Material Inventory Rp 3.000 Material Inventory Rp 3.000 Material Inventory Rp 3.000
Payroll Rp 6.000 Payroll Rp 6.000 Payroll Rp 6.000
Applied FOH Rp 12.000 Applied FOH Rp 12.000 Applied FOH Rp 12.000
Untuk mencatat barang selesai
Finished good inventory Rp 721.000 Finished good inventory Rp 700.000 Finished good inventory Rp 700.000
Work in process Rp 721.000 Work in process Rp 700.000 Work in process Rp 700.000

RANGKUMAN
Dalam proses produksi dapat terjadi sisa bahan akibat dari sifat produksi tersebut, produk
rusak yang bersifat normal, abnormal atau karena sulit pengerjaan yang tidak ekonomis untuk
diperbaiki tapi kemungkinan dapat laku dijual, produk cacat yang bersifat normal, abnormal
dan sulit pengerjaan yang masih dapat diperbaiki. masalahnya adalah bagaimana perlakuan
biaya perbaikannya.

Anda mungkin juga menyukai