Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL OLAHRAGA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pendidikan Jasmani dan Olahraga dosen pengampu Widi Kusumah, M.Pd.

Disusun oleh:

Nama: Salma Nur’Ani W.

NIM: 1903227

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
7 Jenis Olahraga yang Bisa Dilakukan di Rumah Bersama
Anak saat Pandemi Virus Corona

Bola.com, Jakarta - Masa karantina mandiri di rumah sebagai upaya pencegahan virus


Corona bisa jadi membosankan jika hanya diisi rebahan saja, tanpa banyak melakukan
aktivitas fisik. Banyak penelitian telah membuktikan, banyak manfaat yang bisa Anda terima
saat beraktivitas fisik, seperti berolahraga.

Selain menjaga kesehatan, termasuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) yang sangat
berguna dalam masa pandemi virus Corona seperti sekarang, berolahraga juga bisa mengubah
suasana hati.

Sebaiknya berolahraga dilakukan secara rutin, sesuai anjuran para ahli lantaran meski
terkesan sepele, berolahraga tetap memiliki aturan yang wajib dipatuhi.

Di masa karantina akibat pandemi virus Corona, seperti diketahui Pemerintah Indonesia
menerapkan beberapa kebijakan untuk meredam penyebaran virus penyebab COVID 1-9 ini,
seperti bekerja, belajar, dan beribadah di rumah untuk sementara.

Dengan keberadaan buah hati di rumah, Anda bisa mengajak putra-putri untuk berolahraga
bersama di sela rutinitas kegiatan belajar di rumah.

Tak perlu olahraga yang "berat-berat" dan dilakukan terlalu lama yang mungkin bisa membut
buah hati ada ogah-ogahan melakukannya, namun lebih kepada manfaat yang bakal diterima
jika kita rutin melakukannya.

Selain menjaga badan tetap sehat, hubungan dengan buah hati pun bisa makin erat.

Berikut Bola.com pilihkan beberapa jenis olahraga bisa Anda lakukan bersama dengan buah
hati di rumah selama menjalani swakarantina, berkontribusi terhadap pencegahan penularan
virus Corona penyebab COVID-19, seperti dilansir dari Fimela, Kamis (26/3/2020).
1. Jumping Jack

Gerakannya sederhana, minta anak berdiri kemudian melompat membuka kedua kaki sambil


merentangkan kedua tangan ke atas kepala. lakukan delapan kali hitungan beberapa kali.

2. Lompat Tali

Jika punya tali yang panjang, bisa bermain lompat tali dengan anak. Ikatkan tali di kedua sisi
pintu atau bisa juga melakukan skipping bersama.

3. Yoga

Ada banyak gerakan yoga yang sederhana dan level pemula, anak bisa mengikutinya dengan
mudah mesti tidak sempurna. Jangan lupa memberinya semangat dan pujian ketka
gerakannya bagus.

4. Sit up

Sambil nonton tv, anak bisa diajak melakukan sit up untuk melatih otot tubuhnya. Tarik
tubuhnya untuk duduk jika ia kesulitan. Lakukan saja dengan bercanda, agar menyenangkan.

5. Squat

Squat akan menguatkan otot kaki dan perut, bagus untuk anak-anak dan dewasa. Sambil
berdiri dan nonton TV, lakukan squat sebanyak 10 kali, beri jeda kemudian lakukan 10 kali
lagi.

6. Lunge

Setelah squat, lanjutkan lunge dengan gerakan melangkahkan satu kaki lurus ke depan
dengan sedikit squat, lalu bergantian dengan kaki satunya. Kedua tangan di pinggang.

7. Menari mengikuti musik

Jika tak ingin gerakan olahraga yang membosankan, cukup putar musik dan bergoyanglah
mengikuti irama musik. Lebih menyenangkan dan bebas.

Sumber : https://m.bola.com/ragam/read/4211347/7-jenis-olahraga-yang-bisa-dilakukan-di-
rumah-bersama-anak-saat-pandemi-virus-corona
Apakah Olahraga Dapat Atasi Depresi?
Ini Kata Peneliti

Liputan6.com, Jakarta - Apakah aktivitas fisik mengurangi depresi, atau justru depresi yang
mengurangi aktivitas fisik?

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menunjukkan berolahraga


memiliki efek perlindungan tubuh terhadap depresi.

Dengan menggunakan data genetik 300 ribu orang dewasa, peneliti pada Rumah Sakit Umum
Massachusetts, AS, memastikan mereka yang beraktivitas fisik lebih tinggi memiliki
kemungkinan lebih rendah mengalami gangguan depresi.

"Kami menemukan bukti bahwa tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi bisa mengurangi
risiko depresi," jelas Dr Karmel Choi yang memimpin penelitian ini, demikian dikutip dari
laman ABC News Indonesia, Kamis (31/1/2019).

Disebutkan, melakukan aktivitas fisik selama 15 menit setiap hari dapat mengurangi risiko
depresi sekitar 26 persen.

"Secara rata-rata, melakukan lebih banyak aktivitas fisik mencegah meningkatnya depresi.
Aktivitas apa pun juga lebih baik daripada tidak sama sekali," jelasnya.
Namun demikian, penelitian ini tak menemukan bukti depresi mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berolahraga.

Menurut Dr Joseph Firth, peneliti pada Western Sydney University, mereka yang depresi
memiliki risiko aktivitas fisik yang berkurang.

"Orang yang depresi kurang aktif dibandingkan masyarakat umum. Namun, penelitian ini
menyatakan belum tentu depresi yang menyebabkannya," kata Dr Firth yang tak terlibat
dalam penelitian tersebut.

"Bisa jadi karena faktor sosial," katanya.

Olahraga sebagai pencegahanDr Firth menjelaskan, depresi umumnya dianggap sebagai


epidemi, terutama di masyarakat Barat.

Menurut dia, temuan penelitian ini bisa mendorong skema baru kesehatan masyarakat, yaitu
menggunakan aktivitas fisik dan olahraga bukan hanya untuk kesehatan fisik, tetapi juga
kesehatan mental.

Dr Choi mengatakan pihaknya masih terus mencari cara terbaik yang akan direkomendasikan
bagi mereka yang berisiko depresi.

"Kami ingin tahu apakah dan seberapa banyak manfaat aktivitas fisik bagi kelompok risiko
depresi yang berbeda, misalnya mereka yang secara genetik rentan terhadap depresi atau
mereka yang mengalami situasi stres," jelas Dr Choi.

Penelitian terdahulu juga telah menunjukkan hubungan antara peningkatan aktivitas fisik dan
penurunan risiko depresi.

Namun, sampai sekarang sulit memastikan hubungan sebab dan akibatnya.

Karena itu, para peneliti mengalihkan fokus pada genetika karena gen umumnya tidak
tergantung pada faktor lingkungan dan sosial.

Mereka mengamati kelompok responden yang membawa varian genetik terkait peningkatan
aktivitas fisik, dan apakah varian ini berdampak pada risiko depresi.

Alasan mereka yaitu, jika berolahraga mengurangi timbulnya depresi, maka orang dengan
gen yang membuat mereka cenderung berolahraga, seharusnya lebih kecil kemungkinannya
mengalami depresi.
"Jika A menyebabkan B di dunia nyata, faktor apa pun yang memengaruhi A juga harus
memengaruhi B dengan cara yang sama," jelas Dr Choi.

Peneliti menemukan tingkat aktivitas fisik lebih tinggi yang diukur secara objektif dan
ditunjukkan oleh varian gen terkait, ada hubungannya dengan tingkat depresi yang lebih
rendah. Namun, temuan ini tidak terulang pada orang yang melaporkan sendiri aktivitas
fisiknya. Artinya, orang tersebut kemungkinan tidak akurat melaporkan tingkat aktivitas fisik
sebenarnya.

Untuk mengetahui apakah olahraga dan depresi berkaitan dua arah, para peneliti menganalisa
hubungan varian genetik depresi dengan perubahan tingkat aktivitas fisik.

Peneliti memastikan permasalahannya tidak seperti itu. Artinya, tidak ada bukti bahwa
depresi itu sendiri mengurangi tingkat olahraga seseorang.

"Kami tak melihat pola seperti itu dalam data genetik, terlepas dari bagaimana aktivitas fisik
seseorang diukur," jelas Dr Choi.

Pakar olahraga dan kesehatan mental Australia Profesor Alex Parker menilai temuan
penelitian ini sejalan dengan berbagai studi sebelumnya.

"Tampaknya mulai ada kepastian soal dosis olahraga yang diperlukan untuk efek anti-
depresi," kata Prof Parker.

"Namun disarankan untuk mendapatkan manfaat kesehatan mental dari aktivitas fisik, maka
dosisnya mungkin kurang dibanding jika ingin mendapatkan manfaat kesehatan fisik,"
jelasnya.

Sumber : https://www.liputan6.com/global/read/3883683/apakah-olahraga-dapat-atasi-
depresi-ini-kata-peneliti
4 Risiko akibat Jarang Berolahraga, Mudah Lelah

Bola.com, Jakarta - Berbagai penelitian sudah memperlihatkan, melakukan olahraga secara


rutin memiliki banyak manfaat. Tak hanya untuk tubuh, melainkan juga psikis seseorang.

Olahraga adalah gerakan oleh tubuh yang memberikan efek pada tubuh secara keseluruhan.
Olahraga melatih otot-otot, membantu sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh menjadi
lancar.

Olahraga merupakan jenis kegiatan fisik yang baik untuk pikiran, tubuh, serta jiwa.
Melakukan olahraga mampu menjaga kebugaran, kesejahteraan mental, serta interaksi sosial.

Olahraga secara rutin merupakan satu di antara langkah untuk mengantisipasi pencegahan
memiliki risiko penyakit berbahaya dalam tubuh. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh siapa saja
dan semua umur.

Secara khusus, dengan rutin berolahraga, bisa menghindarkan kita dari risiko terkena
penyakit jantung dana stroke, mengurangi stres, menjaga kualitas tidur, menambah energi,
hingga meningkatkan kekebalan tubuh.

Meski begitu, berolahraga tetap harus mengikuti aturan yang ada. Ada pakar
menyampaikan, sebaiknya berolahraga selama 20-45 menit, tiga kali dalam satu minggu.

Yang lain menuturkan, sebaiknya Anda jangan berolahraga apabila merasa kelelahan, dan
masa pandemi virus Corona seperti sekarang, hindari berolahraga ketika merasa memiliki
gejala flu atau berolahraga di tempat umum.

Dengan mengetahui berbagai manfaat berolahraga, dipastikan tubuh kita akan terdampak
secara signifikan jika tak cukup berolahraga.

Berikut Bola.com menyuguhkan beberapa efek yang akan terjadi pada tubuh


ketika Anda tidak meluangkan waktu untuk olahraga dengan cukup, seperti dilansir
dari Fimela, Jumat (27/3/2020).
Kualitas Tidur Buruk

1. Menginginkan makanan yang tidak sehat

Banyak orang yang berolahraga secara teratur juga akan mengonsumsi makanan yang sehat.
Nyatanya, orang yang lebih aktif dalam olahraga sebenarnya menginginkan makanan sehat.

Hal ini disebut efek transfer dan mengacu pada efek di mana mempelajari keterampilan baru
dan keinginan untuk memperbaiki pola hidup yang lebih sehat. Untuk Anda yang
jarang olahraga, tubuh Anda akan lebih sering menginginkan mengonsumsi makanan
makanan yang tidak sehat.

Sebagai contoh, Anda akan lebih memilih memakan keripik kentang sambil menonton
televisi dibanding berolaharga.

2. Tidak tidur dengan nyenyak

Jika Anda seseorang yang mengalami masalah tidur, mungkin ini dikarenakan tidak cukup
berolahraga. Olahraga teratur telah terbukti meningkatkan total waktu tidur dan membuat
orang merasa lebih waspada dan cukup istirahat sepanjang hari.

Ketika Anda tidak cukup berolahraga, manfaat tidur tidak begitu terlihat. Sementara satu hari
latihan memang menghasilkan beberapa perbaikan kecil untuk tidur dibandingkan dengan
yang tidak berolahraga sama sekali.
Gampang Lelah

3. Mudah lelah

Olahraga teratur akan meningkatkan kesehatan jantung, pembuluh darah serta kesehatan
paru-paru yang mengarah pada peningkatan kapasitas latihan fungsional dan berkurangnya
sesak napas pada orang sehat.

Hal ini berarti tubuh memiliki efisiensi yang lebih besar untuk menyerap oksigen, bahkan
ketika tubuh Anda lelah.

Tanpa olahraga teratur, tubuh tidak seefisien menyerap oksigen ketika sedang dalam tekanan.
Inilah sebabnya, ketika Anda jalan menaiki tangga akan terasa lelah dan napas akan terasa
terengah-engah.

4. Metabolisme yang melambat

Seiring bertambahnya usia, metabolisme secara alami akan melambat. Satu di antara cara
yang bagus untuk mengimbangi perubahan metabolisme ini adalah melakukan lebih banyak
olahraga, termasuk pelatihan kardiovaskular dan resistensi, seperti angkat beban.

Di sisi lain, ketika Anda tidak mendapatkan cukup olahraga, akan kehilangan otot seiring
bertambahnya usia, persentase lemak tubuh meningkat, dan tentunya makin memperlambat
metabolisme tubuh.

Sumber : https://m.bola.com/ragam/read/4212222/4-risiko-akibat-jarang-berolahraga-mudah-
lelah
Olahraga di Pagi Hari Efektif Turunkan Berat Badan,
Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Pagi menjadi waktu di mana dimulainya semua kegiatan. Jika
biasanya Anda banyak bermalas-malasan di pagi hari, ubahlah kebiasan tersebut dengan
kegiatan yang meningkatkan kesehatan tubuh seperti olahraga. 

Dilansir dari Asia One, Senin, 24 Februari 2020, penelitan mengungkapkan dengan


berolahraga sebelum beraktivitas sehari penuh, bisa efektif membantu Anda dalam
menurunkan berat badan. 

Para peneliti yang berasal dari University of North Carolina di Chapel Hill di Amerika
Serikat bekerja dengan lembaga lainnya menerbitkan sebuah jurnal dalam International
Journal of Obesity pada Juli 2019. Penelitian tersebut melibatkan sekitar 100 orang masih
dalam usia muda yang memiliki kelebihan berat badan dan tidak aktif bergerak

Dari penelitian yang bertujuan menurunkan lima persen dari berat badan awal mereka,
setelah dilakukan selama 10 bulan dengan olahraga sebanyak lima hari dalam seminggu
membuahkan hasil dapat membakar hingga 600 kalori per sesi. 

Hasil akhir dari penelitian menemukan kelompok yang berolahraga di pagi hari kehilangan
sekitar empat persen lebih banyak daripada kelompok yang berolahraga setelah pukul 15.00.
Juga, kehilangan sekitar dua persen lebih dari satu kelompok dengan jadwal latihan yang
bervariasi. 
Dilihat sejak awal mulai berolahraga, 81 persen mencapai tujuan penurunan berat badan
sebanyak lima persen, dibandingkan dengan 54 persen dari mereka dengan jadwal bervariasi
dan 36 persen dari olahraga di sore hari.  Namun, hasil tersebut menurut para peneliti masih
harus didalami lebih lanjut untuk menyelidiki hubungan antara waktu olahraga dengan
penurunan berat badan.

Tidak Harus Olahraga Pagi

Menurut pendiri Fitness Factory di Singapura, Joan Liew dan penulis The Skinny Sumo
Wrestles, menuliskan bahwa olahraga di pagi hari belum tentu bisa efektif untuk menurunkan
berat badan. Mereka mengungkapkan setiap orang bisa berolahraga sesuai dengan waktu
yang cocok dengan diri sendiri.

Orang yang berolahraga di pagi hari diidentikan menjadi lebih bersemangat di siang hari,
namun tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut. Jika Anda sedang dalam program
menurunkan berat badan, menurut mereka berolahraga di sore hari atau malam hari lebih baik
daripada tidak sama sekali. 

"Sesi singkat namun berintensitas tinggi di gym sangat bagus jika Anda merasa tidak
memiliki banyak waktu di pagi hari," kata Liew, yang juga seorang binaragawan profesional.
"Kamu bisa mencampurnya dengan latihan kardiovaskular pada hari-hari lainnya. Latihan
intensitas tinggi akan membuatmu berkeringat dan membuatmu merasa sedikit terengah-
engah."
Menurut Liew, kapan pun Anda memiliki waktu untuk berolahraga yang terpenting ialah
jadikan hal tersebut sebagai rutinitas. "Ini harus menjadi prioritas setiap hari. Ketika
berolahraga secara teratur, Anda memiliki konsistensi untuk menurunkan berat badan dan
mempertahankannya dalam jangka panjang."

Selain rutin olahraga, asupan makanan pun perlu diperhatikan semasa program penurunan
berat badan. Ahli diet Matilda International Hospital Hong Kong, Karen Chong, menyarakan
untuk mengonsumsi biji-bijian utuh.

"Biji-bijian utuh mengandung serat tinggi dan menahan rasa lapar Anda lebih lama,
dibandingkan dengan makanan sereal manis, yang menyebabkan kadar gula darah Anda
melonjak dan kemudian jatuh, membuat Anda merasa lapar dan cepat lelah,"ujar Chong. 

Selain itu, bisa pula memilih makanan yang kaya protein seperti kacang, telur, keju, yogurt
rendah lemak, atau susu kedelai tanpa tambahan gula. (Tri Ayu Lutfiani)

 Sumber : https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4186647/olahraga-di-pagi-hari-efektif-
turunkan-berat-badan-benarkah

Anda mungkin juga menyukai