Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kementrian Kesehatan tahun 2020-2024 telah menetapkan Restra

Indikator pencapaian target pembinaan pelayanan kesehatan radisonal dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi ibu dan anak, mulai

dari Ibu Hamil, Ibu Besalin, Bayi baru lahir dan Ibu Nifas, dan paling utama

dalam program kesehatan Ibu dapat dinilai melalui Indikator dalam AKI (Profil

Kesehatan Indonesia Tahun 2020).

AKI tertinggi secara global sekitar 295.000 akibat penyebab yang terkait

oleh kehamilan dan persalinan, dengan resiko kematian ibu sebesar 211 kematian

ibu per 100.000 kelahiran hidup, LICS (Low-Income Countries) dan LMICS

(Lower Middle-Income Countries) menyumbang untuk 94% dengan 462 jiwa

kematian ibu secara global, beban tertinggi di Afrika Sub-Sahara dengan 196.000

jiwa diikuti oleh Asia Tenggara dan Asia Selatan menyumbang hampir 1 – 5,

dengan 58.000 jiwa sampai 69.000 jiwa kematian ibu tahun 2017 (WHO,2021).

Di Negara ASEAN menduduki peringkat tertinggi AKI ditahun 2017 yaitu

Myamar (250/100.000) lalu diikuti tertinggi ke dua di Laos (185/100.000) dan

diikuti pringkat tertinggi ke tiga di Indonesia (177/100.000) , di negara ASEAN

AKI terendah yaitu di Singapura mencatat AKI terendah hanya 8 per 100.000

kelahiran hidup kemudian disusul Malaysia (29/100.00) ,Brunai Darusalam

(31/100.000), Thailand (37/100.00), Vietnam (43/100.000) (WHO,2021).

1
Menurut Varney (2007) Cephalopelvik Disproportion adalah disproporsi

antara ukuran janin dengan ukuran pelvis, ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar

untuk mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvis sampai terjadi kelahiran

pervaginaan. Asuhan keperawatan pasca persalinan yang meliputi biologis,

psikologis, sosial, dan spiritual diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan

ibu dan anak terutama pada masa nifas. Masa nifas merupakan masa yang relatif

tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, masa nifas ditandai oleh

banyaknya perubahan fisiologi. Berbagai komplikasi persalinan sectio caesarea

dapat dialami oleh ibu, dan apabila tidak segera ditangani dengan baik akan

memberi kontribusi yang cukup besar terhadap tingginya angka kematian ibu di

Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat Kasus

tentang CPD/ Cephalopelvik Disproportion Pada Ny.E Diruangan VK RSUD

H.Hanafie.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah

dalam Laporan kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan yang diberikan pada klien

dengan diagnosa CPD di Ruang VK RSUD H. Hanafie.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis mampu mendeskripsikan pemberian asuhan secara

komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien dengan

diagnosa CPD di Ruang VK RSUD H. Hanafie.

2
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan CPD

2. Mendeskripsikan diagnosa pada pasien dengan CPD

3. Mendeskripsikan rencana pada pasien dengan CPD

4. Mendeskripsikan implementasi pada pasien dengan melakukan

evaluasi pada pasien dengan CPD

3
BAB II
TINJAUAN TEOTI
2.1 Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidak

sesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar

melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin

yang besar ataupun kombinasi keduanya.

Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang

besarataupun kombinasi keduanya. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan

yangmenggambarka ketidaksesuaian antara kepala janindan panggul ibu

sehinggajanin tidak dapat keluar melalui vagina.

2.2 Etiologi

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai

berikut:

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan

2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

4. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah coxitis, luxatio.

penyebab dari cephalopelvic disproportion sendiri antara lain oleh

karena kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit,

ukuran janin yang terlalu besar atau yang paling sering menyebabkan

CPD ,kedua hal di atas yang terjadi pada saat yang bersamaan.

4
2.3 Patofisiologi

patofisiologi terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan penyabab

CPD itu sendiri. Yaitu kapasitas panggul atau ukuran panggul yang sempit dan

ukuran janin yang terlalu besar.

2.4 Tanda Dan Gejala

1. Pada palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun setelah

minggu ke-36.

2. Pada primipara ada perut menggantung.

3. Pada anamnesa, multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.

4. Ada kelainan letak pada hamil tua.

5. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dan lain-

lain).

6. Persalinan lebih lama dari biasa.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radrologi untuk pelvimetri dibuat 2 buah foto yaitu foto

pintu atas panggul dan foto ibu dalam posisi setengah duduk (thoms),

sehingga tabung rontgen tegaklurus diatas pintu atas panggul.

2. Foto lateral ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan

horizontal pada trochantermaya samping.

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Persalinan Percobaan

setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara

kepalajanin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat

5
berlangsung pervaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan

percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi,

termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum

persalinan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang

kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan

letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur kehamilan tidak boleh lebih

dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi

moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi

penyulit persalinan percobaan.

pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan

selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi

sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya

dilakukan episiotomi medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan

mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan

tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat

dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga

menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan

lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil,

penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha

melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk

melahirkan lengan kiri, penolong Menggunakan tangan kanannya, dan

sebaliknya. Kemudian bahu depandiputar ke diameter miring dari

panggul untuk melahirkan bahu depan.persalinan percobaan ada dua macam

6
yaitu trial of labour dan test of labour.trial of labour serupa dengan

persalinan percobaan di atas, sedangkan test oflabour sebenarnya adalah

fase akhir dari trial of labour karena baru dimulaipada pembukaan lengkap

dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labourjarang digunakan karena

biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinandengan pangul sempit

dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.keberhasilan

persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan pervaginam

atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik.

Persalinanpercobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau

kurang sekalikemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada

lingkaran bandl,setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak

masuk papdalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal.

Pada keadaanini dilakukan seksio sesarea.

2.6.2 Sectio Caesarea

Sectio Caesarea dilakukan pada kesempitan panggul berat

dengankehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio

jugadapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada

komplikasiseperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat

diperbaiki.seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama

beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau

ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan

syarat persalinan pervaginum belum dipenuhi.

7
2.6 3. Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan

padasimfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

2.6.3 Kraniotomi

dilakukan pada janin yang meninggal.

2.7 Komplikasi

apabila persalinan dengan disproporsi sefalo pelvik dibiarkan

berlangsung sendiri tampa-bila mana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat,

timbulnya bahaya bagi ibu dan janin.

1. Bahaya Bagi Ibu

a. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan

kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi

intrapartum

b. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan

lahirpada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala

janin dantulang panggul. Hal ini meninbulkan gangguan

sirkulasi dengan akibatterjadinya iskemia dan kemudian nekrosis

pada tempat tersebut. Beberapahari post partum akan terjadi fistula

vesiko servikalis, atau fitula vesikovaginalis atau fistula rekto

vaginalis.

2. Bahaya Bagi Janin

a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apabila jika

ditambahdengan infeksi intrapartum

8
b. Prolasus funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat

besar bagi janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih

hidup.

c. Dengan adanya disproporsi sefalo pelvik kepala janin dapat

melewatirintangan pada panggul dengan mengadakan moulage dapat

dialami olehkepala janin tampa akibat yang jelek sampai batas – batas

tertentu. Akantetapi apabila batas – batas tersebut dilampaui, terjadi

sobekan pada tentoriumserebelli dan pendarahan intrakrahial.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

2.1 Anamnesis

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. E

Usia : 36 tahun

Agama : Kristen

Suku : batak

Pendidikan : Sma

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Sepangul

2. Identitas Suami

Nama : Tn. O

Usia : 40 tahun

Agama : kristen

Suku : batak

Pendidikan : sma

Pekerjaan : petani

Alamat : Jl. Sepangul

10
3. Keluhan Utama:

Keluhan utama Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini, dan

sakit menjajar ke pinggang.

4. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengeluh cemas dan sakit menjajar ke pinggang pada pukul 09.00

pagi, sebelum masuk rumah sakit, perut merasa kencang dan mulas dan

ibu merasa cemas.dan hasil dari dokter selama hamil, ibu dianjurkan

persalinan secara SC dikarenakan ibu punya riwayat persalinan SC

sebelumnya yang disebabkan oleh CPD.

5. Riwayat penyakit dahulu

Ibu mengatakan tidak ada menderita penyakit apapun, tidak sedang

mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang lama.

6. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang diderita dalam keluarganya.

7. Riwayat menstruasi

a. menarche : usia 12 tahun

b. siklus haid :30 hari, teratur

c. lama haid : 5 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut

d. HPHT : 14 -06-2021

e. HTP : 21 – 3 - 2022

8. Riwayat perkawinan

Perkawinan pertama, umur menikah 26 tahun

11
9. Ante Natal Care

Pasien sudah 4 kali memeriksakan kehamilannya,Pasien 1X USG.

10. Kontrasepsi yang digunakan

a. Jenis : Suntik 3 bulan

b. Lama pemakaian : 3 tahun

11. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Antropometri : Berat badan : 48 kg, tinggi badan : 142 cm

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

a. Tekanan Darah : 100/70 mmHg

b. Frekuensi Nadi : 80x /menit

c. Frekuensi Nafas : 20x /menit

d. Suhu : 37 oC

12. Status Generalis

a. Kepala : Normocephali

b. Mata : Konjunctiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-), Pupil

Isokor (3 mm/3mm), Refleks cahaya (+/+)

c. Hidung : Deviasi septum nasi (-), Pernapasan cuping hidung(-)

d. Telinga : Gangguan pendengaran (-)

e. Mulut : Bibir sianosis (-)

f. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

g. Abdomen

12
a) Inspeksi : membesar arah memanjang, linea nigra (+)

b) Palpasi : Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri

tekan epigastrium (-), nyeri tekan perut

kanan bawah (-)

c) Perkusi : Bagus

d) Auskultasi : bising usus (+) normal

h. Ekstremitas

a) Superior : Hangat (+), edema (-)

b) Inferior : Hangat (+), edema (-)

13. Status obstetri

Palpasi :

a. Leopold I : TFU 30 cm, pada perut ibu bagian atas teraba

lembek, bundar,tidak melenting kemungkinan

bokong janin.

b. Leopold II : -pada perut ibu bagian kanan teraba panjang

keras memapan kemungkinan punggung janin,

-Pada perut ibu bagian kiri teraba tonjolan

kecil kemungkinan ekstramitas janin.

c. Leopold III : pada perut ibu bagian bawah teraba keras,

bulat ,melenting,kemungkinan kepala janin.

d. Leopold IV : belum masuk PAP

a) DJJ : 119 x/ menit

b.) His : 1 x 10’  15”

13
c.) TBBJ : (30-13) x 155 = 2635 gram

i. Pemeriksaan dalam : vulvovagina normal, portio tebal dan lunak,

(1 jari longgar), presentasi kepala, penurunan hodge 1 , ketuban

merembes warna jernih (lakmus: pH=7), lendir dan darah (+)

j. Pemeriksaan panggul dalam

a) Promontorium : Tidak teraba

b) Spina ischiadica : Agak menonjol

c) Distansia intertuberosum : 7 cm (kurang dari 1 kepalan

tangan)

14. Pemeriksaan Laboratorium

1) Leukosit : 7.000 /mm3

2) Hemoglobin : 9,6 gr/dl

3) Hematokrit : 29 %

4) Trombosit : 194.000 /mm3

5) Hb : 11%

6) Anti HIV : non reaktif

7) Protein urin : negative

14
SOAP

Tanggal : 16-03-2022

Pukul : 14:00 WIB

1. Subjektif

1) Ibu mengatakan hamil anak keduanya.

2) Ibu mengatakan tidak pernah keguguran

3) Ibu mengatakan HPHT : 14-06-2021

4) Ibu mengatakan mempunyai riwayat persalinan SC sebelumnya yang

disebabkan oleh CPD.

5) Ibu mengatakan lemah dan sakit didaerah pinggang.

2. Objektif

1) Keadaan umum : Lemah

2) Kesadaran : Composmentis

3) Keadaan Emosional : Stabil

4) HPHT : 14-06-2021

5) HTP : 21-3-2022

6) TB : 142 CM

7) BB : 48 kg

8) DJJ : 119 x/menit

9) HB : 11 gr%

10) TTV :

a. TD : 100/70 mmhg

b. Nadi : 80x/menit

15
c. Pernafasan : 20x/menit

d. Suhu : 37˚C

3. Assasement / Interprestasi Data

Diagnosa kebidanan:

Ibu dengan G2P1A0H1 dengan usia kehamilan 38-39 minggu janin

tunggal hidup, intra uteri, puka, preskep keadaan umum ibu dan janin

baik dengan CPD.

Dasar :

1. Ibu mengatakan hamil anak keduanya.

2. Ibu mengatakan hpht : 14-06-2021

3. Teraba 1 kepala, 1 bokong, DJJ 119 x/m

4. Leopold 2: puka Leopold 3: preskeb

5. Keadaan ibu dan janin baik

6. Ibu dengan riwayat SC sebelumnya

Masalah:

Pasien cemas dengan keadaannya saat ini.

1. Kebutuhan segera:

Berikan konseling kepada pasien tentang penanganan dan tindakan

CPD yang akan dilakukan.

Diagnosa Potensial

Distosia bahu dan infeksi puerperal

16
Plening/Perencanaan Implementasi Evaluasi

-Lakukan informet -Melakukan informet -Ibu bersedia menan-


consent sebelum consent sebelum datangani surat per-
melakukan tindakan melakukan tindakan pada setujuan tindakan
ibu atau keluarga .

-Beritahu ibu tentang -Memberitahukan kepada -Ibu sudah mengetahui


hasil Pemeriksaan ibu atau keluarga tentang hasil pemeriksaan.
Fisik memeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran:composmentis
Keadaan Emosional:
stabil
TTV :
TD : 100/70 mmhg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 37˚C
-Lakukan tindakan -Melakukan tindakan Ibu dilakukan pemasangan
segera pada ny E. penaganan segera pada infuse, o2 dan Djj:
ibu ny E. 119x/m.

-Jelaskan kepada ibu - Menjelaskan kepada ibu - Ibu mengerti dengan


bahwa persalinan ini bahwa ibu persalinan penjelasan dari petugas
secara SC. secara SC/operasi tentang menghadapi pasca
dikarenakan panggul ibu operasi.
sempit dan tidak bisa
lahir normal, jika
dipaksakan ini bisa
membahayakan keadaan
ibu dan bayi, dan ibu
puasa untuk menghadapi

17
SC, ibu boleh minim
setelah 6 jam pasca
operasi dan boleh makan
setelah buang angin.
-Jelaskan kepada ibu -Menjelaskan kepada ibu -Ibu mengikuti anjuran
untuk istirahat yang untuk istirahat yang istirahat tersebut.
cukup. cukup dengan berbaring
kiri-kanan.
-Obserpasi keadaan -Melakukan observasi -Hasil dari observasi
pasien JDD tiap 30menit dan DJJ : 130 x/menit, TD:
tekanan darah 4 jam 110/70 mmhg, N:77,Rr:23,
sekali. S: 36,8’C, Ibu sudah
mengetahui hasil
observasi.
-Kolaborasi dengan -Melakukan kolaborasi -Ibu bersedia diberikan
dokter dalam dengan dokter SPOG terapi dan obat yang
pemberian terapi dan tentang terapi yang dilakukan.
layani injeksi sesuai diberikan.
anjuran dokter. Infuse RL 20tts,
O2 4cm
Anti biotic ceftriaxone
vial 7-8cc. sebanyak 2gr

BAB IV
PERBEDAAN TEORI DAN PRAKTEK

18
4.1 Pengekajian kasus

1. Ny E umur 36 tahun datang ke rumah sakit menuju ponek pada

tanggal 16-03-2022 pukul 14.00 wib dengan keadaan umum lemah,

TD : 100/70 mmhg, Nadi: 80x/m, Rr: 20 x/m, suhu: 37’C, Observasi

DJJ : 119 x/m TFU: 30 cm, dengan diagnose sebelumnya CPD +post

SC di Rumah sakit. Infuse RL terpasang 20tts, O2, 4cm.

2. Pukul 15.00 mengobservasi DJJ : 120 x/m dan memperbaiki infus RL

macet.

3. Pukul18.00 melakukan TTV TD: 100/70 mmhg, nadi: 78x/m

Rr:20x/m Suhu: 36,7 ‘C.

4. Pukul 19.00 observasi DJJ = 125 x/m

5. Pukul 20.00 pasien masuk oke (melakukan operasi).

6. Pukul 20.40 bayi lahir segera menangis A/S :7-8, anus: ada, cacat :

tidak ada, segera injek vit K, 1mg, BB: 3000gr, PB:46cm, LD: 30cm,

LK:30cm

7. Pukul 21.30 pasien dibawak ke VK dalam keadaan sadar, TTV:110/80

Suhu:36’C, Nadi: 78x/m, Rr: 24x/m infus RL terpasang.

8. Pukul 21.35 skintes 0,01 cc/ic tunggu 15 menit.(obat anti biotic)

9. Pukul 21.50 memasukan obat ceftriaxone anti biotic secara IV

sebanyak 7-8cc, dan mengobservasi pendarahan.

10. Pukul 23.00 pasien pindah ruang nipas kebidanan, (kamar melati 2)

4.2 Perbedaan Teori Dan Praktek

19
Pada kasus ini Ny. E usia 36 tahun di diagnos mengalami CPD, dari

hasil konsul dengan dokter, Ny.E harus menjalani prosedur tindakan

operasi,Dari pembahsan kasus ini tidak ditemukannya perbedaan antara

teori dengan praktek yang telah dilakukan dilapangan.Semua prosedur

tindakan sesuai dengan teori yang telah ditentukan, sehingga tidak

ditemukan perbedaan antara teori dan praktek dalam pengangganan kasus

CPD ini.

BAB V
PENUTUP

20
5.1 Kesimpulan

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidak

sesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar

melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin

yang besar ataupun kombinasi keduanya.

Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang

besarataupun kombinasi keduanya. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan

yangmenggambarka ketidaksesuaian antara kepala janindan panggul ibu

sehinggajanin tidak dapat keluar melalui vagina.

Ny E umur 36 tahun datang ke rumah sakit menuju ponek pada tanggal 16-

03-2022 pukul 14.00 wib dengan keadaan umum lemah, TD : 100/70 mmhg,

Nadi: 80x/m, Rr: 20 x/m, suhu: 37’C, Observasi DJJ : 119 x/m TFU: 30

cm, dengan diagnose sebelumnya CPD +post SC di Rumah sakit. Infuse RL

terpasang 20tts, O2, 4cm.

5.2. Saran

.Sebaiknya pasien yang ingin hamil, harus benar-benar melakukan

konseling pra konsepsi yang baik menyangkut kehamilannya serta rutin

melakukan pemeriksaan antenatal selama kehamilan sehingga tidak menimbulkan

komplikasi pada ibu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

21
Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. 2010. Abnormal Labor in

William’s Obstetry 23rd Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina

Pustaka.

Oxorn, H & William R. Forte. 1990. Ilmu Kebidanan: patologi dan

Fisiologi persalinan. Yogyakarta: Essentia Medica.

Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & laparotomi kelainan

adneksa. Jakarta: Sagung Seto.

Depkes RI. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi

Komprehensif. Jakarta.

Decherney, Alan & Lauren Nathan. 2003. Current Obstetri and

Gynecologic Diagnosis and Treatment, ninth Edition. Los Angeles: Mc-Graw

hill.

Hamilton, Diana. 2004. Lecture Notes: Obstetrics and gynaecology,

second edition. Australia: Blackwell.

Chan, Paul & Susan Johnson. 2004. Gynecology and Obstetrics 2004

Edition New ACOG Treatment Guidelines. California: Current Clinical

Strategies.

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. ECG: Jakarta

Martaadisoebrata, Djamhoer. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi:

Obstetri Patologi Edisi 2. ECG : Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai