Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM

ROCK MASS

AHMAD HIDAYATULLAH
09320200052
C2

LABORATORIUM GEOMEKANIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
JURNAL PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN

ROCK MASS

Ahmad Hidayatullah1, Risal S.2, Dian Dwi Apriliyani Arsdin, S.T3.


Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
E-mail: ahmadhidayatullah1401@gmail.com

Abstrak
Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari
sifat-sifat mekanik batuan dan massa batuan. Adapun maksud dari praktikum rock mass ini adalah kita dapat
melakukan klasifikasi massa batuan untuk keteknikan sebagai metode untuk perencanaan tambang bawah permukaan.
Ambil core box, amati inti bor yang ada di dalamnya. Sebuah massa batuan yang didominasi oleh batu basal memiliki
hasil pengujian kuat tekan sebesar 112 Mpa dengan jarak diskontinuiti dilapangan 0,85 serta kondisinya agak kasar,
planar agak lapuk. Dari hasil pengujian 1 dimana sebuah massa batuan yang didominasi oleh batu basal memiliki hasil
pengujian kuat tekan sebesar 112 Mpa dengan jarak diskontinuiti dilapangan 0,85 serta kondisinya agak kasar, planar
dan agak lapuk. Pada praktikum mekanika batuan mata acara Rock Mass merupakan suatu cara untuk menilai suatu
batuan.
Kata kunci: Core, Mekanika, RMR, Rock, Q-system.

PENDAHULUAN
Mekanika batuan merupakan ilmu yang dan engineering judgement. Dikarenakan
Mekanika batuan merupakan ilmu yang kompleknya suatu massa batuan, beberapa
mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa penelitian berusaha untuk mencari hubungan
batuan. Mekanika batuan adalah salah cabang antara desain galian batu dengan parameter massa
disiplin ilmu geomekanika. Hal ini menyebabkan batuan. Banyak dari metodemetode tersebut telah
mekanika batuan memiliki peran yang dominan dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang
dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan banyak digunakan untuk penelitian awal atau
penerowongan, pemboran, penggalian, peledakan bahkan untuk desain akhir. Ada beberapa sistem
dan pekerjaan lainnya. Sehingga untuk klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat
mengetahui sifat mekanik batuan dan massa ini, namun yang paling banyak digunakan adalah
batuan dilakukan berbagai macam uji coba baik sistem klasifikasi massa batuan dengan
itu di laboratorium maupun di lapangan langsung menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR).
atau secara insitu. Untuk mengetahui sifat Klasifikasi yang digunakan juga adalah Rock
mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan Quality Designation (RQD) dan Q-System.
seperti uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik, uji Parameter tersebut dapat digunakan untuk
triaksial dan uji tegangan insitu. menentukan bobot/massa batuan yang akan diuji.
Di dalam geoteknik, klasifikasi massa Di dalam geoteknik, klasifikasi massa
batuan yang pertama diperkenalkan sekitar 60 batuan yang pertama diperkenalkan sekitar 60
tahun yang lalu yang ditujukan untuk terowongan tahun yang lalu yang ditujukan untuk
dengan penyanggaan menggunakan penyangga terowongan dengan penyanggaan menggunakan
baja. Kemudian klasifikasi dikembangkan untuk penyangga baja. Kemudian klasifikasi
penyangga nonbaja untuk terowongan, lereng, dan dikembangkan untuk penyangga nonbaja untuk
pondasi. 3 pendekatan desain yang biasa terowongan digunakan untuk penggalian pada
digunakan untuk penggalian pada batuan yaitu: batuan yaitu: analitik, observasi, dan empirik.
analitik, observasi, dan empirik. Salah satu yang Salah satu yang paling banyak digunakan adalah
paling banyak digunakan adalah pendekatan pendekatan desain dengan menggunakan metode
desain dengan menggunakan metode empiric. empiric. Klasifikasi massa batuan dikembangkan
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk untuk mengatasi permasalahan yang timbul di
mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk
secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti mengganti studi analitik, observasi lapangan,
studi analitik, observasi lapangan, pengukuran, pengukuran, dan engineering judgement.
Dikarenakan kompleknya suatu massa merupakan penyusun kerak bumi. Batuan
batuan, beberapa penelitian berusaha untuk terbentuk melalui proses geologi yang panjang
mencari hubungan antara desain galian batu dan selama proses geologi seperti aktivitas
dengan parameter massa batuan. Banyak dari magmatisme dan proses sedimentasi sangat
metodemetode tersebut telah dimodifikasi oleh berpengaruh terhadap sifat fisik batuan tersebut
yang lainnya dan sekarang banyak digunakan sedangkan pengaruh struktur geologi akan
untuk penelitian awal atau bahkan untuk desain berpengaruh terhadap sifat mekanis dari batuan
akhir. Ada beberapa sistem klasifikasi masa tersebut. Oleh sebab itulah batuan memiliki sifat
batuan yang terkenal pada saat ini, namun yang fisiki maupun sifat mekanis (Arief, 2018).
paling banyak digunakan adalah sistem klasifikasi 1. Sifat Fisik
massa batuan dengan menggunakan metode Rock Sifat fisik batuan merupakan sifat yang
Mass Rating (RMR). Klasifikasi yang digunakan dimiliki oleh batuan tersebut bersamaan saat
juga adalah Rock Quality Designation (RQD) dan batuan tersebut terbentuk. Sifat fisik batuan
Q-System. Parameter tersebut dapat digunakan tersebut misalnya porositas, berat jenis,
untuk menentukan bobot/massa batuan yang akan permaebilitas, absorpsi dan derajat kejenuhan.
diuji. 2. Sifat Mekanik Batuan
Penampakan massa batuan yang diisi Sifat mekanik batuan adalah sifat yang
oleh beberapa bidang perlapisan dan kekar dimiliki batuan karena adanya pengaruh gaya –
menunjukkan adanya suatu bidang diskontinuitas. gaya dari luar yang bekerja pada batuan tersebut.
Pendekatan yang lebih sistematis untuk analisis Pengujian Sifat Mekanis Batuan
kestabilan lereng dengan membuat klasifikasi (Muhammad,2017).
lereng dengan cara menggunakan pendekatan 3. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive
Rock Mass Rating (RMR). Strength Test)
RMR dapat memberikan panduan awal a. Uji ini menggunakan mesin tekan
dalam mengevaluasi stabilitas lereng dimana (compression machine) untuk menekan sampel
RMR dikontrol oleh adanya struktur geologi, jenis batuan yang berbentuk silinder dari satu arah
batuan dan keadaan morfologi suatu daerah. (Unconfined Compressive Strength Test).
memberikan informasi yang berguna tentang tipe Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan
keruntuhan serta hal-hal yang diperlukan untuk secara teoritis adalah searah dengan gaya yang
perbaikan lereng. Masalah yang sering dihadapi dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam
di tambang terbuka adalah perilaku deformasi, kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan
perilaku batuan lunak dan kondisi buruk struktur gaya yang dikenakan pada sampel tersebut karena
massa batuan. Di lain pihak selain pendekatan ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang
Rock Mass Rating (RMR), Limit Equilibrium menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan
Method (LEM) atau Metode Kesetimbangan tidak terbentuk bidang pecah yang searah dengan
Batas juga dapat digunakan dalam mengevaluasi gaya melainkan berbentuk kerucut cone.
stabilitas lereng. LEM banyak digunakan dalam Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel
menganalisis stabilitas lereng karena metode ini (l/d) mempengaruhi nilai kuat tekan batuan.
dianggap suatu metode yang relatif sederhana. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 <
Adapun maksud dari praktikum rock l/d < 2,5. Semakin besar (Arief,2018).
mass ini adalah kita dapat melakukan klasifikasi b. Uji Kuat Tarik Tak Langsung
massa batuan untuk keteknikan sebagai metode Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
untuk perencanaan tambang bawah permukaan. kuat tarik (tensile strength) dari perconto batu
Sedangkan tujuan dari praktikum rock berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat
mass adalah mengetahui kualitas massa batuan yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada
berdasarkan klasifikasi massa batuan, mengetahui pengujian kuat tekan.
parameter dan perhitungan klasifikasi massa c. Uji Point Load
batuan menggunakan metode rock mass rating Uji ini dilakukan untuk mengetahui
(RMR), mengetahui parameter dan penentuan kekuatan dari sampel batuan secara tak langsung
klasifikasi massa batauan berdasarkan metode Q- di lapangan. Sampel batuan dapat berbentuk
System silinder atau tidak beraturan.
TINJAUAN PUSTAKA d. Uji Triaksial
Salah Pengujian ini adalah salah satu
1. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan pengujian yang terpenting dalam mekanika batuan
Batuan merupakan zat padat yang untuk menentukan kekuatan batuan di bawah
terbentuk dari kumpulan mineral yang berbeda tekanan triaksial. Percontoh yang digunakan
dan mempunyai komposisi kimia yang tetap dan
berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu
pengujian kuat tekan. yang relatif singkat dengan biaya yang murah.
Metode pengujian ini dilakukan dengan
memberikan beban impact (tumbukan) pada
e. Kuat Tekan (Uniaxial) permukaan batuan dengan menggunakan suatu
Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan massa yang diaktifkan dengan menggunakan
suatu silinder atau prisma terhadap titik pecahnya. energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan
Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi
silinder merupakan uji sifat mekanik yang paling tumbukan dengan permukaan batuan dapat
umum digunakan Uji kuat tekan uniaksial memberikan indikasi kekerasan juga setelah
dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan dikalibrasi, dapat memberikan pengujian ini
(Arief,2018). adalah jenis hammer. Alat ini sangat berguna
f. Kuat Tarik (Tensile Strength) untuk mengetahui keseragaman batuan pada
Kuat tarik (tensile strength) ditentukan struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian
dengan uji Brazilian dimana suatu piringan di dengan menggunakan alat ini sangat cepat,
tekan sepanjang diameter atau dengan uji sehingga dapat mencakup area pengujian yang
langsung yang meliputi tarikan sebenarnya atau luas dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat
bengkokan dari prisma batuan. Kekuatan batuan peka terhadap variasi yang ada pada permukaan
dapat di ukur secara insitu (di lapangan) sebaik batuan, misalnya keberadaan partikel batu pada
pengukuran di laboratorium. Regangan bagian-bagian tertentu dekat permukaan. Oleh
(deformasi) diukur di area tambang kemudian di karena itu, diperlukan pengambilan beberapa kali
hubungkan terhadap tegangan dengan pengukuran disekitar setiap lokasi pengukuran,
berpedoman pada konstanta elastik dari yang hasilnya kemudian dirata-ratakan. British
laboratorium. Standards (BS) mengisyaratkan pengambilan
Tegangan sebelum penambangan antara 9 sampai 25 kali pengukuran untuk setiap
merupakan kondisi tegangan asli, sulit dihitung, daerah pengujian seluas maksimum 300 mm
tetapi merupakan parameter desain tambang yang (Arief,2018).
penting. Kondisi tegangan yang berkembang h. Uji Sifat Fisik
selama penambangan merupakan hal penting yang Batuan Dengan Gelombang Ultrasonik
harus diperhatikan dalam operasi tambang sebaik Uji sifat fisik batuan dengan gelombang ultrasonik
dalam perancangan tambang. Regangan yang ini yaitu menggunakan alat sonic viewer sx 5251.
dihasilkan dari pola tegangan baru di ukur dari Alat ini mampu memancarkan gelombang
waktu ke waktu atau dimonitor secara menerus ultrasonik yang memiliki frekuensi 20 KHz.
selama penambangan berlangsung. Kekuatan Gelombang ultrasonik digunakan untuk
batuan dapat diukur secara insitu (di lapangan) mendeteksi objek jauh lebih detail terutama pada
sebaik pengukuran dilaboratorium. Regangan benda–benda yang padat, gelombang ultrasonik
(deformasi) diukur di area tambang kemudian di tersebut dipantulkan melalui permukaan benda
hubungkan terhadap tegangan dengan yang akan diamati (Arief,2018).
berpedoman pada konstanta elastik dari Gelombang ultrasonik tersebut merambat
laboratorium. Tegangan sebelum penambangan karena merupakan rambatan energi dan
merupakan kondisi tegangan asli, sulit di hitung, momentum mekanika sehingga merambat sebagai
tetapi merupakan parameter desain tambang yang interaksi dengan molekul dan inersia medium
penting. Tegangan tersebut umumnya yang dilaluinya. Perambatan gelombang tersebut
diperkirakan dan diberi beberapa kuantifikasi menyebabkan getaran partikel dengan medium
dengan memasang sekelompok pengukur amplitudo sejajar dengan arah rambat secara
tegangan elektrik dalam rosette pada permukaan longitudinal sehingga menyebabkan partikel
batuan, memindahkan batuan-batuan yang maedium membentuk rapatan dan tegangan.
berdekatan, dan mengukur respons tegangan Periode rapatan dan rengangan benda tersebutlah
sebenarnya yang di lepaskan. Kondisi tegangan yang akan diamati untuk mengetahui sejauh mana
yang berkembang selama penambangan sifat elastisitas batuan, density, dan rigiditas suatu
merupakan hal penting yang harus diperhatikan batuan, melalui korelasi data nilai kecepatan
dalam operasi tambang sebaik dalam rambat gelombang S dan P, modulus geser dan
perancangan. (Arief,2018). possion ratio (Arief,2018).
g. Hammer test 2. Rock Mass Rating (RMR)
Hammer Test adalah suatu metode Rock Mass Rating merupakan suatu cara
pemeriksaan mutu batuan tanpa merusak batuan. untuk menilai suatu batuan. Sistem Rock Mass
Disamping itu dengan menggunakan metode ini Rating (RMR) pada awalnya telah dikembangkan
pada South African Council of Scientific and
Industrial Research (CSIR) oleh Bieniawski
(1973) berdasarkan pengalamannya di terowongan
dangkal pada batuan sedimen (Kaiser et al., 1986;
dalam Singh, 2006). Klasifikasi geomekanik
didasarkan pada hasil penelitian 49 terowongan di
Eropa dan Afrika, dimana klasifikasi ini menilai
beberapa parameter yang kemudian diberi bobot Gambar 1 Rumus RMR
(rating) dan digunakan untuk perencanaan
terowongan (Bieniawski, 1973, 1976, 1984; dalam c. Jarak diskontinuitas (Spacing of
Nurfalah, 2010). Tujuan menggunakan klasifikasi discontinuities)
ini dalah sebagai bentuk komunikasi para ahli Diskontinuitas adalah bentuk-bentuk
untuk menyelesaikan permasalahan geoteknik. ketidakmenerusan massa batuan, seperti kekar,
Seperti dapat memperkirakan sifat-sifat dari bedding atau foliasi, shear zones, sesar minor,
massa batuan dan dapat juga merencanakan atau bidang lemah lainnya. Jarak diskontinuitas
kestabilitas terowongan atau lereng. Klasifikasi dapat diartikan sebagai jarak rekahan bidang-
geomekanik sistem RMR adalah suatu metode bidang yang tidak sejajar dengan bidang-bidang
empiris untuk menentukan pembobotan dari suatu lemah lain. Sedangkan spasi bidang diskontinuitas
massa batuan, yang digunakan untuk adalah jarak antar bidang yang diukur secara
mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagai tegak lurus dengan bidang diskontinuitas
salah satu cara untuk menentukan kemiringan (Bieniawski, 1979)
lereng maksimum yang bisa diaplikasikan untuk Tabel 1 Klasifikasi jarak Diskontinuitas
hal pembuatan terowongan (Bieniawski, 1973;
dalam Nurfalah 2010). Klasifikasi ini didasarkan
pada enam parameter, antara lain sebagai berikut:
a. Kekuatan batuan (Rock strength)
Bieniawski (1984), kekuatan suatu batuan
secara utuh dapat diperoleh dari Point Load
Strength Index atau Uniaxial Compressive
d. Kondisi diskontinuitas (Condition of
Strengh. Beliau menggunakan klasifikasi Uniaxial
discontinuities)
Compressive Strength (UCS) yang telah diusulkan
Kondisi diskontinuitas merupakan suatu
oleh Deere & Miller, 1968 (Bieniawski, 1984) dan
parameter yang terdiri dari beberapa sub-sub
juga UCS yang telah ditentukan dengan
parameter, yakni kemenerusan bidang
menggunakan Hammer Test. Kekuatan batuan
diskontinuitas (persistence), lebar rekahan bidang
utuh adalah kekuatan suatu batuan untuk bertahan
diskontinuitas (aperture), kekasaran permukaan
menahan suatu gaya hingga pecah. Kekuatan
bidang diskontinuitas (roughness), material
batuan dapat dibentuk oleh suatu ikatan adhesi
pengisi bidang diskontinuitas (infilling), dan
antarbutir mineral atau tingkat sementasi pada
tingkat pelapukan dari permukaan bidang
batuan tersebut, serta kekerasan mineral yang
diskontinuitas (weathered) Bieniawski, 1979).
membentuknya. Hal ini akan sangat berhubungan
e. Kondisi Airtanah (Groundwater
dengan genesa, komposisi, tekstur, dan struktur
condition)
batuan (Hutchinson, 1996)
Air tanah sangat berpengaruh terhadap
b. Rock Quality Designation (RQD)
lubang bukaan suatu terowongan, sehingga posisi
Menurut Deere et al., (1967, dalam Hoek,
muka air tanah terhadap posisi lubang bukaan
1995) kualitas massa batuan dapat dinilai dari
sangat perlu diperhatikan. Kondisi air tanah dapat
harga RQD, yaitu suatu pedoman secara
dinyatakan secara umum, yaitu kering (dry),
kuantitatif berdasarkan pada perolehan inti yang
lembab (damp), basah (wet), menetes (dripping),
mempunyai panjang 100 mm. Nama lain dari
dan mengalir (flowing) (Hutchinson, 1996).
RQD adalah suatu penilaian kualitas batuan secara
f. Orientasi diskontinuitas (Orientation of
kuantitatif berdasarkan kerapatan kekar (Deree,
discontinuities)
1989).
Orientasi diskontinuitas merupakan
strike/dip diskontinuitas (dip/dip direction).
Orientasi bidang diskontinuitas sangat
mempengaruhi kestabilan lubang bukaan
terowongan, terutama apabila adanya gaya
deformasi yang mengakibatkan berkurangnya
suatu kuat geser. Orientasi bidang diskontinuitas
yang tegak lurus sumbu lintasan terowongan, 6. Faktor Reduksi Tegangan /Stress Reduction
sangat menguntungkan. Sebaliknya orientasi Factor (SRF)
bidang diskontinuitas yang sejajar dengan sumbu
lintasan terowongan, akan sangat tidak Tabel 2 RQD (Rock Quality Desgnation)
menguntungkan.
Di lapangan, orientasi bidang
diskontinuitas dapat diperoleh dengan mengukur
strike/dip kekar menggunakan kompas geologi.
Begitu pula dengan arah lintasan terowongan,
dapat diperoleh dengan mengukur azimuth arah
lintasan terowongan menggunakan kompas
geologi.
Kualitas batuan menggunakan klasifikasi
Rock Mass Quality (Q) System atau Q-system dapat berkisar dari Q= 0,0001 sampai
disebut juga sebagai Tunneling Quality Index Q= 1000 pada skala logaritmik kualitas massa
pertama kali diusulkan oleh Barton, Lien dan batuan.
Lunde pada tahun 1974 di Norwegian Tabel 3 Jn (Joint Set Number)
Geotechnical Institute (NGI) sehingga disebut
juga NGI Classification System. Q-System
sebagai salah satu dari klasifikasi massa batuan
dibuat berdasarkan studi kasus dilebih dari 200
kasus tunneling dan caverns. Parameter Jw adalah
ukuran tekanan air yang dapat mempengaruhi kuat
geser dari bidang diskontinu. Sedangkan
parameter SRF dapat dianggap sebagai parameter
total stress yang dipengaruhi oleh letak dari
lubang bukaan yang dapat mereduksi kekuatan Tabel 4 Jr (Joint Roughness Number)
massa batuan. Secara empiris Jw/SRF mewakili
active stress yang dialami batuan.
Nilai Q yang didapat dihubungkan dengan
kebutuhan penyanggan terowongan dengan
menetapkan dimensi ekivalen (equivalent
dimension) dari galian. Dimensi ekivalen
merupakan fungsi dari ukuran dan kegunaan dari
galian, didapat dengan membagi span, diameter
atau tinggi dinding galian dengan harga yang
disebut Excavation Support Ratio (ESR). Tabel 5 Ja (Joint Alteration Number)
Klasifikasi batuan Q-System dikenal juga
dengan istilah Rock Tunneling Quality Index
untuk keperluan perancangan penyangga
penggalian bawah tanah. Q-System digunakan
dalam klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980
di Iceland. Sistem ini pertama kali dikembangkan
oleh Barton, dkk di 1974 berdasarkan pengalaman
pembuatan terowongan terutama di Norwegia dan
Finlandia. Pembobotan Q-System didasarkan atas
penaksiran numerik kualitas massa batuan Tabel 6 Jw (Joint Water Reduction Number)
berdasarkan 6 parameter berikut:
1. RQD (Rock Quality Designation)
2. Jumlah Kekar/Joint Set Number (Jn)
3. Kekasaran Kekar atau Kekar Utama/Joint
Roughness Number (Jr)
4. Derajat Alterasi atau pengisian sepanjang
kekar yang paling lemah/Joint Alteration
Number (Ja)
5. Aliran Air/Joint Water Reduction Number (Jw)
Tabel 7 SRF (Sress Reduction Factor)
angka terakhir stambuk) kondisinya agak kasar,
planar dan agak lapuk. Kondisi air tanah pada
kekar yang bertekanan cukup rendah sekitar 3,3 (+
dua angka terakhir stambuk) Mpa sehingga
terdapat batu yang lepas atau jatuh, tentukan
klasifikasi massa batuan tersebut dengan
menggunakan klasifikasi berdasarkan RMR dan
Q-system!
Jawab:
PROSEDUR PERCOBAAN
Panjang pipa : 100 cm
1. Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
1. 19 cm
alat dan bahan.
2. 13 cm
2. Setelah itu ukur alat peraga pipa/ core sesuai
3. 15 cm
dengan arahan asisten.
4. 11,8 cm
19 cm+13 cm+15 cm+11,8 cm
RQD = x 100 %
100 cm
= 58,8 %
Spasi jarak kekar :
1. 9 cm
2. 7,2 cm
3. 19 cm
4. 13 cm
5. 9 cm
Gambar 2. Mengukur alat peraga pipa/ core 6. 8,7 cm
3. Setelah itu mengukur masing-masing 7. 7,3 cm
potongan pipa/ core, yang panjangnya ≥ 10 8. 15 cm
cm di jumlahkan. 9. 11,8 cm
Jarak diskontinuitas= 100 + 52 = 152 cm = 1,52 m
Bobotnya
Tabel 8 Tabel RMR
Parameter Keterangan Bobot
Kuat Tekan >10 15
RQD 58,8% 13
Jarak
1,52 15
Diskontinuiti
Gambar 3. Mengukur potongan pipa/ core Kondisi Agak kasar
4. Setelah data diukur kemudian masukkan data 25
Diskontinuiti dan agak lapuk
ke parameter RMR (Rock Mass Rating). Air Tanah 0,553 0
Kemudian hitung RQD dari data yang telah Jumlah 68
didapatkan. Tabel 9 Q-System
5. Setelah menggunakan table RQD selanjutnya
digunakan klasifikasi Q-system. Parameter Keterangan Bobot
6. Setelah itu masukkan hasil akhir ke RQD 58,8% 13
klasifikasi quality of rock mass pada tabel 1 Jn One set 2
dan tabel 2 maka kita akan mengetahui bobot Jr Rough, Planar 1,5
dari batuan yang kita identifikasi. Sand or crushed
Ja 4
7. Alat peraga yang digunakan merupakan rock in’fill
simulasi data kekar yang ada dilapangan. Medium Water
Jw 0,66
Inflow
HASIL DAN PEMBAHASAN Loose rock with
SRF 5
open joints
Hasil 1
Jumlah 26,16
Sebuah massa batuan didominasi oleh batu basal
memiliki hasil pengujian kuat tekan sebesar 13
Mpa (hasil jarak diskontinuiti dilapangan + dua
Q-System = ( RQD
Jn )( Ja )( SRF )
Jr Jw
= ( )( )( )
13 1,5
2 4
0,66
5
RQD
Jn
Jr
34,9%
Massive
Rough, Wavy
8
0,5
3
= 0,32175 Sand or
Ja crushed rock 4
Hasil 2 infill
Batu tufa menjadi penyusun utama sebuah massa Medium Water
batuan yang memiliki hasil pengujian kuat tekan Jw 0,66
Inflow
sebesar 8 MPa (hasil jarak diskontiunitas Rock with
dilapangan + dua angka terakhir stambuk). SRF 1
unfilled joints
Kondisi kekar di batuan tersebut berdasarkan Jumlah 17,16
sampel core yaitu sangat kasar bergelombang
dengan tidak ditemukannya kelapukan meskipun
kondisi air tanah pada massa batuan tersebut
basah. Kekar pada massa batuan sangat rapat dan
tidak terlihat adanya isian pada kekar tersebut.
Q-System = ( RQD
Jn )( Ja )( SRF )
Jr Jw

=(
0,5 )( 4 )( 1 )
Tentukan klasifikasi massa batuan tersebut 8 3 0.66
= 7,92
dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan
RMR dan QSystem! Hasil 3
Jawab : Sebuah terowongan yang didominasi oleh batu
Panjang pipa : 100 cm gabro dengan hasil uji kuat tekan dengan PLI 11
1. 13,1 cm dengan jarak diskontinutas 3,1 (+ dua angka
2. 10,5 cm terakhir stambuk) cm. Aliran air tanah pada setiap
3. 11,7 cm 10 m terowongan sebesar 10,5 Lt/menit yang
13,1cm+10,5 cm+11,7 cm menyebabkan terdapat kekar yang menerus dan
RQD = x 100 % =
100 cm lunak dengan jarak > 5 mm. Kekar tersebut terisi
oleh batu pasir dimana terdapat bebatuan yang
34,9%
lepas. Tentukan klasifikasi massa batuan tersebut
Spasi jarak kekar : dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan
1. 7 cm RMR dan Q-System!
2. 9 cm Jawab :
3. 8 cm Panjang pipa : 100 cm
4. 10 cm 1. 11 cm
5. 5 cm 2. 11,8 cm
6. 7,3 cm 3. 13,1 cm
7. 4,7 cm 4. 11,3 cm
8. 13,1 cm 5. 12 cm
9. 8,4 cm RQD =
10. 10,5 cm
11. 11,7 cm 11cm+11,8 cm+11,3 cm+ 12cm+13,1 cm
x 100 %
12. 5,3 cm 100 cm
Jarak diskontinuitas =100 + 52 = 152 cm = 1,52 m = 59,2 %
Tabel 10 Tabel RMR Spasi jarak kekar :
Parameter Keterangan Bobot 1. 4 cm
Kuat Tekan 8 12 2. 8 cm
RQD 34,9% 8 3. 11 cm
Jarak 4. 11,8 cm
1,52 15 5. 13,1 cm
Diskontinuiti
Sagat kasar 6. 9,1 cm
Kondisi 7. 8,4 cm
dan tidak 30
Diskontinuiti 8. 6,3 cm
lapuk
Air Tanah Basah 7 9. 11,3 cm
10. 12 cm
Jumlah 72
11. 5 cm
Tabel 11 Q-System
Jarak diskontinuitas =3,1 + 52 = 72,1 cm = 0,72 m
Parameter Keterangan Bobot
Tabel 12 Tabel RMR air tanah pada setiap 10 m terowongan sebesar 10
Lt/menit yang menyebabkan terdapat kekar yang
Parameter Keterangan Bobot
menerus dan lunak dengan jarak >5 mm. Kekar
Kuat Tekan >10 15 tersebt terisi oleh batu pasir dimana terdapat
RQD 59,2% 8 berbatuan yang lepas. berdasarkan data diatas
Jarak batuan mempunyai RMR 50 dan Q-System 0,2.
0,72 15
Diskontinuiti Jadi, klasifikasi masa batuannya adalah 0,2
Kondisi
- 0 PENUTUP
Diskontinuiti
Air Tanah Basah 7
Jumlah 70 Kesimpulan
Massa batuan adalah susunan blok-blok
Tabel 12. Q-System material batuan yang dipisahkan oleh berbagai
tipe ketidakmenerusan geologi. Rock Mass Rating
Parameter Keterangan Bobot
(RMR) adalah pembobotan massa batuan untuk
RQD 59,2% 13
Jn One sets 2 menentukankualitas massa batuan tersebut.
Jr Silk, and planar 0,5 Metode Rock Mass Rating (RMR) dari Bieniawski
Soft clay infill (1989) sebagai sistem klasifikasi massa batuan
Ja 5 untuk keteknikan sebagai metode untuk
>5 mm thick
Medium Water perencanaan tambang bawah permukaan.
Jw 0,66 RQD didefinisikan sebagai presentasi dari
Inflow
Loose rock with perolehan inti bor (core) yang secara tidak
SRF 5
open joints langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah
Jumlah 26,16 dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan
Q-System = ( RQD
Jn )( Ja )( SRF )
Jr Jw yang diamati dari inti bor (core).
Q-Sytem awal, merupakan system yang
memperhitungkan enam parameter: RQD, jumlah
= ( )(
2 15 )( 5 )
13 0,5 0,66 kekar, kekasaran kekar, perubahan kekar, kondisi
air pada kekar dan faktor tekanan (Barton
dkk.,1974). Parameter dasar geoteknik menurut
= 0,0286
Pembahasan Barton (1988) adalah ukuran blok, kuat geser
Dari hasil pengujian1 dimana sebuah minimum antar blok dan tekanan aktif.
massa batuan yang didominasi oleh batu basal Saran
memiliki hasil pengujian kuat tekan sebesar 13
Mpa dengan kondisi kekar yang merekah. Kondisi 1. Saran untuk laboratorium
ini disebabkan oleh kondisi air tanah pada kekar Saran untuk laboratorium yaitu agar
yang bertekanan cukup rendah sekitar 3,3 Mpa dilengkapi alat-alat praktikum dan diperbanyak.
sehingga terdapat batu yang lepas atau jatuh. 2. Saran untuk Asisten
berdasarkan data diatas batuan mempunyai RMR Menurut saya asisten sudah sangat baik
68 dan Q-System 0,3. Jadi, klasifikasi masa dalam memberi kami ilmu tapi lebih baik lagi
batuannya adalah 0,3 apabilah dioptimalkan semaksimal mungkin cara
Dari hasil pengujian 2 terdapat batu tufa penyampaian yang detail dan menyeluruh.
yang menjadi penyusun utama sebuah massa
batuan yang memiliki hasil pengujian kuat DAFTAR PUSTAKA
tekanan sebesar 8 Mpa. Kondisi kekar dibatuan
tersebut berdasarkan sampel core yaitu kasar Arief, 2018, Analisis sifat fisis dan mekanik
dengan tidak ditemukannya kelapukan meskipun batuan karst Maros. Universitas Negeri
kondisi air tanah pada massa batuan tersebut Makassar. Makassar
basah. Kekar pada massa batuan sangat rapat dan Bieniawski, 2017, Uji laboratorium mekanika
tidak terlihat adanya isian pada kekar tersebut. batuan menggunakan metode unconfined
berdasarkan data diatas batuan mempunyai RMR compressive strength pada batuan inti (core)
72 dan Q-System 7,92. Jadi, klasifikasi masa batupasir. Akademi Minyak dan Gas Balongan
batuannya adalah 7,92 Indramayu. Bandung
Dari hasil pengujian 3 dimana sebuah Hutchinson, 1996. Perencanaan dan Pelatihan
terowongan yang didominasi oleh batu gabro Teknik Terowongan. Laboratorium Geoteknik
dengan hasil uji kuat tekan dengan PLI 11. Aliran
Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa
Institut Teknologi Bandung. Bandung

Anda mungkin juga menyukai