Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PENJASORKES

AKTIVITAS FISIK DAN PENCEGAHAN HIV AIDS

DISUSUN OLEH : 1. DZAKIY NURFADHIL (13)


2. FADILLA ZAHWA (14)
3. FANDI SOLEHAN (15)
4. FAUZAN AZHAR (16)
5. KHARISMA NAWARUL (17)
6. MA’UNATUN NABILA (18)

XI MIPA 8
SMA NEGERI 1 BANYUMAS
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Aktivitas Fisik
dan Pencegahan HIV AIDS”. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan dalam
makalah ini dan kami juga mengharapkan kritik serta saran untuk memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah membantu dalam membuat makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………….. 1
Kata Pengantar………………………………………………………….. 2
Daftar Isi………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………… 4
1.3 Tujuan………………………………………………………... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aktivitas Fisik……………………………………………….. 5
2.2 Mencegah HIV dan AIDS………………………………….... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………... 27
3.2 Saran………………………………………………………….. 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang
menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebaran AIDS itu berlangsung secara
cepat dan mungkin sekarang sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum
ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan penyakit yang saat ini
belum bisa dicegah dengan vaksin.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal
dengan AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H
= Human (manusia), I = Immuno deficiency (berkurangnya kekebalan), V =
Virus.
Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang menyerang dan merusak
sel kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan
mudah terserang berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll.
Kumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut
AIDS
Maka, selama bertahun-tahun orang dapat terinfeksi HIV sebelum
akhirnya mengidap AIDS. Namun penyakit yang paling sering ditemukan
pada penderita AIDS adalah sejenis radang paru-paru yang langka, yang
dikenal dengan nama pneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan sejenis
kanker kulit yang langka yaitu kaposi’s sarcoma (KS). Biasanya penyakit ini
baru muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis mengidap
AIDS. Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara
fisik dia akan sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.
Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa
mereka telah tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit
ini termasuk lama dan itulah sebabnya mengapa penyakit ini sangat cepat
tertular dari satu orang ke orang lain. Masa inkubasi adalah periode atau masa
dari saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh (saat penularan) sampai
timbulnya penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja pengetahuan dasar tentang aktivitas fisik yang perlu diketahui ?
2. Bagaimana cara mencegah HIV dan AIDS ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengetahuan dasar mengenai aktivitas fisik
2. Mengetahui cara pencegahan HIV dan AIDS

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 AKTIVITAS FISIK

1. Konsep Aktivitas Fisik


Aktivitas Fisik merupakan segala sesuatu aktivitas yang menggerakkan
fisik atau tubuh kita. Dari aktivitas fisik juga memiliki manfaat yang sangat
beragam dan mungkin bisa dikatakan tidak memiliki batas. Misalnya saja pada
saat orang melakukan aktivitas fisik yaitu olahraga orang tersebut memiliki
tujuan agar baerat badan masih bisa dijaga dengan seimbang.

A. Pengertian Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot
rangka yang dihasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga yang meliputi
pekerjaan, waktu senggang dan aktivitas sehari-hari. Aktifitas fisik
tersebut memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat
menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara teratur.
Menurut Almatsier, 2003 aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang
dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Sedangkan menurut
WHO, 2010 Aktivitas Fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor
risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan
diperkirakan menyebabkan kematian secara global.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pengertian
Aktivitas Fisik merupakan gerakan tubuh yang diperoleh dari otot tubuh
dan sistem pemunjang lainnya yang memerlukan pengeluaran energi.

5
B. Jenis Jenis Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, aktivitas
fisik yang sesuai untuk remaja sebagai berikut:

a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak


menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance).
Contoh : berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci
kendaraan, berdandan, duduk, les di sekolah, les di luar sekolah,
mengasuh adik, nonton TV, aktivitas main play station, main komputer,
belajar di rumah, nongkrong.

b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intens atau terus menerus,


gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh:
berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan hewan peliharaan,
bersepeda, bermain musik, jalan cepat.

c. Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahraga dan


membutuhkan kekuatan (strength), membuat berkeringat. Contoh : berlari,
bermain sepak bola, aerobik, bela diri ( misal karate, taekwondo,
pencak silat ) dan outbond.

Berdasarkan aktivitas fisik di atas, dapat disimpulkan faktor


kurangnya aktivitas fisik anak penyebab dari obesitas. Lakukan minimal
30 menit olahraga sedang untuk kesehatan jantung, 60 menit untuk
mencegah kenaikan berat badan dan 90 menit untuk menurunkan berat
badan (Nurmalina, 2011).

C. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

6
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik bagi
remaja yang kegemukan atau obesitas, berikut ini beberapa faktor
tersebut:

1. Umur
Aktivitas fisik remaja sampai dewasa meningkat sampai mencapai
maksimal pada usia 21-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira – kira sebesar 0,8-1% per
tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai
separuhnya.

2. Jenis Kelamin
Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik remaja laki – laki hampir
sama dengan remaja perempuan, tapi setelah pubertas remaja laki – laki
biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar.

3. Pola Makan
Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena
bila jumlah makanan dan porsi makanan lebih banyak, maka tubuh
akan merasa mudah lelah, dan tidak ingin melakukan kegiatan seperti
olahraga atau menjalankan aktivitas lainnya. Kandungan dari makanan
yang berlemak juga banyak mempengaruhi tubuh untuk melakukan
aktivitas sehari-hari ataupun berolahraga, sebaiknya makanan yang akan
di konsumsi dipertimbangkan kandungan gizinya agar tubuh tidak
mengalami kelebihan energi namun tidak dapat dikeluarkan secara
maksimal.

4. Penyakit Atau Kelainan Pada Tubuh


Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh,
obesitas, hemoglobin/sel darah dan serat otot. Bila ada kelainan pada
tubuh seperti di atas akan mempengaruhi aktivitas yang akan di

7
lakukan. Seperti kekurangan sel darah merah, maka orang tersebut tidak
di perbolehkan untuk melakukan olah raga yang berat. Obesitas juga
menjadikan kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik.

B. PRINSIP AKTIVITAS FISIK

Latihan olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk


meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh
secara optimal ketika berolahraga. Agar latihan olahraga mencapai hasil
yang maksimal, harus memiliki prinsip latihan. Menurut Fox, Bowers & Foss
(1988:288), prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem
energi utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas dan melalui
prinsip beban berlebih (overload) untuk menyusun satu program latihan yang
akan mengembangkan sistem energi yang bersifat khusus pada cabang
olahraga.

Adapun prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah


sebagai berikut:

a) Prinsip Kekhususan (Specificty)

Latihan bertujuan untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan


harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai
dengan tuntutan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan.
Kekhususan dalam hal ini adalah spesifik terhadap sistem energi utama,
spesifik terhadap kelompok otot yang dilatih, pola gerakan, sudut sendi dan
jenis kontraksi otot. Prinsip kekhususan dalam bola voli adalah latihan
kondisi fisik sesuai dengan kebutuhan gerak dalam bola voli.

Menurut Bompa (1990:34) bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam prinsip kekhususan yaitu: (1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai
dengan karakteristik cabang olahraga, (2) melakukan latihan untuk
mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga. Soekarman

8
(1987:60) mengemukakan bahwa latihan itu harus khusus untuk
meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang
olahraga yang bersangkutan. Latihan harus ditujukan khusus terhadap
sistem energi atau serabut otot yang digunakan, juga dikaitkan dengan
peningkatan ketrampilan motorik khusus. Program latihan yang dilakukan harus
bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam cabang
olahraga.

b) Prinsip Beban-Lebih (The Overload Priciples)

Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada


pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet,
Atlet harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat daripada
yang mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada
diatas ambang rangsang. Kalau beban latihan terlalu ringan (dibawah ambang
rangsang), walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu
yang lama, peningkatan prestasi tidak mungkin tercapai.

Pemberian beban dimaksud agar tubuh beradaptasi dengan beban yang


diberikan tersebut, jika itu sudah terjadi maka beban harus terus ditambah
sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan perkembangan
kemampuan tubuh. Penggunaan beban secara overload akan merangsang
penyesuaian fisiologis dalam tubuh, sehingga peningkatan prestasi terus-menerus
hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan, Bompa (1990:44).
Untuk mendapatkan efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi beban
melebihi beban dari aktivitas sehari-hari. Beban yang diberikan mendekati
maksimal hingga maksimal, Brook & Fahey (1984:84).

c) Prinsip Beban Bertambah (The Prinsiples of Progresive)

Beban latihan adalah sejumlah intensitas, volume, durasi dan frekuensi


dari suatu aktivitas yang harus dijalani oleh atlet dalam jangka waktu tertentu
untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuhnya agar

9
mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan
latihan.

Peningkatan pemberian beban hendaknya dilakukan secara progresif dan


bertahap. Progresif artinya beban latihan selalu meningkat, dari awal sampai
akhir latihan. Peningkatan berat beban dilakukan tidak sekaligus, tetapi
bertahap. Diawali dengan beban rendah dan dilanjutkan ke beban yang
semakin tinggi, bukan sebaliknya pada awal latihan diberikan beban berat,
kemudian makin lama beban latihanya semakin ringan. Menurut Nala (1998:34)
bahwa yang dimaksudkan dengan beban latihan tidaklah selalu pengertiannya
kuantitatif, tetapi mencakup kuantitatif dan kualitatif. Beban latihan yang
bersifat kuantitatif ini, beban latihannya dapat berupa berat beban yang harus
diangkat, banyaknya repetisi, set, lama istirahat per set, kecepatan, frekuensi
perminggu dan sebagainya. Bagi atlet cabang olahraga yang lain tentu
beban latihannya akan berbeda, sebab tujuan latihannya berbeda. Beban
latihan yang bersifat kualitatif dapat berupa presentase intensitas latihan,
berapa persen beban latihan diambil pada awal latihan dan berapa persen
peningkatanya.

d) Prinsip Individualitas (The Prinsiples of Individuality)

Pada prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain.


Dalam latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan
lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-
faktor karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun
program latihan. Berkaitan dengan hal ini Harsono (1988:112-113)
mengemukakan bahwa: faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk
tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat
kesegaran jasmaninya, ciri-ciri psikologisnya, semua itu harus ikut
dipertimbangkan dalam menyusun program latihan. Latihan yang dilakukan
harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi

10
individu atlet. Program latihan yang disusun dan pembebanan yang
diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap individu.

e) Prinsip Reversibelitas (The Prinsiples of Reversibility)

Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang tidak menetap, tetapi dapat


berubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang
melakukan latihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan
fisik, sebaliknya ketidakaktifan atau tanpa latihan akan menimbulkan
kemunduran kemampuan fisik. Menurut Soekarman (1987:60) bahwa, setiap
hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali keadaan semula.
Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik harus secara teratur dan kontinyu.

Prinsip ini harus dipegang oleh pelatih maupun atlet. Latihan yang teratur
dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri
pada situasi latihan. Adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini, maka
kemampuan tubuh dapat meningkat sesuai dengan rangsangan yang
diberikan.

3. DAMPAK AKTIVITAS FISIK YANG TIDAK TERATUR


Memiliki tubuh sehat dan kuat memang menjadi dambaan setiap manusia,
baik laki-laki maupun perempuan. Pasalnya tubuh yang sehat akan membantu
dalam melakukan aktivitas dengan maksimal. Salah satu cara agar tubuh sehat
adalah dengan rajin olahraga. Jika kita termasuk yang malas olahraga, ayo
biasakan diri kita untuk berolahraga dan hidup sehat mulai saat ini juga.
Dampak negatif jika tidak membiasakan untuk melakukan olahraga setiap hari
diantaranya:

1. Menyebabkan Kematian Prematur

11
Masalah prematur ternyata bukan hanya pada kasus bayi yang lahir
sebelum waktunya, tetapi juga pada kasus kematian orang tua.
Berdasarkan hasil dari penelitian menyebutkan bahwa 1 dari 10 kasus
kematian prematur (kematian lebih cepat dari umur biasanya, karena
kondisi tua) yang ada di seluruh dunia disebabkan karena kurangnya
aktivitas olahraga. Ini sudah melalui proses penelitian yang diliput dalam
suatu jurnal medis Lancet tahun 2012.

2. Mudah Depresi
Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah dilaporkan pada
American Journal of Preventive Medicine tahun 2013 menyebutkan bahwa
salah satu dampak dari kurangnya berolahraga adalah depresi. Para
peneliti sudah melakukan penelitian kurang lebih pada 30 studi, dan
sebanyak 25 studi menyebutkan bahwa orang yang tidak membiasakan
berolahraga cenderung lebih mudah depresi.
Perasaan tertekan dan khawatir akan terus menghantui jika tidak
melakukan olahraga. Oleh sebab itu cara mencegah depresi bisa dengan
cara olahraga.

3. Mood Tidak Stabil


Biasanya mereka yang jarang berolahraga akan lebih mudah terkena
gangguan mood. Sebab mereka hanya menyibukkan diri dengan pekerjaan
dan apapun yang sedang dilakukannya saat ini. Meskipun awalnya mereka
tampak biasa saja, terlihat bahagia, namun tiba-tiba berubah murung dan
sedih. Perubahan mood ini juga menjadi tanda stres ada di dalam
tubuhnya. Penyebab stres ini juga diakibatkan kurang berolahraga. Ciri
orang yang mengalami stres dia kehilangan nafsu untuk mengerjakan
berbagai aktivitas hariannya.

4. Otot Menjadi Lemah

12
Pada dasarnya tubuh masih memiliki kekuatan tersendiri yang
tersimpan rapi di dalamnya. Jika tidak memanfaatkannya, tidak
membangunnya, maka kekuatan tersebut juga tidak akan muncul. Lalu
bagaimana untuk membangunkannya? Dengan membiasakan berolahraga
setiap hari.
Semakin lama tubuh menganggur, tidak melakukan aktivitas apapun. Otot
akan semakin lemah dan mudah sakit jika melakukan kegiatan berat
sedikit.

5. Mengalami Osteoporosis
Mitokondria tubuh manusia akan semakin baik fungsinya jika
semakin sering digunakan untuk berolahraga. Mereka yang jarang
melakukan aktivitas olahraga sama saja tidak melestarikan kepadatan
tulang seiring dengan usianya yang bertambah. Jika kepadatan tulang tidak
di jaga, maka berbagai penyakit tulang akan semakin mudah terjadi pada
dirinya. Salah satunya adalah osteoporosis.

6. Berisiko Mengalami Patah Tulang


Mereka yang tidak biasa melakukan aktivitas olahraga, juga akan
lebih mudah terkena patah tulang. Pasalnya tulang yang semakin tua,
kemampuan dan daya elastisitasnya sudah berkurang. Akhirnya
kepadatannya juga berkurang.
Ketika seseorang terjatuh, proses penyembuhan antara orang yang
biasa melakukan olahraga dengan yang tidak pernah melakukan olahraga
cenderung lebih cepat sembuh kepada mereka yang biasa melakukan
olahraga.

7. Mengalami Penuaan Dini

13
Tubuh yang tidak pernah dipakai untuk berolahraga akan cenderung
lebih mudah mengalami penuaan. Dari US Center for Disease Control and
Prevention memberikan wejangan bahwa tulang yang jarang dipakai untuk
berolahraga akan lebih mudah dan cenderung mengalami penuaan.
Bisa disimpulkan bahwa penyebab penuaan dini diakibatkan oleh kurang
olahraga. Maka salah satu obat untuk mencegah terjadinya penuaan ini,
National Institute on Aging merekomendasikan untuk tetap melakukan
latihan kekuatan selama 30 menit dalam dua hari selama kurun waktu satu
minggu.

8. Berisiko Terkena Penyakit Jantung


Membiasakan untuk hidup sehat dan sering berolahraga memang
sangat baik untuk tubuh. Maka bahagialah mereka yang sudah
membiasakan kebiasaan ini selama sehari hari. Sebab mereka yang tidak
melakukan olahraga, akan lebih mudah terkena penyakit mematikan
misalnya terkena serangan jantung. Ini berkaitan dengan tekanan darah
yang sering tidak terkontrol karena pola hidup yang kurang sehat.

9. Mudah Terserang Flu


Memang flu menjadi salah satu penyakit yang biasa dan bukan
sesuatu yang berbahaya. Namun terkena flu sangat mengganggu aktivitas
keseharian. Flu menjadi hambatan terbesar untuk melakukan aktivitas
dengan optimal.
The National Institute of Health melaporkan bahwa olahraga membantu
mempercepat kinerja sel darah putih atau leukosit dalam tubuh. Jika tidak
membiasakan untuk berolahraga sehari hari, kerja leukosit menjadi lebih
lambat. Akhirnya tubuh mudah terkena flu, yang menjadi suatu indikasi
penyakit yang lebih parah lagi. Untuk mencegah gejala flu datang
sebaiknya dibiasakan untuk rajin olahraga.
Inilah beberapa dampak negatif malas olahraga. Kita bisa memulai
hidup sehat dengan melakukan olahraga paling ringan dan murah yaitu jogging

14
di pagi hari. Dengan jogging pagi kita bisa terhindar dari berbagai macam
dampak buruk tidak olahraga.

4. MERANCANG AKTIVITAS FISIK SECARA TERATUR


Diantara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah melakukan
aktifitas fisik setiap hari. Aktifitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota
tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar
tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Berikut tahapan-tahapan yang dapat dilakukan untuk merancang aktivitas fisik:

1. Menetukan jenis aktivitas fisik


Aktifitas fisik yang dapat dilakukan bisa berupa kegiatan sehari-hari,
yaitu : berjalan kaki, berkebun, kerja di taman, mencuci pakaian, mencuci
mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa belanjaan, dll.
Bisa berupa olahraga, yaitu : push up, lari ringan, bermain bola, berenang,
senam, bermain tenis, yoga, fitnes, angkat beban/ berat.

2. Menentukan lama waktu dalam melakukan aktivitas fisik


Aktifitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam
sehari, sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh
lainnya.
Jika lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktifitas fisik maka
manfaat yang diperoleh juga lebih banyak. Jika kegiatan ini dilakukan setiap
hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan ke depan akan terasa hasilnya.

3. Lakukan aktivitas fisik secara rutin

15
Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belum
terbiasa dapat dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan
secara bertahap.
Lakukan aktifitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
Awali aktifitas fisik dengan pemanasan dan peregangan. Lakukan gerakan
ringan dan secara perlahan ditingkatkan sampai sedang. Jika sudah terbiasa
dengan aktiftas tersebut, lakukan secara rutin paling sedikit 30 menit setiap
hari.

Keuntungan melakukan aktivitas fisik secara rutin diantaranya:


• Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker,
tekanan darah tinggi, kencing manis, dll.
• Berat badan terkendali.
• Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat.
• Bentuk tubuh menjadi lebih bagus.
• Lebih percaya diri.
• Lebih bertenaga dan bugar.
• Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.

Beberapa tips dalam beraktifitas fisik :


o Jalan cepat, perlu sepatu yang cukup enak dipakai agar kaki
nyaman dan sehat, apalagi untuk berjalan ke kantor atau naik
tangga.
o Renang, lakukan berenang secepat mungkin dengan napas yang
dalam.
o Senam atau peregangan sangat baik bagi otot-otot dan sendir-sendi
yang kaku, juga melenturkan otot serta melancarkan peredaran
darah.

2.2 MENCEGAH HIV DAN AIDS

16
1. BAHAYA DARI HIV DAN AIDS
HIV/AIDS adalah penyakit kronis yang melemahkan sistem imun
tubuh. Infeksi penyebab HIV dan AIDS itu sendiri sangat rentan menular
dari satu orang ke lainnya. Nah, bahaya dari HIV dan AIDS bukan cuma
dari kemudahan cara penularannya saja. Bagi pengidapnya, komplikasi HIV
dan AIDS dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko berbagai
penyakit serius.
HIV (human immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang
menyerang dan menghancurkan sel CD4 alias sel T. Sel CD4 adalah jenis
sel darah putih yang menjadi bagian penting dari sistem kekebalan tubh
manusia. Fungsi utama dari sel CD4 adalah untuk melawan infeksi yang
disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme berbahaya (bakteri, virus,
parasit, jamur, dan lain sebagainya).Seseorang dapat dikatakan terinfeksi
HIV ketika jumlah virus (viral load) sudah mencapai 100.000 kopi atau
lebih per 1 ml sampel darah.
Pada orang yang sehat, kisaran normal untuk jumlah sel CD4 adalah
sekitar 500-1,500. Tanpa pengobatan, infeksi HIV kronis seiring waktu
dapat memunculkan komplikasi berupa penyakit AIDS ketika jumlah cell T
atau sel CD4 turun hingga di bawah 200.

Komplikasi HIV dan AIDS yang berupa infeksi:


Salah satu bahaya serius yang mengintai orang HIV dan AIDS
(ODHA) adalah macam-macam infeksi yang dinamakan dengan infeksi
oportunistik. Disebut oportunistik karena berbagai macam mikroba
penyebab infeksi (termasuk bakteri, jamur, parasit, dan virus lainnya)
muncul mengambil kesempatan selagi daya tahan tubuh sedang lemah-
lemahnya.
Pasalnya dalam keadaan normal, kuman penyebab penyakit akan
dapat mudah dilawan oleh sistem imun. Namun karena jumlah sel CD4
sudah sangat minim, tubuh akan kesulitan memberantas infeksinya. Pada

17
beberapa kasus, infeksi oportunistik dapat mulai terjadi ketika jumlah sel
CD4 berada di kisaran sekitar 500.
Komplikasi HIV/AIDS ini tidak dapat dilawan dengan mudah sehingga
makin menurunkan kondisi kesehatan penderita dengan cepat.
A. Jenis infeksi yang rentan menyerang orang dengan HIV dan AIDS:
1. Candidiasis
Candidiasis adalah komplikasi HIV/AIDS berupa infeksi jamur yang
menyebabkan timbulnya lapisan putih tebal pada kulit, kuku, serta
selaput lendir seperti mulut, vagina atau penis, dan kerongkongan.
Bahaya candidiasis sebagai komplikasi HIV dan AIDS ialah infeksi ini
dapat cepat menyebar ke organ tubuh lain jika tidak diobati.

2. Infeksi jamur pada paru-paru


Berbagai macam infeksi paru-paru dapat menjadi salah satu bahaya
dari HIV/AIDS yang umum terjadi. Ambil contoh Coccidioidomycosis.
Infeksi jamur yang menyerang paru-paru ini dapat muncul ketika
ODHA menghirup udara mengandung spora jamur di daerah beriklim
panas dan kering. Jenis infeksi paru lainnya yang dapat menjadi
komplikasi HIV/AIDS adalah cryptococcosis. Cryptococcosis pada
akhirnya dapat menyebabkan pneumonia. Infeksi tersebut kemudian dapat
menyebar ke otak dan menyebabkan pembengkakan. Infeksi
cryptococcosis juga bisa memengaruhi tulang, kulit, dan saluran
kemih. Bahaya HIV/AIDS pada paru juga bisa memicu infeksi jamur
Histoplasma capsulatum dan pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
Dua jenis infeksi ini sama-sama dapat memicu komplikasi berupa
pneumonia pada orang dengan HIV/AIDS.
Pengidap HIV delapan kali lebih berisiko untuk dirawat di rumah
sakit karena komplikasi pneumonia dibanding dengan orang sehat. Maka
dari itu, orang dengan HIV dan AIDS harus mendapatkan vaksin
antipneumonia untuk mencegah bahaya lain yang lebih mengancam.

18
3. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh
keluarga bakteri Mycobacterium avium complex. Ada dua jenis bakteri
yang mask dalam keluarga ini, yaitu Mycobacterium avium dan
Mycobacterium intracellulare. Hampir semua penderita HIV sudah
memiliki bakteri TB dalam tubuhnya meski belum tentu aktif. Bakteri
TB pada ODHA lebih cepat menjadi aktif dan sulit diobati dibanding
pada orang sehat. Itu kenapa setiap ODHA harus menjalani tes TB sedini
mungkin untuk mengetahui berapa besar risikonya.

4. Infeksi parasit pada pencernaan


Seiring melemahnya sistem imun, parasit dapat pula menginfeksi
dan menyerang pencernaan. Beberapa contoh infeksi parasit yang dapat
menjadi bahaya bagi pengidap HIV/AIDS adalah cryptosporidiosis dan
isosporiasis.
Dua jenis infeksi ini disebabkan oleh konsumsi makanan dan/atau
minuman yang terkontaminasi parasit. Cryptosporidiosis disebabkan oleh
parasit Cryptosporidium yang menyerang usus, sementara isosporiasis
disebabkan oleh protozoa Isospora belli.
Baik cryptosporidiosis dan isosporiasis sama-sama menyebabkan
demam, muntah, dan diare parah. Pada pengidap HIV/AIDS, komplikasi
penyakit ini dapat sampai menyebabkan berat badan turun drastis.
Pasalnya, organisme tersebut menginfeksi sel-sel yang melapisi usus
kecil dapat menyebabkan tubuh tidak mampu menyerap nutrisi dengan
baik.

5. Herpes simplex (HSV)


Memiliki HIV/AIDS dapat meningkat risiko Anda mengalami
penyakit kelamin menular lain, seperti herpes, yang juga sama bahaya
bagi kesehatan. Herpes adalah penyakit kelamin yang disebabkan
oleh herpes simplex virus (HSV). Pada orang dengan HIV dan AIDS,

19
komplikasi herpes tidak hanya berupa pembentukan kutil kelamin
tapi juga risiko pneumonia dan kanker serviks.

6. Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)


PML adalah infeksi virus langka yang dapat menjadi bahaya HIV
dan AIDS. PML menyerang sistem saraf pusat di otak, ditandai oleh
pembentukan lesi luas akibat infeksi oleh papovavirus. Komplikasi dari
bahaya HIV/AIDS ini dapat menyebabkan kebutaan, gangguan mental,
dan lumpuh.

7. Salmonella septicemia
Salmonella merupakan infeksi yang bisa didapat lewat konsumsi
makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhii (Salmonella tp).
Infeksi salmonella dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah-
muntah, dan diare. Pada pengidap HIV dan AIDS, bahaya dari infeksi
ini dapat berkembang menjadi bentuk yang lebih parah disebut
salmonella septicemia. Septikemia adalah suatu kondisi di mana
seseorang mengalami keracunan darah akibat bakteri dalam jumlah
besar masuk ke dalam aliran darah. Ketika sudah sangat parah, bakteri
Salmonella dalam darah dapat menginfeksi seluruh tubuh dalam satu
waktu. Syok akibat salmonella septicemia dapat berakibat fatal.

8. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah komplikasi HIV/AIDS yang disebabkan oleh
parasit bernama Toxoplasma gondii.Toksoplasmosis bahaya bagi
pengidap HIV dan AIDS karena sangat mudah berkembang di dalam
tubuh yang sistem kekebalannya lemah. Parasit tersebut dapat
menginfeksi tidak hanya mata dan paru pengidap HIV, tapi juga bahaya
bagi jantung, hati, hingga otak.
Komplikasi HIV dan AIDS berupa infeksi toxoplasma yang
menyerang mata akan menimbulkan bercak putih kekuningan atau abu-

20
abu terang pada badan bening mata (humor vitreous) yang membuat
penglihatan terganggu.
Ketika infeksi parasit toxoplasma sudah mencapai otak, toksoplasmosis
dapat menyebabkan kejang. Selain dari kotoran hewan, parasit
toxoplasma ini juga bisa berasal dari makan daging merah dan dan
daging babi yang dimasak kurang matang.
B. Bahaya HIV dan AIDS yang berupa kanker
Tidak cuma infeksi. Setiap pengidap HV dan AIDS (ODHA) juga harus
waspada terhadap bahaya kanker yang mengintai kesehatan. Menurut
sebuah penelitian tahun 2016 dari jurnal PLOS ONE, pengidap HIV
khususnya akan lebih rentan terkena kanker karena kadar sel CD4 yang
rendah dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan pembentukan
sel kanker di awal.
Berikut adalah beberapa jenis kanker yang menjadi komplikasi HIV dan
AIDS:
1. Sarkoma kaposi
Sarkoma kaposi adalah jenis kanker yang berkembang dari jaringan
di sekitar pembuluh darah, jaringan pembuluh limfa, jaringan di bawah
kulit, jaringan di sepanjang mulut, hidung, dan tenggorokan atau di
dalam organ tubuh lainnya. Sarkoma kaposi umumnya dijadikan
penanda oleh dokter bahwa HIV yang Anda alami sudah memasuki
stadium tiga.

2. Limfoma
Orang dengan HIV dan AIDS berisiko mengalami kanker limfoma.
Limfoma adalah bentuk kanker darah yang memengaruhi kelenjar getah
bening. Bahaya kanker ini dapat memengaruhi bagian tubuh mana pun
dari pengidap HIV/AIDS yang terdapat kelenjar getah bening, seperti di
sumsum tulang, amandel, dan juga saluran pencernaan. Seperti sarkoma
kaposi, dokter dapat menggunakan perkembangan limfoma sebagai cara
mendiagnosis HIV stadium 3.

21
3. Kanker serviks
Kanker serviks adalah komplikasi HIV/AIDS yang biasanya berawal
dari infeksi HPV kronis oportunis. Kanker serviks terjadi dan
berkembang di leher rahim.

4. Kanker anus
Menurut sebuah penelitian tahun 2012 dari jurnal Clinical Infectious
Disease, Kanker anus adalah salah satu komplikasi HIV dan AIDS yang
risiko bahaya penyakitnya cenderung lebih tinggi pada pria pengidap
HIV dan AIDS yang berhubungan seks dengan pria (gay).
C. Komplikasi dan bahaya HIV/AIDS pada mata
Tujuh dari 10 orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) akan
mengalami komplikasi HIV pada mata mereka. Itu berarti hampir 80
persen orang dengan HIV/AIDS mengalami bahaya yang mengganggu
penglihatannya. Gangguan penglihatan akibat HIV/AIDS dapat berwujud
ringan seperti penglihatan kabur sampai yang mengarah pada kebutaan,
seperti perdarahan retina.
Pada awalnya, komplikasi HIV pada mata mungkin tidak
menunjukkan gejala berarti. Namun ketika infeksi HIV telah mencapai
stadium lanjut, gejala dapat berupa:
• Penglihatan kabur atau penglihatan ganda dan mulai tidak bisa
membedakan warna dengan jelas.
• Terlihat bintik-bintik di bidang penglihatan
• Mata berair atau merah
• Mata Anda lebih sensitif terhadap cahaya
• Mata terasa sakit, nyeri
Itu sebabnya jika Anda positif terinfeksi HIV/AIDS, penting untuk
memeriksakan mata Anda secara teratur untuk menghindari bahaya ini.
Selain infeksi perdarahan retina, berbagai komplikasi HIV berikut dapat
menyerang mata jika tidak segera mendapatkan pengobatan.

22
1. Sarkoma kaposi mata
Sarkoma kaposi (KS) adalah tumor kulit yang berwarna merah
keunguan yang tumbuh di bagian dalam dan sekitar kelopak mata.
Bahaya HIV AIDS yang menyebabkan tumor ini ditandai dengan
peradangan, namun tidak menyebabkan rasa sakit. Komplikasi HIV ini
disebabkan oleh infeksi virus herpes 8 (HHV8).
Dengan adanya obat HIV seperti antiretroviral (ART), risiko
sarkoma kaposi pada ODHA kini jauh menurun. Namun sarkoma
kaposi akan lebih bahaya pada pengidap HIV dan AIDS dengan
jumlah CD4 rendah, terutama jika terapi tidak dilanjutkan.

2. Retinitis
Retinitis termasuk peradangan retina serius yang seringnya
diakibatkan oleh cytomegalovirus (CMV retinitis). Bahaya infeksi mata
ini dapat menyerang 20-30 persen pengidap HIV dan AIDS yang
memiliki jumlah sel T sangat rendah.
Infeksi ini berkembang cukup cepat, hanya dalam hitungan minggu.
Retinitis juga bisa disebabkan oleh virus penyebab sipilis (Syphillis
retinitis).
Tanpa campur tangan medis, infeksi dapat menyebar dan menimbulkan
perdarahan retina yang bisa berujung pada kebutaan permanen. Retinitis
dapat menginfeksi salah satu sisi mata maupun keduanya. Bahaya
HIV AIDS berupa retinitis ini tidak bisa disembuhkan, tetapi
pengobatan dengan antivirus valganciclovir dianggap efektif untuk
memperlambat perkembangan cytomegalovirus.

3. Herpes mata (herpes simplex keratitis)


Herpes mata disebabkan oleh virus HSV-1 yang menyerang kelopak
mata, kornea, retina, dan konjungtiva (lapisan tipis yang melindungi
bagian putih mata). Jenis herpes mata yang kerap menjadi bahaya

23
HIV/AIDS adalah keratitis epitel. Pada jenis ini, virus ini aktif di
lapisan epitel kornea yang paling tipis.
Virus herpes simpleks dapat memengaruhi lapisan kornea yang lebih
dalam, yang dikenal sebagai stroma. Bahaya HIV AIDS seperti herpes
mata ini disebut dengan keratitis stromal. Herpes mata jenis ini lebih
serius daripada keratitis epitel karena dapat merusak kornea mata
yang cukup parah bahkan menyebabkan kebutaan. Bahaya HIV AIDS
seperti herpes mata tidak menular lewat aktivitas seksual berisiko.
Infeksi ini lebih rentan menyebar dari kontak langsung dengan kulit
atau air liur yang terinfeksi HSV-1.

4. Keratitis
Selain diakibatkan oleh infeksi virus herpes, keratitis (peradangan
kornea) juga dapat disebabkan oleh virus varicella zoster (VZV) dan
jamur candidiasis yang seringnya menjadi infeksi oportunistik. Meski
begitu, bahaya HIV/AIDS ini bisa juga disebabkan oleh parasit
lainnya.
Gejala keratitis adalah mata merah yang terasa sakit, gatal,
penglihatan kabur, serta sensitivitas terhadap cahaya. Keratitis bisa
menginfeksi hanya satu atau dua mata sekaligus. Komplikasi dari
bahaya HIV AIDS ini bisa mengakibatkan kebutaan.
Pengobatan keratitis akan tergantung dari infeksi penyebabnya.
Keratitis yang disebabkan virus dapat diresepkan acyclovir, sementara
infeksi candidiasis dapat ditangani dengan obat antijamur.
5. Iridocyclitis
Iridocyclitis adalah peradangan iris, yang dapat dikaitkan dengan
sejumlah parasit penyebab infeksi oportunistik. Contohnya adalah
cytolomegavirus (CMV), virus herpes simpleks (HSV), toksoplasmosis,
sipilis, tuberkulosis, dan virus varicella zoster (VZV).
Bahaya iridocyclitis yang paling serius cenderung ditemukan pada
pengidap HIV/AIDS yang memiliki jumlah CD4 sangat rendah.

24
Iridocyclitis juga dapat menjadi efek samping dari obat-obatan seperti
rifabutin (digunakan dalam terapi tuberkulosis) dan cidofovir (digunakan
untuk mengobati kasus CMV berat).
Infeksi ini dapat terjadi pada satu atau kedua mata, dengan gejala
yang bisa meliputi mata merah, kepekaan berlebihan terhadap cahaya
(fotofobia), dan pupil yang mengecil. Sama seperti infeksi mata
lainnya, iridocyclitis dapat berangsur membaik dengan terapi
antiretroviral yang dibarengi dengan pengobatan infeksi penyebabnya.
D. Komplikasi HIV dan AIDS lain yang mungkin terjadi
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan
penyakit kronis yang muncul ketika stadium infeksi HIV sudah sangat
parah. Biasanya kondisi ini ditandai dengan munculnya penyakit kronis
lain, seperti kanker dan berbagai infeksi.
Pada tahap ini, seorang pengidap AIDS dapat mengalami:
1. Wasting syndrome
Wasting syndrome adalah kumpulan gejala yang menyebabkan
orang HIV susah gemuk akibat penurunan berat badan, diare parah,
serta kelemahan kronis.
Saat ini, komplikasi wasting syndrome tidak lagi menjadi momok
bahaya bagi pengidap HIV karena rejimen pengobatan HIV telah
terbukti mengurangi jumlah kasusnya. Meskipun begitu, komplikasi ini
masih memengaruhi banyak orang yang memiliki AIDS.

2. Masalah neurologis
AIDS dapat menyebabkan bahaya berupa gangguan neurologis
meskipun tidak menginfeksi sel-sel saraf. Komplikasi AIDS yang
memengaruhi saraf dapat membuat pengidap mudah linglung, pelupa,
depresi, gelisah, dan kesulitan berjalan.
Salah satu komplikasi neurologis dari HIV/AIDS yang paling umum
adalah demensia, yang menyebabkan perubahan perilaku dan
menurunnya fungsi mental.

25
3. Penyakit ginjal
HIV-associated nephropathy (HIVAN) adalah peradangan pada filter
kecil dalam ginjal Anda. Filter ini berfungsi untuk membuang kelebihan
cairan dan ampas dari aliran darah dan meneruskannya ke urin. Risiko
komplikasi dan bahaya HIVAN lebih tinggi pada orang kulit hitam yang
mengidap HIV dan AIDS.

2. CARA PENULARAN
a) Melakukan seks bebas, berganti - ganti pasangan.
b) Melalui transfusi darah dari penderita HIV/AIDS
c) Melalui jarum suntik, jarum tindik, jarum pembuat tato yang
berganti dan tercemar virus HIV
d) Pada bayi Melalui Plasenta yang Ibunya penderita HIV/AIDS

3. CARA PENCEGAHAN

a) Menghindari seks bebas dan setia hanya pada satu pasangan yang
sah.
b) Menjaga kesterilan alat-alat medis seperti jarum suntik,jarum tato,
jarum tindik, hanya digunakan sekali pakai.
c) Mengecek darah yang akan ditransfusikan atau donorkan harus benar
– benar steril dari virus apapun.

26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah:
1. HIV (Human Immuno Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acguired Immuno Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala
menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada
awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.

27
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab
penyakit AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja

B. SARAN
Oleh karena itu, aktivitas fisik merupakan pencegahan yang paling ampuh
untuk mengurangi risiko terkena HIV/AIDS. Sehingga, marilah kita bersama
sama memerangi dan mencegah penyebaran HIV/AIDS dengan cara yang
benar, salah satunya yaitu melakukan aktivitas fisik yang baik sesuai dengan
metode yang benar.

28

Anda mungkin juga menyukai