Anda di halaman 1dari 6

“Berfikir Positif untuk Menurunkan Stress Psikologis”

positive thinking to reduce psychological stress

Dinar Siti Azzahra


Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
Jurusan Bimbingan Konseling Islam, IAIN Syekh Nurjati Cirebon,
Dsa76611@gmail.com

ABSTRAK

The purpose of this research was to test the effectiveness of training on positive thinking for
reducing student’s stress level. The proposed hypothesis was that “Positive thinking training is
effective for reducing students’ stress level”. The subjects of the research were 48 students
from the Faculty of “P” of “K” University in Yogyakarta. They were divided into two groups,
namely experimental group and control group. Each group consisted of 24 students. The
experimental design used in the research was the pretest-posttest control group design.
Herewith, the experimental group received treatment in the form of training on positive
thinking. The students’ stress level scale (SSLS) was used to reveal whether they experienced
stress disorder or not. After receiving the positive thinking training, it revealed that the stress
level of the experimental group decreased compared with that of the control group (waiting
list) that did not receive the training.
Keywords : students’ stress level, positive thinking, positive thinking training.

Mahasiswa adalah salah satu bagian hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan
dari civitas akademika pada perguruan tinggi tentunya pantang menyerah pada keadaan yang
yang merupakan calon pemimpin bangsa di ada. tugas perkuliahan, ujian tengah semester,
masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan ujian akhir semester, ujian praktikum, merasa
mahasiswa perlu memiliki cara pandang yang salah memilih jurusan, nilai yang kurang
baik, jiwa, kepribadian serta mental yang sehat memuaskan, ancaman droup out, adaptasi
dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa dengan lingkungan baru, pengaturan waktu
mampu menguasai permasalahan sesulit yang kacau, manajemen diri yang kurang
apapun, mempunyai cara berpikir positif bagus, hidup mandiri, kesulitan dalam
terhadap dirinya, orang lain, mampu mengatasi pengaturan keuangan, mencari tempat tinggal,
gangguan hubungan interpersonal, konflik membuat mahasiswa mengalami stres adalah
denganteman, dosen, pacar dan keluarga. disebabkan ketatnya persaingan dalam
tuntutan kehidupan, baik dari dalam maupun mencapai prestasi, kemampuan beradaptasi
dari luar kampus, menuntut mahasiswa untuk dengan lingkungan pergaulan di kampus, tugas-
dapat menghadapi masalah yang muncul tugas perkuliahan, salah memilih jurusan, nilai
dengan lebih dewasa, bertanggung jawab, rendah terancam droup out, gangguan
tangguh dan kuat. Belum lagi desakan untuk hubungan interpersonal, praktikum,
menyelesaikanstudi lulus tepat waktu, manajemen waktu dan keuangan. Selain itu
persiapan menyusun skripsi, persiapan untuk konflik dengan teman, pacar, dosen dan
mendapatkan kesempatan pekerjaan atau karier keluarga, mencari tempat tinggal, desakan
setelah lulus, tuntutan orangtua dan universitas orangtua untuk segera menyelesaikan studi,
yang terlalu tinggi bagi mahasiswa, bahkan tuntutan untuk berprestasi, tugas akhir
sumber stres bisa muncul dari kekhawatiran menyusun skripsi dan persiapan memperoleh
serta pikiran-pikiran negatif pada dirinya. lapangan pekerjaan atau kesempatan untuk
Cukup banyak kasus bunuh diri maupun berkarier setelah lulus, juga dapat menjadi
mencoba bunuh diri, tindakan brutal yang sumber stres bagi mahasiswa. Disamping
terjadi pada mahasiswa, hal tersebut sumber masalah di atas yang membuat
menggambarkan adanya gejalagejala stres pada mahasiswa menjadi stres, juga disebabkan oleh
mahasiswa mulai dari tingkat ringan sampai pola pikir yang negatif terhadap dirinya,
tingkat berat yang kemudian berakhir dengan lingkungan dan masalah yang dihadapinya.
sangat tragis, hal tersebut tentunya sangat Pikiran-pikiran negatif yang seringkali muncul
penting untuk dikaji. usia 23 tahun, mahasiswi dapat menyebabkan stres, cemas maupun
dari salah satu Akademi Kebidanan di Medan depresi obsesif. Sumber permasalahan berupa
mencoba mengakhiri hidupnya dengan terjun pola pikir yang negatif terhadap diri,
dari gedung asramanya di jalan Pabrik Tenun, lingkungan dan masalah yang dihadapi pada
Medan, Sumatera Utara pada tanggal 12 hakekatnya merupakan suatu ancaman bagi
Februari tahun 2008 yang lalu, ini merupakan keberlangsungan hidup sehingga individu perlu
salah satu contoh. Contoh lain, EP, mahasiswa mengantisipasinya (Stallard, 2005). Wicaksana
Fakultas ’X’ di sebuah PTS di Yogyakarta, (2005) menambahkan bahwa kondisi stres
melakukan bunuh diri karena mangalami stres dapat berlanjut menjadi gangguan mental dan
dalam menyusun tugas akhir/skripsi perilaku, namun dapat pula tidak karena
(news.okezone.com.,2008). tergantung pada kuat lemahnya status mental
atau kepribadian seseorang. Banyak kasus stres
Data yang didapat dari Unit Pelayanan
terjadi karena kurang mampunya individu
Bimbingan dan Konseling pada salah satu
menghadapi sumber stress ini. Berdasarkan
Universitas di Yogyakarta, menyebutkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres
bahwa sebagian besar sumber masalah yang
pada mahasiswa adalah ketegangan atau beban
yang dirasakan mahasiswa karena tuntutan menganggap adanya hal yang positif; menilai
akademik, lingkungan sosial-budaya, pengalaman-pengalaman positif bukan hal
penyesuaian diri dan sosial sebagai mahasiswa. penting dan menganggapnya hanya sebatas
Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk keberuntungan, (c) Membesar-besarkan
mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan masalah-melihat hal kecil yang buruk menjadi
sikap untuk melaksanakan suatu pekerjaan lebih buruk dari yang sebenarnya, (d)
yang berhubungan dengan tugas tertentu Meramalkan bahwa hal-hal buruk akan terjadi,
(Troelove,1995). yaitu: pembaca pikiran; berpikir bahwa dirinya
mengetahui apa yang individu lain pikirkan dan
Peramal-berpikir bahwa dirinya mengetahui
Berpikir positif merupakan suatu
apa yang akan terjadi (Stallard, 2005). Dalam
keterampilan kognitif yang dapat dipelajari
penelitian ini, pelatihan berpikir positif
melalui pelatihan. Pada prinsipnya melalui
digunakan berbagai pendekatan agar lebih
pelatihan berpikir positif ini diharapkan subjek
efektif dibandingkan dengan hanya
mengalami proses pembelajaran keterampilan
menggunakan satu model yang berpotensi
kognitif dalam memandang peristiwa yang
menimbulkan kejenuhan bagi peserta. Dalam
dialami. Limbert (2004) dari penelitiannya
modul yang disusun, materi untuk peserta
menyimpulkan bahwa berpikir positif
dipadukan dengan berbagai kegiatan yang
mempunyai peran dapat membuat individu
sifatnya menyenangkan. Modul dikemas dalam
menerima situasi yang tengah dihadapi secara
berbagai bentuk presentasi dengan tayangan
lebih positif. Materi pelatihan berpikir positif
yang menarik, disertai dengan diskusi, ice
dalam penelitian ini berupa materi-materi yang
breaking, permainan, sharing, sosiodrama
tercakup pada aspek-aspek berikut ini: (a)
bermain peran, memutar klip video yang
Kepuasan hidup, yaitu bagaimana individu
menarik, melihat film, mendengarkan musik,
merasakan kepuasan akan hidupnya, (b) Harga
lembar tugas peserta, bernyanyi, menari
diri. Harga diri mengarah pada perasaan yakin
ataupun aktivitas lainnya. Berdasarkan teori
akan kualitas diri dan menerima karakteristik
dan data beberapa penelitian yang telah di
pribadinya dan (c) Optimisme. Optimisme
uraikan di atas, maka hipotesis penelitian ini
menunjuk pada kemampuan melihat adanya
ialah ‘Pelatihan berpikir positif efektif
harapan kesuksesan akan masa depannya
menurunkan tingkat stres pada mahasiswa’.
(Caprara & Steca 2006). Pelatihan berpikir
Kelompok eksperimen yang mendapatkan
positif diterapkan pada lembar materi untuk
pelatihan mengalami penurunan tingkat stress
melawan pikiran negatif yaitu; (a) Kaca mata
dibandingkan kelompok kontrol yang tidak
hitam; individu hanya melihat sesuatu secara
mendapatkan pelatihan.
negatif atas apapun yang terjadi, (b) Tidak
Metode data post-test skala berpikir positif diperoleh K-
S Z sebesar 1,153 dengan (p>0,05) berarti data
Metode yang digunakan dalam penulisan
post-test skala berpikir positif berdistribusi
artikel ini adalah studi literatur. Studi
normal. Analisis pada distribusi gained score
literature merupakan metode yang (peningkatan skala berpikir positif), diperoleh
digunakan untuk mengumpulkan data-data K-S Z sebesar 0,916 dengan (p>0,05) berarti
serta untuk mengungkapkan bahan bahwa: “gained score (peningkatan skala
pembahasan dalam penulisan artikel ini. berpikir positif) berdistribusi normal”. Hasil
Studi literatur dilakukan dengan cara perhitungan uji normalitas sebaran data pre-test

membaca serta mempelajari berbagai buku skala tingkat stres pada mahasiswa, diperoleh
K-S Z sebesar 0,801 dengan (p>0,05) berarti
maupun jurnal-jurnal ilmiah yang relevan
data pre-test skala tingkat stres pada mahasiswa
dan utama yang berkaitan dengan kajian
berdistribusi normal. Analisis pada distribusi
sehingga kemudian dilakukan analisis
data post-test skala tingkat stres mahasiswa
untuk menghasilkan ide atau gagasan
diperoleh K-S Z sebesar 0,689 dengan (p>0,05)
penulis. Pembahasan yang ada dalam
yang berarti data post-test skala tingkat stres
penulisan artikel ini terkait dengan pada mahasiswa berdistribusi normal. Analisis
Pancasila, multikulturalisme, implementasi pada distribusi gained score (penurunan tingkat
nilai-nilai Pancasila serta bagaimana stres pada mahasiswa), diperoleh K-S Z sebesar
penerapan, tantangan dan juga dampaknya 1,279 dengan (p>0,05) berarti bahwa: “gained
dari keberagaman yang ada di Indonesia score (penurunan tingkat stres pada mahasiswa)

tersebut. Penggunaan metode studi literatur berdistribusi normal”. Uji homogenitas varians
Berdasarkan uji homogenitas varians diperoleh
ini dilakukan untuk memperoleh data
F hitung yang tidak signifikan (p>0,05) maka
teoritis yang dapat mendukung penulisan
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
artikel Faisal(1992:30) menyebutkan
antara varians data antara kelompok
bahwa hasil dari studi literature dapat
eksperimen dan kelompok kontrol, yang berarti
dijadikan sebagai landasan dalam
bahwa: variansnya homogen. Analisis uji
menjelaskan masalah-masalah yang akan perbedaan Berdasar analisis uji perbedaan,
diteliti. diperoleh hasil t hitung pada data gained score
(penurunan skala tingkat stres pada mahasiswa)
Pembahasan
adalah sebesar -8,148 dengan (p<0,01), berarti
Uji normalitas sebaran Hasil perhitungan uji bahwa hipotesis alternative (Ha) yang
normalitassebaran data pre-test skala berpikir menyatakan “ada perbedaan” gained score
positif,diperoleh K-S Z sebesar 0,880(p>0,05) skala tingkat stres pada mahasiswa antara
berarti data pre-test skala berpikir positif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
berdistribusi normal. Analisis pada distribusi diterima. Rerata gained score (presentase
penurunan) antara skala tingkat stres pada dalam mempengaruhi pengelolaan depresi pada
mahasiswa akhir dengan skala tingkat stres penyandang cacat. Adapun penelitian Yanuarti
pada mahasiswa awal pada kelompok (2007) menunjukkan bahwa pelatihan berpikir
eksperimen (-20,16%) lebih tinggi positif berpengaruh sangat signifikan dalam
dibandingkan dengan kelompok kontrol menurunkan depresi.
(-3,87%). Dengan demikian dapat dikatakan
Kesimpulan
bahwa: “Pelatihan berpikir positif efektif
menurunkan tingkat stres pada mahasiswa Secara garis besar dapat disimpulkan
secara signifikan”. Temuan hasil penelitian, bahwa ‘pelatihan berpikir positif efektif
secara signifikan menyatakan pelatihan untuk menurunkan tingkat stres pada
berpikir positif efektif menurunkan tingkat stres mahasiswa’. Penelitian ini memiliki
pada mahasiswa. Hasil empiris yang disajikan
keterbatasan, yaitu: (1) Generalisasi hasil
menjelaskan bahwa frame of reference yang
penelitian ini terbatas pada subjek yang
digunakan dalam penyusunan pelatihan telah
mengalami skor stres pada mahasiswa
sesuai dengan sasaran dan tujuan pelatihan,
dalam kategori sangat tinggi dan kategori
yaitu rangkaian pelatihan yang dirancang
secara sisitematis dan sesuai harapan. Harapan tinggi saja sehingga belum diketahui

tersebut diungkapkan pada sesi harapan dan efeknya pada stres dengan kategori sedang,
evaluasi. Pelatihan ini menggunakan kombinasi rendah dan sangat rendah, (2) Subjek dalam
dari berbagai metode yaitu curah gagasan, penelitian ini terbatas pada mahasiswa
presentasi, ceramah dengan fasilitas multi Fakultas ”K” Universitas ”P” saja dan
media, permainan, bermain peran, lembar belum diketahui efeknya pada mahasiswa
tugas, tugas rumah, curhat dan berdiskusi. Hal lainnya, (3) Penelitian ini tidak
ini juga merupakan nilai lebih pelatihan,
mengevaluasi sampai berapa lama efek
sekaligus memperkuat pendapat sebelumnya
pelatihan dapat berta han. Peneliti
bahwa pemberian pelatihan berpikir positif
melakukan post-test hanya sekali sehingga
menyebutkan bahwa subyek merasakan
tidak dapat dilihat konsistensi peningkatan
manfaat dalam mengatasi berbagai
permasalahan kehidupan. Limbert (2004) komunikasi dalam waktu yang lama, (4)

dalam penelitiannya juga mengungkapkan Penelitian ini hanya mengukur tingkat stres
bahwa berpikir positif mempunyai peran saja namun tidak mengukur aspek-aspek
membuat individu dapat menerima situasi yang yang lain misalnya mengukur tingkat
tengah dihadapi secara lebih positif. Penelitian kecemasan dan tingkat kemandirian.
Susilowati, (2008) pelatihan berpikir positif
Daftar Pustaka
signifikan untuk mengelola depresi pada
penyandang cacat tubuh, hal ini menunjukkan Archer, J., & Carroll, C. (2003). Student
bahwa pelatihan berpikir positif signifikan stress. Diunduh dari http://www.
counsel.ufl.edu/selfHelp/studentstress. mengerjakan skripsi di Fakultas Psikologi
asp tanggal 14 Mei 2004. Universitas Gadjah Mada. Skripsi
Arta, I.G.M.W., (2004). Studi korelasi (Tidak Dipublikasikan) Yogyakarta:
pemenuhan kebutuhan privasi dan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
kecenderungan mengalami stres terhadap Mada.
lingkungan. Skripsi (Tidak Dipublikasikan).
Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Bartsch, K., & Evelyn (2005). The wounded
healer (Terjemahan). Panji Graha,
Semarang.
Billing, A.G., & Moos, R.H. (1984). Coping,
stres, & social resources among adults
with unipolar depresion. Journal of
Personality and Social Psychology, 46(4),
877-891.
Candra, N.P. (2006). Orang tua dan remaja
belajar bersama tentang sex: Program
untuk meningkatkan komunikasi
orang tua dan remaja. Tesis. (Tidak
Dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Caprara, G.V., & Steca, P. (2006). The
contribusi of self-regulatory efficacy
beliefs in managing affect and family
relationships to positive thinking and
hedonic balance. Journal of Clinical and
Social Psychology, 25, 603-627.
Detiknews (2008). Mahasiswa mencoba
bunuh diri. Diunduh dari: http://news.
detik.com/read/2008/02/12/213236/892
912/10/gagal-wisuda-mahasiswikebidanan-
nyaris-bunuh-diri tanggal
14 Februari 2008.
Hapsari, A.D. (2004). Hubungan antara
prokrastinasi akademi dengan tingkat
stres pada mahasiswa yang sedang

Anda mungkin juga menyukai