Anda di halaman 1dari 31

Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab.

Tana Toraja Laporan Pendahuluan

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan penyusunan Pendampinan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja saat ini sedang
dalam tahap pendahuluan. Kegiatan dilaksanakan atas kerjasama Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Prov. Sulawesi Selatan dengan Konsultan CV Sulawesi Consultan & CO, tahun
anggaran 2007.

Dalam laporan pendahuluan ini pada intinya berisi persiapan konsultan dalam melaksanakan
studi. Dalam hal ini, menyangkut bagian dari pemahaman konsultan tentang studi dan kondisi
lokasi secara umum. Bagian pemahaman terhadap studi tertuang dalam persepsi tentang latar
belakang kegiatan dan metode yang akan digunakan, sementara tentang kondisi lokasi disarikan
dari berbagai sumber yang diperoleh selama masa persiapan studi. Tatkala pentingnya adalah
tentang managemen studi, yang dalam laporan ini diuraikan berupa organisasi tim dan schedule
kegiatan.

Diharapkan laporan ini telah memberikan gambaran tentang kesiapan tim pelaksana studi dalam
menjalankan tugas. Selanjutnya koordinasi dan konsultasi dengan tim teknis dan pengambil
kebijakan dari pihak pemberi tugas akan terus dilakukan demi kesempurnaan pelaksanaan
pekerjaan.

Makassar, Juni 2007

CV. Sulawesi Consultan & CO.

Team Leader

Hal | 1
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

BAB. 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agroindustri minyak nilam merupakan salah satu industri yang dikembangkan mengingat
Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam pengadaan bahan bakunya dan
teknologi pengolahannya cukup sederhana sehingga mudah dikembangkan. Selain itu
pengembangan industri minyak nilam akan menimbulkan efek berganda berupa
peningkatan kesejahteraan petani nilam mengingat mayoritas perkebunan nilam yang
ada adalah perkebunan rakyat. Ekspor minyak nilam memberikan kontribusi lebih dari 50
persen pada total nilai ekspor minyak atsiri Indonesia. Selain itu Indonesia juga menguasai
sekitar 90 persen produksi minyak nilam dunia. Akan tetapi produksi minyak nilam
Indonesia mutunya masih rendah sehingga harga jualnya tidak terlalu tinggi dan
berfluktuatif. Nilai tambah diperoleh negara-negara pengimpor yang memproses ulang
menjadi fraksi minyak nilam dengan mutu lebih baik serta tambahan nilai dari berbagai
produk yang memakai minyak nilam atau fraksinya sebagai salah satu bahan bakunya.

Untuk itulah maka perlu dicari suatu strategi pengembangan industri minyak nilam
Indonesia agar nilai tambah dari industri minyak nilam dapat lebih dinikmati oleh
Indonesia sebagai produsen utama khususnya bagi Kab. Tana Toraja sebagai salah daerah
penghasil minyak nilam di Provinsi Sulawesi Selatan.

Pertanaman nilam di Indonesia

Areal pertanaman nilam di Indonesia seluruhnya merupakan perkebunan rakyat yang


tersebar Budidaya yang diterapkan petani umumnya sederhana dan berpindah-pindah
lokasi sehingga luas areal sangat fluktuatif. Budidaya yang sederhana dan kurang intensif
serta bibit yang kurang baik mutunya menyebabkan produktivitas daun nilam menjadi
rendah, yaitu sekitar 3 ton terna nilam kering/ha/tahun dari potensinya sekitar 6,5 ton
terna nilam kering/ha/tahun (Sudaryani dan Sugiharti, 1991) dan kadar minyak nilam
yang dihasilkan juga relatif rendah yaitu sekitar 2 – 2,5%. Tanaman nilam ditanam dengan

Hal | 2
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

jarak tanam sekitar 60 – 90 cm x 30 – 50 cm, atau sekitar 22.000 – 55.000 tanaman


perhektar dengan rata-rata tanaman umumnya sekitar 25.000 tanaman per hektar
(Wikardi, et al, 1990). Tanaman nilam mulai dapat dipanen pada umur 6 – 8 bulan setelah
tanam. Pemanenan dapat dilakukan setiap 3 – 4 bulan sekali terus menerus hingga batas
usia produktif yaitu sekitar 6 tahun.

Volume ekspor minyak nilam ini setiap tahun menunjukkan trend yang meningkat
sebesar 5,3% pertahun sedangkan harga ekspor juga meningkat sebesar 3,0% pertahun
dengan rata-rata ekspor sejak tahun 1985 sebesar 1.057 ton pertahun dan rata-rata harga
sebesar US$ 18,83/kg Tujuan ekspor minyak nilam Indonesia mayoritas ke Singapura,
Amerika Serikat, Spanyol dan Perancis. Beragamnya negara pasar minyak nilam Indonesia
ini memberikan jaminan stabilitas pasar yang lebih besar karena guncangan pasar di satu
negara hanya akan memberikan sedikit guncangan pada ekspor minyak nilam Indonesia
secara keseluruhan.

Penggunaan minyak nilam

Minyak nilam dapat digunakan secara langsung sebagai parfum pada selendang, tenunan,
pakaian, karpet, industri sabun, kosmetik, dupa dan lainnya sebagai pewangi. Selain itu
fraksi minyak nilam juga banyak digunakan sebagai zat pewangi atau sebagai zat pengikat
(fiksatif) zat pewangi lain karena minyak nilam memiliki titik didih yang tinggi

sehingga tidak mudah menguap. Industri yang menggunakan fraksi minyak nilam
diantaranya industri parfum (pewangi ruangan, rosephix, cologne, spray fixsative, dan
lain-lain); industri kosmetik (kosmetik untuk mandi, kosmetik wangi-wangian, kosmetik
tradisional, dan lain-lain); industri obat-obatan (obat kulit, obat anti bau badan, dan
lainnya); industri makanan dan minuman (permen, minuman, dan lainnya); serta indutri
sabun (sabun cuci, sabun mandi, sabun cuci piring, dan lainnya). Pemakaian yang luas
minyak nilam baik sebagai pewangi maupun zat fiksatif memberikan dampak pada
stabilitas permintaan minyak nilam. Selain itu berkembangnya permintaan produk
berbahan baku minyak pewangi juga akan mendorong peningkatan permintaan minyak
pewangi termasuk minyak nilam.

Strategi pengembangan

Hal | 3
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

Dengan posisi sebagai produsen utama minyak nilam dan perkembangan areal dan
produksi yang terus meningkat merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk
mengembangkan industri nilamnya. Cara yang paling tepat untuk pengembangan industri
nilam ini adalah dengan membangun klaster industri. Porter (2000) mendefinisikan
klaster industri sebagai suatu kelompok perusahaan yang saling berhubungan karena
kebersamaan dan saling melengkapi, serta berdekatan secara geografis dengan institusi-
institusi terkait dalam suatu bidang khusus. Dengan demikian kerjasama kolaboratif antar
perusahaan dalam suatu kawasan akan menimbulkan sinergi yang meningkatkan daya
saing. Kunci keberhasilan langkah kolaboratif tersebut adalah adanya partisipasi aktif
semua stakeholders, yaitu industri inti, industri terkait dan industri penunjang, yang ada
dalam klaster tersebut (Feser, 2001).

Pengembangan klaster industri harus bersifat bottom-up dengan sektor swasta sebagai
penggerak utama sedangkan peranan pemerintah sebatasi batasan geografisnya.
Pembangunan klaster industri dapat skala kecil tingkat kecamatan, atau tingkat
kabupaten bahkan tingkat nasional. Pada tingkat kabupaten peranan pemerintah pada
upaya pembentukan lembaga-lembaga penunjang dan pembangunan public goods.
Sedangkan pada tingkat nasional peranan pemerintah lebih difokuskan pada
pembentukan rule of the game agar terjaga kesatuan pasar nasional dan tidak terjadinya
persaingan tidak sehat antar daerah.

Strategi pengembangan industri nilam di Kab. Tana Toraja tentunya harus dapat
memanfaatkan kesempatan sekaligus dapat mengatasi kelemahan yang ada. Integrasi
vertikal yang erat antara usahatani, industri penyulingan dan industri hilir pemakai bahan
baku minyak nilam perlu dibentuk dalam suatu klaster industri. Pengembangan usahatani
nilam haruslah dikaitkan secara langsung dengan pengembangan industri
penyulingannya. Dengan asumsi :

1. Produksi terna basah usahatani nilam 10 ton/ha/panen atau setara dengan 2 ton terna
kering/ha/panen.

2. Panen dilakukan setiap 3 bulan.

3. Kapasitas alat suling 5000 liter atau setara dengan 500 kg terna kering

4. Penyulingan dilkukan 2 kali sehari dengan 26 hari perbulan.

Hal | 4
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

Maka agar terjadi keterkaitan yang erat antara usahatani nilam dengan industri
pengolahannya, dimana produk terna nilam terserap oleh industri pengolahan dan
industri

tersebut berjalan dengan kapasitas maksimal karena mendapatkan suplai bahan baku
yang maksimal, setiap pengembangan 39 ha usahatani nilam harus diikuti dengan
pengembangan agroindustri penyulingan dengan satu alat suling berkapasitas 5000 liter.
Dari segi analisis finansial usahatani nilam

seluas 39 ha dengan asumsi tambahan :

1. Jarak tanam 1 m x 0,5 m dan umur tanaman 3 tahun

2. Panen awal 6 BST dan interval panen 3 bulan sekali

3. Harga terna nilam basah sekitar Rp 350 /kg.

1.2. Permasalahan yang Dijumpai di Lokasi

1. Petani tidak melakukan pembudidayaan nilam secara khusus


2. Petani belum memiliki standar oprasional proses (SOP) pemanenan nilam
3. Sejumlah petani mengalami kendala untuk pengangkutan daun nilam dari
kebun ke tempat penyulingan
4. Unit penyulingan tidak memiliki dana untuk pembayaran secara tunai kepada
petani yang memasok bahan baku (daun nilam)
5. Kualitas dan rendemen minyak yang dihasilkan masih rendah
6. Fluktuasi harga nilam yang relatif tinggi

1.3. Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melaksanakan pendampingan dan pembinaan sentra IKM
Minyak Nilam Kab Tana Toraja baik secara induvidu pengrajin maupun sentra secara

Hal | 5
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

keseluruhan. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas, produktifitas dan efisiensi yang


akan berdampak dalam meningkatkan penjualan dan akses pasar.

1.4. Sasaran Yang Ingin Dicapai

Sasaran yang ingin dicapai dalam pendampingan Sentra IKM Minyak Nilam di Kabupaten
Tana Toraja adalah :

1. Meningkatkan kuantitas, kualitas, produktifitas dan efesiensi yang akan berdampak


pada meningkatnya daya saing produk.
2. Meningkatnya akses pemasaran produk baik lokal maupun regional
3. Diterapkannya manajemen usaha dan pengelolaan keuangan bagi pengusaha IKM
dalam linkup sentra
4. Meningkatnya PDRB masyarakat setempat di wilayah sentra dan PDRB Pemerintah
Kabupaten Tana Toraja.

1.5. Sistematika Laporan

Laporan akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab 1. Pendahuluan : berisi Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Sasaran Yang Ingin
Dicapai dan Sistematika Laporan.

Bab 2. Pendekatan dan Metodelogi : berisi Kondisi Umum Wilayah,berisi…

Bab 3. Kondisi Geofisik Teknis Dan Kondisi Sosial Ekonomi Kawasan Rencana

Bab 4.

Bab 5.

Hal | 6
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

BAB. 2. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pendekatan merupakan strategi pelakasanaan kegiatan yang secara subtansi


merupakan paradigma program atau kegiatan yang dapat membantu pencapaian
sasaran dari kegiatan.

Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pendampingan Sentra IKM Minyak Nilam di


Kabupaten Tanah Toraja , team konsultan CV. Sulawesi Consultan & CO
menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut :

 Pendekatan Klaster Industri


 Pendekatan Pengembangan Sumber Daya Manusia

2.1. Pendekatan Klaster Industri

Pembangunan ekonomi merupakan bagian integral dari pembangunan daerah


secara keseluruhan, cenderung semakin kompleks karena membutuhkan kerangka
yang sistemik dan sistematik. Dinamika dan kompleksitas persoalan yang dihadapi
disatu sisi dan beragam keterbatasan yang dimiliki disisi lainnya, membutuhkan
kemauan dan kemampuan Pada dasarnya setiap daerah mempunyai karakteristik
wilayah, karena itu setiap daerah perlu mengembangkan keunggulan dengan lebih
mengembangkan dan memanfaatkan potensi dan keunikan masing-masing.

Perbaikan paradigma, baik pada tataran konseptualisasi maupun inplementasi


menjadi bagian integral untuk keberhasilan pencapaian tujuan, karena itu proses
partisifatif dan kolaborasi antar stakeholder sangat penting untuk
menumbuhkembangkan sinerji positif, baik pada tataran perencanaan, maupun
menyangkut perumusan kebijakan dan implementasi program/kegiatan.

Atas pertimbangan dan untuk maksud tersebut, maka konsep KLASTER INDUSTRI
dapat dijadikan alternatif pendekatan dalam pendampingan IKM Induntri Minyak
Nilam Karena Mempunyai pendekatan-pendekatan yaitu:

Hal | 7
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

1. Market Driven, Pengembangan klaster industri berfokus pada upaya


mempertemukan sisi permintaan dan penawaran ekonomi secara bersama untuk
bekerja secara efektif
2. Inclusive, Proses pengembangan klaster industri senantiasa mencakup perusahaan
baik yang berskala besar, menengah, maupun kecil serta para pemasok dan
lembaga-lembaga ekonomi pendukung
3. Colloborative, Pendekatan klaster industri sangat menekankan solusi kolaboratif
pada isu-isu daerah oleh para partisipan yang termotivasi oleh intresnya masing-
masing
4. Strategic, Pendekatan klaster industri membantu para stakeholder untuk
menciptakan visi strategis daerahnya menyangkut ekonomi generasi berikutnya
atas dasar kesepakatan bersama dari beragam pihak yang berbeda dan
mendorong motivasi dan komitmen untuk melakukan tindakan
5. Value Creating, Pendekatan klaster industri memperbaiki kedalaman dan cakupan
pemasok dan industri untuk meningkatkan pendapatan daerah

2.2. Pendekatan Pengembangan Sumber daya Manusia

Peningkatan sumber daya manusia yaitu pendektan peningkatan kemampuan


manusia dalam mencari dana, pengelolaan (manajemen) program. Sumber daya
yang dimaksud adalah mereka yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam
pelaksanaan proyek. Pendekatan ini akan memotivasi kelompok-kelompok Sentra
dan peran tenaga pendamping masyarakat (TPM)

2.3. Metodologi

Metodologi meruapakan serangkaian tahapan pekerjaan secara sistematis mulai


dari persiapan sampai selesainya pekerjaan .

Metodologi terdiri atas pentahapan pekerjaan dan jaringan kerja team baik secara
internal maupun secara eksternal .

Metodologi pelaksanaan Pekerjaan Pendampingan Sentra IKM Minyak Nilam


Kabupaten Tana Toraja adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan dan sosialisasi yang meliputi :


 Mobiliasasi
 Penyegaran Team ahli dan tenaga pendukung
 Pembentukan Sekretariat Team konsultan
 Koordinasi dengan Pemerintah setempat

Hal | 8
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

 Pengumpulan data awal / sekunder


 Penyusunan rencana kegiatan pendapingan
 Penyusunan dan penyerahan laporan pendahuluan
b. Tahap Identifikasi pengenalan sentra IKM , Pendampingan penyempurnaan
dan penyegaran Tenaga Pendampingan Masyarakat dan Kelompok sentra.
c. Tahap Implementasi program ; Pendampingan Pelaksanaan kegiatan,
pendampingan usaha-usaha ekonomi produktif masyarakat,
d. Tahap Pendampingan Manajemen Keberlanjutan
e. Tahap Penyusunan Laporan Antara ( Interim Report )
f. Tahap Monitoring dan evaluasi program
g. Tahap Rembug sentra untuk evaluasi kegiatan
h. Tahap Penyusunan draft Laporan Akhir
i. Tahap Presentasi Draft laporan Akhir
j. Tahap Penyempurnaan Laporan Akhir
k. Tahap Penyerahan Laporan Akhir

Hal | 9
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

BAB 3. KONDISI UMUM WILAYAH SENTRA

IKM MINYAK NILAM

Pengenalan wilayah, pada tahap awal cukup membantu memberi pemahaman tentang
gambaran umum kondisi wilayah yang akan menjadi dampingan. Keluwesan pengenalan
ini tergantung dari kelengkapan data yang berhasil diinventarisasi. Berdasar pada data
yang berhasil diperoleh, dideskripsikan gambaran umum wilayah studi sebagai berikut :

3.1. Administrasi

3.1.1. Batasan Wilayah Studi

Secara geografis Desa (lembang) Sangkoropi mempunyai luas wilayah .......... km yang
terletak pada ..............Lintang Selatan dan Bujur Timur............. Dengan batas-batas
wilayah :

 Sebelah Utara berbatasan dengan dengan Kecamatan Walenrang Kab.


Luwu

 Sebelah Timur berbatasan dengan Lembang Ma’ta Alo

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Lembang/Kelurahan Saddang


Malimbong

 Sebelah Barat berbatasan dengan Lembang Minangah

Secara administrasi pemerintahan terbagi menjadi 5 Dusun wilayah pedesaan, dan 4


wilayah perkotaan .

Secara administrasi Desa (Lembang) Sangkoropi masuk kedalam kecamatan Sa’dan, yang
mempunyai Desa (Lembang) Kelurahan sebanyak pemerintahan terbagi menjadi 11
kecamatan, 167 wilayah pedesaan, dan 4 wilayah perkotaan .

Luas area kec. Sa’dan adalah 80.49 km2 sama dengan 2.51% luas kab. Tana Toraja

Hal | 10
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

3.2. Karakteristik Sosial Ekonomi

3.2.1. Demografi

Kependudukan merupakan aspek yang menentukan dinamika sosial dan ekonomi suatu
wilayah. Keadaan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, jenis kelamin, rasio penduduk,
sex rasio, jumlah KK, jumlah tanggungan anggota keluarga dan rata-rata pertumbuhan
penduduk di wilayah studi, Desa (Lembang) Sangkoropi Kecamatan Sa’dan, Kabupaten
Tana Toraja, disajikan pada Tabel 1.

Kependudukan merupakan aspek yang menentuhkan dinamika sosial dan ekonomi suatu
wilayah. Keadaan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, jenis kelamin, rasio penduduk,
sex rasio, jumlah KK, jumlah tagungan anggota keluarga, dan rata-rata pertumbuhan
penduduk di wilayah sentra minyak nilam di desa Sangkoropi Kec. Sa’dan Kabupaten Tana
Toraja.

Jumlah penduduk Lembang Sangkoropi sebesar 2.178 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk hanya 199,45 jiwa/km2 dan pertumbuhan penduduk rata-rata hanya 0,92 %
pertahun. Kemudian keadaan penduduk di Kecamatan Sa’dan sebesar 13.733 jiwa,
dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 170, 62 jiwa/km 2 dan tingkat pertumbuhan
penduduk 0,95%.

URAIAN SATUAN KEC. SA’DAN LEMABANG


SANGKOROPI

1. Luas Wilayah km2 80,49 10,92

2. Jumlah Penduduk Jiwa 13.733 2.178

3. Penduduk Jenis Kelamin

a. Laki-Laki Jiwa 7.310 1.163


b. Perempuan
Jiwa 6.423 1.015

4. Sex Rasio % 114 115

Hal | 11
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

5. Kepadatan Penduduk jiwa/km2 170.62 199.45

6. Jumlah Rumah Tangga KK 3.041 598

7. Rata-rata Tanggungan Orang 5 4


Keluarga

8. Rata-rata Pertumbuhan % 0.95 0,92


Penduduk

Sumber: Kec. Sa’dan dalam Angka, 2006

Sex rasio Lembang sangkoropi sebesar 115 % dan Kecamatan Sa’dan sebesar 114.
hal ini menunjuhkan bahwa piopulasi laki-laki lebih besar dari pada populasi perempuan.
Rata-rata tanggugan keluaraga untuk Kec. Sa’dan sebanyak 5 orang dan Lembang
Sangkoropi sebanyak 4 orang.
Dari data diatas diketahui bahwa baik kepadatan, pertumbuhan penduduk, sek rasio dan
tanggungan keluarga Lembang Sangkoropi dan Kec. Sa’dan relatif sama. Hal ini
mengindikasikan bahwa kondisi demografi Lembang sangkoropi relatif sama dengan Kec.
Sa’dan sehingga gambaran demografi Kec. Sa’dan dapat merepresentasikan kondisi
demografi Lembang Sangkoropi.

3.2.2. Penduduk Menurut Kualitas Pendidikan

Kualitas pendidikan penduduk di ukur dengan dua parameter yaitu ketersedian sarana
dan prasarana pendidikan serta tingkat partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan.
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di lokasi rencana disajikan pada tabel. Tabel
tersebut menujuhkan bahwa sarana dan prasarana di Lembang Sangkoropi hanay dua
unit sekolah dasar (SD) dengan guru sebanyak 15 orang dan 211 orang murid (rasio 15:1)

URAIAN KEC. SA’DAN LEMBANG SANGKOROPI

1. Pendidikan TK
2.
a. Sekolah 3 -

b. Guru 3 -

Hal | 12
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

c. Murid 80 -

3. Pendidikan SD

a. Sekolah 17 2

b. Guru 114 15
c. Murid 2.758 211

4. Pendidikan SMP 3 -
a. Sekolah
b. Guru 46 -
c. Murid 671 -

5. Pendidikan SMA
a. Sekolah
b. Guru 1 -
c. Murid 17 -

110 -

Sumber: Kec. Sa’dan dalam Angka, 2006

Jika di bandingkan jumlah usia sekolah dan kapaistas SD yang ada di Lembang
Sangkoropi masih mencukupi dengan tingkat pemakaian 93 %. Namun untuk sarana
dan prasarana pendidikan untuk tingkat SMP dan SMU di Lembang Sangkoropi tidak
tersedia. Hal ini mengindikasikan bahwa minimnya sarana dan prasarana pendidikan
di Lembang Sangkoropi pada kedua jenjang pendidikan ini.

Minimnya fasilitas pendidikan sumberdaya manusia ditentukan oleh kualitas


masyarakat untuk melajutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi. Hal ini di karenakan
letak SMP dan SMU kurang lebih 3 KM dari Lembang Sangkoropi dan dapat dijangkau
dengan berjalan kaki.

Peningkatan dan pengembangan sumberday manusia ditentukan oleh kualitas


pendidikan yang di miliki penduduk. Kemampan baca dan menulis serta angka
partisipasi sekolah merupakan kebutuhan dasar bagi penduduk. Pada tabel di sajikan
tingkat partisipasi pendidikan penduduk di wilayah sentra.
Tingkat Partisipasi Pendidikan Penduduk di Lembang Sangkoropi

Hal | 13
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (ORG) PERSENTASE

1 Tdk Tamat SD 2 13

2 SD 1 6

3 SMP 1 6

4 SMU 4 26

5 PT 7 46

Jumlah 15 100

Tabel di atas menunujuhkan bahwa tingkat partisipasi pendidikan penduduk Lembang


Sangkoropi lumay tinggi dimana prosentase berasal dai lulusan pergruan tinggi sangat
memadai (46%), disusul dengan llusan SMU (26%) dan SMP, sekolah dasar dan tidak
tamat SD. Hal ini dapat di mengerti mengingat masyarakat tana Toraja termasuk
Lembng Sangkoropi memeiliki semangat dan didikasi yang sangat kuat terhadap aspek
pendidikan.

3.2.3.Penduduk Menurut Agama

Gambaran mengenai pendudk berdasrkan kelompok agama di lokasi sentra

Jenis Agama Kec. Sa’dan Lembang Sangkoropi

1. Islam 96 8

2. Kristen Protestan 10.668 1.948

3. Kristen Katolik 2.668 212

4. Hindu 362 10

5. Budha - -

Hal | 14
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

6. Lainnya - -

Jumlah 13.733 2.178

Sumber: Kec. Sa’dan dalam Angka, 2006

Pada Tabel 3-17 ditunjukkan bahwa sebagian besar penduduk beragama Kristen
Protestan, baik di Kecamatan Sa’adan (77,68%) maupun di Lembang Sangkoropi (89,43%).
Urutan kedua di Kecamatan Sa’dan adalah penganut agama Kristen Katolik (18,98%) dan di
Lembang Sangkoropi adalah Kristen Katolik Sedangkan jumlah penduduk penganut agama
lainnya relatif lebih kecil , baik dikecamatan Sa’dan maupun Lembang Sangkoropi.

3.2.4. Penduduk Menurut Usia Kerja

Gambaran usia penduduk di wilayah kajian dominan pada kisaran usia 15-59
tahun seperti lazimnya struktur umur di Indonesia. Namun, bila penduduk itu dilihat dari
sisi ketenagakerjaan, yang terbagi dalam kelompok usia muda atau kelompok usia (15-59
tahun). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3-18.

Tabel 3-18. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Sa’adan dan
Kabupaten Tana Toraja

Kelompok Laki-laki Perempuan Total %


Umur (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
Kabupaten Tana Toraja
1. 0 - 14 95.475 85.786 181.261 41,66
2. 15-59 110.019 106,009 216, 49,66
3. > 60 18894 18.851 37.745 8,68
Jumlah 224.338 210.646 435.034 41,66
Kecamatan Sa’dan
1. 0 - 14 2.090 2.031 4.121 3.00
2. 15-59 4.522 3.748 8.270 60,22
3. > 60 698 644 1.342 9,28
7.310 6.423 13.733 100
Sumber : Kabupaten Tana Toraja Dalam Angka 2006; Kecamatan Sa’adan Dalam Angka
2006.

Pada Tabel 3-18 diperlihatkan kondisi penduduk menurut kelompok umur yang
tergolong produktif di Kabupaten Tana Toraja telah mencapai nilai sekitar 1.401,51
milyar atau terjadi peningkatan sebesar 14,20 % bila dibandingkan dengan tahun

Hal | 15
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

sebelumnya. Gambaran akan perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku kabupaten
Tana Toraja disajikan pada table 3-19.

Tabel 3-19. Perkembangan PDRB Atas Harga Berlaku Provinsi Sulawesi Selatan dan
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2001 -2005.

PDRB Atas Harga Berlaku Prosentase PDRB Tana


Tahun
Prov. Sul-Sel Kab. Tana Toraja Toraja Terhadap Sul-Sel
2001 1,936,140.00 957,689.73 3.00
2002 5,344,427,65 1,055,523.87 2,99
2003 9,414,659.01 1,122,847.53 2,85
2004 4,744,532.59 1,227,230.78 2,74
2005 2,042,724.45 1,404,505.29 2,70

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa kontribusi Tana Toraja terhadap


pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2005 berkisar 2,70 %. Nilai ini
menunjukkan bahwa kontribusi Kabupaten Tana Toraja terhadap perkonomian Provinsi
Sulawesi Selatan relative kecil.

3.2.5. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indicator penting untuk


mencermati hasil-hasil pembangunan terutama pada sector perekonomian di suatu
wilayah. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan output dalam
suatu perekonomian. Selain itu, indicator ini juga memberikan indikasi tentang sampai
sejauh mana aktifitas perekonomian selama periode tertentu telah menghasilkan
tambahan penghasilan pendapatan bagi masyarakat.

Hal | 16
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga


konstan. Dengan demikian angka pertumbuhan yang diperoleh semata-mata
mencerminkan pertumbuhan PDRB riil yang dihasilkan oleh aktifitas perekonomian suatu
wilayah pada periode tertentu.

Jika diamati pada table 3-20 dalam kurun waktu 2001-2005 perekonomian
kabupaten Tana Toraja mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi dengan rata-rata
sebesar 3,76%. Pertumbuhan terndah terjadi pada tahun 2003. Rendahnya pertumbuhan
tersebut disebabkan oleh adanya penurunan produksi Tanaman Bahan Makanan
disbanding dengan tahun sebelumnya. Namun dalam dua tahun terakhir terjadi
pertumbuhan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar
4,24% an 4,81 %.

Tabel 3-20. Pertumbuhan PDRB Kbupaten Tana Toraja Tahun 2001-2005

PDRB Atas Harga Berlaku PDRB Atas Harga Konstan 2000


Tahun Jumlah Perkembangan Jumlah Perkembangan
(Juta) (%) (Juta) (%)
2001 957,689.73 13.30 870,433.22 2,97

2002 1,055,523.87 10.22 906,659.03 4,16

2003 1,122,847.53 6,38 930,360.37 2,61

2004 1,227,230.78 9,30 969,821.52 4,24

2005 1,404,505.29 14,20 1,016,448.17 4,81

Rata-rata 10,68 3,76

Sumber : PDRB Kabupaten Tana Toraja 2001-2005

3.2.6. Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian suatu wilayah dapat diketahui dengan melihat


komposisi PDRB suatu wilayah menurut lapangan usaha. Dari Komposisi ini dapat
diketahui peran masing-masing sector terhadap pembentukan PDRB wilayah tersebut .
Semakin besar nilai suatu sector maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut
terhadap perkembangan perekonomian wilayah tersebut.

Hal | 17
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

Struktur ekonomi kabupaten Tana Toraja pada kurun waktu 2001-2005 tidak
mengalami pergeseran yang cukup signifikan . Peranan sector pertanian, yaitu rata-rata
pertahunnya 51, 52 % seperti yang disajikan pada table 3-21. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar besar penduduk kabupaten Tana Toraja perekonomiannya masih
mengandalkan pada pertanian tanaman pangan.

Tabel 3-21. Struktur Ekonomi Kabupaten Tana Toraja Atas Harga Berlaku 2001-2005 (%)

Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006


1. Pertanian 54,23 52,71 51,82 50,25 48,60 51,5
2
2. Pertambangan dan Penggalian 0,30 0,35 0,38 0,40 0,43 0,37
3. Industri Pengolahan 3,80 4,04 4,21 4,25 4,20 4,10
4. Listrik, Gas, dan Air minum 0,45 0,55 0,60 0,64 0,64 0,58
5. Bangunan 4,27 4,55 4,46 4,75 4,79 4,56
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 12,14 12,00 12,43 12,45 12,86 12,3
8
7. Angkutan & Telekomunikasi 3,14 3,58 3,74 3,93 3,96 3,67
8. Keuangan, Persewaan & Jasa 4,08 4,42 4,65 5,43 5,65 4,85
Perseorangan
9. Jasa-jasa 17,59 17,80 17,71 17,91 18,89 17,9
8
Sumber : PDRB Kabupaten Tana Toraja 2001-2005

Kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Tana Toraja tahun


2005 adalah sector pertanian sebesar 48,60% . Selain sektor pertanian, sector yang
mempunyai kontribusi yang cukup signifikan adalah sector jasa-jasa dan sector
perdagangan, hotel dan restoran masing-masing 18,89 dan 12,86 %. Sektor pertambangan
dan penggalian pada tahun yang sama mempunyai kontribusi yang paling kecil yaitu 0,43
%.

Tabel 3-21 menunjukkan bahwa kurun waktu 2001-2005, sector pertanian


mengalami penurunan dari 54,32% menjadi 48,60%. Hal ini disebabkan karena setiap
tahunnya terjadi pergeseran lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Sedangkan

Hal | 18
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

sector yang mengalami peningkatan kontribusi adalah sector perdagangan, hotel &
restoran dan sector jasa-jasa.

3.2.7. PDRB Perkapita

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemakmuran penduduk


disuatu wilayah adalah PDRB Perkapita. Pada hakikatnya nilai ini belum mencerminkan
penerimaan penduduk secara nyata dan merata, mkarena nilai ini merupakan angka rata-
rata.

Tabel 3.22 menunjukkan nilai PDRB perkapita atas harga berlaku untuk
kabupaten Tana Toraja dan Provinsim Sulawesi Selatan. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
PDRB Perkapita Kabupaten Tana Toraja mencapai Rp. 3.280.585 dengan peningkatan
12,97% dari tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita kabupaten Tana
Toraja selama kurun waktu tersebut sebesar 7,96% pertahun. Nilai ini lebih rendah dari
pertumbuhan PDRB Perkapita masyarakat Sulawesi Selatan sebesar 11,42% pertahun.

Tabel 3-22. PDRB Perkapita atas Harga Berlaku Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten
Tana Toraja Tahun 2001-2005

Tahun PDRB Perkapita (Rupiah)


Rasio
Sul-Sel Pertumbuhan Tana Toraja Pertumbuhan
2001 4.510.560 - 2.419.973 - 1 : 1,86
2002 4.888.084 8,37 2.646.849 9,38 1 : 1,84
2003 5.343.024 9,31 2.773.317 4,78 1 : 1,92
2004 6.047.000 13,18 2.903.973 4,71 1 : 2,08
2005 6.943.006 14,82 3.280.585 12,97 1 : 2,11
Rataaan 11,42 7,96 1 : 1,87
Sumber : PDRB Kabupaten Tana Toraja 2001-2005

Nilai PDRB Kabupaten Tana Toraja masih terlalu rendah jika dibandingkan
dengan PDRB Perkapita provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2005 rasio antar PDRB
perkapitan Kabupaten Tana Toraja dengan PDRB perkapita Provinsi Sulawesi Selatan
sebesar 1 : 2,11. Rata-rata rasio dalam kurun waktu 2001-2005 sebesar 1 : 1,92.

3.2.8. Bidang Pertambangan

Di Kabupaten Tana Toraja ditemukan hampir semua jenis mineral yang


ditambang. Jenis mineral tersebut diantaranya golongan A (Batu Bara), Golongan B

Hal | 19
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

(Logam mulia, besi, tembaga, timah, seng) dan Golongan C (Zeolit, kolin, batu gamping,
Marmer, Batu Pasir dll). Keberadaan mineral tambang ini menyebar pada beberapa
kecamatan di wilayah Tana Toraja diantaranya Ke. Mangkendek (Randanan) Kec. Bituang
(Sasak), Kecamatan Sa’dan (Sangkaropi) dan sebagainya.

Kontribusi bidang pertambangan terhadap perekonomian kabupaten Tana


Toraja pada tahun 2005 sebesar 5.975,70 (juta rupiah) atau 0,43% dari total PDRB atas
harga berlaku kabupaten Tana Toraja. Hal ini disebabkan oleh karena kontribusi ini hanya
diperoleh dari mineral tambang golongan C berupa batu gunung dan pasir dengan
produksi masing-masing sebesar 17.255 m 3 dan 164.908 m3 . Sementara untuk mineral
tambang golongan A dan B masih dalam tahapan eksplorasi. Nilai kontribusi ini diduga
akan meningkat drastis ketika tambang golongan A dan B sudah dalam tahapan
eksploitasi.

3.3. Sosial Budaya

3.3.1. Adat Istiadat

Rencana Kegiatan Eksplorasi Tambang Timbal dan mineral ikutannya secara


administrative terletak di Lembang Sangkoropi, kecamatan Sa’dan, Kabupaten Tana
Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Penduduk yang berdomisili secara permanen di
Lembang Sangkoropi merupakan penduduk lokal (etnis toraja) dengan adat istiadat dan
budaya mereka yang sangat unik dibandingkan dengan etnis bugis, Makassar dan mandar
yang terdapat di wilayah Sulawesi Selatan. Setiap unsur kebudayaan mengandung symbol
yang sarat dengan makna denotasi dan pragmatis, yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya dan dipraktikkan oleh unit social masyarakat tertentu dalam dimensi ruang
dan waktu tertentu. Demikian halnya kebuadayaan toraja yang bersifat kompleks.
Kompleksitas itu ditandai dengan berbagai unsur seperti agama Alukta, upacara-upacara
yang sarat makna, system pengetahuan, organisasi social, pertanian dan sebagainya.
Simbol- symbol dari unsure kebudayaan masyarakat Toraja yang sarat dengan
makna perlu untuk dikembangkan dan terus dipupuk sebagai perekat integrasi social
masyarakat Toraja yang memiliki cirri dan keunikan dalam budayanya. Kemajemukan
masyarakat toraja dapat dilihat adanya kelompok masyarakat disamping menganut
falsafah Toraja, juga sudah menganut agama yang lain dari Alikta (agama leluhur).

Hal | 20
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

Kemajemukan pada tingkat ini semakin rumit oleh terdapatnya stratifikasi social
tradisional yang semakin menjadi rumit oleh terdapatnya stratifikasi social tradisional
yang cukup berpengaruh di beberapa tempat. Dengan demikian terdapat pula lapisan-
lapisan budaya yang salin berinteraksi yang didukung oleh berbagai unit social
masyarakat yang mempraktikkan budaya lokal masyarakat Toraja.
Lakipadada merupakan sosok dapat mengembalikan dimensi ide dan cara
berfikir masyarakat Toraja sebagai suatu entitas dan proses akal yang meliputi seluruh
konsep, proposisi, system nilai yang dibagi bersama untuk masyarakat Toraja, dan
bagaimana sikap-sikap dan cara menganinya. Nilai-nilai tersebut yang bersifat abstrak
perlu dieksternalisasikan ke dalam bentuk budaya yang dicapai dan dimengerti oleh
masyarakat Toraja pada umumnya. Hasil itu kemudian dididtribusikan secara social
dengan cara bagaimana makna budaya kolektiof tersebut dan bentuk-bentuk eksternal
yang sarat dengan makna tersebar di masyarakat luas dan bagaimana hubungan antara
satu dengan yang lainnya.
Sekiranya ini dapat terwujud , maka kemungkinan besar ditemukan masyarakat
toraja yang saling berinteraksi dan membentuk suatu identitas ke- Toraja-an. Suatu
identitas yang dapat menunjang integrasi nasional. Budaya Toraja yang berkembang dari
Aluk Todolo-Alukta (agama dan kepercayaan) mengandung makna yang luar biasa.
Misalnya dlam upacara kematian (Death ritual) dan syukuran (Life Ritual). Meskipun
sebagian masyarakat menganngap upacara tersebut memakan biaya yang begitu tinggi
(mahal), jauh lebih rumit dan menakutkan, namun jika ditilik dari segi dampak, secara
social ekonomis, memberikan suatu makna minimal semangat kebersamaan. Misalnya
membangun lantang secara bersama-sama dan tidak digaji, cukup dengan menyiapkan
makanan dengan lauk dan setelah upacara mereka diberikan atau dibagian daging kerbau
yang dipotong. Banyak keluarga dan handai tolan dari keluarga yag berduka untuk
meluangkan waktunya berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ada yang datang dengan
rombongan menunjukkan simpatinya membawa sumbangan sumbangan baik berupa
kerbau, bai, tuak, gula atau rokok. Rombongan-rombongan tersebut dijamu sebagai tamu
kehormatan. Memang, kegiatan ini memakan biaya yang begitu besar. Akan tetapi, jika
dilihat dari segi makro yaitu dari sisi masyarakat secara keseluruhan, ternyata upacara
tersebut memberikan sumbangan yang menguntungkan bagi perekonomian masyarakat
toraja, sebab secara teorotis, pengeluaran sesorang yang besar akan menjadi pendapatan

Hal | 21
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

bagi orang lain. Hal ini berarti jumlah pengeluaran bagi masyarakat penyelenggara
upacara, merupakan pendapatan yang besar bagi kelompok masyarakat lainnya.
Disamping itu pula kegiatan tersebut menopang sector pariwisata.
Dalam membangun masyarakat Toraja, perlu memperhatikan aspek
budayanya. Sebab nilai-nilai luhur yang muncul dalam tatanan symbol , mengandung
makna yang dapat menunjang integrasi social seperti nilai keagamaan, nilai
kemasyarakatan dan nilai yang berkaitan dengan manusia Toraja sebagai pencipta karya.
Manusia Toraja baru menjadi manusia yang sebenarnya (Tau Tongen) apabila dalam
kehidupanya ia mampu dan berhasil melaksnakan upacara kehidupan (aluk rampe
matallo) dan upacara kematian (Aluk rampe matampu) mulai dari pelaksanaan aluk yang
paling rendah sampai aluk yang lebih tinggi (bua). Dala hal ini, perlu diketahui bahwa
manusia toraja adalah manusia yang religious.
Nilai tongkonan, misalnya menyimbolkan tentang pandangan orang toraja
tentang apa hakikat masyarakat dimana symbol ini lebih banyak berbicara mengenai
hubungan social dalam masyarakat yaitu hubungan kekerabatan dan perkawinan, dan
hubungan sosial lainnya baik secara horosontal maupun vertikal. Hubungan hubungan
tersebut dilandasi oleh tekad persatuan dan kesatuan , serta semangat kegotong
royongan. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan-ungkapan masyarakat Toraja , diantaranya
siapadiong lisunna pala, spolan seponna kalepak, seia sekata, saling menghormati, saling
melindungi satu sama lain. Misa’ kada dipotuo pantan kada dipomate, bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh. Makna simbol tersebut dikaitkan dengan pembangunan masyarakat
toraja adalah pondasi yang sangat kuat, terutama keterpaduan antara agama dan
masyarakat, bahwa dalam pandangan budaya toraja, mustahil memikirkan masyarakat
tanpa agama dan demikian pula sebaliknya.
Toraja dan tongkonannya, merupakan suatu karya seni yang melambangkan
bahwa manusia-manusia toraja memiliki etos kerja. Tongkonnan hanya dihasilkan oleh
orang-orang yang mau bekerja keras,sebagaimana salah satu cirri orang toraja yang ulet
dan giat berusaha, etos kerja yang tinggi, inovatif, kreatif, dan keharmonisan. Tongkonan
mengandung makna keharmonisan dimana dalam berbagai aspek tergambar
keharmonisan kosmos, ritus syukuran dan ritus kematian, hubungan sosial, semuanya ini
tergambar dalam pranata tongkonan. Disamping itu, simbol kejujuran dan keikhlasan,

Hal | 22
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

yang tampak dalam tekad persatuan dan kesatuan, kegotongroyongan dan kekeluargaa
yang sangat tampak dalam setiap pelaksanaan upacara.
Semangat atau spirit budaya toraja itulah yang penting untuk menopang
pembangunan masyarakat di Toraja, khususnya dalam pengambilan kebijakan
pembangunan masyarakat toraja, khususnya dalam pengambilan kebijakan
pembangunan masyarakat toraja. Dalam hal ini, toraja yang melekat dengan budaya,
Toraja dengan semangat semangat kegotong royongan, Toraja dengan semangat dan
etos kerja yang tinggi, Toraja dengan inovasi dan kreativitasnya, Toraja dengan kehidupan
masyarakat yang harmonis, penuh kejujuran dan keihlasan , sebagaimana tergambar
dalam upacara-upacara yang begitu bermakna. Tongkonan merupakan symbol ,
semangat dan jati diri bagi masyarakat Toraja.

3.3.2. Proses Sosial

Proses sosial masyarakat di lokasi Rencana Kegiatan Pendampingan Sentra IKM


Minyak Nilam di Lembang Sangkoropi , Kecamatan Sa’dan, Kabupaten Tana Toraja
sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan budaya lokal masyarakat seperti telah
digambarkan diatas. Gambaran mengenai kondisi sosial budaya masyarakat di
Lembang Sangkoropi, Kecamatan Sa’dan, Kabupaten Tana Toraja ditunjukkan upacara
adat yang terkenal dan dan tidak ada duanya di dunia, yaitu upacara Rambu Solo
( upacara untuk pemakaman) dengan acara Sapu Randanan, dan Tombi Sarutu, juga
acara upacara M’nene’. Selain itu adapula Upacara adat Ramnu Tuka. Upacara-
upacara adat tersebut di atas baik rambu Tuka’ maupun Rambu Solo’ diikuti oleh seni
tari dan seni music khas Toraja yang bermacam-macam ragamnya.

Rambu Tuka’
Upacara adat Rambu Tuka’ adalah acara yang berhubungan dengan acara
syukuran misalnya acara pernikahan, syukuran panendan peresmian rumahrumah
adat/ tongkonan yang baru, atau yang selesai direnovasi; menghadirkan semua
rumpun keluarga, dari acara ini membuat ikatan kekeluargaan di Tana Toraja sangat
kuat semua upacara tersebut dikenal dengan nama MA’Bua’, Meroek, atau Mangrara
Banua Sura’.

Hal | 23
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

Untuk upacara adat Rambu Tuka’ diikuti oleh seni tari : Pa’Gellu, Pa’ Boneballa,
Gellu Tungga’, Ondo Samalele, Pa’Dao Bulan, Pa’Burake, Memanna, Maluya, P’Tirra,
panimbong dan lain-lain. Untuk seni music yaitu P’pompong, pa’Barrung, Pa’Pelle .
Musik dan seni tari yang ditampilkan pada upacara Rambu Solo’ tidak boleh (tabu)
ditampilkan pada upacara Rambu Tuka’.

Rambu Solo (Upacara Pemakaman)

Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun
ini, mewajibkan keluarga yang ditinggal membuat sebuah pesta sebagai tanda
penghormatan terakhir pada emndiang yang telah pergi. Dalam pelaksanaannya,
upacara Rambu Solo terbagi dalam beberapa tingkatan yang mengacu pada strata
social masyarakat Toraja, yakni :
Dipasang Bongi, upacara yang hanya dilaksanakan dalam satu malam. Dipatalung
Bongi , Upacara yang berlangsung selama tiga malam dan dilaksanakan di rumah dan
ada pemotongan hewan. Dipalimang Bongi , Upacara pemakaman yang berlangsung
selama lima malam dan dilaksanakan disekitar rumah serta pemotongan hewan.
Dipapitung Bongi , Upacara pemakaman yang berlangsung selama tujuh malam yang
setiap harinya ada pemotongan hewan.
Biasanya pada upacara tertiggi dilaksanakan dua kali dalam rentan waktu
sekurangnya setahun, upacara yang pertama disebut Aluk Pia biasanya dalam
pelaksanaannya bertempat di sekitar tongkonan keluarga yang berduka, sedangkan
upacara kedua yakni upacara Rante biasanya dilaksanakan disebuah “ Lapangan
Khusus” karena upacara yang menjadi puncak dari prosesi pemakaman ini biasanya
ditemui berbagai ritual adat yang harus dijalani, seperti : Ma’tundan, Mebalun
(membungkus jenazah), Ma’roto (membubuhkan ornament dari benang emas dan
perak padapeti jenazah), Ma’Popengkalo Alang (menurunkan jenazah kelumbung
untuk disemayamkan), dan yang terakhir Ma’palao (yakni mengusung jenazah
ketempat peristirahatan yang terakhir).

Hal | 24
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

Mapasigala Tedong

Tidak hanya ritual adat yang adapat dijumpai dalam upacara rambu solo,
sebagai kegiatan budaya yang begitu menariknya dapat dipertontonkan dalam
upacara ini, antara lain : Mapasigala tedong ( Adu kerbau), perlu diketahui bahwa
kerbau di Tana Toraja memiliki cirri yang mungkin tidak dapat ditemui di daerah lain,
mulai yang memiliki tanduk bengkok kebawah sampai dengan kerbau berkulit belang
(tedung bonga), tedong bonga di Toraja bernilai tinggi harganya sampai ratusan juta;
Sisemba ( adu kaki); tari tarian yang berkaitan dengan ritus rambu solo’: Pa’Bodong,
P’Dondi’, Pa’Randing, P’Katia, Pa’papanggan, Passailo Dan Pa’Pasilaga Tedong;
Selanjutnya untuk seni musiknya : P’pompang, pa’dali-dali dan Unnosong;
Ma’tinggoro tedong (Pemotongan kerbau dengan cirri khas masyarakat Toraja, yaitu
dengan menebas kerbau dengan parang dan hanya sekali tebas), biasanya kerbau
yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang
Batu. Menjelang usainya Upacara Rambu Solo’, keluarga mendiang diwajibkan
mengucapkan syukur pada sang pencipta yang sekaligus menandakan selesainya
upacara pemakaman Rambu Solo’.
Kegiatan kerjasama melalui gotong royong juga selalu terjalin dalam struktur
social masyarakat Tana Toraja. Kerjasama masyarakat di Lembang Sangakoropi tidak
terlepas dari nilai-nilai budaya, peran tokoh agama/ adat dan pemerintah local
( lembang dan dusun), terus menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif
menjalin kerjasama dan gotong royong pada berbagai kegiatan social mulai dari
kegiatan keagamaan, hari nasional dan program-program pemberdayaan masyarakat
baik dari pemerintah maupun dari berbagai organisasi non pemerintah.
Namun demikian, dinamika masyarakat dalam proses social kadang kala dapat
pula menyebabkan konflik social antara pribadi atau keluarga, namun masih dalam
skala kecil. Pada umumnya konflik internal ini disebabkan penguasaan tanah,
perbedaan status social seperti telah dijelaskan diatas. Sedangkan maslah kriminal
relativ sangat jarang terjadi misalnya pertikaian antar kelompok masyarakat.
Demikian juga tindakan kriminal lainnya seperti minuman keras, perjudian, pencurian
dan perampokan relative sangat jarang terjadi.

Hal | 25
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

BAB 4. ORGANISASI DAN MANAGEMEN

4.1. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan Pendampingan Setra IKM Minyak Nilam di Kabupaten Tana Toraja harus dapat
diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari 180 (seratus delapan puluh puluh ) hari
kalender.

4.2. Rencana Kerja


Berdasar pada pendekatan dan metodologi kerja, maka disusun rencana implementasi
setiap item kegiatan studi. Pertimbangan dalam penjadwalan kegiatan adalah
kesinambungan proses, efektifitas dan efisiensi kegiatan, kualitas hasil pekerjaan dan
kemampuan manajerial dalam mengimplementasikan kegiatan.

Dalam pelaksanaan studi ini, disusun kerangka kerja yang pada hakekatnya dibagi atas 3
(tiga) Tahapan, yakni : 1). Tahap Persiapan, yang terdiri dari kegiatan pengumpulan data
sekunder dan kegiatan persiapan survey; 2). Tahap survey/kegiatan lapangan, dan; 3).
Tahap Analisa Kelayakan serta pelaporan.

Tahapan kegiatan yang membutuhkan pengaturan waktu yang tepat dan menentukan
hasil secara keseluruhan adalah kegiatan survey lapangan. Sesuai dengan metode yang
akan digunakan, maka rencana kegiatan survey di bagi dalam 2 (dua) bentuk yaitu

Hal | 26
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

kegiatan survey fisik dan kegiatan koordinasi institusi dan konsultasi partisipatif. Kedua
kegiatan lapangan tersebut diperkirakan membutuhkan waktu + 1 (satu) bulan terhitung
setelah tahapan persiapan dilakukan.

Time line pelaksanaan kegiatan ditunjukkan pada Gambar 6.1 Sementara Jadwal kegiatan
dan lokasi implementasi setiap kegiatan disajikan pada Tabel 3.1 .

Time Schedule

No Uraian Durasi Waktu

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan 1 Bln

a. Persiapan Tim;
b. Penyiapan dan pembekalan Tim Teknis
c. Mobilisasi

2 Implementasi Kegiatan 4 Bln

a. Mapping Status dan Profil Klaster


1. Perencanaan Workshop
2. Penyebaran Undangan
3. Penyelenggaraan Workshop
4. Pembuatan Laporan Status & Profil Klaster

b. Pembuatan Keterampilan Wirausaha


1. Perencanaan Collaborative Activities
2. Pertemuan Consensus Building
3. Workshop Wirausaha
4. Pertemuan Lanjutan :
Membuat Rancangan Business Plan

c. Pembuatan Rencana Bisnis Klaster


1. Planning session Stretegi Usaha Klaster
2. Penyusunan & Pendokumentasian
Business Plan
3. Bantuan Implementasi Business Plan
4. Pemasaran Bersama

d. Penguatan Bisnis Koperasi


1. Planning session Stretegi Usaha Koperasi
2. Penyusunan & Pendokumentasian
Business Plan
3. Bantuan Implementasi Business Plan
 Manajemn Pemasaran
 Manajemen Keuangan

Hal | 27
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

 Manajemen Produksi

e. Studi Peningkatan Teknik Produksi


1. Planning session Teknik Produksi
2. Survey Teknik Produksi
3. Penyusunan Lapporan Survey
4. Bantuan Implementasi Teknik Produksi

3 Monitoring dan Evaluasi 1 Bln

4 Laporan 1 Bln

a. Pendahuluan
b. Antara
c. Akhir

4.3. Organisasi Pelaksana

4.3.1. Struktur Organisasi

Untuk tujuan managamen proyek dan implementasi kegiatan, dibentuk organisasi


pelaksana yang diisi oleh personil yang memiliki pengaman kerja di bidang yang sama.
Penempatan personil dalam struktur organisasi pelaksana proyek diharapkan dapat
membagi proporsi kerja dan tugas/tanggung jawab kerja sehingga melalui pembagian
kerja yang profesional diharapkan tujuan dan sasaran proyek yang diharapkan dapat
terwujud. Struktur organisasi pelaksana di sajikan pada Gambar 4.1

Hal | 28
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

Tim Leader
Dr. Ir. Amran Laga, M.Si.

Tng. Pendukung

Ahli Pemasaran Ahli Teknik/Produksi Ahli Manajemen/Keuangan


Ahsan Anwar, SE, M.Si. Ir.Ramualsud Tangkaisari. Arifin Djiwang, SE.

Administrasi Op. Komputer


Salman,S.Sos. Fatmawati, S. Kom

i i

Keterangan
: Garis instruksi
: Garis koordinasi

Gambar 2-1
Struktur Organisasi Tim Konsultan

4.4. Personil dan Layanan Keahlian

Salah satu bagian organisasi dan managemen yang cukup penting dan menunjang
tercapainya tujuan kegiatan, adalah personil pelaksana. Untuk itu konsultan telah
menyiapkan personil yang handal sesuai dengan petunjuk KAK, yang terdiri atas tenaga
ahli dan tenaga pendukung sebagai berikut :

Tenaga Ahli
1. Ahli Teknologi Pertanian
2. Ahl Pemasaran
3. Ahli Ahli Teknik/Produksi
4. Ahli Manajemen dan Keuangan

Tenaga Pendukung

Hal | 29
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

1. Fasilitator (2 orang)
2. Administrasi dan Keuangan Proyek (1 orang)

Kualifikasi Personil yang akan disediakan adalah :

1) Team Leader.
Team Leader adalah seorang Doctor Teknologi Pertanian (S3, ) dengan 20 (dua
puluh) tahun pengalaman dan mempunyai dan pengetahuan yang luas dalam
bidang Teknologi Industri Pertanian da industri lainnya.

2) Ahli Pemasaran
Seorang Master (S2) yang telah berpengalaman sekurang – kurangnya 5 (lima)
tahun dan pengetahuan yang luas dalam bidang pemasaran.

3) Ahli Teknik/Produksi
Seorang sarjana Teknologi Pertanian (S1) yang telah) berpengalaman 5 (lima)
tahun dan mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidang teknik dan
produksi khususnya industri pertanian .

4) Ahli Manajemen dan Keuangan


Seorang sarjana Ekonomi (S1) yang telah berpengalaman sekurang – kurangnya
5 (lima) tahun dalam bidang manajemen dan keuangan khusunya dalam bidang
industri pertanian.

5) Administrasi Keuangan
Seorang sarjana harus mempunyai pengalaman minimal 2 (dua) tahun dan
berpengalaman luas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai bidangnya masing –
masing. Tugas dan tanggung jawab adalah membantu tenaga ahli
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan dari lapangan dan bertanggung
jawab atas ketelitian hasil yang didapat.

Hal | 30
Pedampingan Sentra IKM Minyak Nilam Kab. Tana Toraja Laporan Pendahuluan

5. PENUTUP

Laporan pendahuluan dalam rangka pelaksanaan Pendampingan Sentra IKM Minyak Nilam
di Kabupaten Tana Toraja disusun sebagai salah satu kewajiban konsultan pelaksana, dan
sekaligus sebagai landasan dan/atau pedoman bagi konsultan untuk melaksanakan tugas.
Demikian pula, laporan ini dapat menjadi acuan evaluasi bagi pemberi pekerjaan untuk
menilai pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan kepada konsultan.

Laporan ini bukanlah hal yang baku, sehingga masih memungkinkan adanya tambahan
perbaikan, baik format ataupun substansi lainnya sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut
dimungkinkan dalam kerangka mencapai kesempurnaan hasil pekerjaan.

Demikianlah, semoga laporan inii dapat memenuhi tuntutan pekerjaan dan memberikan
hasil sebagaimana yang diharapkan. Terima Kasih.

Hal | 1

Anda mungkin juga menyukai