Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

PENGANTAR PENDIDIKAN

STUDI DAN PRAKTIK PENDIDIKAN

STUDI PENDIDIKAN s/d STUDI COMMONSENSE PENDIDIKAN

Kelompok 2

- Adinda Pramesti W P

- Imelda Rara R

- Seraf Adonai R P

- Thifal Nurrifqi A K

PRODI FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


B. Studi Pendidikan

1. Definisi Studi Pendidikan

Pertama-tama, sebelum memahami apa itu arti studi pendidikan, maka harus terlebih
dahulu memahami tentang landasan pendidikan. Secara leksikal, landasan berarti tumpuan,
dasar atau alas. Karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar
pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material; dapat pula bersifat
konseptual. Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi. Adapun asumsi dapat
dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.

Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, yang pertama dari apa
yang disebut dengan praktek pendidikan, dan yang kedua dengan istilah studi pendidikan.

Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memahami pendidikan. Sementara praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau
sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk
mencapai tujuan pendidikan.

2. Contoh Studi Pendidikan

Sesuai dengan pengertian studi pendidikan pada bagian sebelumnya, adapun contoh
studi pendidikan di antaranya seperti pembelajaran di kelas dan eksperimen di laboratorium
merupakan bentuk studi pendidikan. Hal ini dikarenakan pembelajaran di kelas diadakan
dalam rangka memahami pendidikan, memberikan para penuntut ilmu suatu informasi.
Eksperimen di laboratorium juga sama halnya dengan pembelajaran dalam kelas.
3. Jenis-jenis Studi Pendidikan

a) Berdasarkan cara kerja atau metodenya


1) Studi commonsense Pendidikan
a) Definisi studi commonsense pendidikan
Common Sense dalam arti yang sesungguhnya adalah suatu
kemampuan yang dimiliki manusia dalam kedudukannya sebagai subjek
yang ingin mengetahui dalam rangka suatu perbuatan mengetahui selain
kemampuan-kemampuan manusia yang telah melembaga yakni indera,
rasio, intuisi, dan keyakinan, otoritas, atau keyakinan (Hospers, 1953:122-
140).
Common Sense adalah suatu kemampuan untuk mencerap atau
mempersepsi dan memahami, serta memutuskan tentang sesuatu objek
tertentu secara langsung. Dengan demikian, pengetahuan Common Sense
adalah pengetahuan yang terjadi karena aktivitas kesadaran yang secara
langsung mencerap objek, secara langsung memahami objek, dan secara
langsung pula menyimpulkan serta memutuskan tentang objek yang ingin
diketahui itu.
Studi commonsense pendidikan adalah aktivitas belajar yang melatih
kemampuan untuk mencerap atau mempersepsi dan memahamu serta
memutuskan tentang suatu objek tertentu secara langsung.

b) Contoh studi commonsense pendidikan


Sering kita mendengar dalam rapat-rapat penting, sekelompok
eksekutif dengan malu-malu mengatakan: “Kok kita tidak kepikiran
tentang hal itu ya…” Padahal solusi atau celah yang dikemukakan orang
lain adalah sesuatu yang tidak hebat-hebat amat, sehari-hari dan simpel.
Itulah ‘common sense’. Sebegitu langkanya sehingga ada ahli yang
mengatakan: “If it is so uncommon, why people call it ‘common sense’?
Dalam kelas-kelas kreativitas yang kami laksanakan secara rutin,
sering peserta pelatihan yang baru mempelajari cara pikir yang melebar,
‘out of the box’, terjebak ketika mereka harus mendefinisikan benda biasa
seperti meja, misalnya. Jarang terjadi bahwa seseorang melihat esensi dari
meja sebagai salah satu perabot rumah tangga. Yang sering terjadi adalah
peserta terpancing mengeluarkan jawaban yang sekreatif mungkin
menyangkut kegunaan meja, bentuk – warna – ukuran meja, dan lain lain.
Inilah kenyataan hidup yang sering kita hadapi: “Wong tidak susah, kok
dibikin susah”, kata mantan presiden kita.
Membuat coret-coretan di kertas sambil berpikir sebetulnya dapat
membantu kita untuk menyaring informasi yang dibutuhkan dan
mengorganisir memori kita, sehingga pikiran kita lebih rileks, terarah dan
sederhana. Namun, tidak jarang kita merasa ‘stuck’ dan frustasi bila
berpikir keras sudah tidak membuahkan hasil. Padahal, kesadaran bahwa
otak kita adalah komputer berkapasitas sangat-sangat besar, seharusnya
menjadikan kita dapat membiarkan suatu masalah mengendap dan
disimpan di ‘tempat’ yang benar di dalam pemikiran kita sebagai memori.
Karenanya, kita tidak boleh ragu untuk mengendapkan persoalan-
persoalan di dalam otak kita. Komputer otak kita juga terkadang perlu
mengolah sendiri soal-soal yang rumit dan memerlukan waktu untuk
memprosesnya. Keyakinan mengenai hal inilah yang perlu kita tanamkan
didalam diri kita.
Berintuisi dan berhipotesis terhadap suatu permasalah di lingkungan
sekitar
Berdiskusi saling bertukar pikiran tentang suatu hal untuk memecahkan
beberapa masalah

c) Karakteristik studi commonsense pendidikan


a. Observasi sepintas yang kurang sistematis dan teliti.
b. Isi ilmu berupa konsep, aksioma, atau postulat yang bersifat umum
dan dapat diterima banyak orang, serta jarang disertai penjelasan
tentang mengapa dan bagaimana.
c. Biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya
d. Cara mendapatkan pengetahuan hanya mengandalkan pengamatan
dengan panca indera.
e. Kebenaran yang diakui bersifat tetap.

d) Produk studi commonsense pendidikan


a. Perkembangan pikiran dan diri pribadi siswa
b. Secara langsung atau tidak langsung memberikan kontribusi pola pikir
dan pola kerja calon pendidik.

e) Manfaat studi commonsense pendidikan


Daftar Pustaka

 https://www.academia.edu/4250696/COMMONSENSE_DAN_PENALARAN_ILMI
AH_pak_MUR
 http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/196108141986031-
BABANG_ROBANDI/LPPOLRI.pdf
 https://www.google.com/amp/s/navelmangelep.wordpress.com/2012/02/21/pengetahu
an-pengetahuan-ilmiah-penelitian-ilmiah-dan-jenis-penelitian/amp/
 dosenpendidikan.co.id/landasan-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai