Anda di halaman 1dari 135

MENGHITUNG JUMLAH BAKTERI DENGAN METODE PENGENCERAN

JURNAL PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi
Dosen Pengampu:
Dr.Peristiwati M.Kes.
Dr. Hj. Any Fitriani M.Si.

disusun oleh :
Salma Nur’ani Warodatiszaqiah
2004356
Pendidikan Biologi A 2020

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
A. Judul

Menghitung Jumlah Bakteri Dengan Metode Pengenceran

B. Tujuan

1. Untuk memperkecil/mengurangi jumlah mikroba yang


tersuspensi dalam cairan
2. Untuk mengetahui jumlah bakteri pada setiap mililiter (ml)
sampel
C. Dasar teori

Mikroorganisme adalah makhluk hidup kosmopolitan.


Besarnya populasi mikroorganisme dapat menentukan kualitas suatu
produk, menentukan tata sumber daya, menentukan tingkat kesuburan
suatu lahan dan lain-lain.

Enumerasi merupakan teknik perhitungan jumlah mikroba


dalam suatu media tanpa mengidentifikasi jenis mikroba (bakteri dan
jamur). Enumerasi bertujuan untuk menentukan jumlah sel dari suatu
kultur bakteri secara kuantitatif (Cappucino, 2019). Penetapan jumlah
bakteri dilakukan dengan menghitung jumlah sel bakteri yang mampu
membentuk koloni di dalam media biakan atau membentuk suspensi
dalam larutan biak (Schlegel & Schmidt, 1994).

Metoda yang digunakan untuk menghitung jumlah


mikroorganisme bermacam-macam. Metode pengenceran – cawan
tuang digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah sel yang hidup,
yaitu melalui penanaman suspensi pada cawan agar (Hamdiyati, Y. dan
Kusnadi, 2020).

Perhitungan hasil akhir bakteri per ml dapat dihitung jika


mendapat kriteria maksimal jumlah koloni sebanyak 300. Jika lebih
dari 300 maka terkategori TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung).
D. Cara Kerja

1. Prinsip Dasar Metode Cawan Tuang (Pour Plate)

Metode cawan tuang dilakukan untuk mengetahui perkiraan


jumlah sel yang hidup melalui penanaman suspensi pada
lempeng agar. Medium agar yang digunakan adalah agar yang
belum padat, tidak menggumpal, dan tidak panas (40-45 °C)
kemudian dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan
petri, lalu dihomogenkan dan dibiarkan memadat.

Pada metode cawan tuang, sel-sel bakteri tidak hanya ada


pada permukaan medium agar saja melainkan sel terendam
dalam medium (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang
tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh
di dalam agar dengan kandungan O2 sedikit.

2. Alat dan Bahan Metode Cawan Tuang (Pour Plate)

Tabel D.2.1 Alat


Alat Jumlah
Cawan petri steril 3 unit
Colony counter 1 unit
Inkubator 1 unit
Mikropipet steril 1 ml 8 unit
Pembakar Bunsen 1 unit
Penangas air 1 unit
Spidol 1 unit
Tabung reaksi berukuran 9 ml steril 6 unit
Vortex mixer 1 unit
Gelas ukur 10 ml 1 unit
Tabel D.2.2 Bahan
Bahan Jumlah
Aquades 54 ml
Kaldu Nutrisi Agar 27 ml
Label Secukupnya
Sampel (Air keran) Secukupnya

3. Langkah Kerja

A. Teknik Pengambilan Sampel

a) Pengambilan Sampel Air Keran

1) Botol disterilkan dengan didekatkan mulut botol


kepada api bunsen.

(Hamdiyati, 2020)

2) Nyalakan keran hingga air mengalir selama 5 menit,


kemudian kecilkan diameter air yang keluar.

(Hamdiyati, 2020)

3) Tampung air yang mengalir ke dalam botol.


b) Pengambilan Sampel Air Mengalir (Contoh: bisa
diambil dari sungai)
1. Botol disterilkan dengan didekatkan mulut botol
kepada api bunsen.

(Hamdiyati, 2020)
2. Botol direndamkan ke sumber air, dengan letak mulut
botol berlawanan arah dengan arus air

(Hamdiyati, 2020)
3. Botol diangkat dan segera ditutup setelah penuh
c) Pengambilan Sampel Air Tenang (Contoh: bisa
diambil dari kolam)
1. Botol disterilkan dengan didekatkan mulut botol
kepada api bunsen.

(Hamdiyati, 2020)
2. Pada leher botol tali diikatkan, dengan contoh seperti
gambar di bawah

(Hamdiyati, 2020)
3. Botol direndamkan ke dalam air hingga seluruh tubuh
botol masuk kedalam air dalam posisi tegak.
d) Pengambilan Sampel Tanah

1. Tanah diambil sampelnya, umumnya diambil


sebanyak 5 gram Namun kembali lagi, jumlah dan
cara mengambil sampel tergantung kepada tujuan
dan untuk kebutuhan apa
2. Sampel tanah dimasukkan kedalam botol/labu
Erlenmeyer

(Hamdiyati, 2020)

3. Setelah ditampung, sampel tanah akan melalui tahap


pengenceran bertingkat
Contoh bakteri/mikroba yang terdapat di
tanah: Azotobacter, Clostridium, Chlorobium, dan
sebagainya.
e) Pengambilan Sampel Maseration

Sampel maseration adalah sampel yang berbentuk padat,


dihancurkan. Contoh sampel: biji, buah.
1. Sampel yang berbentuk padat ditumbuk
menggunakan lumpang alu
2. Sampel yang sudah halus dilarutkan, diencerkan
kedalam air dengan perbandingan antar berat sampel
dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (berat
sampel : pengenceran pertama)

(Murtius, 2018)

Contoh bakteri : Campylobacter jejuni, Toxoplasma


f) Pengambilan Sampel bilas/rinse (contoh: bisa diambil
dari daun)
Ditujukan untuk melarutkan sel mikroba yang menempel
pada substrat dengan permukaan luas tapi ukuran kecil
1. Sampel daun diambil

2. Daun direndam ke dalam aquades dengan


perbandingan yang sama dengan sampel maseration
(1 : 9). Contoh : 10 gram daun direndam dalam 90
ml aquades

(Murtius, 2018)
Contoh bakteri/mikroba yang didapat dari sampel
daun:

a. Pada daun kedelai terdapat bakteri Xanthomonas


axonopodis yang menjadi penyebab penyakit bisul
pada kedelao
b. Pada daun padi terdapat vakteri dari genus
Xanthomonas, Azotobacter, Pseudomonas, dan
sebagainya.
B. Metode Pengenceran-Cawan Tuang dengan Sampel Air
Keran
1) Semua alat disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu
121°C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit.

Sumber: Youtube enviroits


2) Tabung reaksi disiapkan sebanyak 6 buah dan beri label
10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6 pada tabung reaksi
tersebut.

Sumber: Tokopedia
3) Masing-masing tabung reaksi di isi dengan aquades
sebanyak 9 ml, lakukan secara aseptis di dekat api
bunsen.

Sumber: Youtube La Simi


4) Sampel air keran di ambil menggunakan mikropipet
sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi yang berlabel 10-1,
kemudian kocok sampai homogen atau menggunakan
vortex mixer.

Sumber: Youtube La Simi


5) Pengenceran dibuat dengan mengambil 1 ml larutan dari
tabung reaksi 10-1 menggunakan mikropipet, kemudian
dipindahkan ke dalam tabung reaksi 10-2 secara aseptis
dan homogenkan.

Sumber: Cappucino, 2019


6) Pengenceran dilanjutkan dengan cara yang sama dari
tabung reaksi sebelumnya hingga pengenceran ke 10-6.

Sumber: Cappucino, 2019


7) Tiga cawan petri disediakan dan diberi label 10-4, 10-5,
10-6
8) Larutan pada tabung reaksi 10-4, 10-5, 10-6 di inokulasi
sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri steril menggunakan
mikropipet.

Sumber: Youtube enviroits


9) Media kaldu nutrisi agar cair disiapkan dengan suhu 40-
45℃ sebanyak 3 tabung yang berisi masing-masing 9 ml
KNA.

Sumber: Indiamart
10) Kaldu nutrisi agar dituang ke dalam cawan petri yang
telah berisi larutan sampel secara aseptis, satu tabung
KNA yang berisi 9 ml untuk satu cawan petri yang berisi
larutan sampel 1 ml.

Sumber: Cappucino, 2019


11) Cawan petri digoyangkan hingga homogen dengan cara
memutar cawan petri searah jarum jam dan berlawanan
arah jarum jam di atas meja, biarkan hingga dingin dan
mengeras.

Sumber: biologi.uin-malang.ac.id
12) Cawan petri diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu
37℃ selama 24 jam di dalam incubator.

Sumber: Youtube La Simi


13) Koloni dalam cawan petri di amati dan di hitung
menggunakan colony counter.

Sumber: Youtube La Simi

E. Hasil dan Diskusi Praktikum

1. Perhitungan Bakteri

Untuk menentukan jumlah bakteri per ml sampel, gunakan


colony counter untuk menghitung jumlah koloni per cawan lalu
masukkan ke dalam rumus berikut ini:

Contoh: Jika setelah dihitung menggunakan colony counter


jumlah koloni per cawan sebanyak 25, maka dilakukan
perhitungan sesuai rumus. Alternatif penyelesaian seperti
gambar di bawah dengan diperoleh hasil akhir yakni 25 x 104
atau 2,5 x 105 CFU/ml.
Contoh Perhitungan:

Tabel E.1.1

Tabel E.1.2 Jumlah Koloni per mL Sampel Sumber Air Minum di


Berbagai Tempat dengan Metode Cawan Tuang (Kelompok 3, 2018)

2. Pembahasan

Bakteri yang memenuhi syarat untuk dihitung yaitu


maksimal berjumlah 300 bakteri/mikroliter terdapat pada
tabel nomor 4 hingga 6 dengan masing-masing hasil
perhitungan bakteri yaitu 150 x 104 =1.500.000 CFU/ml, 18 x
105 = 1.800.000 CFU/ml, dan 8 x 106 = 8.000.000 CFU/ml.
Sedangkan bakteri yang memiliki jumlah lebih dari 300 akan
dikategorikan sebagai TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung)
terdapat pada tabel E.1.1 no 1 hingga 3.
Pada tabel E.1.2 didapatkan hasil percobaan pada
kelompok 2, 3, 4, dan 5 yang sesuai dengan prinsip
pengenceran. Sedangkan hasil percobaan kelompok 1 dan 6
tidak sesuai dengan prinsip pengenceran.

Contoh Jumlah Bakteri pada setiap faktor Pengenceran

Sebagaimana pada contoh hasil perhitungan dan


contoh gambar di atas, semakin banyak pengenceran yang
dilakukan maka jumlah bakteri yang terdapat pada sampel
akan semakin sedikit atau semakin besar pangkat pengenceran
maka akan semakin besar jumlah koloni dalam sampel
tersebut. Begitupun sebaliknya, semakin kecil pangkat
pengenceran maka akan semakin sedikit mikroba pada sampel
tersebut.

E. Kesimpulan

Mikroorganisme adalah makhluk hidup kosmopolitan. Dengan


mengetahui besarnya populasi mikroorganisme maka kita dapat
menentukan kualitas suatu produk, menentukan tata sumber daya,
menentukan tingkat kesuburan suatu lahan dan lain-lain.

Pengenceran bertingkat adalah tahap yang dilakukan dengan


tujuan yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang
tersuspensi dalam cairan. Salah satu metode yang digunakan untuk
menghitung jumlah mikroorganisme adalah metode cawan tuang.
Metode cawan tuang dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah sel
yang hidup melalui penanaman suspensi pada lempeng agar.

Enumerasi merupakan teknik perhitungan jumlah mikroba


dalam suatu media tanpa mengidentifikasi jenis mikroba (bakteri dan
jamur). Bakteri yang memenuhi syarat untuk dihitung yaitu maksimal
berjumlah 300 bakteri/microliter. Semakin banyak pengenceran yang
dilakukan maka jumlah bakteri yang terdapat pada sampel maka akan
semakin sedikit. Semakin besar pangkat pengenceran maka akan
semakin besar jumlah koloni dalam sampel tersebut, dan sebaliknya jika
semakin kecil pangkat pengenceran maka akan semakin sedikit.

F. Daftar Pustaka
Cappuccino, James G and Chad Welsh. (2019). Microbiology: a
laboratory manual. Twelfth edition., New York.
Hamdiyati, Y. (2020). Menghitung Mikroorganisme (Enumerasi)
dengan Metode Cawan Tuang (Pour Plate Count Agar).
(Power Point). Departemen Pendidikan Biologi – FPMIPA
UPI
Hamdiyati, Y. dan Kusnadi. (2020). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.
Bandung: FPMIPA UPI.

Murtius, W. S (2018). Praktek Dasar Mikrobiologi. Padang :


Universitas Andalas
Schlegel, H. G. and K. Schmidt. (1994). Microbiology Six Edition.
(Terjemahan Mikrobiologi Umum edisi Keenam.
Diterjemahkan oleh Tedjo Baskoro). Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

Yunita, M., Hendrawan, Y., & Yulianingsih, R. (2015). Analisis


kuantitatif mikrobiologi pada makanan penerbangan (aerofood
ACS) Garuda Indonesia berdasarkan TPC (total plate count)
dengan metode pour plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis
dan Biosistem, 3(3), 237- 248.
UJI KUANTITATIF DAN KUALITATIF AIR (BAKTERI COLIFORM)

JURNAL PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi
Dosen Pengampu:
Dr.Peristiwati M.Kes.
Dr. Hj. Any Fitriani M.Si.

disusun oleh :
Salma Nur’ani Warodatuszaqiah
2004356
Pendidikan Biologi A 2020

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
A. Judul
Uji Kuantitatif dan Kualitatif Air (Bakteri Coliform)
B. Tujuan
1. Untuk menentukan kehadiran bakteri coliform dalam sampel air.
2. Untuk memperkirakan jumlah bakteri coliform dalam sampel air dengan metode
Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT).
C. Dasar Teori
Pemeriksaan air secara mikrobiologis sangat penting dan dapat dilakukan
terhadap semua jenis air yang ada, terutama dilakukan untuk menentukan standar
kualitas air. Mengingat bahwa air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi
semua makhluk hidup. Bakteri golongan coliform dinyatakan sebagai bakteri indikator
pencemaran air. Coliform non fekal berasal dari hewan atau tanaman yang sudah mati,
misalnya Enterobacter aerogenes. Coliform fekal berasal dari kotoran manusia dan
hewan, misalnya Escherichia coli.
Untuk mengetahui jumlah coliform dalam suatu sampel dapat digunakan
metode Jumlah perkiraan terdekat (JPT) bakteri coliform. Prinsip dari metode ini
adalah:
1. Fermentasi laktosa selama 24 jam oleh bakteri coliform yang akan menghasilkan
asam dan gas yang tertangkap oleh tabung Durham dalam tabung uji.
2. Bakteri coliform memilIki kemampuan menguraikan laktosa sebagai sumber
karbon sedangkan kelompok mikroba usus yang lain tidak.
3. Sebagai indikator adanya proses penguraian laktosa menjadi asam, maka ke dalam
medium ditambahkan indikator bromcressol purple (Bcp) yang berwarna ungu
dalam keadaan netral dan berwarna kuning dalam suasana asam.
4. Uji kualitatif coliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap, yaitu uji penduga, uji
ketetapan, dan uji kelengkapan. Pada hasil pengujian uji kelengkapan, selain
membuktikan uji pertama juga dapat menentukan jenis bakteri coliform yang
terdapat dalam sampel.
D. Alat dan Bahan
Uji Kualitas Air
a. Uji Penduga
• Alat
Alat Jumlah
Mikropipet 4 unit
Tip Mikropipet 4 unit
Bunsen 1 unit
Rak Tabung 3 unit
Tabung Reaksi 10 unit
Inkubator 1 unit
Tabung Durham 10 unit

• Bahan

Bahan Jumlah
Media cair lactose broth steril 90 ml
Sampel air yang diuji (air keran) Secukupnya
Aquades Secukupnya

b. Uji Penguat (Uji Ketetapan / Confirmed Test)


• Alat

Alat
Jarum inokulum
Inkubator
Bunsen

• Bahan

Bahan
Sampel positif uji pendugaan
Media EMBA

c. Uji Pelengkap
• Alat

Alat Jumlah
Jarum Inokulum 2 unit
Mikroskop 1 unit
Tabung Durham 1 unit
Inkubator 1 unit
Object glass 1 unit
Pipet 1 unit
Kertas bibolous 1 unit
Bunsen 1 unit
Sataining jar 1 unit

• Bahan

Bahan Jumlah
Sampel Positif 1 unit
Media Kaldu Laktosa 1 unit
Agar miring KNA 1 unit
Kristal Violet Secukupnya
Safranin Secukupnya
Iodin Secukupnya
Alkohol 95% Secukupnya

E. Cara Kerja
1. Prosedur Pengambilan Air Kran
1) Pilih keran yang sering digunakan. Lap keran menggunakan kain untuk
menghilangkan kotoran.
2) Nyalakan keran dan biarkan air mengalir dengan aliran maksimum selama 1 - 2
menit, kemudian matikan.
3) Sterilkan mulut keran selama 1 - 5 menit dengan nyala api (pembakar bunsen).
4) Nyalakan keran lagi dan biarkan air mengalir selama 1 - 2 menit dengan
kecepatan aliran sedang.
5) Buka botol yang di sudah disterilkan dengan membuka tutupnya dengan hati-
hati.
6) Segera pegang botol di bawah pancaran air dan isi. Saat mengisi, pegang
tutupnya menghadap ke bawah untuk mencegah masuknya debu yang dapat
mencemari sampel.
7) Isi botol dengan air keran sampai ¾ volume botol.
8) Botol ditutup rapat dan diberi label, sampel air siap diamati.
2. Uji Kualitas Air
a. Uji Penduga
1) Siapkan tiga seri terpisah yang terdiri dari tiga kelompok, total 3 tabung per
seri, di rak tabung reaksi; untuk setiap tabung, beri label sumber air dan
volume sampel. Tambahkan 1 tabung reaksi sebagai kontrol.

2) Isi 9 tabung tersebut dengan media cair lactose broth steril sebanyak 10 ml.
Lengkapi dengan tabung durham didalamnya.
3) Mulut tabung reaksi difiksasi menggunakan bunsen (PS: Ulangi satu persatu
pada tabung reaksi lainnya).
4) Sampel dimasukan ke tabung reaksi sesuai dengan label.
5) Sebagai kontrol, masukkan 1 ml aquades kedalam 1 ml media cair lactose
broth steril. Lakukan fiksasi pada tabung tersebut.
6) Semua medium yang sudah diinokulasi sampel air diinkubasi pada suhu
37°C selama 24-48 jam.
7) Mengamati semua tabung, bila terbentuk gas dan asam berarti hasilnya
positif.

Indikator: Asam dilihat dari perubahan warna menjadi keruh dan gas dapat
dilihat dalam tabung durham berupa gelembung udara.
b. Uji Penguat (Uji Ketetapan / Confirmed Test)
Hasil dari uji dugaan kemudian dilanjutkan dengan uji ketetapan.

1) Dari tabung yang positif gas dan asam (terutama pada inkubasi 1 X 24 jam),
tanamkan suspensi pada medium EMB agar (Eosin Methylene Blue agar)
secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi.
2) Inkubasikan pada suhu 37⁰C selama 1 X 24 jam. Koloni bakteri E. coli
(Coliform fekal) tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilat metalik
atau koloni merah muda atau merah muda dengan lendir untuk kelompok
coliform lainnya.
c. Uji Pelengkap

1) Dari koloni yang berwarna tadi diinokulasikan ke dalam medium kaldu


laktosa dan medium KNA agar miring, dengan jarum inokulasi secara
aseptik. Inkubasikan pada suhu 37°C selama 1X24 jam.
2) Bila hasilnya positif (gas dan asam) sama seperti uji dugaan maka benar
sampel mengandung bakteri coliform.
3) Lakukan pewarnaan gram dari koloni yang tumbuh pada agar miring KNA.
Bakteri coliform Gram (-) akan menunjukkan basil pendek menunjukan
hasil + Completed test.
F. Hasil dan Diskusi Praktikum
1. Uji Penduga

Uji dugaan juga memungkinkan ahli mikrobiologi untuk memperoleh beberapa


gagasan tentang jumlah organisme coliform yang ada melalui uji angka yang paling
mungkin (MPN). Hasil uji penduga menunjukkan reaksi positif ditandai dengan
terbentuknya asam (perubahan warna media/menjadi keruh) dan gas pada tabung
durham. Mikroba penghasil gas yang tumbuh pada tabung adalah kelompok
mikroba yang mampu memfermentasikan laktosa.
a. Uji Kualitatif metode JPT
b. Uji Kuantitatif metode JPT

Berdasarkan contoh hasil data Uji Penduga (Presumptive Test) maka


dapat diurutkan hasil positif dari tabung 10 mL, 1 mL dan 0,1 mL secara
berturut-turut yaitu 3, 3, 0.
2. Uji Penguat (Uji Ketetapan / Confirmed Test)
Tes yang dikonfirmasi mengharuskan media selektif dan diferensial (misalnya,
eosin-methylene blue agar (EMBA)) diluapkan dari tabung kaldu laktosa positif
yang diperoleh dari tes praduga.

3. Uji Pelengkap
Uji kelengkapan ini merupakan tahap akhir dari uji sampel air. Uji ini digunakan
untuk memeriksa koloni coliform yang muncul di medium agar yang digunakan
dalam tes ketetapan. Uji pelengkap dilakukan dengan menginokulasikan koloni
bakteri pada medium agar dengan cara digoreskan dan diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 35°C. agar yang digunakan adalah endo agar dan Eosin Metil Blue
(EMB) (Willey dkk., 2008).

Hasil tersebut menunjukan terdapat bakteri gram negatif yang berbentuk


batang dan berwarna merah.
Diskusi Praktikum

Bakteri Coliform dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu


Coliform fekal yang berasal dari kotoran hewan dan manusia. Sementara
itu Coliform non fekal contohnya Enterobakter aerogenes. Bakteri
Coliform fekal merupakan bakteri indikator adanya pencemaran bakteri
patogen. Penentuan Coliform fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya yang pasti berkorelasi positif dengan
keberadaan bakteri patogen. Coliform dapat berbentuk batang,
merupakan gram negatif, tidak membentuk spora, aerobic dan anaerobic
fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan
gas.
Untuk menguji keberadaan coliform pada air dilakukan 3 tahap
tes yaitu uji presumptive, uji confirmative, dan uji completed. Uji
presumptive dilakukan dengan menginkubasi tabung berisi sampel dalam
suhu 37°C selama 24-48 jam, kemudian setiap tabung diamati ada atau
tidaknya perubahan warna serta kemunculan gas. Uji confirmative
dilakukan dengan menginokulasikan sampel dari hasil uji presumptive,
ditanam pada media EMBA, diinkubasi dalam 37°C selama 24 jam, dan
kemudian diamati perubahan warna dari koloni yang tumbuh. Uji
completed dilakukan dengan menginokulasi sampel dari hasil uji
confirmative, ditanam pada media lactose broth serta agar miring KNA,
diinkubasi dalam 37°C selama 24 jam, lalu diamati apakah pada media
lactose broth terdapat gelembung gas yang akan menyatakan hasil positif,
setelah itu sampel dari media agar miring KNA dilakukan pewarnaan
gram.
Dalam tahapan uji presumptive test digunakan 3 ukuran tabung
yang berbeda sebagai variabel, yaitu 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml. Pada
tabung 10 ml dan 1 ml, uji menunjukkan hasil positif karena sampel
terbukti menghasilkan gelembung gas dan juga asam yang ditandai
dengan perubahan warna. Sedangkan pada tabung 0,1 ml uji
menunjukkan hasil negatif karena meskipun menunjukkan perubahan
warna, namun tidak terbukti adanya produksi gas. Pada uji ini, terbukti
bahwa coliform yang terdapat pada sampel air tersebut tidak cocok untuk
digunakan sebagai komsumsi maupun sanitasi.
Uji ketetapan bertujuan untuk memastikan kembali jenis dan
coliform yang ditemukan pada sampel. Hasil pada tabel menunjukkan
perubahan warna media menjadi keruh dan terdapat produksi gas yang
menunjukkan bahwa pada sampel tersebut positif ada coliform,
sementara itu, koloni yang menunjukkan warna merah muda menandakan
koloni dari coliform non fekal, koloni berwarna hijau metalik
menandakan keberadaan coliform fekal, sementara koloni yang berwarna
bening tidak menunjukkan koloni coliform. Setelah dilakukan uji
ketetapan, dilakukan uji kelengkapan, uji bertujuan untuk memastikan
morfologi dari Eschercia coli pada koloni bakteri coliform yang diamati.
Keberadaan bakter coliform ditunjukkan dengan bentuk bakteri yang
menyerupai batang (bacil), serta menunjukkan warna merah yang berarti
gram-negatif pada pewarnaan gram.
G. Kesimpulan
Pemeriksaan air secara mikrobiologis sangat penting dan dapat dilakukan
terhadap semua jenis air yang ada, terutama dilakukan untuk menentukan standar
kualitas air. Bakteri golongan coliform dinyatakan sebagai bakteri indikator
pencemaran air. Coliform non fekal berasal dari hewan atau tanaman yang sudah mati,
misalnya Enterobacter aerogenes. Coliform fekal berasal dari kotoran manusia dan
hewan, misalnya Escherichia coli.
Untuk mengetahui jumlah coliform dalam suatu sampel dapat digunakan
metode Jumlah perkiraan terdekat (JPT) bakteri coliform terdiri dari uji penduga, uji
penguat, dan uji pelengkap. Jika air mengandung coliform pada uji penduga maka
dilajutkan ke tahap selanjutnya untuk mengetahui apakah itu coliform fekal atau non
fecal. Warna hijau metalic paling berbahaya karena bersifat fekal yaitu dari feses
manusia atau E.coli.

H. Daftar Pustaka
Cappuccino, J.G & Welsh, C. 2019. Microbiologi: A Laboratory Manual (12th ed).
New York: Pearson.
Dzikrina, H. (2020). Laporan Praktikum : Uji Kualitatif dan Kuantitas Bakteri
Coliform dalam Air.

Kusnadi. Petunjuk Mikrobiologi : Uji Kualitatif dan Kuantitatif Bakteri Coliform


[Online]. Diakses dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994
031KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI%2C_Kusnadi
%2Cdkk/petunjuk_mikro.pdf [8 Maret 2022]
Tri Atmojo, A. Media EMB Agar [Online]. Diakses dari : https://medlab.id/media-
emb-agar/ [6 April 2021].
Yanti, H. dan Kusnadi. (2020). Petunjuk Praktikum MIKROBIOLOGI. Departemen
Pendidikan Biologi – FPMIPA UPI.
UJI SENSITIVITAS ANTIMIKROBA

JURNAL PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Peristiwati, M.Kes.

Dr. Hj. Any Fitriani, M.Si.

Oleh:

Nama: Salma Nur’ani Warodatuszaqiah

NIM: 2004356

Kelas: Pendidikan Biologi A 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2022
A. Judul
Jurnal Praktikum Uji Sensitivitas Antimikroba
B. Tujuan
Untuk mempelajari aktivitas antimikroba dan menentukan tingkat resisten suatu bakteri
terhadap beberapa macam antibiotik, disinfektan, dan antiseptik.
C. Landasan teori
Senyawa antimikroba / antibakteri ada yang termasuk kelompok antibiotika
disinfektan, dan antiseptic.
1. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan
membunuh mikroorganisme berbahaya (pathogen) yang terdapat pada permukaan
tubuh luar makhluk hidup.
2. Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Menunjukkan kegiatan
antimikroba.
3. Disinfektan adalah senyawa kimia yang mematikan sel vegetatif namun belum tentu
mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit. disinfektan
digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda
mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain-lain (Fernando, dkk., 2012).
Fungsi antiseptik yaitu sering digunakan di rumah sakit dan lingkungan medis
untuk mengurangi resiko infeksi pada prosedur medis, misalnya saat operasi. Cara
pakai antiseptik bisa diaplikasikan pada kulit atau membran, baik dalam kondisi
tertutup atau terbuka (luka). Selain itu, berfungsi menghambat atau memperlambat
pertumbuhan mikroorganisme, bahkan mampu membunuh kuman. Antiseptik
umumnya digunakan saat menangani luka, juga saat operasi atau prosedur tertentu
dengan tujuan mengurangi risiko infeksi. Contoh antiseptik yaitu Iodine (iodophore,
polyvidone-iodine), Chlorhexidine, Alkohol (Ethyl alcohol 70%, Isopropyl alcohol
70%), hidrogen peroksida, sabun pembersih medis, dll. Fungsi disinfektan yaitu untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat, untuk
membasmi kuman penyakit, membunuh mikroorganisme pada benda mati serta virus.
Bahan aktif disinfektan adalah Accelerated hydrogen peroxide (0,5%), Benzalkonium
chloride/ quaternary ammonium/ alkyl dimethyl benzyl ammonium chloride (0,05%),
dan Chloroxylenol (0,12%), Ethyl alcohol atau ethanol (62-71%), Iodine in iodophor
(50 ppm), Isopropanol atau 2-propanol (50%), Pine oil (0,23%), Povidone-iodine (1%),
Sodium hypochlorite (0,05–0,5%), Sodium chlorite (0,23%), dan Sodium
dichloroisocyanurate (0,1-0,5%).

Keterangan tindakan tambahan untuk setiap produk ditandai dengan huruf masing-
masing:
a. Korosif terhadap logam, bersihkan kembali dengan kain basah setelah 10 menit,
b. Mudah terbakar pada konsentrasi tinggi. Jauhkan dari panas/percikan api/nyala api
terbuka/permukaan panas,
c. Pengenceran diperlukan sesuai Tabel 1.
Contoh disinfektan yaitu klorin, iodin, alkohol 70%, karbol, bayclin, deterjen
kationik, hidrogen peroksida, wipol, HCl, clorox, dettol, Mr. Muscle, proclin, soklin
pemutih, SOS, kaporit, pemutih, dan pembersih standar medis (chlorine, peroxide,
fenol), dll.
Fungsi beberapa antibiotik yaitu:
a. Penisilin dapat digunakan untuk mengobati infeksi Streptococcus, meningitis,
gonore, pneumonia, atau endocarditis.
b. Sefalosporin untuk infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran
kemih.
c. Aminoglikosida untuk mengatasi penyakit infeksi bakteri seperti tuberkulosis,
infeksi sendi, atau peritonitis.
d. Tetrasiklin untuk mengobati beberapa kondisi, di antaranya sifilis, anthrax,
periodontitis, brucellosis, dan jerawat
e. Makrolid digunakan untuk bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, faringitis, dan
sinusitis
f. Quinolon untuk mengatasi antraks, infeksi tulang, cystitis, servisitis, dan infeksi
kulit.
g. Sulfonamida untuk menangani berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti
infeksi saluran kemih, bronkitis, meningitis bakterial, pneumonia, serta infeksi
mata atau telinga.
h. Lincosamide untuk mengobati beberapa kondisi akibat infeksi bakteri, di antaranya
infeksi saluran pernapasan, infeksi tulang dan sendi, jerawat, dan infeksi vagina
(bacterial vaginosis).
i. Glycopeptide untuk mengatasi infeksi kulit, endokarditis, enterokolitis,
pneumonia, dan meningitis.
j. Carbapenem untuk menangani berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti
pneumonia, infeksi tulang, dan infeksi ginjal. (Alodokter.com, dr. Meva Nareza
(2021)).
Uji sensitivitas bakteri adalah suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan (resistensi) bakteri terhadap zat antibakteri atau antibiotik dan untuk
mengetahui daya kerja dari suatu antibiotik dalam membunuh bakteri. Resistensi
adalah suatu keadaan dimana pengaruh zat antimikroba / anti infeksi terhadap bakteri
berkurang khasiatnya, atau bakteri tersebut tidak sensitif oleh perlakuan zat
antimikroba tersebut (Wasitaningrum, 2009). Dapat dilakukan evaluasi laboratoris
terhadap efektivitas daya hambat zat-zat antimikroba terhadap pertumbuhan
mikroorganisme dengan berbagai cara, diantaranya dengan resistensi tes ->
antiseptik,antibiotik, dan disinfektan.
Dasar penentuan antimikroba secara in vitro adalah MIC (minimum inhibition
concentration) dan MBC (minimum bactericidal concentration). 1. MIC merupakan
konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil
yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kekeruhan pada pembiakan cair
(Soleha, T.U. 2015). 2. MBC adalah konsentrasi terendah antimikroba yang dapat
membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang ditentukan. Penentuan konsentrasi
minimum antibiotik yang dapat membunuh bakteri/ minimum bactericidal
concentration (MBC) dilakukan dengan menanam bakteri pada perbenihan cair yang
digunakan untuk MIC ke dalam agar kemudian diinkubasi semalam pada 37⁰C. MBC
adalah ketika tidak terjadi pertumbuhan lagi pada agar (Soleha, T.U.2015).

1. Uji Resistensi Kirby-Bauer


Prinsip metode Kirby-Bauer yaitu dengan menumbuhkan bakteri pada suatu
medium agar, lalu ditambahkan antibiotik, dan terakhir diinkubasi. Setelah
penginkubasian maka kita akan mengamati kemampuan antibiotik dalam
menghambat atau mematikan bakteri, kemampuan tersebut ditunjukan dengan
terbentuknya zona jernih (inhibisi) di sekitar kertas cakram. Apabila tidak terdapat
zona inhibisi menandakan bakteri tersebut resisten terhadap antimikroba baik
antibiotik, disinfektan, dan antiseptik. Menurut Wahyutomo (2009), Faktor yang
mempengaruhi metode Kirby-Bauer: Konsentrasi mikroba uji, Konsentrasi
antibiotika yang terdapat dalam cakram, Jenis antibiotik, dan pH medium.
Prosedur difusi standar dengan cakram kertas saring pada agar, yang dikenal
sebagai metode Kirby-Bauer, sering digunakan untuk menentukan kerentanan obat
dari mikroorganisme yang diisolasi dari proses infeksi. Metode ini memungkinkan
penentuan cepat kemanjuran obat dengan mengukur diameter zona hambat yang
dihasilkan dari difusi agen ke dalam media di sekitar disk. Kerentanan suatu
organisme terhadap obat dinilai berdasarkan ukuran zona ini, yaitu: dipengaruhi
oleh variabel lain seperti: 1. Kemampuan dan kecepatan difusi antibiotik ke dalam
medium dan interaksinya dengan organisme uji; 2. Jumlah organisme yang
diinokulasi; 3. Laju pertumbuhan organisme (Cappuccino, 2019).
2. Uji Antiseptic Susceptibility
Antiseptic Susceptibility Test (Uji Kepekaan Antiseptik) merupakan uji yang
dilakukan dengan cara meletakkan disk kertas berkode yang telah diresapi oleh
antiseptik yang berbeda kemudian diletakkan pada media tumbuh mikroba. Ada
tidaknya zona inhibisi yaitu sebagai indikator bahwa senyawa kimia tersebut efektif
atau tidak untuk dijadikan antiseptic. Adanya daerah inhibisi menunjukkan adanya
aktivitas mikroba terhadap organisme, sedangkan tidak adanya zona inhibisi artinya
antiseptik tersebut tidak efektif terhadap organisme uji (Cappucino dan
Welsh,2019).
3. Uji Disinfektan
Salah satu cara pengujian disinfektan yang umumnya dipakai di laboratorium
adalah metode pengenceran. Pada metode tersebut, kekuatan disinfektan dinyatakan
dengan koefisien fenol. Cara kerja pada metode koefisien fenol yaitu
mikroorganisme uji dimasukan dalam larutan fenol murni dan larutan zat kimia
yang akan dievaluasi pada taraf pengenceran. Koefisien fenol dinyatakan sebagai
suatu bilangan dan dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan
fenol dengan pengenceran terhadap aktivitas larutan zat kimia dengan pengenceran
tertentu yang diujikan. Nilai koefisien fenol itu sendiri adalah hasil bagi dan faktor
pengenceran tertinggi disinfektan dengan masing-masing membunuh bakteri uji
dalam jangka waktu 10 menit.
D. Alat dan Bahan
1. Uji Resistensi Kirby-Bauer
Tabel D.1.1 Alat Uji Resistensi Kirby-Bauer
Alat Jumlah
Swab steril 6 unit
Pinset 1 unit
Inkubator 1 unit
Rak tabung 1 unit
Tabung reaksi 6 unit
Bunsen 1 unit
Penggaris milimeter 1 unit
Spidol Permanen 1 unit

Tabel D.1.2 Bahan Uji Resistensi Kirby-Bauer


Bahan Jumlah
Kultur bakteri Pseudomonas aeruginosa 1 unit
Kultur bakteri Staphylococcus aureus 1 unit
Kultur bakteri Escherichia coli 1 unit
Kultur bakteri Proteus vulgaris 1 unit
Streptomycin 10µg 4 unit
Tetracycline 30µg 4 unit
Vancomycin 30µg 4 unit
GentaMicin 10µg 4 unit
Chloramphenicol 30µg 4 unit
Etanol 600 ml

2. Uji Antiseptic Susceptibility


Tabel D.2.1 Alat Uji Antiseptic Susceptibility
Alat Jumlah
Swab steril 6 unit
Pinset 1 unit
Inkubator 1 unit
Rak tabung 1 unit
Tabung reaksi 6 unit
Bunsen 1 unit
Penggaris milimeter 1 unit
Spidol Permanen 1 unit

Tabel D.2.2 Bahan Uji Antiseptic Susceptibility


Bahan Jumlah
Trypticase soy media 5 unit
Kultur bakteri Bacillus cereus 10 ml
Kultur bakteri Staphylococcus aureus 1 unit
Kultur bakteri Escherichia coli 1 unit
Kultur bakteri Mycobacterium 1 unit
Tincture of iodine 10 ml
3% Hydrogen peroxide 10 ml
70% isopropyl alcohol 10 ml
5% chlorine bleach 10 ml

3. Uji Disinfektan
Tabel D.3.1 Alat Uji Disinfektan
Alat Jumlah
Tabung reaksi unit
Rak tabung 1 unit
Pipet ukur 1 unit
Stopwatch 1 unit
Jarum Ose 1 unit
Mikropipet 1 unit
Magnetic stirrer 1 unit
Shaker Incubator 1 unit
Labu erlenmeyer 1 unit
Tabel D.3.2 Bahan Uji Disinfektan
Bahan
Aquadest
Biakan Murni Bacillus cereus
Biakan murni Pseudomonas aeruginosa
Benzalkonium Klorida Murni
Produk disinfektan (mengandung
senyawa aktif sodium hipoklorit dan
kalsium karbonat)
NaCl
CH5OH (Fenol)
Medium Nutrient Agar (NA)
Nutrient Broth (NB)

E. Cara Kerja
1. Uji Resistensi Kirby-Bauer
1) Siapkan pelat agar - agar yang sudah dipanaskan dalam inkubator pada suhu
37○C selama 10 - 20 menit dengan keadaan penutup plat sedikit dibuka, yang
perlu diperhatikan adalah pelat menjadi hangat dan permukaan mengering.

2) Celupkan kapas steril ke dalam biakan uji saline yang tercampur dengan baik
dan buang kelebihan inokulum dengan menekan kapas jenuh pada dinding
bagian dalam tabung biakan.
3) Dengan menggunakan swab, gores seluruh permukaan agar secara horizontal,
vertikal, dan di sekitar tepi pelat untuk memastikan pertumbuhan di seluruh
permukaan.
4) Biarkan semua pelat kultur mengering selama sekitar 5 menit.

5) Siapkan cakram antibiotik dengan menempatkan dispenser di atas permukaan


agar - agar dan menekan plunger, meletakkan cakram secara bersamaan ke
permukaan agar - agar.

(Cappuccino & Welsh, 2019)


6) Tekan perlahan setiap cakram dengan ujung kayu dari kapas atau dengan forsep
steril untuk memastikan bahwa cakram menempel pada permukaan agar-agar.

(Cappuccino & Welsh, 2019)


7) Inkubasi semua kultur plat dalam posisi terbalik selama 24 sampai 48 jam pada
suhu 37oC.
8) Cara mengukur zona inhibisi
a. Ukur diameter zona inhibisi dengan alat ukur seperti penggaris atau jangka
sorong.
b. Cara ke-1; Kurangi diameter zona inhibisi dengan diameter disc.
c. Cara ke-2; hitung jari-jari zona inhibisi dan kalikan 2.
d. Cocokkan diameter zona inhibisi sesuai dengan jenis antibiotik yang
digunakan.
2. Uji Antiseptic Susceptibility
1) Inokulasi pelat secara aseptik kemudian diberi label yang sesuai dengan
organisme uji masing-masing. Lalu menggoreskan setiap pelat dalam arah
horizontal dan vertikal dan di sekitar tepi dengan swab steril.
2) Diberikan kode Sensi-Disc sesuai dengan bahan kimia yang akan digunakan
(misalnya, merah = pemutih klorin).
3) Secara aseptik menggunakan pinset, buka lima cakram dengan warna yang
dicocokkan dengan memasukkannya ke dalam larutan salah satu bahan kimia.
4) Tiriskan cakram jenuh pada kertas penyerap segera sebelum menempatkan satu
cakram pada masing-masing medium yang diinokulasi. Tekan perlahan cakram
ke bawah menggunakan pinset sehingga menempel pada permukaan agar-agar.
5) Tempatkan satu dari masing-masing dari tiga cakram berwarna yang tersisa
pada permukaan masing-masing lima medium yang diinokulasi dengan jarak
yang sama di sekitar pinggiran plat.
6) Inkubasi semua kultur plat dalam posisi terbalik selama 12 - 18 jam pada suhu
37 derajat celcius.
3. Uji Disinfektan
1) Sebanyak 23 gram bubuk NA dilarutkan dalam 1 liter aquades kemudian
dipanaskan dan diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai homogen.
2) Larutan dimasukan ke tabung reaksi sebanyak 5 ml kemudian disterilkan
menggunakan autoclave pada suhu 121 derajat celcius dan tekanan 1-2 atm.
3) Tabung tersebut dimiringkan dan dibiarkan selama 24 jam.
4) Sebanyak 8 gram bubuk NB dilarutkan dalam 1 liter aquades ke dalam
Erlenmeyer dan diaduk menggunakan magic stirrer lalu disterilisasi dengan
autoclave.
5) Pembuatan Larutan NaCl 90%
a. Natrium klorida ditimbang 0,9 gram lalu dilarutkan dengan aquades
secukupnya ke labu takar 100 ml.
b. Larutan disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121 derajat celcius
dengan tekanan 1-2 atm.
6) Peremajaan Bakteri
a. Bakteri diremajakan dengan menginokulasinya ke dalam medium NA
miring dan diinkubasi selama 24 jam.
7) Pembuatan Inokulum
a. Bakteri diambil sebanyak 1 Ose dan diinokulasikan ke erlenmeyer berisi 30
ml medium NB steril.
8) Pembuatan Stok Suspensi
a. Bakteri yang telah diinokulasi ditambahkan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak
5 ml, lalu divorteks.
9) Pengenceran Produk Uji
a. Ambil bahan sebanyak 5 ml lalu tambahkan aquades hingga 100 ml, maka
didapat produk dengan konsentrasi 5%.
10) Pengenceran Fenol
a. Encerkan 5 ml fenol ke dalam 95 ml aquadest (menjadi stok fenol dengan
konsentrasi 5%).
b. Buat seri pengenceran fenol dengan perbandingan 1:70, 1:80, 1:90, 1:100.
11) Pengujian Koefisian fenol
a. Pengenceran dilakukan dengan seri pengenceran dimana masing-masing
sebanyak 0,5 ml.
b. Suspensi bakteri dimasukan ke dalam tabung steril I yang berisi 5ml
medium NB steril lalu didiamkan selama 5 menit.
12) Penyiapan Medium NA dan NB
a. Sebelum suspensi pertama diinkubasi, suspensi tadi diinokulasi kembali
sebanyak 1 ose ke dalam 5 ml medium NB steril lainnya selama 5 menit
kedua.
b. Sebelum suspensi kedua diinkubasi, suspensi tadi diinokulasikan kembali
sebanyak 1 ose ke dalam 5 menit NB steril lainnya lalu diamkan selama 5
menit ketiga.
c. Keseluruhan suspensi diinkubasi pada suhu 37 derajat celcius selama 48 jam
lalu diamati kekeruhannya.
d. Sebanyak 8 gram bubuk NB dilarutkan dalam 1 liter aquades ke dalam
Erlenmeyer dan diaduk menggunakan magic stirrer lalu disterilisasi dengan
autoclave.
F. Hasil dan Diskusi Praktikum
1. Uji Resistensi Kirby-Bauer

Hasil Keterangan
Pseudomonas aeruginosa
• Streptomycin 10µg: 8mm (resistant)
• Tetracycline 30µg: 2mm (resistant)
• Vancomycin 30µg: 0mm (resistant)
• GentaMicin 10µg: 12mm (resistant)
Chloramphenicol 30µg:
0mm(resistant)
Gambar 1. Cawan Petri Uji Resistensi
Metode Kirby-Bauer
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus aureus
• Streptomycin 10µg: 13mm
(Intermediate)
• Tetracycline 30µg: 29mm
(susceptible)
• Vancomycin 30µg: 14mm
Gambar 2. Cawan Petri Uji
ResistensiMetode Kirby-Bauer (intermediate/resistant)
Staphylococcus aureus • GentaMicin 10µg: 20mm
(susceptible)
• Chloramphenicol 30µg: 28mm
(susceptible)
Escherichia coli
• Streptomycin 10µg: 13mm
(intermediate)
• Tetracycline 30µg: 15mm
(intermediate)
• Vancomycin 30µg: 0mm (resistant)
Gambar 3. Cawan Petri Uji Resistensi • GentaMicin 10µg: 20mm
Metode Kirby-Bauer
Escherichia coli (susceptible)
• Chloramphenicol 30µg: 23mm
(susceptible)
Proteus vulgaris
• Streptomycin 10µg: 14mm
(intermediate)
• Tetracycline 30µg: 20mm
(susceptible)

Gambar 4. Cawan Petri Uji Resistensi • Vancomycin 30µg: 0mm (resistant)


Metode Kirby-Bauer • GentaMicin 10µg: 20mm
Proteus vulgaris
(susceptible)
• Chloramphenicol 30µg: 12mm
(resisten)

2. Uji Antiseptic Susceptibility

Hasil Keterangan
Iodine = Sensitif /efektif
Hydrogen Peroxide =
Sensitif/efektifChlorine =
Sensitif /efektif
Isopropyl alcohol =
Resistant/ tidakefektif

Hasil Uji Antiseptic Susceptibility


notes: I=iodine, A=isopropyl
alcohol,dan CL=Chlorine
bleach

Antiseptic susceptible test digunakan untuk menentukan antimikroba mana yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyebabkan infeksi tertentu.
Pengamatan menggunakan beberapa zat antimikroba yaitu Iodine, H2O2 (Hydrogen
peroxide), Isopropyl alcohol, dan Chlorine. Hasil menunjukkan bahwa zat-zat antimikroba
yang efektif adalah Iodine, Hidrogen peroksida (H2O2), dan Chlorine. Hal tersebut
ditandai dengan munculnya zona inhibisi yang berarti bahwa zat-zat tersebut dapat
menghambat pertumbuhan mikroba pada area disc. Sementara zat Isopropyl alcohol yang
ditandai oleh huruf (A) dinyatakan tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba
karena tidak nampak adanya zona inhibisi padaarea disc.
3. Uji Disinfektan
Hasil Keterangan
(+) Keruh/terdapat pertumbuhan
bakteri (-) Jernih/tidak terdapat
pertumbuhanbakteri

Seluruh produk (kecuali kalsium


karbonat) memiliki nilai koefisien
fenol diatas 1 (>1) yang memiliki arti
bahwa produk-produk tersebut
memiliki daya antibakteri yang lebih
efektif dibanding dengan fenol yang
diujikan ke Bacillus cereus.
Pengujian koefisien fenol produk
dengan senyawa aktif kalsium
karbonat terhadap Bacillus cereus
tidak ditemukan kekeruhan pada
setiap seri
pengencerannya.
(+) Keruh/terdapat pertumbuhan
bakteri (-) Jernih/tidak terdapat
pertumbuhanbakteri

Pada grafik ditunjukan bahwa


seluruhnya memiliki nilai koefisien
fenol lebih dari 1 (>1), hal ini berarti
bahwa produk tersebut memiliki daya
antibakteri yang lebih efektif
dibandingfenol.
Produk dengan senyawa aktif
benzalkonium klorida memiliki nilai
koefisien fenol yang lebih tinggi
dibanding klorida memiliki nilai
koefisien fenol yang lebih rendah
dibanding povidon iodin.

Adanya pertumbuhan bakteri (+) ditandai dengan medium menjadi keruh, dan
tidak adanya pertumbuhan bakteri (-) ditandai dengan medium yang tetap bening. Kontrol
positif (+) digunakan cairan medium NB dengan inokulum. Kontrol negatif (-) digunakan
media NB tanpa inokulum Uji koefisien fenol produk antiseptik dan disinfektan yang
mengandung senyawa aktif benzalkonium klorida terhadap Bacillus cereus dan
Pseudomonas aeruginosa terbukti memiliki daya antibakteri lebih efektif dibanding fenol
yang ditunjukan dengan nilai koefisien fenol lebih dari1 (>1).
G. Kesimpulan
Pada uji sensitivitas antimikroba umumnya menggunakan metode Kirby-
Bauer. Dalam uji sensitivitas menunjukkan semakin besar diameter zona inhibisi
atau zona bersih dari pertumbuhan bakteri tersebut, maka semakin sensitif bakteri
terhadap antimikroba tertentu. Sebaliknya, semakin kecil zona inhibisi, maka
bakteri semakin resisten terhadap antimikroba tertentu. Hasil zona inhibisi
berdasarkan milimeter diameter diantaranya yaitu Resistant, Intermediate, dan
Sensitive. Dalam menguji tingkat resisten mikroba dengan antiseptik dapat
menggunakan uji Antiseptic Susceptibility. Uji disinfektan dinyatakan dengan
koefisien fenol dan dipakai dalam metode pengenceran.
Daftar Pustaka

Black, J.G. (2012). Microbiology Principles and Explorations.


Cappuccino, James G., dan Welsh, Chad T. (2019). Microbiology: A Laboratory Manual,
11thEd. Missouri: Lindenwood University.
Fernando, Riko., Dkk. (2012). Uji disinfektan dan Antiseptik Metode Cakram Kertas
Saring dan Difusi Sumur. [Online] diakses dari:
https://www.academia.edu/11801831/UJI_DISINFEKTAN_DAN_ANTISEPTIK
_M ETODE_CAKRAM_KERTAS_SARING_DAN_DIFUSI_SUMUR
Hamdiyati, Y. dan Kusnadi. (2020). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Bandung:
FPMIPA UPI.
Hera, F. (2014). Uji Koefisien Fenol Produk Antiseptik dan Disinfektan Yang
Mengandung Senyawa Aktif Benzalkonium Klorodia. Program Studi Biologi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah;
Jakarta.
Soleha, T.U. (2015). Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Juke Unila. 5(9). Hlm 120-123.
Sulistyani, N., Narwanti, I. (2015). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Aktivitas Cairan
Kultur Bakteri Penghasil Antibiotik (Isolat P301) terhadap Staphylococcus aureus
ATCC 25923 dan Optimasi Waktu Produksi Metabolit Sekunder, XIII (2), 181-
186.
Wahyutomo, Ridha. (2009). Tes sensitivitas untuk menentukan resistensi antibiotika.
Diakses secara [On-line] dari http://www.tributememories.com, pada 17
November 2021.
Wasitaningrum, I.D.A., (2009). Uji Resistensi Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dari Isolat Susu Sapi Segar terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

JURNAL MIKROBIOLOGI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi


Dosen pengampu:
Dr. Peristiwati, M.Kes.
Dr. Hj. Any Fitriani, M.Si.

disusun oleh:
Salma Nur’ani Warodatuszaqiah
2004356
Pendidikan Biologi A 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
A. Judul

Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme

B. Tujuan

1) Menentukan pengaruh oksigen terhadap pertumbuhan mikroorganisme

2) Menentukan pH optimum yang diperlukan mikroorganisme untuk tumbuh

3) Menentukan suhu optimum yang diperlukan mikroorganisme untuk tumbuh

C. Alat dan Bahan

Tabel 1 Alat
NO Alat Jumlah

1 Laptop 1 buah

2 Handphone 1 buah

3 Alat tulis 1 paket

Tabel 2. Bahan
NO Bahan Jumlah

1 Gambar-gambar dasar teori faktor lingkungan 5 buah


pertumbuhan mikroba

2 Gambar-gambar tahap pengujian pengaruh suhu 45 buah


terhadap perngaruh mikroba + hasil

3 Gambar-gambar tahap pengujian pengaruh pH 28 buah


terhadap perngaruh mikroba + hasil

4 Gambar-gambar tahap pengujian pengaruh kebutuhan 22 buah


oksigen terhadap perngaruh mikroba + hasil
D. Dasar Teori

Kebutuhan mikroorganisme yang digunakan untuk pertumbuhan dapat dibedakan


menjadi dua kategori, yaitu kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi. Aspek-aspek fisik
yang menjadi kebutuhan mikroorganisme dapat mencakup suhu, pH, oksigen, dan
Tekanan osmotik. Sedangkan untuk kebutuhan kimiawi meliputi air, sumber karbon,
nitrogen, oksigen, mineral-mineral, dan faktor penumbuh. Kondisi lingkungan juga
dapatmemicu pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme. (Jeneng, 2010).
Terdapat perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrien yang
sesuai untuk aktivitasnya, juga memerlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk hasil kultivasinya, berbagai
tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai
(Pelczar dan Chan,2007).
Mikroorganisme berdasarkan kebutuhan Oksigen terbagi menjadi

• Mikroorganisme Obligat aerob yang memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron


dalam proses respirasi.
• Mikroorganisme mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen
dalam jumlah terbatas karena jumlah oksigen yang berlebih akan menghambat kerja
enzim oksidatif dan menimbulkan kematian.
• Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah mikroorganisme yang tetap tumbuh
dalam lingkungan kelompok fakultatif aerob.
• Mikroorganisme aerotoleran adalah mikroorganisme yang toleran terhadap O2

• Mikroorganisme Obligat anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan


O2 karena oksigen akan membentuk H2O2 yang bersifat toksik dan meyebabkan
kematian.
Berdasarkan kesesuaian suhu untuk pertumbuhan optimum, mikroba dapat dibagi
menjadi 3 kelompok :

No Kelompok Deskripsi Contoh


Berdasarkan
Suhu
1 Psikrofil Mikroba yang mampu tumbuh pada rentang Polaromonas
suhu 0-20oC, dengan suhu optimum di kisaran vacuolata
10-15oC. Memiliki karakter istimewa ; dapat
hidup di rentang 0-5oC.
2 Mesofil Mikroba yang mampu tumbuh pada rentang Escherichia coli
suhu 20-45oC, dengan suhu optimum di kisaran
35-40oC. Memiliki karakter istimewa ; dapat
hidup pada suhu diatas 45oC.
3 Thermofil Mikroba yang mampu tumbuh pada suhu diatas Geobacillus
45oC, dengan suhu optimum di kisaran 60oC. stearothermophilus
Kelompok mikroba thermofil ini dapat dibagi
menjadi 2 :
a. Fakultatif thermofil
Rentang optimum bertumbuh berada di
suhu 45-60oC.
a. Obligat thermofil
Dapat tumbuh diatas 50oC, bahkan
optimum diatas 60oC.
Lalu ada tahap optimum enzim berdasarkan temperatur yang dapat dibagi menjadi 3 tahap,

yakni :

1. Tahap minimum : Pada tahap ini, enzim inaktif sehingga masih belum terjadi
pertumbuhan. Ditandai dengan membrane sel masih dalam bentuk ‘gel’ dan proses
transport sangat lambat. Antara tahap minimum – optimum, reaksi enzimatik mulai
terjadi secara cepat

2. Tahap optimum : Reaksi enzimatik yang terjadi berada dalam puncak maksimal

3. Tahap maksimum : Enzim terdenaturasi, membrane sitoplasma sudah tidak bisa


mempertahankan tubuhnya dan terjadi lisis thermal.

Berdasarkan kesesuaian pH untuk pertumbuhan optimum, mikroba dapat dibagi menjadi


3 kelompok :
No Kelompok Deskripsi Contoh
Berdasarkan pH

1 Asidofil Mikroba yang hidup di rentang Rhodophila globiformis

pH < 5.5 (pH optimum : 5)


2 Neutrofil Mikroba yang hidup di rentang Escherichia coli (pH

antara pH > 5.5 dan < 8 optimum : 7)


3 Alkalifilik Mikroba yang hidup di rentang Bacillus firmus

pH ≥ 8 (pH optimum : 9)

Berdasarkan kebutuhan mikroba terhadap oksigen, mikroba dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok, namun yang dicantumkan disini menjadi 5 kelompok :
No Kelompok Deskripsi Contoh
Berdasarkan
Kebutuhan Oksigen

1 Mikroorganisme Mikroba yang wajib memerlukan Micrococcus luteus


obligat aerob oksigen sebagai akseptor untuk proses
respirasi

2 Mikroorganisme Mikroba yang membutuhkan oksigen Spirillum volutans


mikroaerofilik dalam jumlah terbatas. Apabila berlebih,
dapat menghambat kerja enzim dan
mengakibatkan kematian

3 Mikroorganisme Mikroba yang dapat tumbuh dalam Escherichia coli


fakultatif anaerob lingkungan fakultatif anaerob

4 Mikroorganisme Mikroba yang toleran terhadap adanya Streptococcus


aerotolerant oksigen pyogenes

5 Mikroorganisme Mikroba yang tidak membutuhkan Methanobacterium


obligat anaerob oksigen, karena oksigen dapat formicicum
membentuk senyawa H2O2 yang
dapatmenyebabkan kematian
Apabila berdasarkan gambar ini, kelompok mikroba berdasarkan kebutuhan oksigen dapat
ditafsirkan sebagai berikut :

1. Aerob : makin tinggi konsentrasi oksigen, maka mikroba semakin dapat


tumbuh bertambah banyak.
2. Mikroaerofilik : karena oksigen yang dibutuhkan tidak sebanyak yang
aerob, maka mikroba tumbuh di konsentrasi oksigen yang tengah/sedang.
Makin banyak konsentrasi oksigen justru mikroba tidak dapat tumbuh.
3. Fakultatif anaerob : fleksibel ; baik kondisi aerob maupun anaerob mikroba
bisa tumbuh, hanya mikroba tumbuh baik, bahkan tidak terkontrol saat
konsentrasi oksigen tinggi, dan tumbuh sedikit saat konsentrasi oksigen
rendah.
4. Aerotoleran : mirip dengan fakultatif aerob hanya distribusi pertumbuhan
mikroba baik konsentrasi oksigen tinggi/rendah sama tersebarnya.
5. Anaerob : semakin rendah konsentrasi oksigen, mikroba dapat tumbuh
semakin baik. Apabila semakin tinggi konsentrasi oksigen, mikroba justru
akan mati.
E. Hasil dan Pembahasan

1. Faktor Oksigen terhadap pertumbuhan mikroorganisme

• Prinsip Dasar

Oksigen merupakan unsur yang sangat penting untuk pertumbuhan mikroba


aerob. Oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena ada juga kelompok
yang tidak memerlukan oksigen. Menurut Jawtz, dkk (2008), berdasarkan
kebutuhan oksigen mikroba dapat dipisahkan menjadi lima kelompok:

a. Anaerob obligat : tidak memerlukan oksigen. oksigen bersifat toksik.

b. Anaerob aerotoleran : tidak mati dengan adanya paparan oksigen.

c. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh dalam keadaan aerob dan anaerob

d. Aerob obligat : membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya

e. Mikroaerofilik : tumbuh baik pada tekanan oksigen rendah, tekanan


tinggi dapatmenghambat pertumbuhannya

• Alat dan Bahan


Alat Jumlah Bahan Jumlah
Beaker glass 1 buah Kultur cair Staphylococcus aureus (bakteri) umur 1 tabung
24-48 jam
Kapas secukupnya Kultur cair Saccaromyces cerevisiae (jamur) umur 1 tabung
24-48 jam
Korek api secukupnya Kultur cair Aspergilus niger (jamur) 12-24 jam 1 tabung
Pembakar spirtus 1 buah

Penangas air 1 buah


Pipet pasteur steril 1 buah Media NA tegak 3 tabung

Tabung reaksi 3 buah


• Langkah kerja

No. Gambar Langkah Kerja Langkah Kerja


1. Semua alat dan bahan
disiapkan, lalu area kerja
dibersihkan menggunakan
alkohol 70%

(Youtube, Teknik Lingkungan ITENAS)


2. Masing-masing tabung reaksi
diberi label sesuai dengan
jenis bakteri dan tanggal
inokulasi

(Youtube, Teknik Lingkungan ITENAS)


3. Tabung reaksi berisi NA tegak
dipanaskan dalam penangas
air dengan suhu 100oC hingga
media mencair

(Youtube, Teknik Lingkungan ITENAS)


4. Setelah mencair, media NA
didiamkan pada suhu ruang
hingga mencapai temperatur
sekitar 45°C

(Youtube, Teknik Lingkungan ITENAS)


5. Tiap tabung berisi media NA
diinokulasi dengan biakan yang
telah disediakan sesuai dengan
label yang sudah diberikan. Tahap
ini dilakukan secara aseptik

(Cappuccino, 2019)
TAHAP/LANGKAH ASEPTIS
Untuk 1. Tabung kultur cair berisi
kultur bakteri Staphylococcus aureus
bakteri : dibuka dan dilewatkan mulut
tabungnya kepada api
2. Kultur cair bakteri diambil
sebanyak 1 ml
3. Mulut tabung kultur
dilewatkan kembali dekat api dan
ditutup kembali
4. Simpan kembali kultur cair
bakteri pada rak tabung

(Youtube, Teknik Lingkungan


ITENAS)
Untuk 1. Media NA cair disiapkan lalu
Media mulut tabung dipanaskan di dekat
NA : api Bunsen
2. Kultur cair bakteri
Staphylococcus aureus diteteskan
perlahan ke dalam media NA cair
3. Mulut tabung dipanaskan
kembali di dekat api
(Youtube, Teknik Lingkungan
ITENAS)
4. Media NA cair ditutup kembali
dengan sumbat
5. Lakukan hal yang sama
terhadap mikroba lainnya
(Saccharomyces cerevisiae dan
Aspergillus niger)

(Youtube, Teknik Lingkungan


ITENAS)
6 Mikroba diratakan keseluruh
permukaan media agar cair
dengan cara memutar tabung
reaksi menggunakan telapak
tangan

(Cappuccino, 2019)
7 Kultur mikroba dimasukkan
kedalam air es agar memadat
kembali

(Youtube, Teknik Lingkungan


ITENAS)
8 Tiap biakan diinkubasi selama 2 x
24 jam pada suhu yang telah
ditentukan.(37oC)

(Youtube, Lab. Mikrobiologi


FMIPA UNILA)

• Hasil dan Pembahasan

Foto Hasil Pembahasan

Staphylococcus aureus Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa


Staphylococcus aureus bertumbuh di bagian
permukaan atas media dan bawah. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya koloni diatas dan
dibawah tabung yang menunjukkan mikroba ini
masuk ke golongan anaerob fakultatif, yang mampu
bertumbuh di konsentrasi oksigen rendah maupun
(Youtube, Teknik Lingkungan ITENAS) tinggi
Saccharomyces cerevisiae Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
Saccharomyces cerevisiae bertumbuh di bagian
permukaan atas media dan bawah. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya koloni diatas dan
dibawah tabung yang menunjukkan mikroba ini
masuk ke golongan anaerob fakultatif, yang mampu
bertumbuh di konsentrasi oksigen rendah maupun
(Youtube, Teknik Lingkungan ITENAS) tinggi
Aspergillus niger Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
Aspergillus niger bertumbuh di bagian permukaan
atas media. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
koloni diatas media yang menunjukkan mikroba ini
masuk ke golongan aerob, yang mampu bertumbuh
di konsentrasi oksigen tinggi.

(Youtube, Teknik Lingkungan ITENAS)

(Presentasi Kelompok 8A Mikrobi (Yuliyanti dkk), 2021)


Dari tabel berikut, dapat diambil hasil :
1. Staphylococcus aureus: Koloni tumbuh di permukaan atas dan bawah media, tergolong
kedalam kelompok Anaerob fakultatif
2. Saccharomyces cerevisiae : Koloni tumbuh di permukaan atas dan bawah media,
tergolong kedalam kelompok Anaerob fakultatif
3. Aspergillus niger : Koloni tumbuh di permukaan atas media, tergolong kedalam
kelompok Aerob
2. Faktor suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme

• Prinsip Dasar
Media yang digunakan untuk menentukan pengaruh suhu atau temperatur terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, dapat melalui Nutrien Broth (NB) atau Nutrien Agar
(NA) miring. Jika mikroorganisme tersebut mengalami pertumbuhan pada media dan
suhu tertentu, maka mengindikasikan suhu tersebut adalah suhu optimum untuk
mikroorganisme dapat tumbuh.
a. Media Nutrien Broth (NB)
• Alat dan Bahan
Alat Bahan
Bunsen Biakan murni bakteri berumur 24-48 jam :
Inkubator 1. Pseudomonas fluorescens

2. Serratia marcescens

3. Escherichia coli

4. Bacillus stearothermophilus
Jarum inokulasi 24 buah Media Nutrien Broth (NB)
Oven
Refrigerator
Sumbat tabung

reaksi
Tabung reaksi +

raknya
• Langkah kerja
No. Gambar Langkah Kerja Langkah Kerja
1. Tangan dibersihkan
terlebih dahulu dan area
kerja disterilkan dengan
alkohol 70%

(Youtube, Praktikum Prodi TL Itenas


Bandung)
2. Bahan steril yang akan
digunakan di area kerja
disiapkan :
a. 24 buah Nutrient Broth

b. Biakan murni :

1. Pseudomonas fluorescens

2. Serratia marcescens

3. Escherichia coli
(Youtube, Praktikum Prodi TL Itenas
Bandung) 4. Bacillus
stearothermophilus
3. Media NB diberi label
dengan nama bakteri uji
(ada 4) yang akan
diinokulasi + ditambahkan
temperatur 5° C, 25° C, 38°
C, 42° C, dan 55° C.
Gunakan satu media NB
sebagai pembanding.
Contohnya pada gambar
disamping, Pseudomonas
fluorescens dilabeli sebagai
“Pf” dan diberi temperatur
(Youtube, Praktikum Prodi TL Itenas Bandung)
yang akan diujikan
4. Media NB yang sudah
diberi label disimpan pada
rak tabung reaksi dan
ditutup menggunakan
sumbat
(Youtube, Praktikum Prodi TL Itenas
Bandung)
5. Pembakar spirtus/bunsen
dinyalakan, lalu jarum
diinokulasi dipijarkan
diatas api hingga membara

(Youtube, Praktikum Prodi TL Itenas


Bandung)
6. Biakan murni diinokulasi
menggunakan jarum
inokulasi, dilakukan secara
aseptik

(Youtube, Praktikum Prodi TL Itenas


Bandung)
7. Jarum inokulasi yang
membawa biakan murni
diadukkan ke media NB

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA UNILA)


8. Tabung reaksi (media NB)
ditutup dengan sumbat dan
diletakkan pada rak tabung
reaksi

(Youtube, Praktikum Prodi TL Itenas


Bandung)
9. Pada perlakuan suhu 5° C,
media NB disimpan dalam
refrigerator

(medicalogy.com)
10. Pada perlakuan suhu 25°
C, media NB diletakan di
ruangan terbuka (suhu
kamar)

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA UNILA)


11 Pada perlakuan suhu 38°
C, 42° C dan 55° C, media
NB diletakkan dalam
inkubator yang berbeda

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA UNILA)


12 Media disimpan selama 24-
48 jam, lalu diamati
perubahan yang terjadi

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA UNILA)

• Hasil dan Pembahasan

Foto Hasil Pembahasan

Pseudomonas
fluorescens termasuk
bakteri psikrofil
dengan suhu optimum
8°C dan ditandai
adanya kekeruhan
warna pada media..

(Youtube, Dr. Julie Wells)


Escherichia coli
termasuk bakteri
Mesofil dengan suhu
optimum 38°C dan
ditandai adanya
kekeruhan warna pada
media.
(Youtube, Dr. Julie Wells)
Serratia marcescens
termasuk bakteri
Mesofil dengan suhu
optimum 26°C dan
ditandai adanya
kekeruhan warna pada
media juga terdapat
(Youtube, Dr. Julie Wells) warna merah diatasnya.

Bacillus
stearothermophilus
termasuk bakteri
Termofil dengan suhu
optimum 55°C dan
ditandai adanya
kekeruhan warna pada
media.
(Youtube, Dr. Julie Wells)
1) Pseudomonas fluorescens : Memiliki rentang suhu optimum pertumbuhan di suhu 5-25oC,
sehingga termasuk kelompok Psikrofil
2) Serratia marcescens : Memiliki rentang suhu optimum pertumbuhan di suhu 25-38oC,
sehingga termasuk kelompok Mesofil
3) Escherichia coli : Memiliki rentang suhu optimum pertumbuhan di suhu 25-42oC dengan
optimal di suhu 38oC, sehingga termasuk kelompok Mesofil
4) Bacillus stearothermophilus : Memiliki suhu optimum pertumbuhan di suhu 42oC,
sehingga termasuk kelompok Thermofil

Warna koloni dari Serratia marcescens berwarna orange-merah yang berasal dari pigmen
prodigiosin dan suhu optimal dari mikroorganisme ini adalah 22°C. Jadi ketika dipanaskan pada
suhu 22°C akan mengekspresikan morfologinya yaitu berwarna merah.
Berdasarkan hasil praktikum pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme
dihasilkan, terdapat perbedaan hasil dari setiap mikroorganisme yang diuji. Indikator dari
pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri yaitu dilihat dari kekeruhan warna pada media.
Semakin keruh warna media, semakin tinggi pertumbuhan mikroorganisme uji. Berdasarkan
perlakuan suhu pada saat praktikum, Pseudomonas fluorescens termasuk bakteri psikrofil,
Escherichia coli, Serratia marcescens termasuk bakteri mesofil, dan Bacillus stearothermophilus
termasuk bakteri termofil.
3. Faktor pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme

• Prinsip Dasar

Sebagian besar bakteri tumbuh paling baik pada pH antara 6,5 dan 7,5 dan jamur
menunjukkan pertumbuhan optimal antara pH 4 dan 6. Namun, selama pertumbuhan
mikroorganisme pH dapat berubah naik atau turun, bergantung kepada komposisi
medium yang diuraikan..

- Untuk menurunkan pH, tambahkan larutan asam seperti HCl ke dalam medium.

- Untuk menaikkan pH, tambahkan larutan basa seperti NaOH atau KOH ke dalam
medium.

- Bila ingin pH konstan selama pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga


atau bufferyang sesuai dengan media dan jenis mikroorganisme.

• Alat dan Bahan


Alat Bahan
Autoclave Alkohol 70%
Bunsen Biakan murni bakteri berumur 24-48 jam :
Inkubator 1. Lactobacillus acidophilus
Jarum inokulasi
2. Staphylococcus aureus

3. Alcaligenes faecalis
Pipet ukur 1 ml Larutan HCl 1N
pH indikator Larutan NaOH 1N
Sumbat kapas
Media Nutrient Broth (pada pH 2, 4, 6, 8, dan 10)
Tabung reaksi
• Langkah kerja

1. Langkah kerja mengukur pH


No. Gambar Langkah Kerja Langkah Kerja
1. Tabung reaksi disiapkan, lalu pada tabung
reaksi diberi label untuk menandai isolat
bakteri dan perlakuan yang diberikan

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
2. Pada tabung reaksi ditambahkan media NB
sebanyak 9 ml sebagai kontrol (tidak
diinokulasi). Lalu tabung ditutup dengan
sumbat kapas

(Youtube, Praktikum Prodi TL Itenas


Bandung)
3. Pada media NB, dicelupkan kertas indikator
pH untuk mengukur pH netral, lalu
disesuaikan dengan pH indikator universal

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
4. Apabila sudah selesai pengukuran pH, media
NB yang sudah diukur dimasukkan kedalam
tabung reaksi sesuai labelnya (pH netral) dan
tutup dengan sumbat kapas

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
5. Selanjutnya, media NB diturunkan pH-nya
menjadi asam dengan meneteskan HCl secara
perlahan.

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
6. pH media dites dengan mencelupkan kertas
pH, lalu disesuaikan dengan pH indikator
universal untuk mendapatkan pH asam

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
7. Apabila sudah selesai pengukuran pH, media
NB yang sudah diukur dimasukkan kedalam
tabung reaksi sesuai labelnya (pH asam) dan
tutup dengan sumbat kapas

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
8. Selanjutnya, media NB dinaikkan pH-nya
menjadi basa dengan meneteskan NaOHsecara
perlahan.

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
9. pH media dites dengan mencelupkan kertas
pH, lalu disesuaikan dengan pH indikator
universal untuk mendapat pH basa

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
10. Apabila sudah selesai pengukuran pH, media
NB yang sudah diukur dimasukkan kedalam
tabung reaksi sesuai labelnya (pH basa) dan
tutup dengan sumbat kapas

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
11 Semua media NB disterilisasi menggunakan
autoclave dengan suhu 121oC dan tekanan 1,5
atm selama 15-20 menit.

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
1. Langkah kerja melakukan inokulasi bakteri

No. Gambar Langkah Kerja Langkah Kerja


1. Alat dan bahan disiapkan, meliputi bunsen, korek
api, jarum ose, sprayer alkohol, isolat bakteri,
dan media NB steril. Lalu sprayer alkohol
digunakan untuk sterilisasi meja kerja (kadar
alkohol yang digunakan adalah 70%)

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
2. Pada bunsen dinyalakan api dan jarum ose
disterilisasi dengan alkohol 70% serta dipijarkan
pada api bunsen

(Youtube, Praktikum Prodi TL Itenas


Bandung)
3. Biakan murni Lactobacillus acidophilus
diinokulasi menggunakan jarum inokulasi ke
dalam media-media yang sudah disesuaikan pH
nya (pH 2, 4, 6, 8, dan 10) secara aseptik.

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
4. Tabung reaksi (media NB) ditutup dengan
sumbat dan diletakkan pada rak tabung reaksi.
Lakukan langkah yang sama terhadap biakan
murni Staphylococcus aureus dan Alcaligenes

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA faecalis.


UNILA)
5. Semua media NB yang sudah diinokulasi biakan
murni diletakkan pada rak tabung reaksi.

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
6. Biakan bakteri dengan perlakuan pH dan suhu
37oC diinkubasikan selama 24 jam.

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
7. Perubahan yang terjadi diamati setelah 24 jam

(Youtube, Lab. Mikrobiologi FMIPA


UNILA)
• Hasil dan Pembahasan

Foto Hasil Pembahasan

Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa


untuk Lactobacillus acidophilus dapat bertumbuh
secara optimal di pH 2. Hal tersebut dibuktikan
dengan munculnya kekeruhan di media pH 2 karena
pertumbuhan mikroba yang banyak. Pada pH 4 dan
pH 6 juga muncul reaksi kekeruhan namun tidak
(Youtube, Dr. Julie Wells)
kentara seperti pH 2.
Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
untuk Staphylococcus aureus dapat bertumbuh secara
optimal di pH 6. Hal tersebut dibuktikan dengan
munculnya kekeruhan di media pH 6 karena
pertumbuhan mikroba yang banyak. Pada pH 4 dan
pH 8 juga muncul reaksi kekeruhan namun tidak
(Youtube, Dr. Julie Wells)
kentara seperti pH 6.
Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
untuk Alcaligenes faecalis dapat bertumbuh secara
optimal di pH 8. Hal tersebut dibuktikan dengan
munculnya kekeruhan di media pH 8 karena
pertumbuhan mikroba yang banyak. Pada pH 6 dan
pH 10 juga muncul reaksi kekeruhan namun tidak
(Youtube, Dr. Julie Wells)
kentara seperti pH 2.

Tabel :
(Presentasi Kelompok 8A Mikrobi (Yuliyanti dkk), 2021)Dari tabel berikut, dapat diambil hasil :
1. Lactobacillus acidophilus : Tumbuh di pH 2 (optimum), 4 dan 6.
Sehingga dapat digolongkan ke kelompok Asidofil
2. Staphylococcus aureus : Tumbuh di pH 4, 6 (optimum), dan 8.
Sehingga dapat digolongkan ke kelompok Neutrofil

3. Alcaligenes faecalis : Tumbuh di pH 6, 8 (optimum), dan 10. Sehingga


dapat digolongkan ke kelompok Alkalifilik

F. Kesimpulan

1. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba seperti bakteri.


Terdapat 3 faktor lingkungan yang dapat mempengaruhinya, yaitu; suhu, pH dan
kebutuhan/konsentrasi oksigen.
2. Berdasarkan suhu optimum tumbuh, mikroba dapat dibedakan menjadi psikrofil,
mesofil, dan termofil. Berdasarkan pH optimum tumbuh, mikroba dapat dibedakan
asidofil, neutrofil, dan alkalifilik. Berdasarkan kebutuhan oksigen, mikroba dapat
dibedakan menjadi aerob obligat, fakultatif aerob, mikroaerofilik, aerotoleran, dan
anaerob obligat.
3. Berdasarkan perlakuan kebutuhan oksigen pada saat praktikum, Staphylococcus aureus
dan Saccharomyces cerevisiae termasuk ke dalam jenis mikroba anaerob fakultatif.
Sedangkan Aspergillus niger termasuk ke dalam jenis mikroba aerob.
4. Berdasarkan perlakuan suhu pada saat praktikum, Eschericia coli, Serratia marcescens
dan Bacillus subtilis termasuk bakteri mesofil. Pseudomonas fluorescens termasuk
bakteri psikrofil, dan Bacillus stearothermophilus termasuk bakteri termofil.
5. Berdasarkan perlakuan pH pada saat praktikum, Lactobacillus acidophilis termasuk
bakteri Acidofil, Stapylococcus aureus termasuk bakteri Neutrofil, dan Alcaligenes
faecalis termasuk bakteri Alkalofil.
Daftar Pustaka

Cappuccino, James G., dan Welsh, Chad T. (2019). Microbiology: A Laboratory Manual, 11thEd.

Missouri: Lindenwood University.

Hardiningsih,Titin, dkk. (2005). Isolasi dan Uji Resistensi Beberapa Isolat Lactobacillus pada pH
Rendah. Volume 7, Nomor 1 Januari 2006 Halaman: 15-17
Julie Wells. (Tanpa tahun). Lab 2-9: Effect of Temperature on Microbial Growth.
https://www.youtube.com/watch?v=qGkpw5W25K0
Krihariyani, Diah, dkk. (2016). POLA PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus PADA MEDIA
AGAR DARAH MANUSIA GOLONGAN O, AB, DAN DARAH DOMBA SEBAGAI
KONTROL. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Maret 2016, hal : 191-
200
Madigan, M.T., et.all. (2019). Brock Biology of Microorganisms. London: Pearson Education
Limited Praktikum Prodi TL Itenas Bandung. (2021).
Praktikum Mikling : Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Mikroba. [online]. Diakses dari :
https://www.youtube.com/watch?v=4NuKe7AVNLQ Rahma, Fina. (2020). Faktor
Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. Bandung : FPMIPA UPI
Putri Eka. (2017). Bioakumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Berdasarkan Waktu Paparannya
Oleh Bakteri Endapan Sedimen Perairan Sekitar Rumah Susun Kota Makassar. Diakses
melalui http://repositori.uin-alauddin.ac.id/
JURNAL PRAKTIKUM
AKTIVITAS BIOKIMIA MIKROORGANISME

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi


yang diampu oleh:
Dr. Peristiwati, M.Kes.
Dr. Any Fitriani, M.Si.

Disusun oleh:
Salma Nur’ani W.
2004356
Pendidikan Biologi A 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
“JURNAL PRAKTIKUM”

A. JUDUL PRAKTIKUM
Jurnal Praktikum Aktivitas Biokimia Mikroorganisme

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui dan membuktikan adanya eksoenzim dan endoenzim.
2. Untuk membuktikan kemampuan mikroorganisme memperoleh nutrisi melalui proses
enzimatik.

C. LANDASAN TEORI
Bakteri memiliki berbagai aktivitas biokimia (pertumbuhan dan perbanyakan) dengan
menggunakan raw material (nutrisi) yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.
Transformasi biokimia dapat timbul didalam dan diluar dari bakteri yang diatur oleh
katalis biologis yang dikenal sebagai enzim. Setiap bakteri memiliki kemampuan dalam
menggunakan enzim yang dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan
asam amino. Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik ini biasanya
menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan karakterisasi bakteri
(Dwidjoseputro, 1998).

Pengamatan aktivitas biokimia atau metabolisme mikroorganisme yang diketahui dari


kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan menguraikan molekul yang
kompleks seperti karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat. Selain itu dilakukan pula
pengamatan pada molekul-molekul sederhana seperti asam amino dan monosakarida.
Hasil dari berbagai uji ini digunakan untuk perincian dan identifikasi mikroorganisme.
Penggunaan zat hara tergantung dari aktivitas metabolisme mikroba. Metabolisme
seringkali menghasilkan hasil sampingan yang dapat digunakan untuk identifikasi
mikroorganisme (Prescott, 2002).

Pada prinsipnya pengamatan aktivitas biokimia atau metabolisme mikroorganisme


diketahui dari kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan menguraikan molekul
yang kompleks dan molekul-molekul sederhana. Selain itu, metabolisme seringkali
menghasilkan hasil sampingan yang dapat digunakan untuk identifikasi. Aktivitas
metabolisme tidak terlepas dari adanya enzim. Enzim ini ada yang bekerja di luar tubuh/sel
disebut eksoenzim dan ada pula yang bekerja di dalam tubuh disebut endoenzim.
Eksoenzim dihasilkan oleh sel dan bekerja di luar sel dalam hal memecah substrat yang
ukuran molekulnya besar menjadi molekul yang lebih sederhana dan memecah molekul
yang tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga dapat masuk ke dalam sel untuk proses
biokimia lebih lanjut. Endoenzim juga dihasilkan oleh sel dan bekerja di dalam sel. Molekul
besar dihidrolisis di luar sel oleh eksoenzim. Molekul yang lebih sederhana dihasilkan dari
reaksi ini dan masuk ke dalam sel dan selanjutnya diuraikan oleh endoenzim (Hamdiyati,
2020).

D. CARA KERJA
1. UJI HIDROLISIS PATI
➢ Tujuan
Untuk mengetahui dan membuktikan adanya eksoenzim pada mikroorganisme
yang mampu menghidrolisis amilum (pati).

➢ Prinsip Dasar
Pati adalah polimer dari glukosa yang dihubungkan oleh ikatan glikosidik.
Hidrolisis pati terjadi karena adanya enzim amylase, dengan hasil akhir berupa
dekstrin. Kemampuan mikroorganisme untuk menghidrolisis pati adalah dengan
cara diuji dengan meneteskan larutan iodium di atas koloni pada medium agar pati.
Jika terbentuk daerah bening disekitaran koloni menandakan adanya/terjadinya
hidrolisis pati oleh amilase (Hamdiyati, 2020).

Pembuatan Media Agar Pati/Starch Agar Plate


➢ Alat dan Bahan

Tabel D.1 Alat Praktikum Pembuatan Media Agar Pati/Starch Agar Plate

No. Alat Jumlah


1. Hot plate 1 unit
2. Magnetic stirrer 1 unit
3. Autoclave 1 unit
4. Labu erlenmayer 1 unit
Tabel D.2 Bahan Praktikum Pembuatan Media Agar Pati/Starch Agar Plate

No. Bahan Jumlah


1. Nutrient agar 20 gram
2. Starch 10 gram
3. Aquadest 1 liter

➢ Cara Kerja Pembuatan Media Agar Pati/Starch Agar Plate


1) Larutkan 20 gr Nutrient agar dan 10 gr Starch dalam 1 liter aquadest.
2) Panaskan dan homogenkan menggunakan hotplate dan magnetic stirrer.
3) Untuk membuat medium miring, media starch yang telah dipanaskan ditransfer
pada tabung reaksi sebanyak ± 5 ml dan ditutup dengan sebaik mungkin.
4) Sterilisasikan tabung tersebut menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC selama
15 menit.

Uji Hidrolisis Pati


➢ Alat dan Bahan
Tabel D.3 Alat Praktikum Uji Hidrolisis Pati

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit
3. Cawan steril 1 unit
4. Inkubator 1 unit

Tabel D.4 Bahan Praktikum Uji Hidrolisis Pati

No. Bahan Jumlah


1. Larutan Iodium Secukupnya
2. Biakan murni umur 1-2 1 unit
hari
3. Tabung agar diri medium 1 unit
agar pati
➢ Cara Kerja Uji Hidrolisis Pati
1) Medium agar pati dicairkan di dalam penangas.

(Kusnadi, 2020)

2) Secara aseptik, medium dituangkan pada cawan petri yang telah steril.

(Kusnadi, 2020)
3) Inokulasikan dengan bakteri tertentu.

(Youtube: Microbiology at WCUPA)

4) Bungkus dengan kertas dan plastik.

(Kusnadi, 2020)
5) Inkubasi pada suhu 22°C - 37° C selama 1x24 jam.

(Kusnadi, 2020)

6) Teteskan larutan iodium, amati perubahan yang terjadi.

(Youtube: Microbiology at WCUPA)

2. UJI HIDROLISIS KASEIN


➢ Tujuan
Untuk mengetahui dan membuktikan adanya eksoenzim pada mikoorganisme yang
mampu menghidrolisis kasein.

➢ Prinsip Dasar
Proses pemecahan protein menjadi pepton, polipeptida, dipeptida dan pada
akhirnya menjadi asam amino disebut peptonisasi, dengan bantuan enzim protease.
Kemampuan mikroorganisme untuk menghidrolisis kasein dapat dibuktikan dengan
menginokulasikan mikroorganisme pada media agar susu skim. Pertumbuhan
mikroorganisme pemecah protein pada media susu skim agar akan dikelilingi oleh
area bening.
Pembuatan Media Agar Susu Skim/Skim Milk Agar
➢ Alat dan Bahan

Tabel D.5 Alat Praktikum Pembuatan Media Agar Susu Skim/Skim Milk Agar

No. Alat Jumlah


1. Autoklaf 1 unit
2. Cawan petri 1 unit
3. Inkubator 1 unit

Tabel D.6 Bahan Praktikum Pembuatan Media Agar Susu Skim/Skim Milk Agar

No. Bahan Jumlah


1. Pepton 5 gram
2. Agar powder 15 gram
3. Susu skim powder 100 gram
4. Aquades 1000 ml

➢ Cara Kerja Pembuatan Media Agar Susu Skim/Skim Milk Agar


1) Larutkan pepton 5 gram dan agar powder 15 gram kedalam aquades 1000 ml,
lalu panaskan hingga mendidih dan homogen.
2) Tuangkan campuran tadi ke dalam gelas kimia yang berisi 100 gram susu skim
powder perlahan sedikit demi sedikit agar tidak terjadi penggumpalan lalu
diaduk secara homogen.
3) Medium dimasukkan ke tabung reaksi sebanyak 12-15 ml, kemudian di
sterilkan pada autoklaf dengan suhu 121°C dan tekanan 1,5 atm.
4) Setelah disterilisasi, media didinginkan hingga mengeras, diletakan ke dalam
inkubator selama 24 jam untuk memastikan media dalam keadaan steril dan
tidak terkontaminasi.
Uji Hidrolisis Kasein
➢ Alat dan Bahan

Tabel D.7 Alat Praktikum Uji Hidrolisis Kasein

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit

Tabel D.8 Bahan Praktikum Uji Hidrolisis Kasein

No. Bahan Jumlah


1. Biakan murni umur 1-2 1 unit
hari
2. Medium agar susu skim 1 unit
(skim milk agar)

➢ Cara Kerja Uji Hidrolisis Kasein


1) Medium susu skim dicairkan didalam penangas.
2) Secara aseptik, medium dituangkan pada cawan petri yang telah steril, biarkan
sampai padat dan dingin.
3) Inokulasikan dengan bakteri tertentu.
4) Bungkus dengan kertas dan plastic.
5) Inkubasi pada suhu 22°C - 37°C selama 1x24 jam. Amati perubahan yang
terjadi.

3. UJI HIDROLISIS LIPID


➢ Tujuan
Untuk mengetahui dan membuktikan adanya eksoenzim pada mikroorganisme yang
mampu menghidrolisis lipid.
➢ Prinsip Dasar
Lipid adalah senyawa yang mempunyai berat molekul yang tinggi. Beberapa
mikrooganisme dapat menghidrolisis lipid menghasilkan glilserol dan asam lemak,
dengan bantuan enzim lipase. Kemampuan mikroorganisme untuk menghidrolisis
lipid dengan bantuan enzim lipase dapat digunakan medium lipid agar.
Mikroorganisme yang mampu menghasilkan lipase akan memperlihatkan zona
liposis, ditunjukkan dengana danya daerah terang disekitar pertumbuhan koloni.

Pembuatan Media Agar Lipid


➢ Alat dan Bahan

Tabel D.9 Alat Praktikum Pembuatan Media Agar Lipid

No. Alat Jumlah


1. Hot plate 1 unit
2. Magnetic stirrer 1 unit
3. Autoclave 1 unit
4. Labu erlenmayer 1 unit

Tabel D.10 Bahan Praktikum Pembuatan Media Agar Lipid

No. Bahan Jumlah


1. Lipid 10 gram
2. Pepton 5 gram
3. Aquadest 1 liter
4. Agar 15 gram
5. Beef extract 3 gram
6. Neutral red 0,02 gram

➢ Cara Kerja Pembuatan Media Agar Lipid


1) Larutkan 10 gram lipid, 5 gram pepton, 3 gram beef extract, 15 gram agar, dan
0,02 gram neutral red dalam 1 liter aquadest.
2) Panaskan dan homogenkan menggunakan hotplate dan magnetic stirrer.
3) Untuk membuat medium miring, media agar lipid yang telah dipanaskan
ditransfer pada tabung reaksi sebanyak ± 5 ml dan ditutup dengan baik.
4) Sterilisasikan tabung tersebut menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC selama
15 menit.
Uji Hidrolisis Lipid
➢ Alat dan Bahan

Tabel D.11 Alat Praktikum Uji Hidrolisis Lipid

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit
3. Cawan steril 1 unit
4. Inkubator 1 unit

Tabel D.12 Bahan Praktikum Uji Hidrolisis Lipid

No. Bahan Jumlah


1. Biakan murni umur 1-2 hari 1 unit
2. Tabung agar diri medium 1 unit
agar lipid

➢ Cara Kerja Uji Hidrolisis Lipid


1) Medium agar lipid dicairkan di dalam penangas.

(Kusnadi, 2020)
2) Secara aseptik, medium dituangkan pada cawan petri yang telah steril.

(Kusnadi, 2020)
3) Inokulasikan dengan bakteri tertentu.

(Youtube: Microbiology at WCUPA)

4) Bungkus dengan kertas dan plastik.

(Kusnadi, 2020)

5) Inkubasi pada suhu 22°C - 37° C selama 1x24 jam. Amati perubahan yang
terjadi.

(Kusnadi, 2020)

4. UJI HIDROLISIS GELATIN


➢ Tujuan
Untuk menguji apakah suatu mikroba memiliki enzim gelatinase yang mampu
menguraikan gelatin.

➢ Prinsip Dasar
Gelatin adalah protein yang dihasilkan dari hidrolisis kolagen. Jika suatu
mikroorganisme mampu menghasilkan gelatinase, medium yang telah
diinokulasikan bakteri akan tetap cair walaupun disimpan pada suhu 4°C,
sedangkan medium yang tidak dihidrolisis akan membeku.
Pembuatan Media Nutrient Gelatin
➢ Alat dan Bahan

Tabel D.13 Alat Praktikum Pembuatan Media Nutrient Gelatin

No. Alat Jumlah


1. Hot plate 1 unit
2. Magnetic stirrer 1 unit
3. Autoclave 1 unit
4. Labu erlenmayer 1 unit

Tabel D.14 Bahan Praktikum Pembuatan Media Nutrient Gelatin

No. Bahan Jumlah


1. Beef extract 3 gram
2. Pepton 5 gram
3. Aquadest 1 liter
4. Gelatin 120 gram

➢ Cara Kerja Pembuatan Media Nutrient Gelatin


1) Larutkan 5 gram pepton, 3 gram beef extract, dan 120 gram gelatin dalam 1 liter
aquadest.
2) Panaskan dan homogenkan menggunakan hotplate dan magnetic stirrer.
3) Nutrient gelatin yang telah dipanaskan ditransfer pada tabung reaksi sebanyak
± 10 ml dan ditutup dengan sebaik mungkin.
4) Sterilisasikan tabung tersebut menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC selama
15 menit.

Uji Hidrolisis Gelatin


➢ Alat dan Bahan
Tabel D.15 Alat Praktikum Uji Hidrolisis Gelatin

No. Alat Jumlah


1. Lup Inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit
3. Inkubator 1 unit
Tabel D.16 Bahan Praktikum Uji Hidrolisis Gelatin

No. Bahan Jumlah


1. Tabung agar 8 ml nurient 1 unit
gelatin
2. Biakan murni umur 1-2 1 unit
hari

➢ Cara Kerja
1) Ambil bakteri yang akan diinokulasi
2) Inokulasikan bakteri ke medium secara aseptik.
3) Inkubasi pada suhu 37°C selama 1x24 jam.
4) Kemudian disimpan pada lemari es dengan suhu 4°C selama 30 menit dalam
keadaan tegak. Amati cair tidaknya medium.

5. UJI FERMENTASI KARBOHIDRAT


➢ Tujuan
Untuk menentukan hasil fermentasi karbohidrat masing-masing bakteri.
➢ Prinsip Dasar
Monosakarida berupa glukosa menalami fermentasi sehingga menghasilkan
asam-asam organik dan atau gas. Terjadi perubahan warna indikator pH dan
terdapat gelembung gas di tabung durham. Medium berwarna merah apabila pH>7
dan akan berwarna kuning jika pH <7. Produksi gas ditunjukkan dengan adanya
rongga kosng dalam botol terbalik tabung durham.

Pembuatan Medium Phenol Red Lactose Broth


➢ Alat dan Bahan

Tabel D.17 Alat Praktikum Pembuatan Medium Phenol Red Lactose Broth

No. Alat Jumlah


1. Tabung reaksi 1 unit
2. Beaker glass 1 unit
3. Neraca analitik 1 unit
4. Kaca pengaduk 1 unit
5. Hotplate 1 unit
6. Autoclave 1 unit
Tabel D.18 Bahan Praktikum Pembuatan Medium Phenol Red Lactose Broth

No. Bahan Jumlah


1. Pepton 5 gram
2. NaCl 5 gram
3. Beef extract 3 gram
4. Laktosa 5 gram
5. Phenol red 0,01 gram
6. Aquades Secukupnya

➢ Cara Kerja Pembuatan Medium Phenol Red Lactose Broth


1) Larutkan 5 gram pepton, 5 gram NaCl, 3 gram beef extract, 5 gram laktosa, dan
0,01 gram phenol red dengan ditambahkan aquades sampai volumenya 1000
ml.
2) Panaskan menggunakan hotplate sambil diaduk menggunakan kaca pengaduk
sampai homogen. Atur agar pH 7 – 7,2.
3) Masukkan medium phenol red lactose ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml
bersama tabung durham yang terbalik dan berisi media (tidak boleh ada
gelembung udara dalam tabung durham).
4) Tutup rapat tabung dengan sumbat kapas.
5) Sterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit, angkat
dan dinginkan.

Pembuatan Medium Phenol Red Dekstrosa Broth


➢ Alat dan Bahan

Tabel D.19 Alat Praktikum Pembuatan Medium Phenol Red Dekstrosa Broth

No. Alat Jumlah


1. Tabung reaksi 1 unit
2. Beaker glass 1 unit
3. Neraca analitik 1 unit
4. Kaca pengaduk 1 unit
5. Hotplate 1 unit
6. Autoclave 1 unit
Tabel D.20 Bahan Praktikum Pembuatan Medium Phenol Red Dekstrosa Broth

No. Bahan Jumlah


1. Pepton 5 gram
2. NaCl 5 gram
3. Beef extract 3 gram
4. Dekstrosa 5 gram
5. Phenol red 0,01 gram
6. Aquades Secukupnya

➢ Cara Kerja Pembuatan Medium Phenol Red Dekstrosa Broth


1) Larutkan 5 gram pepton, 5 gram NaCl, 3 gram beef extract, 5 gram dekstrosa,
dan 0,01 gram phenol red dengan ditambahkan aquades sampai volumenya
1000 ml.
2) Panaskan menggunakan hotplate sambil diaduk menggunakan kaca pengaduk
sampai homogen. Atur agar pH 7 – 7,2.
3) Masukkan medium phenol red dekstrosa ke dalam tabung reaksi sebanyak 10
ml bersama tabung durham yang terbalik dan berisi media (tidak boleh ada
gelembung udara dalam tabung durham).
4) Tutup rapat tabung dengan sumbat kapas.
5) Sterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit, angkat
dan dinginkan.

Pembuatan Medium Phenol Red Sukrosa Broth


➢ Alat dan Bahan

Tabel D.21 Alat Praktikum Pembuatan Medium Phenol Red Sukrosa Broth

No. Alat Jumlah


1. Tabung reaksi 1 unit
2. Beaker glass 1 unit
3. Neraca analitik 1 unit
4. Kaca pengaduk 1 unit
5. Hotplate 1 unit
6. Autoclave 1 unit
Tabel D.22 Bahan Praktikum Pembuatan Medium Phenol Red Sukrosa Broth

No. Bahan Jumlah


1. Pepton 5 gram
2. NaCl 5 gram
3. Beef extract 3 gram
4. Sukrosa 5 gram
5. Phenol red 0,01 gram
6. Aquades Secukupnya

➢ Cara Kerja Pembuatan Medium Phenol Red


1) Larutkan 5 gram pepton, 5 gram NaCl, 3 gram beef extract, 5 gram sukrosa, dan
0,01 gram phenol red dengan ditambahkan aquades sampai volumenya 1000
ml.
2) Panaskan menggunakan hotplate sambil diaduk menggunakan kaca pengaduk
sampai homogen. Atur agar pH 7 – 7,2.
3) Masukkan medium phenol red sukrosa ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml
bersama tabung durham yang terbalik dan berisi media (tidak boleh ada
gelembung udara dalam tabung durham).
4) Tutup rapat tabung dengan sumbat kapas.
5) Sterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit, angkat
dan dinginkan.

Uji Fermentasi Karbohidrat


➢ Alat dan Bahan

Tabel D.23 Alat Praktikum Uji Fermentasi Karbohidrat

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit
3. Inkubator 1 unit
Tabel D.24 Bahan Praktikum Uji Fermentasi Karbohidrat

No. Bahan Jumlah


1. Biakan murni umur 1-2 hari 1 unit
2. Tabung medium phenolred laktosa + tabung durham 1 unit
3. Tabung medium phenolred dekstrosa + tabung durham 1 unit
4. Tabung medium phenol red sukrosa + tabung durham 1 unit

➢ Cara Kerja Uji Fermentasi Karbohidrat


1) Siapkan 3 tabung reaksi yang telah diberi label masing-masing berisi medium
phenol red laktosa broth (A), medium phenol red dekstrosa broth (B), dan
medium phenol red sukrosa broth (C).
2) Secara aseptik, inokulasikan biakan bakteri ke dalam tabung A, kemudian tutup
dengan sumbat kapas.
3) Lakukan hal yang sama pada tabung B dan tabung C.
4) Inkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam. Amati perubahan yang terjadi.
5) Sterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit, angkat
dan dinginkan.

6. UJI KATALASE
➢ Tujuan
Mengidentifikasi bakteri yang memiliki enzim katalase.

➢ Prinsip Dasar
Katalase merupakan enzim yang mengkatalisa penguraian hidrogen peroksida
menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan
ini menginaktifkan enzim dalam sel. Hidrogen peroksida terbentuk sewaktu
metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan
aerob pasti menguraikan bahan tersebut. Uji Katalase dilakukan dengan meneteskan
hidrogen peroksida (H2O2) 3% pada gelas obyek yang bersih. Biakan dioleskan
pada gelas objek yang sudah ditetesi hidrogen peroksida. Suspensi dicampur secara
perlahan, hasil yang positif ditandai oleh terbentuknya gelembung-gelembung
udara.
➢ Alat dan Bahan
Tabel D.25 Alat Praktikum Uji Katalase

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit
3. Kaca Preparat 1 unit
4. Pipet tetes 1 unit

Tabel D.26 Bahan Praktikum Uji Katalase

No. Bahan Jumlah


1. Alkohol 70% Secukupnya
2. H2O2 3% 3 tetes
3. Biakan murni 1 unit

➢ Cara Kerja Uji Katalase


1) Sterilkan kaca preparat menggunakan alkohol, lap dengan tisu.

(Youtube: Asa Pustaka)

2) Panaskan jarum ose di atas bunsen hingga berwarna merah menyala, lalu
biarkan dingin.

(Youtube: Asa Pustaka)


3) Secara aseptik, inokulasikan biakan bakteri ke atas kaca preparat.

(Youtube: Asa Pustaka)

4) Tambahkan 3 tetes larutan H2O2 3% di atas kaca preparat tersebut. Diamkan


beberapa saat lalu amati perubahan yang terjadi.

(Youtube: Asa Pustaka)

7. REAKSI SUSU LITMUS


➢ Tujuan
Untuk melihat kemampuan bakteri dalam menggunakan komponen-komponen
yang ada di dalam susu.

➢ Prinsip Dasar
Medium susu litmus memiliki komponen protein kasein, gula laktosa, vitamin
dan mineral. Susu litmus dapat menunjukkan beberapa reaksi yang berbeda pada
susu yaitu meliputi fermentasi laktosa, produksi gas, reduksi litmus, pembentukan
curd, proteolysis, reaksi alkaline.
Pembuatan Medium Susu Litmus
➢ Alat dan Bahan

Tabel D.27 Alat Praktikum Pembuatan Medium Susu Litmus

No. Alat Jumlah


1. Tabung reaksi 1 unit
2. Beaker glass 1 unit
3. Neraca analitik 1 unit
4. Kaca pengaduk 1 unit
5. Hotplate 1 unit
6. Autoclave 1 unit

Tabel D.28 Bahan Praktikum Pembuatan Medium Susu Litmus

No. Bahan Jumlah


1. Skim milk powder 100 gram
2. Litmus Secukupnya
3. Aquades Secukupnya

➢ Cara Kerja Pembuatan Medium Susu Litmus


1) Larutkan litmus dengan aquades dan dipanaskan diatas hotplate.
2) Masukkan larutan tersebut kedalam gelas kimia yang berisi 100 gram skim milk
powder, aduk sampai homogen.
3) Masukkan kedalam tabung reaksi masing-masing 8 ml.
4) Sterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC selama 15 menit.

Reaksi Susu Litmus


➢ Alat dan Bahan
Tabel D.29 Alat Praktikum Reaksi Susu Litmus

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Bunsen 1 unit
3. Rak tabung reaksi 1 unit
4. Inkubator 1 unit
Tabel D.30 Bahan Praktikum Reaksi Susu Litmus

No. Bahan Jumlah


1. Medium susu litmus 5 unit
2. Biakan bakteri murni 1 unit

➢ Cara Kerja Reaksi Susu Litmus


1) Dengan menggunakan teknik aseptik, inokulasi biakan murni bakteri ke tabung
medium susu litmus. Lalu tutup dengan kapas.
2) Inkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam. Amati perubahan yang terjadi.

8. UJI IMViC: INDOLE TEST


➢ Tujuan
Untuk membedakan spesies dari keluarga Enterobacteriaceae yang memiliki enzim
triptophanase sehingga mampu mengoksidasi asam amino triptofan dan membentuk
senyawa indol.

➢ Prinsip Dasar
Triptofan dihidrolisis oleh enzim triptophanase untuk menghasilkan tiga produk
akhir, yaitu indol, piruvat, dan amonium. Produksi indol terdeteksi oleh regaen
Kovac yang akan bereaksi dengan indol untuk menghasilkan senyawa berwarna
merah.

Pembuatan Media Kaldu Tryptone


➢ Alat dan Bahan
Tabel D.31 Alat Praktikum Pembuatan Media Kaldu Tryptone

No. Alat Jumlah


1. Hot plate 1 unit
2. Magnetic stirrer 1 unit
3. Autoclave 1 unit
4. Labu erlenmayer 1 unit
Tabel D.32 Bahan Praktikum Pembuatan Media Kaldu Tryptone

No. Bahan Jumlah


1. Tryptone Powder 6,45 gram
2. Aquadest 100 ml

➢ Cara Kerja Pembuatan Media Kaldu Tryptone


1) Timbang serbuk medium menggunakan neraca analitik hingga beratnya 6,45
gram.
2) Larutkan 6,45 gram medium ke dalam 100 ml aquades.
3) Panaskan dan homogenkan menggunakan hotplate dan magic stirrer.
4) Tuang medium ke dalam tabung reaksi.
5) Sterilisasikan tabung tersebut menggunakan autoclave pada suhu 121 ºC dengan
tekanan 1,5 atm selama 15 menit.

Uji IMViC: Indole Test


➢ Alat dan Bahan
Tabel D.33 Alat Praktikum Uji IMViC: Indole Test

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Bunsen 1 unit
3. Rak tabung reaksi 1 unit
4. Inkubator 1 unit
5. Pipet tetes 1 unit

Tabel D.34 Bahan Praktikum Uji IMViC: Indole Test

No. Bahan Jumlah


1. Medium kaldu tryptone 3 tabung
2. Biakan bakteri murni 1 tabung
Escherichia coli
3. Biakan bakteri murni 1 tabung
Klebsiella pneumoniae
4. Reagen Kovac Secukupnya
➢ Cara Kerja Uji IMViC: Indole Test
1) Siapkan 3 tabung yang masing-masing berisi 10 ml medium kaldu tryptone.
Tempatkan dalam rak tabung dan beri label dengan keterangan A, B, dan
kontrol.
2) Sterilkan lup inokulasi di atas api Bunsen hingga membara. Kemudian, biarkan
hingga mendingin.

(Youtube: Venny Patricia)

3) Inokulasikan bakteri Escherichia coli ke dalam tabung medium kaldu tryptone


A secara aseptik. Lakukan pula pada bakteri Klebsiella pneumoniae.

(Youtube: Venny Patricia)

4) Sterilkan lup inokulasi di atas api Bunsen hingga membara. Kemudian, biarkan
hingga mendingin.

(Youtube: Venny Patricia)


5) Medium bakteri diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C.
6) Setelah diinkubasi teteasi bakteri dengan reagen Kovac sebanyak 1-2 tetes.
Kemudian, amati perubahan warna yang terjadi pada permukaan medium.

(Youtube: Venny Patricia)

9. UJI IMViC: MR TEST (METHYL RED TEST)


➢ Tujuan
Untuk membedakan species dari keluarga Enterobacteriaceae yang mampu
membentuk asam dari hidrolisis glukosa.

➢ Prinsip Dasar
Karbohidrat berupa glukosa yang mengalami fermentasi untuk menghasilkan
berbagai asam organik sehingga dapat menurunkan pH medium secara drastis.
Reagen yang digunakan adalah methyl red. Jika medium berwarna merah lalu
setelah ditetesi reagen, maka mikroba yang diuji akan menghasilkan senyawa
campuran asam.

Pembuatan Media MR -VP Broth


➢ Alat dan Bahan

Tabel D.35 Alat Praktikum Pembuatan Media MR -VP Broth

No. Alat Jumlah


1. Beaker glass 1 unit
2. Batang pengaduk 1 unit
3. Autoclave 1 unit
4. Tabung reaksi 1 unit
Tabel D.36 Bahan Praktikum Pembuatan Media MR -VP Broth

No. Bahan Jumlah


1. MR-VP Powder 1,7 gram
2. Aquadest 100 ml

➢ Cara Kerja Pembuatan Media MR -VP Broth


1) Timbang media sebanyak 1,7 gram.
2) Masukkan media dan aquadest kedalam beaker glass dan homogenkan dengan
batang pengaduk.
3) Masukan ke dalam tabung reaksi masing-masing 10 ml, dan sterlisasi
menggunakan autoklaf dengan suhu 121˚C dan tekanan 1,5 atm selama 15
menit.

Uji IMViC: MR Test (Methyl Red Test)


➢ Alat dan Bahan

Tabel D.37 Alat Praktikum Uji IMViC: MR Test (Methyl Red Test)

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit
3. Rak tabung reaksi 1 unit
4. Inkubator 1 unit
5. Pipet tetes 1 unit

Tabel D.38 Bahan Praktikum Uji IMViC: MR Test (Methyl Red Test)

No. Bahan Jumlah


1. Media MR-VP Broth 1 unit
2. Biakan murni 1 unit
3. Reagen MR Secukupnya
➢ Cara Kerja Uji IMViC: MR Test (Methyl Red Test)
1) Siapkan 3 tabung yang masing-masing berisi 10 ml medium MR-VP Broth.
Tempatkan dalam rak tabung dan beri label dengan keterangan A, B, dan
kontrol.
2) Sterilkan lup inokulasi di atas api Bunsen hingga membara. Kemudian, biarkan
hingga mendingin.

(Youtube: Venny Patricia)

3) Inokulasikan bakteri Escherichia coli ke dalam tabung medium MR-VP Broth


secara aseptik. Lakukan pula pada bakteri Klebsiella pneumoniae.

(Youtube: Venny Patricia)

4) Sterilkan lup inokulasi di atas api Bunsen hingga membara. Kemudian, biarkan
hingga mendingin.

(Youtube: Venny Patricia)


5) Medium bakteri diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C.
6) Setelah diinkubasi, tetesi bakteri dengan reagen methyl red sebanyak 3-5 tetes.
Kemudian, amati perubahan warna yang terjadi pada permukaan medium.

(Youtube: Venny Patricia)

10. UJI IMViC: VP TEST (VOGES PROSKAUER TEST)


➢ Tujuan
Untuk membedakan spesies dari keluarga Enterobacteriaceae yang mampu
memproduksi acetoin dari fermentasi glukosa.

➢ Prinsip Dasar
Senyawa acetoin dapat dideteksi dengan reagen Barrit (larutan alpha-nafthol
dan larutan KOH). Kehadiran reagen dan acetoin akan membentuk warna merah
pekat. Terbentuknya warna merah pekat menunjukkan uji VP positif, sedangkan
tidak terbentuknya warna merah pekat menunjukkan uji VP negatif.

➢ Alat dan Bahan

Tabel D.39 Alat Praktikum Uji IMViC: VP Test (Voges Proskauer Test)

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit
3. Rak tabung reaksi 1 unit
4. Inkubator 1 unit
5. Pipet tetes 1 unit
Tabel D.40 Bahan Praktikum Uji IMViC: VP Test (Voges Proskauer Test)

No. Bahan Jumlah


1. Media MR-VP Broth 1 unit
2. Biakan bakteri murni 1 unit
Escherichia coli
3. Biakan bakteri murni 1 unit
Klebsiella pneumoniae
4. Reagen Barrit Secukupnya

➢ Cara Kerja Uji IMViC: VP Test (Voges Proskauer Test)


1) Siapkan 3 tabung yang masing-masing berisi 10 ml medium MR-VP Broth.
Tempatkan dalam rak tabung dan beri label dengan keterangan A, B, dan
kontrol.
2) Sterilkan lup inokulasi di atas api bunsen hingga membara. Kemudian, biarkan
hingga mendingin.

(Youtube: Asa Pustaka)

3) Inokulasikan bakteri Escherichia coli ke dalam tabung medium MR-VP Broth


A secara aseptik. Lakukan pula inokulasi pada bakteri Klebsiella pneumoniae
ke dalam tabung medium MR-VP Broth B secara aseptik.

(Youtube: Asa Pustaka)


4) Tutup tabung dan tempatkan dalam rak tabung.

(Youtube: Asa Pustaka)


5) Sterilkan kembali lup inokulasi di atas api bunsen hingga membara. Kemudian,
biarkan hingga mendingin.

(Youtube: Asa Pustaka)

6) Medium bakteri diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37˚C.


7) Setelah diinkubasi, tetesi bakteri dengan reagen Barrit sebanyak 3-5 tetes.
Kemudian, amati perubahan warna pada medium.

(Youtube: Amvita Lab)


11. UJI IMViC: CITRATE TEST
➢ Tujuan
Untuk membedakan spesies dari keluarga Enterobacteriaceae yang memiliki
kemampuan mengonsumsi sitrat sebagai sumber karbon, dan ammonium sebagai
sumber karbon nitrogen tunggal.

➢ Prinsip Dasar
Pada media Simmon Citrate terdapat indikator BTB (Brom Tymol Blue).
Apabila bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media berubah
menjadi basa dan berwarna biru.

Pembuatan Media Simmon Citrate Agar


➢ Alat dan Bahan

Tabel D.41 Alat Praktikum Pembuatan Media Simmon Citrate Agar

No. Alat Jumlah


1. Hot plate 1 unit
2. Magnetic stirrer 1 unit
3. Autoclave 1 unit
4. Labu erlenmayer 1 unit

Tabel D.42 Bahan Praktikum Pembuatan Media Simmon Citrate Agar

No. Bahan Jumlah


1. Simmon citrate powder 23 gram
2. Aquades 1 liter

➢ Cara Kerja Pembuatan Media Simmon Citrate Agar


1) Timbang serbuk medium SCA menggunakan neraca analitik hingga beratnya
23 gram.
2) Larutkan 23 gram medium ke dalam 1 liter aquades dengan cara dipanaskan
pada suhu 80°C sambil diaduk menggunakan alat hot plate dan magnetic stirrer.
3) Medium yang telah jadi dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditutup dengan
tidak terlalu rapat.
4) Sterilisasi medium menggunakan autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1,5
Atm selama 15 menit.
5) Setelah disterilisasi dan medium masih bersifat cair, tabung reaksi dapat
dimiringkan hingga 45 derajat atau lebih. Tunggu medium hingga memadat
dengan sempurna sebelum digunakan.

Uji IMViC: Citrate Test


➢ Alat dan Bahan
Tabel D.43 Alat Praktikum Uji IMViC: Citrate Test

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit
3. Rak tabung reaksi 1 unit
4. Inkubator 1 unit

Tabel D.44 Bahan Praktikum Uji IMViC: Citrate Test

No. Bahan Jumlah


1. Media SCA 1 unit
2. Biakan E. coli 1 unit
3. Biakan Klebsiella 1 unit
pneumoniae

➢ Cara Kerja Uji IMViC: Citrate Test


1) Siapkan 3 tabung yang masing-masing berisi medium Simmon Citrate.
Tempatkan dalam rak tabung dan beri label dengan keterangan A, B, dan
kontrol.
2) Sterilkan jarum inokulasi di atas api Bunsen hingga membara. Kemudian,
biarkan hingga mendingin

(Youtube: Asa Pustaka)


3) Ambil suspensi bakteri Escherichia coli pada cawan petri menggunakan jarum
inokulasi.
4) Inokulasikan suspensi bakteri Escherichia coli pada medium Simmon Citrate
secara zigzag dengan teknik aseptik. Kemudian, tutup tabung medium.

(Youtube: Reena Lamichhane)

5) Sterilkan kembali jarum inokulasi di atas api bunsen hingga membara.


Kemudian, biarkan hingga mendingin.

(Youtube: Asa Pustaka)

6) Ambil suspensi bakteri Klebsiella pneumoniae pada cawan petri menggunakan


jarum inokulasi.
7) Inokulasikan suspensi bakteri Klebsiella pneumoniae pada medium Simmon
Citrate secara zigzag dengan teknik aseptik. Kemudian, tutup tabung medium.

(Youtube: Reena Lamichhane)

8) Medium bakteri diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C. Setelah diinkubasi,
amati perubahan warna yang terjadi pada medium.
12. UJI SIM (SULFUR, INDOLE, MOTILITY TEST)
➢ Tujuan
Untuk melihat aktivitas bakteri menghasilkan gas H2S, kemudian aktivitas
triptophanase (indole), dan motil atau tidak.

➢ Prinsip Dasar
Jika bakteri menghasilkan gas H2S medium akan tampak hitam, bila
menghasilkan indole yang ditetesi Reagen Kovac’s akan berwarna merah dan bila
hasil tusukan (stab) menyebar berarti motil. Ada dua jalur fermentasi utama dimana
beberapa mikroorganisme mampu menghasilkan hidrogen sulfida (H2S).
a. Jalur 1: Gas H2S dapat dihasilkan dengan reduksi (hidrogenasi) belerang
organik yang ada dalam asam amino sistein, yang merupakan komponen pepton
yang terkandung dalam medium. Pepton ini didegradasi oleh enzim mikroba
menjadi asam amino, termasuk asam amino sistein yang mengandung sulfur.
Asam amino ini dengan adanya sistein desulfurase kehilangan atom belerang,
yang kemudian direduksi dengan penambahan hidrogen dari air untuk
membentuk gelembung gas hidrogen sulfida (H2S).
b. Jalur 2: Gas H2S juga dapat dihasilkan dengan mereduksi senyawa sulfur
anorganik seperti tiosulfat (S2O3²⁻), sulfat (SO4²⁻), atau sulfit (SO3²⁻). Medium
tersebut mengandung natrium tiosulfat, yang dapat direduksi oleh
mikroorganisme tertentu menjadi sulfit dengan pembebasan hidrogen sulfida.
Atom belerang bertindak sebagai akseptor hidrogen selama oksidasi senyawa
anorganik.

Pembuatan Media SIM Agar


➢ Alat dan Bahan
Tabel D.45 Alat Praktikum Pembuatan Media SIM Agar

No. Alat Jumlah


1. Hot plate 1 unit
2. Magnetic stirrer 1 unit
3. Autoclave 1 unit
4. Labu erlenmayer 1 unit
Tabel D.46 Bahan Praktikum Pembuatan Media SIM Agar

No. Bahan Jumlah


1. SIM Powder 30 gram
2. Aquades 1 liter

➢ Cara Kerja
1) Larutkan 30 gram SIM dalam 1 liter aquades.
2) Panaskan dan homogenkan menggunakan hot plate dan magnetic stirrer.
3) Masukkan media SIM ke dalam tabung reaksi sebanyak 7 ml kemudian ditutup
dengan baik.
4) Sterilisasikan tabung tersebut menggunakan autoclave pada suhu 121ºC selama
15 menit.

Uji SIM
➢ Alat dan Bahan
Tabel D.47 Alat Praktikum Uji SIM

No. Alat Jumlah


1. Lup inokulasi 1 unit
2. Lampu spirtus 1 unit
3. Inkubator 1 unit

Tabel D.48 Bahan Praktikum Uji SIM

No. Bahan Jumlah


1. Medium SIM 1 unit
2. Biakan murni umur 24- 1 unit
48 jam
➢ Cara Kerja Uji SIM
1) Sterilkan lup inokulasi di atas api Bunsen hingga membara. Kemudian, biarkan
hingga mendingin.

(Youtube: Asa Pustaka)

2) Inokulasikan dengan bakteri tertentu.

(Youtube: Amer Aljawabreh)

3) Medium bakteri diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37˚C.

(Youtube: Amer Aljawabreh)

4) Setelah diinkubasi, tetesi bakteri dengan reagen Kovac sebanyak 3 – 5 tetes.


Kemudian, amati perubahan warna yang terjadi pada permukaan medium.

(Youtube: Amer Aljawabreh)


E. HASIL DAN DISKUSI PRAKTIKUM

1) Hasil Pengamatan Uji Hidrolisis Pati

Tabel E.1 Hasil Pengamatan Uji Hidrolisis Pati

Hasil Pengamatan Pembahasan


• Pada bakteri Bacillus
subtilis dan Bacillus
megaterium terbentuk
daerah bening disekitaran
koloni menandakan
adanya/terjadinya
hidrolisis pati oleh amilase.
• Pada bakteri Escherichia
coli, tidak terbentuk zona
(Youtube: Microbiology at WCUPA)
bening yang menandakan
bahwa bakteri ini tidak
dapat menghidrolisis
amilum atau pati.

(Youtube: Dr. Kusnadi)


2) Hasil Pengamatan Uji Hidrolisis Kasein

Tabel E.2 Hasil Pengamatan Uji Hidrolisis Kasein

Hasil Pengamatan Keterangan


• (+) Bacillus subtilis (A)
• (+) Pseudomononas
aeruginosa (B)
• (-) Escherichia coli (C)

(Sumber: Microbinotes.com)

3) Hasil Pengamatan Uji Hidrolisis Lipid

Tabel E.3 Hasil Pengamatan Uji Hidrolisis Lipid

Hasil Pengamatan Keterangan


• Lactobacillus coryniformis
(+)
• Lactobacillus casei (+)
• Streptococcus lactis (+)
• Nitrococcus mobilis (+)

(Mirza, dkk, 2017)

Berdasarkan hasil pengamatan, mikroorganisme 1, 2, 3, dam 4 mampu


menghidrolisis lipid. Hal ini ditandai dengan adanya zona bening atau zona lipase pada
mikroba.
4) Hasil Pengamatan Uji Hidrolisis Gelatin

Tabel E.4 Hasil Pengamatan Uji Hidrolisis Gelatin

Hasil Pengamatan Keterangan


• A: Pseudomonas
aeruginosa (+)
• B: Escherichia coli (-)
• C: Serratia marcescens (+)

(Sumber: rcooper01.people.ysu.edu)

5) Hasil Pengamatan Uji Fermentasi Karbohidrat

Tabel E.5 Hasil Pengamatan Uji Fermentasi Karbohidrat

Hasil Pengamatan Keterangan


• (A) Variabel Kontrol
• (B) E. coli (+)
• (C) Streptococcus sp. (+)

(A) (B) (C)


(Youtube: Dr Kusnadi)
6) Hasil Pengamatan Uji Katalase

Gambar Hasil Uji Katalase

Katalase positif ditunjukkan adanya gelembung gas (O2) yang diproduksi oleh
genus Staphylococcus. Katalase merupakan enzim yang mengkatalisa penguraian
hidrogen peroksida menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap
sel karena bahan ini menginaktifkan enzim dalam sel. Hidrogen peroksida terbentuk
sewaktu metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan
aerob pasti menguraikan bahan tersebut.

7) Hasil Pengamatan Reaksi Susu Litmus

Tabel E.6 Hasil Pengamatan Reaksi Susu Litmus

Hasil Pengamatan Keterangan


• (a) Uninoculated / kontrol
(-)
• (b) Acid (Escherichia coli)
(+)
• (c) Acid with curd (Bacillus
cereus) (+)
(Youtube: Sci-Inspi) • (d) Acid with reduction and
curd (Enterococcus
faecalis) (+)
• (e) Alkaline (Pseudomonas
aeruginosa) (+)
8) Hasil Pengamatan Uji IMViC: Indole Test

Tabel E.7 Hasil Pengamatan Uji IMViC: Indole Test

Hasil Pengamatan Keterangan


• (+) Escherichia coli
• (-) Klebsiella pneumoniae

(Sumber: Youtube Dr. Kusnadi)

9) Hasil Pengamatan Uji IMViC: MR Test (Methyl Red Test)

Tabel E.8 Hasil Pengamatan Uji IMViC: MR Test (Methyl Red Test)

Hasil Pengamatan Keterangan


• (+) Escherichia coli
• (-) Klebsiella pneumoniae

(Sumber: Youtube Dr Kusnadi)


10) Hasil Pengamatan Uji IMViC: VP Test (Voges Proskauer Test)

Tabel E.9 Hasil Pengamatan Uji IMViC: VP Test (Voges Proskauer Test)

Hasil Pengamatan Keterangan


• (-) Escherichia coli (A)
Escherichia coli
memfermentasikan
karbohidrat menjadi
produk asam dan tidak
menghasilkan produk
netral seperti acetoin.

• (+) Klebsiella pneumoniae


(B)
Klebsiella pneumoniae
memfermentasikan
karbohidrat dan mampu
menghasilkan produk
netral berupa acetoin.

(Sumber: Kartikasari, dkk., 2019)


11) Hasil Pengamatan Uji IMViC: Citrate Test

Tabel E.10 Hasil Pengamatan Uji IMViC: Citrate Test

Hasil Pengamatan Keterangan


• (-) Escherichia coli (A)
Escherichia coli tidak
memanfaatkan sitrat
sebagai sumber karbon
yang ditunjukan tidak
adanya perubahan warna
pada media uji sitrat.

• (+) Klebsiella pneumoniae


(B)
Klebsiella pneumoniae
mampu memetabolisme
sitrat menjadi sumber
karbon dan menunjukkan
perubahan warna media
menjadi biru.

(Youtube: Reena Lamichhane)

Tabel E.11 Hasil Pengamatan Uji IMViC

Indole Test MR Test VP Test Citrate Test


Escherichia + + - -
coli
Klebsiella - - + +
pneumoniae
12) Hasil Pengamatan Uji SIM (Sulfur, Indole, Motility Test)

Gambar Hasil Pengamatan Uji SIM (Sulfur, Indole, Motility Test)


(Kusnadi, 2020)

F. KESIMPULAN
Metabolisme mikroorganisme atau aktivitas biokimia dapat diketahui dari kemampuan
mikroorganisme untuk menggunakan dan menguraikan molekul yang kompleks dan
molekul-molekul sederhana. Untuk membuktikan keberadaan eksoenzim dapat dilakukan
Uji Hidrolisis Pati, Uji Hidrolisis Lipid, Uji Hidrolisis Kasein, dan Uji Hidrolisis Gelatin.
Secara berurutan, hasil positif menujukan bahwa bakteri memiliki eksoenzim berupa
amilum, lipase, proteasem dan gelatinase. Sedangkan untuk membuktikan keberadaan
endoenzim dapat dilakukan Uji Katalase, Fermentasi Karbohidrat, Reaksi Susu Litmus,
Uji IMViC (Indole Test, Methyl Red Test, Voges Proskauer Test, Citrate Test), dan Uji
SIM. Rangkaian uji tersebut menunjukan bakteri memiliki endoezim berupa laktosa,
dektrosa, dan sukrosa apabila hasil pada uji ini positif dengan indikator adanya asam, gas,
atau asam dan gas.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianty, Fitria. (2013). Keragaman Bakteri Endofit pada Kultivar Nanas (Ananas comosus
(L.) Merr) Leor dan Duri di Kabupaten Subang. Universitas Pendidikan Indonesia

Cappuccino, James G., dan Welsh, Chad T. (2019). Microbiology: A Laboratory Manual,
11thEd. Missouri: Lindenwood University.

Dwidjoseputro, D. (1998). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Hamdiyati, Y., Kusnadi, Syulasmi, A. (2020). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Fakultas


Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Prescott, H. (2002). Laboratory Exercises in Microbiology. New York: The MC-Graw


Hill.

Swandi, M. K., Periadnadi, P., & Nurmiati, N. (2015). Isolasi Bakteri Pendegradasi Limbah
Cair Industri Minyak Sawit. Jurnal Biologi UNAND, 4(1).

Vadila, Ajeng. (2018). Eksplorasi Bakteri dari Lumpur Hutan Mangrove Leuweung
Sancang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
ISOLASI MIKROORGANISME TANAH

Jurnal Praktikum Mikrobiologi

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi

yang diampu oleh:

Dr. Hj. Any Fitriani, M.Si.


Dr. Hj. Peristiwati, M.Kes.

Disusun oleh:

Salma Nur’ani Warodatuszaqiah

(2004520)

Pendidikan Biologi A 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS


PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
2022
A. Judul
Isolasi Mikroorganisme Tanah
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengisolasi Mikroorganisme Tanah Penambat Nitrogen
Simbiotik
2. Untuk mengetahui cara mengisolasi Mikroorganisme Tanah Penambat Nitrogen
Non-Simbiotik
C. Landasan teori
Mikroorganisme dalam tanah memiliki fungsi sebagai penyedia unsur hara,
perombak bahan organik dan mineralisasi organik, memacu pertumbuhan tanaman,
menjadi agen hayati pengendali hama dan penyakit tumbuhan serta mempengaruhi sifat
fisika dan kimia tanah (Husen, dkk. 2008). Keberadaan mikroorganisme dalam tanah
mempengaruhi kondisi lingkungan, dan bergantung pada jenis penggunaan tanah dan
pengelolaannya (Saraswati dkk, 2007), tanah yang digunakan dalam bidang pertanian
harus memiliki kondisi lingkungan yang baik sehingga keadaan mikroorganisme dalam
tanah dapat terjaga.
Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme tanah dapat dilakukan dua metode
pendekatan yaitu berdasarkan enumerasi dan isolasi total genom mikroorganisme
tanah. Mikroorganisme memegang peranan penting dalam ekosistem karena
menguraikan sisa organik yang telah mati menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke
dalam tanah seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Mangan (Mn)
sebagai hara yang dapat digunakan kembali oleh tanaman. Bakteri penambat nitrogen
(BPN) ada yang bersifat simbiotik dan nonsimbiotik. Keragaman dan populasinya
tersebar di tanah subur dan tanah marginal, di dataran rendah hingga dataran tinggi.
Kehidupan BPN dalam tanah dipengaruhi oleh tingkat keasaman dan kandungan hara
utama seperti karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) dan sejumlah macam
unsur mikro (Alexander 1977), selain juga dipengaruhi oleh kondisi aerasi, pH, dan
kesuburan tanah.
D. Tujuan dan Prinsip Dasar
a) Isolasi Mikroorganisme Tanah Penambat Nitrogen Simbiotik
• Tujuan
1. Untuk mengetahui cara – cara isolasi mikroorganisme tanah penambat
nitrogen yang bersimbiosis
2. Untuk mengidentifikasi spesies bakteri penambat nitrogen yang
bersimbiosis berdasarkan karakter koloni
• Prinsip Dasar
Bakteri Rhizobium sp. merupakan bakteri tanah gram negatif penambat
nitrogen simbiotik yang biasanya disebut bakteri bintil akar karena dapat
menginfeksi akar tanaman legum dan membentuk bintil yang merupakan
tempat terjadinya fiksasi nitrogen (Reeve et al. 2015). Rhizobium sp. hidup di
sekitar perakaran tanah subur atau marginal (Dean et al. 2014) dan merupakan
bakteri terkenal dari kelompok Alphaproteobacteria dan Betaproteobacteria
yang bertindak sebagai fixer simbiosis utama nitrogen dan memiliki kapasitas
untuk membentuk simbiosis fiksasi nitrogen dengan legume (Reeve et al. 2015).
Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman
leguminosa saja yaitu tanaman kacang-kacangan yang digunakan untuk pakan
ternak ruminansia dan non ruminansia, memiliki kandungan protein yang sangat
tinggi, sehingga sangat bagus untuk kesehatan tubuh ternak (Kurniawan, F.
Tanpa Tahun).
Kebanyakan tanaman Leguminosae pada akarnya membentuk nodul
yang terjadi karena infeksi pada bulu akar oleh Rhizobium. Sel –sel Rhizobium
ini mengambil makanan dari tanaman Leguminosae tetapi Rhizobium dapat
mengikat nitrogen bebas dari udara yang biasa digunakan oleh tanaman, karena
itu terjadi hubungan simbiosis mutualisme. Rhizobium yang disebut bakteroid
bila terdapat di dalam sel tumbuhan, dapat dibedakan karena bentuknya yang
pleomorphisme (adanya bentuk tak beraturan dan varian pada spesies atau strain
mikroorganisme yang sama). Rhizobium memperlihatkan bentuk susunan sel
yang bervariasi seperti bentuk X, Y, T, V dan stellate (Hamdiyati, 2020).
b) Isolasi Mikroorganisme tanah Penambat Nitrogen Non-Simbiotik
• Tujuan
1. Mengetahui cara melakukan isolasi mikroorganisme (bakteri) tanah
penambat nitrogen yang tidak bersimbiosis.
2. Mengidentifikasi spesies bakteri nitrogen non-simbiosis berdasarkan
karakteristik morfologi dan morfologi sel.
• Prinsip Dasar
Salah satu bakteri yang mampu mengikat nitrogen dari atmosfer yang
tidak bersimbiosis adalah Azotobacter. Bakteri ini dapat diisolasi dari sampel
tanah yang bersifat alkalin atau dari tanah khusus yang ditumbuhkan pada
medium Nitrogen Free Mannitol Broth (Dr. Kusnadi, 2020).
Mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis
tanaman. Bakteri Azotobacter merupakan bakteri penambat nitrogen non
simbiotik atau free-living nitrogen-fixing rhizobacteria yang mampu hidup di
daerah perakaran, tanah subur, tanah marginal, tanah salin ataupun di tanah
asam (Figueiredo et al. 2010). Azotobacter bersifat hidup bebas pada daerah
perakaran dan mampu melakukan penambatan nitrogen (Sy et al. 2001). Bakteri
Azotobacter adalah bakteri penambat nitrogen yang mampu menghasilkan
substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin, dan asam indol asetat,
sehingga dapat memacu pertumbuhan akar (Nosrati et al. 2014).
E. Alat dan Bahan
a) Isolasi Mikroorganisme Tanah Penambat Nitrogen Simbiotik
• Metode Dengan Cara Dikultur (Dikembangbiakkan terlebih dahulu dari nodul
di media YMB dan YMA)
Alat Jumlah
Lampu Spirtus 1 unit
Jarum Inokulasi 1 unit
Cawan Petri 1 unit
Object Glass 1 unit
Silet 1 unit

Bahan Jumlah
Nodul dari tanaman Leguminosae 1 unit
(kacang tanah, putri malu, kedelai)
Alkohol 70% Secukupnya
Medium YMB 1 unit
Medium YMA 1 unit
• Metode Dengan Cara Langsung (Langsung pengamatan dari nodul)
Alat Jumlah
Pembakar Spirtus 1 unit
Pipet Tetes 1 unit
Bak Pewarna 1 unit
Object Glass 1 unit
Cover Glass 1 unit

Bahan Jumlah
Nodul dari berbagai akar tanaman 1 unit
Leguminosae (kacang tanah, putri
malu, kedelai)
Crystal Violet Secukupnya
Iodin Secukupnya
Aquades Secukupnya
Alkohol 90% Secukupnya
Kertas Isap Secukupnya

• Uji Motilitas
- Tujuan
Mengetahui motilitas Rhizobium yang diamati
- Prinsip Dasar
Rhizobium yang bersifat motil dapat ditandai dari adanya rambatan
Rhizobium pada bekas tusukan jarum inokulasi
- Alat dan Bahan
Alat Jumlah
Pembakar Spirtus 1 unit
Lup Inokulasi 1 unit
Inkubator 1 unit

Bahan Jumlah
Medium KNA 1 unit
Medium YMA 1 unit
b) Isolasi Mikroorganisme tanah Penambat Nitrogen Non-Simbiotik
• Metode Dengan Cara Dikultur (Dikembangbiakkan terlebih
dahulu dari noduldi media FMB dan FMA)
Alat Jumlah
Pembakar Spirtus 1 unit
Pisau 1 unit
Bak Pewarna dan Rak 1 unit
Object Glass 1 unit
Cawan Petri 1 unit
Jarum Inokulasi 1 unit
Labu Erlenmeyer 1 unit

Bahan Jumlah
Sampel Tanah (tanah alkalin / tanah 1 gram
dibawah rumput Paspalum)
Media NFMB 50 ml
Media NFMA 1 unit
Reagen Pewarnaan Gram Secukupnya

F. Langkah Kerja
a) Isolasi Mikroorganisme Tanah Penambat Nitrogen Simbiotik
• Metode Dengan Cara Dikultur (Dikembangbiakkan terlebih
dahulu dari noduldi media YMB dan YMA)
1. Nodul yang bagus dipisahkan dari akar lalu dicuci dengan air
bersih
2. Nodul dicuci dengan alkohol 70%

3. Nodul disayat menggunakan cutter/silet

4. Sayatan nodul ditanam pada medium Yeast Mannitol


Broth (YMB),erlenmeyer jangan digoyang

5. Kultur diinkubasi pada inkubator shaker selama 3-6 hari


pada suhu kamar

6. Kultur diinokulasikan secara aseptik pada medium


YMA yang sudahdisediakan di cawan petri
7. Kultur diinkubasi selama 1-2 x 24 jam pada suhu kamar.
Amati karakteristikkoloni yang tumbuh

8. Koloni yang tumbuh di inokulasi pada preparat

9. Lakukan pewarnaan Gram

10. Amati preparat Rhizobium di bawah mikroskop

• Metode Dengan Cara Langsung (Langsung pengamatan dari


nodul)
1. Nodul yang bagus dipisahkan dari akar lalu dicuci dengan air
bersih
2. Nodul dicuci dengan alkohol 70%, lalu nodul disayat
menggunakan cutter / silet, diletakkan langsung di object
glass

3. Setelah kering, dilakukan fiksasi panas dengan


melewatkan sediaan mikroskopik datas api sebanyak 3
kali

4. Sediaan mikroskopik diwarnai dengan pewarnaan gram


kemudian dikeringkan.
Adapun prosedur pewarnaan gram negatif adalah
sebagai berikut:
a. Pewarna Crystal Violet diteteskan pada preparat,
diamkan selama 1 menit. Pewarna Crystal Violet
akan mewarnai seluruh sel bakteri menjadi warna
ungu
b. Setelah 1 menit dibilas dengan aquades yang mengalir
c. Teteskan iodine pada preparat, kemudian diamkan
selama 1 menit
d. Setelah 1 menit, bilas dengan aquades yang mengalir
e. Lakukan dekolorisasi dengan menambahkan alkohol
95% hingga hampir jernih. Alkohol sebagai senyawa
dekolorisasi berfungsi untuk melarutkan lipid dan
mencuci kompleks CVI, sehingga warna memudar
f. Bilas dengan aquades yang mengalir
g. Pewarna Safranin diteteskan pada preparat selama 45
detik.
h. Bilas dengan aquades yang mengalir
i. Preparat dikeringkan menggunakan kertas isap
5. Preparat yang sudah diwarna diberi minyak imersi
kemudian amatimenggunakan mikroskop
6. Amati morfologi Rhizobium

• Uji Motilitas
1. Panaskan jarum inokulasi diatas spirtus

2. Dengan menggunakan jarum inokulasi,diambil koloni


yang tumbuh padamedium YNA dari kegiatan satu,lalu
lakukan inokulasi tusuk agar diri KNA

3. Lakukan inkubasi selama 24 jam dan amati karakteristik


pertumbuhankoloninya
b) Isolasi Mikroorganisme Tanah Penambat Nitrogen Non-
Simbiotik
• Metode Dengan Cara Dikultur (Dikembangbiakkan terlebih
dahulu dari noduldi media FMB dan FMA)
➢ Teknik Pengambilan Sampel Tanah
1. Bersihkan permukaan tanah dari rumput dan
serasah dengan menggunakan pisau atau ambil
sampel tanah yang mengandung alkalin
2. Ambil 1 gram tanah dan masukkan ke dalam labu
erlenmeyer
➢ Langkah Kerja Isolasi
1. Inokulasi medium Nitrogen Free Mannitol Broth 50
ml dengan 1 gram tanah, campurkan

2. Inkubasikan kultur selama 3 - 6 hari, pada suhu kamar


3. Setelah tumbuh lapisan seperti lendir pada
permukaan medium, dengan menggunakan teknik
inokulasi, pindahkan satu loop lapisan tadi pada
medium FMA dalam cawan petri

4. Inkubasikan 1-2 x 24 jam pada suhu kamar

5. Lakukan pewarnaan gram dan amati di bawah mikroskop


G. Hasil dan Diskusi Praktikum
a) Isolasi Mikroorganisme Tanah Penambat Nitrogen Simbiotik
• Metode Dengan Cara Dikultur (Dikembangbiakkan terlebih
dahulu dari noduldi media YMB dan YMA)

• Metode Dengan Cara Langsung (Langsung pengamatan dari


nodul)
• Uji Motilitas
b) Isolasi Mikroorganisme tanah Penambat Nitrogen Non-Simbiotik
• Metode Dengan Cara Dikultur (Dikembangbiakkan terlebih dahulu dari nodul
di media FMB dan FMA)
Pada isolat M1, didapatkan bakteri gram negatif (Azotobacter
vinelandii) berbentuk diplococcus yang memiliki struktur kista. Kista
merupakan struktur khusus yang dimiliki bakteri, bersifat layaknya endospora,
berfungsi untuk melindungi bakteri dari lingkungan ekstrem. Kista berdinding
tebal, reaktif, dan resisten. Bakteri Azotobacter memiliki 2 lapisan lipid bilayer
yang cenderung tebal, terdapat dua membran yang diantaranya terdapat ruang
periplasmik dimana terdapat peptidoglikan, namun kadarnya sedikit, sehingga
ketika diberi pigmen kristal violet saat pewarnaan gram dan lalu dibilas, ia tak
mampu mempertahankan pigmen tersebut, sedangkan ketika diberi pigmen dari
safranin, pigmen tersebut akan tersisa pada molekul-molekul penyusun dinding
sel lainnya, sehingga akan nampak warna merah ketika pengamatan di bawah
mikroskop (Malesi, dkk., 2016).
Pada isolat M2 didapatkan bakteri gram negatif (dengan jenis bakteri
Rhodospirillum rubrum) koloninya berbentuk spirilia, didalamnya terdiri dari
beberapa bentuk sel bakteri ada spiroseta, spiral dan vibrio. Menurut Grammel
(2003) bakteri ini dapat hidup di berbagai kondisi, termasuk lingkungan aerobik
dan anaerobik (Grammel, 2003).
Pada isolat M3 didapatkan bakteri gram negatif (Chromatium vinosum)
berbentuk coccus. Menurut Kyuma (2004) bakteri jenis ini termasuk kedalam
bakteri fotosintetik penambat nitrogen non simbiotik (Kyuma 2004; Husein
dkk., tanpa tahun).
H. Kesimpulan
Bakteri yang bersimbiosis dengan akar tanaman Leguminosae adalah bakteri
Rhizobium sp. ditandai dengan morfologi diantaranya bentuk basil, membentuk
formasi XYTV basil, termasuk dalam bakteri Gram negatif, motil, dan berhasil
memfiksasi nitrogen pada tanaman asalnya. Bakteri yang bersimbiosis dengan legum
bersifat motil karena memiliki flagela untuk bergerak
Terdapat 3 jenis koloni bakteri penambat nitrogen non-simbiotik yang ditandai
dengan kode M1, M2, dan M3. Bakteri non simbiotik ini termasuk ke dalam genus
Azotobacter, Rhodospirillum, dan Chromatium. Salah satunya Azotobacter
merupakan jenis bakteri yang mampu mengikat nitrogen menjadi bentuk yang
tersedia untuk makhluk hidup yaitu merupakan bakteri penambat nitrogen yang hidup
di tanah dengan kadar alkali, Gram negatif, tidak bersimbiosis, namun mampu
menggunakan sumber N yang lain seperti urea, nitrat, dan ammonia
Daftar Pustaka

Alexander, M. (1977). Introduction to Soil Microbiology. New York. John Willey and Sons.
333-349.
Carolina. (2020). Rhodospirillum rubrum in Microscope Slide. [online]. Diakses dari:
https://www.carolina.com/prokaryote-slides/rhodospirillum-rubrum-typical-spirillum-
wm-microscope-slide/ 294048.pr. [07 April 2022].
Figueiredo Ma´rcia do VB., L. Seldin, FF. de Araujo, & R de LR. Mariano. (2010). Plant
growth promoting rhizobacteria: Fundamentals and Applications (dalam : Maheshwari
DK. (ed.). Plant Growth and Health Promoting Bacteria, Microbiology. Monographs 18,
Verlag Berlin Heidelberg).
Grammel. (2003). Microaerophilic Cooperation of Reductive and Oxidative Pathways Allows
Maximal Photosynthetic Membrane Biosynthesis in Rhodospirillum rubrum. American
Society for Microbiology. Vollume 69, Issue 11, Pages 6577-6586).
Hamdiyati, Y. dan Kusnadi. (2020). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Bandung. Departemen
Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI.
Husen, E., dkk. (2007). Pengambilan Contoh Tanah untuk Analisis Mikroba. In: Metode Analis
Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bogor. 5-12 hal.
Jaiswal, S. (2021). Chromatium. [online]. Diakses dari: https://alchetron.com/Chromatium. [07
April 2022].
Kurniawan, F. (Tanpa Tahun). Jenis-Jenis Legum (Leguminosa). Diakses dari:
https://fredikurniawan.com/jenis-jenis-legum-leguminosa/ (7 April 2022).
Kusnadi. (2020). Praktikum Mikrobiologi Virtual: Isolasi Bakteri Penambat N2 Non
Simbiosis. [online]. Diakses dari: https://youtu.be/E7ZbIkAZS24. [06 April 2022].
Malesi, L., Sandiah, N., Erpin. (2016). IDENTIFIKASI BAKTERI Azospirillum DAN
Azotobacter PADA RHIZOSFER ASAL KOMBA-KOMBA (Chromolaena odorata).
JITRO VOL.3 NO.2, Mei 2016.
Nosrati, R., P. Owlia, H. Saderi, I. Rasooli & MA. Malboobi. (2014). Phosphate solubi lization
characteristics of efficient nitro gen fixing soil Azotobacter strains Iran. Journal
Microbiology 6 : 285-295.
Nurosid, S. (2009). Azotobacter. Teknologi Informasi Jurnal Ilmiah Indonesia. Wodpress.com.
Purwaningsih, S. (2004). Isolasi, Enumerasi dan Karakterisasi Bakteri Rhizobium dari Tanah
Kebun Biologi Wamena, Papua. Biodiversitas 6(2): 82-84.
Rohmani, R.W., Erdiansyah, I., Djenal. (2020). Karakteristik Bakteri Rhizobium japonicum
Bintil Akar Kedelai pada Cekaman Salinitas Bertingkat. Jurusan Produksi Pertanian.
Universitas Negeri Jember, hlm 106.
Saraswati, R., Husen, E., Simanungkalit R.D.M. (2007), Pengambilan Contoh Tanah untuk
Analisis Mikroba. In: Metode Analis Biologi Tanah. Balitbang, Sumberdaya Lahan
Pertanian, Bogor.
Sy, A., E. Giraud, P. Jourand, N. Garcia, A. Willem, P. de Lajudie, Y. Prin, M. Neyra, M.
Gillis, B. Boivin-Masson & B. Dreyfus. (2001). Methylotrophic Methylobacterium
bacteria nodulate and fix nitrogen in symbiosis with legumes. Journal of Bacteriology.
183, 214- 220.
Simanungkalit, R.D.M. Saraswati, R. Hastuti, R.D., & Husen, E. (Tanpa Tahun). Bakteri
Penambat Nitrogen.
Sitepu, R. A. P. BR. (2021). POTENSI Rhizobium ISOLAT Mucuna bracteata DC. DALAM
MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Ganoderma boninense Pat. DAN
MENGHASILKAN IAA (INDOLE-3-ACETIC ACID). [Skripsi]. Program Studi
Biologi. FMIPA. Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai