Anda di halaman 1dari 19

SISTEM

BIAYA
TAKSIRA 1.
Disusun Oleh :

MUYA SOFA (3420028)

N
2. PUTRI AZWIDA FARADISA (3420067)
3. SALSABIILA AMALIA (3420033)
4. FRIDA YULIYANTI (3420090)

Dosen Pengampu : ANNI SAFITRI, S.Ak., Ak


Konsep Dasar Sistem Biaya
Taksiran
Biaya taksiran (estimated cost) merupakan salah
satu bentuk biaya yang ditentukan di muka sebelum
produksi dilakukan atau penyerahan jasa
dilaksanakan.
Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi
biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk
biaya-biaya yang ditentukan di muka dalam
menghitung harga pokok produk yang diproduksi. 2
Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran
Untuk jembatan menuju sistem biaya standar

Untuk menghindari biaya yang relatif besar


dalam pemakaian sistem biaya standar.

Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan

Untuk mengurangi biaya akuntansi. 3


• Ditentukan atas dasar data biaya historis, dari perhitungan,
atau secara sederhana dengan taksiran.
• Penentuan taksiran biaya bahan baku, perlu dilakukan
penaksiran tiap bahan baku yang dibutuhkan dan berapa Penentuan
harganya.
• Penentuan taksiran biaya tenaga kerja, harus diketahui
Biaya
dulu semua jenis kegiatan untuk mengolah produk karena Taksiran
jam tenaga kerja dipengaruhi kemampuan tiap karyawan
dan jenis pekerjaannya.
• Penentuan taksiran biaya overhead pabrik, perlu diadakan
pemisahan biaya overhead pabrik dalam unsur biaya tetap
dan biaya variabel.
4
Perlakuan Akuntansi Terhadap Biaya Taksiran
Prosedur Pencatatan biaya bahan baku
 mencatat biaya bahan baku selama periode tertentu
 Metode mutasi persediaan adalah:
Jurnal Pembelian bahan baku :
Persediaan bahan baku xx a. untuk menutup harga pokok persediaan bahan baku
Utang dagang xx awal periode
BDP-BBB xx
Jurnal Pemakaian bahan baku :
Persediaan Bahan Baku xx
BDP-BBB xx
Persediaan bahan baku xx
b. untuk menutup rekening pembelian
BDP-BBB xx
 Metode persediaan fisik Pembelian xx
Jurnal Pembelian bahan baku :
Pembelian xx c. untuk mencatat harga pokok persediaan bahan baku
Utang dagang xx akhir periode
Jurnal Pemakaian bahan baku : Persediaan Bahan Baku xx
Diadakan perhitungan fisik persediaan diakhir periode BDP-BBB xx

5
Prosedur Pencatatan biaya tenaga kerja
Jurnal :
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
Biaya Pemasaran xx
Gaji dan Upah xx

Prosedur Pencatatan biaya overhead pabrik


Metode 1 :
 Jurnal pencatatan BOP yang sesungguhnya
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Persediaan Suku Cadang xx
Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap xx
Kas xx
 Jurnal pembebanan BOP Sesungguhnya
Barang Dalam Proses-BOP xx
BOP Sesungguhnya xx

6
Metode 2 :
 Jurnal pencatatan BOP yang sesungguhnya
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Persediaan Suku Cadang xx
Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap xx
Kas xx

 Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx
Biaya Overhead yang dibebankan xx

 Jurnal pada akhir periode


Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx

7
Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi dan Produk yang Masih Dalam Proses
pada Akhir Periode
Jurnal :
Persediaan Produk Jadi xx
Persediaan Produk Dalam Proses xx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx

Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk yang Dijual


Jurnal :
Harga Pokok Penjualan xx
Persediaan Produk Jadi xx

8
Prosedur Pencatatan Selisih Biaya Taksiran dengan Biaya Sesungguhnya
Jika pencatatan BOP adalah metode 1, jurnalnya :
• Selisih xx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx
(untuk mencatat selisih rugi, yaitu biaya sesungguhnya lebih tinggi dari biaya taksiran)
Jika pencatatan BOP adalah metode 2, jurnalnya :
• Selisih xx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx
(untuk mencatat selisih rugi, yaitu jumlah pendebitan rekening barang dalam proses lebih tinggi dari jumlah
pengkreditannya).
• Selisih xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
(untuk mencatat selisih rugi, yaitu biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih tinggi dari yang dibebankan atas dasar
tarif).

9
Contoh soal
PT Eliona memproduksi satu macam produk melalui satu tahap pengolahan. Perusahaan menggunakan sistem
biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram produk adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 2 kg @ Rp. 9 Rp. 18

Biaya tenaga kerja 1 jam @ Rp. 27 Rp. 27

Biaya overhead pabrik 1 jam @ Rp. 37 Rp. 37

Biaya taksiran per kg produk Rp. 82

Data kegiatan perusahaan dalam bulan November 2017 adalah sebagai berikut:
1. Persediaan pada awal bulan November 2017
a. Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp. 20.000.
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3.000 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 2/3. Harga
pokok taksiran persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan baku 100% x 3.000 x Rp 18 Rp. 54.000
Biaya tenaga kerja 2/3 x 3.000 x Rp. 27 54.000
Biaya overhead pabrik 2/3 x 3.000 x Rp. 37 74.000
Jumlah Rp. 182.000
c. Persediaan produk jadi berjumlah 500 kg. 10
Contoh soal
2. Kegiatan selama bulan November 2017
a. Pembelian bahan baku sebesar Rp. 660.000.
b. Jumlah tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 925.000.
c. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam kerja langsung sebesar Rp. 37.
d. Biaya overhead pabrik sesungguhnya bulan November Rp. 1.261.000.
e. Produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan November berjumlah 35.500 kg.
f. Produk jadi dijual dengan harga jual Rp. 110 per kg.

3. Persediaan pada akhir bulan November 2017


a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode MPKP sebesar Rp. 40.000.
b. Jumlah persediaan peoduk dalam proses sebanyak 2.500 kg dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut:
Biaya bahan baku 100%; biaya konversi 20%.
c. Persediaan produk jadi berjumlah 1.000 kg.

11
Atas dasar data tersebut di atas, jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam sistem
biaya taksiran adalah sebagai berikut:

1. Jurnal pembelian bahan baku


Pembelian Rp. 600.000
Utang Dagang Rp. 600.000
2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:
Barang dalam proses-Biaya Bahan Baku Rp. 640.000
Persediaan bahan baku Rp. 40.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 20.000
Pembelian Rp. 660.000

Perhitungan biaya bahan baku sesungguhnya adalah sebagai berikut:


Harga pokok persediaan bahan baku pada awal bulan Rp. 20.000
Pembelian 660.000 +
  Rp. 680.000
Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir bulan 40.000 -
Biaya bahan baku selama bulan November Rp. 640.000
3. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja sesungguhnya:
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp. 925.000
Gaji dan Upah Rp. 925.000 12
4. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk.
Barang Dalam Proses-BOP Rp. 1.276.500
BOP yang dibebankan Rp. 1.276.500
Perhitungan BOP yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif adalah sebagai berikut :
34.500 jam x Rp. 37 = Rp. 1.276.50
5. Jurnal pencatatan BOP yang sesungguhnya terjadi selama bulan November.
BOP Sesungguhnya Rp. 1.261.000
Berbagai Macam Rekening di Kredit Rp. 1.261.000
6. Jurnal penutupan rekening BOP yang Dibebankan ke Rekening BOP Sesungguhnya.
BOP yang Dibebankan Rp. 1.276.500
BOP Sesungguhnya Rp. 1.276.500
7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
Persediaan produk jadi Rp. 2.911.000
BDP-BBB Rp. 639.000
BDP-BTK Rp. 958.500
BDP-BOP Rp. 1.313.500
Harga pokok produk jadi ditentukan dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi yang sesungguhnya
dihasilkan dengan biaya taksiran per satuan. Perhitungan harga pokok produk jadi adalah sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku 35.500 x Rp. 18 Rp. 639.000
Biaya Tenaga Kerja 35.500 x Rp. 27 Rp. 958.500
Biaya Overhead Pabrik 35.500 x Rp. 37 Rp. 1.313.500
Harga Pokok taksiran Produk jadi   Rp. 2. 911.000 13
8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan November 20X7.
Persediaan Produk Dalam Proses Rp. 77.000
BDP-BBB Rp. 45.000
BDP-BTK Rp. 13.500
BDP-BOP Rp. 18.500

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ditentukan dengan cara mengalikan unit ekuivalensi
persediaan produk dalam proses akhir dengan biaya taksiran per satuan. Perhitungan harga pokok persediaan
produk dalam proses akhir bulan adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 100% xRp 2.500x Rp.18 Rp. 45.000

Biaya tenaga kerja 100% x Rp 2.500 x Rp.27 Rp. 13.500

Biaya overhead pabrik 100% x Rp 2.500 x Rp.37 Rp. 18.500

Harga pokok taksiran persediaan produk dalam proses akhir bulan Rp. 77.000

14
9. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang terjual dalam bulan November 20X7.
Harga Pokok Penjualan Rp. 2.870.000
Persediaan Produk Jadi Rp. 2.870.000

Perhitungan harga pokok produk yang dijual adalah sebagai berikut:


Persediaan produk jadi akhir bulan 500 kg
Produk selesai bulan November 35.500 kg
  36.000 kg
Persediaan Produk jadi akhir bulan 1.000 kg -
Jumlah produk yang terjual dalam bulan 35.000 kg
November
Biaya taksiran per kg produk Rp. 82 x
Harga Pokok Penjualan Rp. 2.870.000
10. Jumlah pencatatan hasil penjualan bulan November 20X7.
Pitang Dagang (35.000 kg x Rp. 110) Rp. 3.850.500
Hasil Penjualan Rp. 3.850.000 15
11. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang terdapat dalam rekening
barang dalam proses.
Selisih Rp. 35.500
BDP-BB Rp. 10.000
BDP-BT Rp. 7.000
BDP-BOP Rp. 18.500
Selisih yang terdapat dalam rekening barang dalam proses dihitung dengan cara mencari saldo
tiap-tiap rekening barang dalam proses.
12. Jurnal pencatatan selisih antara BOP sesungguhnya dengan yang dibebankan atas dasar tarif. 
BOP Sesungguhnya Rp. 15.500
Selisih Rp. 15.500

16
Prosedur Akuntansi Dalam Sistem Biaya Taksiran Jika Produk Diolah
Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, prosedur akuntansi dalam
sistem biaya taksiran secara umum dapatdijelaskan sebagai berikut:
1. Untuk tiap-tiap departemen produksi harus ditentukan biaya taksiran per satuan produk.

2. Untuk tiap-tiap departemen produksi dibentuk satu rekening barang dalam proses.
Rekeneing tersebut dapat dipecah lagi sesuai dengan unsur harga pokok produk.

3. Rekening barang dalam proses masing-masing departemen produksi didebit dengan biaya
produksi sesungguhnya selama periode tertentu dan dikredit dengan harga pokok taksiran
produk jadi dan harga pokok taksiran produk dalam proses akhir periode (unit ekuivalensi
x biaya taksiran per satuan produk).

4. Saldo rekening barang dalam proses tiap departemen produksi merupakan selisih biaya
sesungguhnya dengan biaya taksiran. Jumlah selisih ini ditransfer ke dalam rekening
selisih.
17
Perlakuan Terhadap Selisih
Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dalam suatu periode akuntansi
dapat diperlakukan sebagai berikut:
a. Ditutup ke rekening harga pokok penjualan atau rekening laba rugi.
b. Dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam periode yang bersangkutan, yaitu
dibagikan ke rekening produk jadi dan harga pokok penjualan.
c. Dibagikan secara adil ke rekening-rekening persediaan barang dalam proses,
persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan.

d. Membiarkan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening selisih, sehingga rekening


ini berfungsi sebagai deferred account. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan
selisih-selisih yang terjadi di antara periode akuntansi akan saling menutup
(mengkompensasi). 18
Thank you!

19

Anda mungkin juga menyukai