Anda di halaman 1dari 16

SISTEM BIAYA TAKSIRAN

SISTEM BIAYA TAKSIRAN

Adalah sistem akuntansi Dasar yang


biaya produksi yang dipakai dalam
menggunakan suatu penentuan
bentuk biaya-biaya norma fisik
yang ditentukan di terbatas pada
muka dalam pengalaman
menghitung harga produksi masa
pokok barang yang lalu.
diproduksi.
Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran

1. Untuk jembatan menuju sistem biaya


standar
2. Untuk menghindari biaya yang relatif
besar dalam pemakaian sistem biaya
standar
3. Untuk pengendalian biaya dan analisis
kegiatan
4. Untuk mengurangi biaya akuntansi
PENENTUAN BIAYA TAKSIRAN
 .
Biaya taksiran biasanya dipecah menjadi tiga unsur
yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
dan biaya overhead pabrik.
Biaya taksiran dapat ditentukan atas dasar data
masa lalu, dari perhitungan, dari rumus kimia
atau matematis, atau secara sederhana
dengan taksiran.
Biaya taksiran ditentukan pada awal masa produksi
atau pada awal tahun anggaran
Taksiran biaya bahan baku

Penaksiran kuantititas bahan baku yang akan


dikonsumsi dalam setiap satuan produk 
dapat didasarkan pada spesifikasi teknis,
percobaan atau data masa lalu.

Penaksiran harga bahan baku  dapat didasarkan


pada harga kontrak pembelian dalam jangka
dipublikasikan.
Taksiran biaya tenaga kerja

Penaksiran jumlah jam tenaga kerja yang akan


dikonsumsi untuk menghasilkan setiap satuan
produk  harus memperhitungkan juga waktu
persiapan produksi, materials handling,
perbaikan mesin dan hal-hal lain yang
memerlukan jam tenaga kerja

Taksiran biaya tenaga kerja = taksiran jumlah jam


kerja untuk menghasilkan setiap satuan
produk dikalikan dengan tarif biaya tenaga
kerja.
Taksiran biaya overhead pabrik
 Penaksiran biaya overhead pabrik yang akan dibebankan
kepada produk berdasarkan pada tarif yang ditentukan di
muka.

 Untuk itu perlu dilakukan pemisahan biaya overhead pabrik


ke dalam unsur biaya tetap dan biaya variabel

 BOP variabel ditaksir dengan melihat hubungan biaya


tersebut dengan produksi, dengan anggapan bahwa
terdapat hubungan yang konstan antara jumlah produksi
dengan biaya yang dikeluarkan.

 Taksiran BOP tetap merupakan jumlah taksiran masing-


masing unsur biaya overhead pabrik tersebut.
Prosedur akuntansi dalam sistem biaya
taksiran
 Prosedur pencatatan biaya bahan baku:

METODE PERPETUAL:
 Pembelian bahan baku, jurnal:
Persediaan Bahan Baku xx
Utang Dagang xx

 Pemakaian bahan baku, jurnal:


Barang Dalam Proses-BBB xx
Persediaan Bahan Baku xx
METODE PERSEDIAAN FISIK:
 Pembelian bahan baku, jurnal:

Pembelian xx
Utang dagang xx
 Pemakaian bahan baku:

a. Menutup harga pokok persediaan bahan baku awal


periode:
Barang dalam Proses-BBB xx
Persediaan bahan baku xx
b. Menutup rekening pembelian:
Barang dalam proses-BBB xx
Pembelian xx
c. Mencatat harga pokok persediaan bahan baku akhir
periode;
Persediaan bahan baku xx
Barang dalam proses-BBB xx
 Prosedur pencatatan biaya tenaga kerja:
Jurnal:
Barang dalam proses-BTK xx
Biaya Adm.& Umum xx
Biaya pemasaran xx
Gaji dan upah xx

 Prosedur Pencatatan biaya overhead pabrik:


METODE 1:
Jurnal pencatatan BOP sesungguhnya terjadi:
BOP sesungguhnya xx
Persediaan suku cadang xx
Akumulasi Depresiasi aset tetap xx
Kas xx
Jurnal pada akhir periode:
Barang Dalam Proses-BOP xx
BOP sesungguhnya xx

METODE 2:
Jurnal pencatatan BOP sesungguhnya terjadi:
BOP Sesungguhnya xx
Persediaan suku cadang xx
Akumulasi Depresiasi Aset Tetap xx
Kas xx
Jurnal pembebanan BOP atas dasar tarif yang ditentukan di muka:
Barang Dalam Proses-BOP xx
Biaya overhead yang dibebankan xx
Jurnal pada akhir periode:
Biaya overhead yang dibebankan xx
BOP sesungguhnya xx
 Prosedur pencatatan harga pokok barang jadi dan
barang dalam proses pada akhir periode:
Harga pokok barang jadi = kuantitas barang jadi dikalikan
dengan biaya taksiran per satuan produk.
Jurnal:
Persediaan Barang Jadi xx
Persediaan Barang Dalam Proses xx
Barang Dalam proses-BBB xx
Barang Dalam Proses-BTK xx
Barang Dalam Proses-BOP xx
 Prosedur pencatatan harga pokok barang yang dijual:
Harga pokok penjualan = jumlah barang yang terjual
dikalikan dengan biaya taksiran per satuan produk. Jurnal:
Harga Pokok Penjualan xx
Persediaan Barang jadi xx
 Prosedur pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya
sesungguhnya.
Jika pencatatan BOP adalah metode 1:
Jurnal:
Selisih xx
Barang dalam proses-BBB xx
Barang dalam proses-BTK xx
Barang dalam proses-BOP xx
(untuk mencatat selisih rugi, by sesungguhnya > by taksiran)
Jika pencatatan BOP adalah metode 2, jurnal:
a. Selisih xx
Barang dalam proses-BBB xx
Barang dalam proses-BTK xx
Barang dalam proses-BOP xx
(untuk mencatat selisih rugi, jumlah pendebitan rekening BDP
lebih tinggi dari jumlah pengkreditannya)
b. Selisih xx
BOP sesungguhnya xx
(untuk mencatat selisih rugi, yaitu BOP sesungguhnya lebih
tinggi dari yang dibebankan berdasarkan tarif)
PROSEDUR AKUNTANSI DALAM SISTEM BIAYA TAKSIRAN JIKA
PRODUK DI OLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN
PRODUKSI
 Jika produk di olah melalui lebih dari satu departemen
produksi, prosedur akuntansi dalam sistem biaya taksiran
adalah sebagai berikut:
a. Untuk tiap-tiap departemen produksi harus ditentukan biaya
taksiran per satuan produk.
b. Untuk tiap-tiap departemen produksi dibentuk satu rekening
Barang Dalam Proses. Rekening tersebut dapat dipecah lagi
sesuai dengan unsur harga pokok produk.
c. Rekening BDP masing-masing departemen produksi didebit
dengan biaya produksi sesungguhnya selama periode tertentu
dan dikredit dengan harga pokok taksiran produk jadi dan
harga pokok taksiran barang dalam proses akhir periode
(unit ekuivalen x biaya taksiran per satuan produk)
d. Saldo rekening BDP tiap departemen produksi merupakan
selisih biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran. Jumlah
selisih ini ditransfer ke dalam rekening selisih.
PERLAKUAN TERHADAP SELISIH
 Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya
taksiran dalam suatu periode akuntansi dapat
diperlakukan sebagai berikut:
1. Ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan atau rekening
Laba Rugi.
2. Dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam
periode yang bersangkutan, yaitu dibagikan ke rekening
Barang Jadi dan Harga Pokok penjualan.
3. Dibagikan secara adil ke rekening persediaan BDP,
persediaan Barang Jadi dan Harga Pokok Penjualan.
4. Membiarkan selisih tersebut tetap dalam rekening selisih,
karena ada kemungkinan selisih-selisih yang terjadi akan
saling menutup (mengkompensasi).

Anda mungkin juga menyukai