Anda di halaman 1dari 2

Nama : Annisa Nuraisyah

NIM : 224110203012

Kelas : 3 MZW A

UAS Akad Muamalah Klasik

1. Pada akad al-Ijārah (sewa menyewa), pemanfaatan barang atau benda yang dijaminkan
tidak diperbolehkan. Sedangkan pada akad al-Rahn (gadai), jaminan pemanfaatan
diperbolehkan dengan syarat tidak merugikan pemilik barang. Pada akad al-
Musawamah, pemanfaatan barang yang dijual dapat dilakukan setelah terjadi
kesepakatan harga antara pembeli dan penjual. Sedangkan pada akad al-Takaful
(asuransi), jaminan tidak diperbolehkan. Dalam perspektif Hukum Islam, jaminan
pemanfaatan pada akad-akad tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh syariat Islam, seperti tidak merugikan pemilik barang dan tidak
melanggar prinsip-prinsip syariah.
2. Sistem bagi hasil adalah metode yang berbeda dengan sistem bunga dalam perbankan
konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada skema penetapannya. Sistem bunga
melibatkan pembayaran bunga tetap atas pinjaman, sementara sistem bagi hasil
melibatkan pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan di awal. Pandangan
hukum Islam terhadap keduanya menunjukkan preferensi terhadap sistem bagi hasil
karena sesuai dengan prinsip keadilan dan berbagi risiko. Sementara itu, sistem bunga
dianggap tidak sesuai dengan prinsip syariah karena dianggap merugikan pihak yang
meminjam. Prinsip bagi hasil didasarkan pada konsep kerjasama dan berbagi risiko,
sesuai dengan ajaran Islam. Dalam sistem bunga, pembayaran bunga tetap atas
pinjaman, sementara dalam sistem bagi hasil, pembagian keuntungan berdasarkan
kesepakatan di awal.
Pandangan hukum Islam cenderung mendukung sistem bagi hasil karena sesuai dengan
prinsip keadilan dan berbagi risiko, sementara sistem bunga dianggap tidak sesuai
dengan prinsip syariah karena dianggap merugikan pihak yang merugikan
3. Penggunaan dana talangan haji untuk pembangunan oleh pemerintah dapat dilihat dari
dua sudut pandang dalam hukum Islam. Pertama, dari sudut pandang manfaat umum,
penggunaan dana tersebut dapat dianggap sebagai bentuk investasi yang memberikan
manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Kedua, dari sudut pandang hukum,
penggunaan dana dana haji untuk kepentingan selain haji harus dihindari, mengingat
sifat yang seharusnya dijaga dan digunakan khusus untuk membiayai ibadah haji.
Namun, dalam konteks nyata, dapat terjadi argumen pro dan kontra terkait hal ini, dan
keputusan akhir dapat bergantung pada otoritas hukum Islam yang diakui.
Dana haji dapat digunakan untuk investasi infrastruktur selama memenuhi prinsip-
prinsip syariah, penuh kehati-hatian, jelas menghasilkan nilai manfaat, dan tidak
merugikan kepentingan jemaah haji. Namun, Kementerian Agama tidak mengeluarkan
dana haji atau Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) untuk membangun
infrastruktur. Sebaliknya, dana haji digunakan untuk membiayai keperluan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan ibadah haji, seperti biaya penerbangan haji, biaya
pemondokan di Makkah, dan biaya hidup.

Anda mungkin juga menyukai