Anda di halaman 1dari 7

Lex Privatum, Vol.II/No.

1/Jan-Mar/2014

HAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI tidak lagi diperoleh dengan jelas karena
1
RESIKO PELAYANAN MEDIK Oleh : Rocy hal-hal tertentu. Memperoleh pelayanan
2
Jacobus kesehatan adalah hak asasi setiap manusia.
Pemerintah menyadari rakyat yang sehat
ABSTRAK merupakan aset dan tujuan utama dalam
Tujuan dilakukan penelitian skripsi ini mencapai masyarakat yang adil dan
adalah untuk mengetahui bagaimana hak makmur. Kesehatan yang merupakan salah
pasien mendapatkan informasi resiko satu kebutuhan hidup yang sangat penting
pelayanan medik dan bagaimana sanksi dalam menunjang aktifitas sehari-hari.
hukum terhadap dokter yang tidak Manusia melakukan berbagai upaya demi
memberikan informasi resiko pelayanan mewujudkan hidup yang sehat. Pasal 47
medik pada pasien. Dengan menggunakan Undang-undang No. 36 Tahun 2009
metode penelitian yuridis normatif, maka tentang Kesehatan menyebutkan bahwa
dapat disimpulkan, bahwa: 1. Hak pasien upaya kesehatan diselenggarakan dalam
mendapatkan informasi resiko pelayanan bentuk kegiatan dengan pendekatan
medik pada dasarnya untuk mengetahui promotif, preventif, kuratif, dan
yang sejelas-jelasnya tentang penyakit dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
berhak untuk menentukan tindakan yang terpadu, menyeluruh, dan
akan diambil dalam penyembuhan berkesinambungan.
penyakitnya, serta berhak untuk Penyelenggaran praktik kedokteran yang
mendapatkan pelayanan yang layak bagi merupakan inti dari berbagai kegiatan
kesehatan pasien tersebut. 2. Sanksi hukum dalam penyelenggaran upaya kesehatan
terhadap dokter yang tidak memberikan harus dilakukan oleh dokter yang memiliki
informasi resiko pelayanan medis pada etika dan moral yang tinggi, keahlian dan
pasien adalah sanksi-sanksi yang terdapat kewenangan yang secara terus-menerus
dalam KUHPerdata, KUHPidana, dan harus ditingkatkan mutunya melalui
hukum-hukum administrasi lainnya. Kata pendidikan dan pelatihan yang
kunci: Pasien, Medik berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi,
serta pembinaan, pengawasan, dan
PENDAHULUAN pemantauan agar penyelenggaraan praktek
A. LATAR BELAKANG kedokteran sesuai dengan perkembangan
Dalam perkembangan globalisasi seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, karena
saat ini, telah menunjukan bahwa informasi dalam memberikan informasi resiko medic
resiko pelayanan medik terhadap pasien terhadap pasien itu merupakan kewajiban
saat ini dapat dikatakan tidak lagi seorang ahli kesehatan untuk memenuhi
menunjukan kepentingan sosial dan nilai hak dari pasien itu sendiri.
kemanusiaan, karena secara de facto hak Informasi dari dunia Kedokteran
pasien untuk mendapatkan informasi resiko merupakan hak asasi pasien karena
pelayanan medik tidak lagi diperoleh berdasarkan informasi itulah pasien dapat
dengan jelas terhadap terjadinya resiko mengambil keputusan tentang suatu tindak
medik. Kegiatan-kegiatan dalam bidang medis yang dilakukan terhadap diri pasien.
kesehatan kini mulai bergeser dari lembaga Dipihak lain, informasi ini dapat
sosial menjadi lembaga usaha sehingga itu memberikan secara benar kepada pasien,
informasi resiko medik terhadap pasien karena kewajiban pokok seorang dokter
yang sedang menjalankan profesi sangat
1
Artikel skripsi. Dosen Pembimbiung Skripsi: berkaitan moral, serta norma-norma yang
Lendy Siar,SH,MH, Dr. Wulanmas Frederik,SH,MH
berlaku dalam masyarakat.
Annita Kermite,SH,MH
2
NIM 080711504 Hak-hak untuk memperoleh informasi
merupakan hak asasi pasien yang paling

166
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

utama bahkan dalam tindakan khusus data yang terdiri dari metode yuridisme
diperlukan Informed Consent (persetujuan normative yaitu metode penambahan
tindakan medis). Hubungan antara dengan berpegang pada kaidah-kaidah
informed consent dan tindakan medis yang hukum atau norma-norma hukum yang
akan dilakukan oleh dokter dapat dikatakan berlaku.
bahwa informed consent merupakan
komponen utama yang mendukung adanya TINJAUAN PUSTAKA
tindakan medis tersebut. 1. Tinjauan Umum Tentang Resiko
Berdasarkan kenyataan mengenai Medik di Indonesia
pentingnya informasi terhadap pasien Resiko sering diartikan Sebagai
dalam terjadinya resiko pelayanan medic ketidakpastian (Uncertainly) dan
maka hal ini yang melatarbelakangi penulis Probabilitas (kemungkinan) akan terjadinya
untuk mengangkatnya menjadi topik kerugian. Dalam konteks perawatan
pembahasan dalam penulisan skripsi kesehatan, resiko diartikan sebagai
dengan judul ^HAK PASIEN kemungkinan pasien mendapatkan
MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO kerugian fisik (gangguan fisik temporer atau
W > z E E D /<_X permanen), psikologis (Depresi, Rasa malu,
dan sebagainya), atau kerugian ekonomi
B. PERUMUSAN MASALAH (kehilangan mata pencarian, masa
1. Bagaimana hak pasien mendapatkan perawatan yang lebih lama). Dalam
informasi resiko pelayanan medik ? kehidupan sehari-hari, resiko dapat
2. Bagaimana sanksi hukum terhadap menyebabkan masalah sekaligus peluang
dokter yang tidak memberikan yang menguntungkan bagi orang-perorang,
informasi resiko pelayanan medik pada praktik dokter, pilihan spesialisasi, rumah
pasien ? • l]šU ‰ Œµ• Z v v• P ]vÇ _
Di Indonesia, pengertian Resiko Medik
C. METODE PENELITIAN tidak dirumuskan secara eksplisit dalam
Penelitian yang dilakukan dalam perundang-undangan yang ada. Namun
penulisan skripsi ini yaitu dengan secara tersirat, resiko medik disebut dalam
menggunakan penelitian pustaka (library beberapa pernyataan berikut:
research) yang bertujuan untuk 1. Informent consend, atau sering disebut
mendapatkan hasil yang seobyektif sebagai persetujuan tindakan medik,
mungkin, dalam lingkup disiplin ilmu o Z ^^µ šµ }lµu v š Œšµo]• Ç vP
hukum, khususnya hukum pidana, yang ditanda-tangani oleh pasien, yang
metode penelitian dilakukan dengan cara mengizinkan suatu tindakan tertentu
membaca dan mempelajari teori-teori yang pada dirinya. Persetujuan tindakan
relevan dengan pokok permasalahan. medik baru mempunyai arti hukum bila
Menurut Soerjono Soekanto dan Sri ditanda-tangani sesudah pasien
Mamudji, Penelitian hukum normatif atau mendapat informasi lengkap mengenai
penelitian hukum kepustakaan (Library š]v l v Ç vP l v ]l Œi l v_X
Z • Œ Z•U u v lµ‰ ^‰ v o]š] v š ŒZ ‰ 2. Pasal 45 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
asas-asas hukum, penelitian terhadap Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
sistematika hukum, penelitian terhadap tentang praktek kedokteran
taraf sinkronisasi vertical dan horizontal, 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
‰ Œv ]vP v Zµlµu v • i Œ Z Zµlµu_X Indonesia Nomor: 585/ Men. Kes/ Per/
Kemudian, data yang terkumpul diolah IX/ 1989 tentang Persetujuan Tindakan
dengan menggunakan metode pengolahan Medik

167
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

4. Pernyataan Pengurus Besar Ikatan dimana pasien harus ditolong dengan


Dokter Indonesia (PB IDI) tentang cepat, tanpa terlebih dahulu menerangkan
informent consent. tentang biaya yang akan diperlukan.
Hak-hak pasien adalah hal-hal yang bisa
2. Hak dan Kewajiban Pasien Sebagai dituntut dari petugas kesehatan atau
Konsumen Jasa Pelayanan di Bidang dokter yang melayani. Sedangkan
Medis kewajiban pasien adalah hal-hal yang harus
Dalam hal pelayanan medik selalu diberikan pasien kepada petugas kesehatan
dijumpai adanya dua pihak yang atau dokter. Seorang petugas kesehatan
berhubungan, yaitu disatu pihak yang atau dokter tidak seharusnya
memberikan pelayanan yang dalam hal ini mengutamakan kewajiban pasien terlebih
adalah dokter dan pihak lain yang dahulu sebelum memenuhi hak-hak pasien.
menerima pelayanan yang dalam hal ini Secara tegas disini petugas kesehatan
adalah pasien. Dalam melakukan praktek termasuk dokter, tugas utamanya adalah
kedokteran, dokter memiliki kewajiban melayani masyarakat atau pasien. Tugas
dalam hubungannya dengan pasien. seorang pelayan hendaknya mendahulukan
Kewajiban yang esensial ini diatur didalam kepentingan atau hak yang dilayani yakni
Undang-undang RI Nomor 29 tahun 2004 pasien.
tentang Praktik kedokteran. Selain itu
masih ada kewajiban umum lain yang juga 3. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien
memngikat dokter. Suatu tindakan yang Dalam hal menciptakan perlindungan
akan dilakukan dokter secara material tidak hukum terhadap pasien maka yang perlu
bersifat melawan hukum apabila memenuhi diperhatikan adalah para pihak harus
syarat-syarat secara kumulatif. Tindak itu memahami hak dan kewajiban yang
mempunyai indikasi medik dengan tujuan melekat pada dirinya, termasuk pemberian
perwatan yang sifatnya kongkrit, yang jasa pelayanan kesehatan agar dapat
dilakukan sesuai dengan aturan-aturan bertanggungjawab terhadap profesi yang
yang berlaku didalam ilmu akan diberikan kepada penerima jasa
kedokteran dengan izin pasien. Dalam pelayanan kesehatan.
pelayanan medis ini, pasien juga Sebagai suatu hubungan yang
mempunyai kewajiban dalam mematuhi transaksional, dokter dan pasien memiliki
nasehat dan petunjuk, termasuk meminta hak dan kewajiban yang komplementer.
penjelasan kepada dokter untuk hal-hal Pasien berhak mendapatkan informasi yang
yang tidak dipahami ketika dokter benar, mendapatkan pelayanan sesuai
memberikan informasi mengenai keadaan kebutuhan, dan mengetahui rekam
dan situasinya. Mematuhi peraturan sarana medisnya. Sebaliknya, pasien berkewajiban
pelayanan kesehatan tempat ia dirawat, memberikan informasi yang benar,
tidak boleh berbuat seenaknya, misalnya mematuhi nasehat dokter dan ketentuan
memakan makanan yang dilarang ataupun yang berlaku, dan memberikan imbalan jasa
membuang obat yang diberikan dan medis.
berperilaku yang tidak sopan.
Pasien yang menjalankan perawatan PEMBAHASAN
haruslah memberikan imbalan jasa sesuai 1. Hak Pasien Mendapatkan
dengan kesepakatan, karena itu adalah Informasi Resiko Pelayanan Medik
penting bagi seorang dokter untuk Pada dasarnya hak pasien untuk
menjelaskan kepada pasien ataupun mendapatkan informasi resiko pelayanan
keluarganya tentang biaya yang harus medik adalah bertujuan untuk mengetahui
dikeluarkan, kecuali dalam hal emergency, yang sejelas-jelasnya tentang penyakit dan

168
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

berhak untuk menentukan tindakan yang dan bertanggungjawab, serta informasi


akan diambil dalam penyembuhan tentang kesehatan dirinya.
penyakitnya, serta berhak untuk Pada UU No 29 tahun 2004 tentang
mendapatkan pelayanan yang layak bagi Praktik Kedokteran khususnya pada pasal
kesehatan pasien tersebut. Proses untuk 52 juga diatur hak-hak pasien, yang
ikut menentukan tindakan apa yang akan meliputi:
dilakukan oleh dokter terhadap pasien a. Mendapatkan penjelasan secara
tersebut harus dilakukan setelah pasien lengkap tentang tindakan medis
mendapatkan cukup informasi, dimana sebagaimana dimaksud dalam pasal 45
informasi tersebut merupakan suatu ayat 3;
kesepakatan antara dokter dan pasien b. Meminta pendapat dokter atau dokter
untuk menjaga terjadinya resiko terhadap gigi lain;
tindakan yang akan diambil oleh dokter c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan
dalam melakukan penyembuhan penyakit kebutuhan medis
yang diderita pasien. d. Menolak tindakan medis; dan
Dokter sebagai pemberi jasa pelayanan e. D v ‰ šl v ]•] Œ l u u ]•_X
kesehatan dianggap tahu atau mengerti Hak Pasien memang harus diatur dalam
segalanya yang berkaitan dengan rangka melindungi kepentingan pasien yang
kesehatan oleh pasien, sehingga itu seringkali tidak berdaya. Demikian juga hak
u vµŒµš vvÇ /•( v Ç Œ] U ^Zµ µvP v š µ tenaga medis diperlukan untuk melindungi
kesepakatan antara dokter dan pasien telah kemandirian profesi. Sementara kewajiban
melahirkan suatu hubungan yang tenaga medis diatur untuk
paternalistik antara dokter sebagai pemberi mempertahankan keluhuran profesi dan
jasa pelayanan medis dan pasien sebagai melindungi masyarakat. Dalam menuntut
penerima jasa pelayanan medis. Pola suatu hak, tanggung jawab moral sangat
hubungan paternalistik ini identik dengan diperlukan agar dapat terjalin suatu ikatan
pola hubungan vertikal, dimana kedudukan yang merupakan kontrak sosial, baik
atau posisi pemberi jasa pelayanan medis tersurat maupun yang tersirat, sehingga
dan penerima jasa pelayanan medis tidak segala sesuatunya dapat memberikan
• Œ i š_X W u Œ] i • ‰elayanan medis dampak positif. Semakin baik kehidupan
mengetahui tentang segala sesuatu yang seseorang atau masyarakat, semakin perlu
berkaitan dengan kesehatan atau penyakit, pula pemahaman tentang hak-hak tersebut
sementara penerima jasa pelayanan medis agar terbentuknya sikap saling menghargai
tidak tahu apa-apa tentang penyakitnya hak-hak orang lain dan tercipta kehidupan
dan juga tentang bagaimana cara yang damai dan tentram. Hak-hak pasien
menyembuhkannya. Oleh karena itu si dan perawat pada prinsipnya tidak terlepas
pasien menyerahkan nasibnya kepada pula dengan hak-hak manusia atau lebih
dokter. dasar lagi hak asasi manusia. Hak asasi
Menurut Undang-undang nomor 39 manusia tidak tanpa batas dan merupakan
Tahun 2009 tentang kesehatan, dimana kewajiban setiap negara/pemerintah untuk
pada pasal 4-8 menyebutkan bahwa setiap menentukan batas-batas kemerdekaan
orang berhak atas kesehatan, akses atas yang dapat dilaksanakan dan dilindungi
sumber daya alam, pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kepentingan
yang aman, bermutu dan terjangkau, µuµu_
menentukan sendiri pelayanan kesehatan Setiap hal yang menyebabkan terjadinya
yang diperlukan, lingkungan yang sehat, gangguan kesehatan pada masyarakat akan
info dan edukasi kesehatan yang seimbang merugikan kerugian ekonomi yang besar

169
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

bagi Negara, dan setiap upaya peningkatan artinya resiko ini tidak dapat diketahui
derajat kesehatan masyarakat juga berarti sebelumnya. Pasien berhak bertanya
investasi bagi pembangunan Negara. Oleh tentang hal-hal seputar rencana tindakan
sebab itu, setiap upaya pembangunan medis yang akan diterimanya tersebut
harus dilandasi dengan wawasan kesehatan apabila informasi yang diberikan dirasakan
dalam arti pembangunan nasional harus masih belum jelas. Pasien berhak meminta
memperhatikan kesehatan masyarakat dan pendapat atau penjelasan dari dokter lain
merupakan tanggungjawab semua pihak untuk memperjelas atau membandingkan
baik pemerintah maupun mayarakat. Oleh informasi tentang rencana tindakan medis
karenanya, informasi mengenai resiko yang akan dialaminya dan pasien juga
medis merupakan hak pasien untuk berhak menolak rencana tindakan medis
memperoleh informasi tersebut, dimana tersebut. Dalam hal ini pasien yang
pelayanan medis adalah hal yang penting merupakan penerima jasa pelayanan medis
yang harus dijaga maupun ditingkatkan dianggap sebagai subjek yang memiliki
kualitasnya sesuai dengan standar pengaruh yang cukup besar atas hasil akhir
pelayanan yang berlaku. Pelayanan sendiri layanan yang bukan sekedar objek. Hak-hak
hakikatnya merupakan suatu usaha untuk pasien harus dipenuhi karena untuk
membantu menyiapkan segala sesuatu memenuhi kepuasaan pasien yang menjadi
yang diperlukan orang lain serta dapat barometer mutu pelayanan, sedangkan
memberikan kepuasan serta keinginan yang ketidakpuasan pasien dapat menjadi
diharapkan oleh pasien sebagai penerima pangkal tuntutan hukum.
jasa pelayanan medis.
Informasi mengenai resiko pelayanan 2. Sanksi Hukum Terhadap Dokter Yang
medis ini tercipta karena adanya hubungan Tidak Memberikan Informasi Resiko
antara dokter dan pasien dalam melakukan Pelayanan Medik Pada Pasien
upaya kesehatan. Informasi mengenai resio Dalam hubungan hukum, pelaksana dan
medis ini dilakukan agar pasien bisa pengguna jasa tindakan medis (dokter dan
menentukan serta menerima apa yang akan ‰ •] v• Œš]v l • P ] ^•µ Ç l Zµlµu_
dilakukan oleh dokter untuk penyembuhan yakni orang yang mempunyai hak dan
penyakitnya agar supaya ketika terjadi l Á i] vU • vPl v ^i • š]v l v u ]•_ • P ] ^} Ç l
sesuatu yang tidak diingikan dokter tidak Zµlµu_ Ç lv]
akan dituntut melakukan malpraktik, sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi
karena setiap tindakan yang akan dilakukan orang sebagai subyek hukum, dan akan
dokter akan selalu mengandung resiko jika terjadi perbuatan hukum yaitu perbuatan
tidak dilakukan dengan hati-hati dan teliti yang akibatnya diatur oleh hukum, baik
sesuai dengan standar profesi medis. yang dilakukan satu pihak saja maupun oleh
Terkait dengan pentingnya informasi dua pihak. o u u • o Z ^]v(}Œu •] Œ •]l}
resiko pelayanan medis terhadap pasien u ]l_ }lš Œ • P ] ‰ o l• v
menunjukkan suatu eksistensi yang baik jasa tindakan medis wajib memberikan
terhadap pasien sebagai jasa pelayanan informasi tentang resiko medik, disamping
medis karena pasien sebagai penerima jasa terikat oleh KODEKI (Kode Etik Kedokteran
pelayanan medis berhak memperoleh Indonesia) bagi dokter, juga tetap tidak
informasi yang jelas terhadap tindakan dapat melepaskan diri dari ketentuan-
dokter yang sering mengandung resiko. ketentuan hukum perdata, hukum pidana
Resiko ini terjadi karena kelalaian dari maupun hukum administrasi, sepanjang hal
dokter ataupun diakibatkan karena itu dapat diterapkan. Pada pelaksanaan
kesengajaan, dan pula resiko terjadi karena tindakan medis, masalah etik dan hukum
resiko tersebut tidak dapat dihindari, perdata, tolok ukur yang digunakan adalah

170
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

kesalahan kecil (culpa levis), sehingga jika KUHP. Sebagai salah satu pelaksana jasa
terjadi kesalahan kecil dalam tindakan tindakan medis dokter harus menyadari
medis yang merugikan pasien, maka sudah bahwa informasi resiko medik benar-benar
dapat dimintakan pertanggungjawabannya dapat menjamin terlaksananya hubungan
secara hukum. Hal ini disebabkan pada hukum antara pihak pasien dengan dokter,
hukum perdata secara umum berlaku atas dasar saling memenuhi hak dan
P]µu ^ Œ vP •] ‰ u ŒµP]l v }Œ vP kewajiban masing-masing pihak yang
o ]v Z Œµ• u u Œ]l v P vš] ŒµP]_X seimbang dan dapat
Sedangkan pada masalah hukum pidana, dipertanggungjawabkan. Masih banyak
tolok ukur yang dipergunakan adalah ^l • o seluk beluk dari informasi resiko medik
Z v Œ š (culpa lata). Oleh karena itu yang sifatnya sifatnya relative, misalnya
adanya kesalahan kecil (ringan) pada tidak mudah untuk menentukan apakah
pelaksanaan tindakan medis belum dapat suatu informasi sudah atau belum cukup
dipakai sebagai tolok ukur untuk u vi šµZl diberikan oleh dokter. Hal tersebut sulit
v • vl•] ‰] v _X Dalam aspek Hukum untuk ditetapkan secara pasti dan dasar
Perdata, suatu tindakan medis yang teoritis-yuridisnya juga belum mantap,
dilakukan oleh pelaksana jasa tindakan sehingga diperlukan pengkajian yang lebih
medis (dokter) tanpa adanya persetujuan mendalam lagi terhadap masalah hukum
dari pihak pengguna jasa tindakan medis yang berkenaan dengan resiko tindakan
(pasien), sedangkan pasien dalam keadaan medik ini.
sadar penuh dan mampu memberikan Informasi pada hakekatnya merupakan
persetujuan, maka dokter sebagai Hukum Perikatan, dimana ketentuaan
pelaksana tindakan medis dapat perdata ini akan berlaku ketika terjadi
dipersalahkan dan digugat telah melakukan hubungan dan tanggung jawab professional
suatu perbuatan melawan hukum mengenai perjanjian perawatan dan
(onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal perjanjian terapeutik. Aspek perdata
1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Informed Consent bila dikaitkan dengan
~<h,W Œ š •U Ç vP Œ µvÇ]W ^š] ‰ Hukum Perikatan yang dalam KUHPerdata/
pebuatan yang melanggar hukum, yang BW, Pasal 1320 memuat 4 syarat sahnya
membawa kerugian kepada seorang lain, suatu perjanjian yaitu:
mewajibkan orang yang karena salahnya 1. Sepakat mereka yang mengikatkan
menerbitkan kerugian itu, mengganti dirinya;
l ŒµP] v š Œ• µš_X , o ]v] l Œ v ‰ •] v 2. Kecakapan untuk membuat suatu
mempunyai hak atas tubuhnya, sehingga perikatan;
dokter harus menghormatinya. 3. Suatu hal tertentu;
Aspek Hukum Pidana, informasi resiko 4. ^•µ šµ Ç vP Z o o_X
medik mutlak harus dipenuhi dengan Dalam perspektif perlindungan pasien,
adanya pasal 351 Kitab Undang-Undang maka kelalaian dalam praktik kedokteran
Hukum Pidana (KUHPidana) tentang dapat menjadikan dokter berurusan dengan
penganiayaan. Suatu tindakan invasive hukum. Selain timbul tuntutan pidana juga
(misalnya pembedahan, tindakan radiology dapat dijerat dengan gugatan perdata.
invasive) yang dilakukan pelaksana jasa Dalam pasal Kitab Undang-undang
tindakan medis tanpa adanya izin dari pihak Hukum Pidana yang dapat diterapkan
pasien, maka pelaksana jasa tindakan medis dalam hal ini adalah pasal 359 KUHPidana,
dapat dituntut telah melakukan tindak Ç vP u vÇ š l v W ^ Œ vP •] ‰ l Œ v
pidana penganiayaan yaitu telah melakukan kealpaannya menyebabkan matinya orang
pelanggaran terhadap Pasal 351 lain, diancam dengan pidana penjara paling

171
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

lama lima belas tahun atau kurungan paling Anny Isfandyarie, Tanggung Jawab Hukum
o u • šµ š Zµv_X dan Sanksi Bagi Dokter, Prestasi Pustaka,
Jakarta, 2006.
PENUTUP Ari Yunanto dan Helmi, Hukum Pidana
1. Kesimpulan Malpraktek Medik, C.V Andi Offset,
1. Hak pasien mendapatkan informasi Jogjakarta, 2010
resiko pelayanan medik pada dasarnya Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum
untuk mengetahui yang sejelas-jelasnya Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2011.
tentang penyakit dan berhak untuk Subekti R. dan Tjirosubidio, Kitab Undang-
menentukan tindakan yang akan Undang Hukum Perdata, Pradnya
diambil dalam penyembuhan Paramita, Jakarta, 2008.
penyakitnya, serta berhak untuk Titik Triwulan Tutik dan Shita febriana,
mendapatkan pelayanan yang layak Perlindungan Hukum Bagi Pasien, PT.
bagi kesehatan pasien tersebut. Prestasi Pustaka Raya, Jakarta, 2010.
2. Sanksi hukum terhadap dokter yang
tidak memberikan informasi resiko Sumber-sumber Lain :
pelayanan medis pada pasien adalah Burgejelik Wetboek KITAB UNDANG-
sanksi-sanksi yang terdapat dalam UNDANG HUKUM PERDATA, Permata
KUHPerdata, KUHPidana, dan hukum- Press, 2008.
hukum administrasi lainnya. Undang-Undang Kesehatan UU RI Nomor
36 Tahun 2009 dan Undang-Undang
2. Saran Praktek Kedokteran UU RI 29 Tahun
1. Dalam memenuhi hak-hak pasien 2004, Pena Pustaka, Yogyakarta.
terhadap jasa pelayanan medik, maka www.hukumonline.com/.../hak-pasien-
dokter sebagai pemberi jasa pelayanan atas-pelayanan-kesehatan/articel_detail
medik disarankan untuk memberikan
informasi yang sejelas-jelasnya Undang-Undang :
mengenai resiko dari tindakan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36
pelayanan medis ini tanpa melihat Tahun 2006 dan Undang-Undang
status dari latar belakang ekonomi Praktek Kedokteran Nomor 29 Tahun
pasien, sebab secara defacto resiko 2006, Pena Pustaka, Yogyakarta.
pelayanan medik tidak lagi diperoleh
dengan jelas karena kegiatan-kegiatan
dibidang kesehatan kini mulai bergeser
dari lembaga sosial menjadi lembaga
usaha.
2. Terkait dengan hak pasien dalam
memperoleh informasi resiko medik,
maka para penegak hukum disarankan
memberikan sanksi kepada dokter yang
tidak memberikan informasi mengenai
resiko pelayanan medik agar
perlindungan terhadap pasien akan
tercipta dengan baik tanpa ada yang
merasa dirugikan.

DAFTAR PUSTAKA

172

Anda mungkin juga menyukai