Pak Sulton adalah guru SDN Tambakrejo II kelas 6, ia hafal benar tidak semua
siswa tertarik mata pelajaran matematika. Kata sebagian siswa matematika itu sulit,
menjemukan, penuh rumus dan lain-lain.
Ia pernah bertanya, kog bisa begitu? Sulton kemudian mengajak rekan guru
lain di sekolah yang sama untuk menjawab pertanyaan tersebut, mereka menganalisis
masalah. Mereka mencari akar penyebab masalah. Mereka mengembangkan angket,
wawancara dan lembar observasi. Sebelum dibagikan ke siswa semua instrument diteliti,
dicek, apakah sudah baik, mengukur apa yang diukur, tidak bisa dan bisa dipercaya.Hasil
angket, wawancara dan observasi adalah sebagian besar siswa merasakan materi
Matematika terlalu teoritis, susah dibayangkan. Siswa menghendaki penjelasan kongkrit.
Pak Sulton ingat teori motivasi, bahwa siswa akan tertarik belajar jika dihadapkan
ke hal- hal kongkrit dan menantang. Mereka memutuskan untuk memanfaatkan mainan
anak yang dapat menggambarkan permainan matematika. Setiap kali mengajar, Pak Sulton
selalu membawa beberapa mainan dan barang-barang yang diperlukan agar
pembelajaran matematika menjadi lebih kongkrit dan dia meminta salah satu rekan guru
untuk mengamati perilakunya saat dia mengajar.
Setiap usaia pelajaran Pak Sulton tidak lupa untuk meminta komentar siswa, setiap
topik bahasan selesai, Pak Sulton mengadakan ulangan. Hasil ulangan dianalisis, tentang
ketuntasan, soal paling sulit, mudah. Kegiatan ini berlangsung 2 bulan sampai melaporkan
tindakannya.
Namun sebagai guru matematika kelas 6 SDN Tambakrejo II, ia belum puas karena
tidak seluruh siswa memperoleh nilai di atas batas kemampuan minimal yang diharapkan
(75).
Pertanyaan:
1. Analisislah kasus di atas, temukan 4 masalah pembelajaran yang terdapat didalamnya!
2. Berikan alasan atas hasil analisis saudara!
3. Kemukakan alternatif pemecahannya!