NASKAH PROPOSAL - AKHMAD RISKI (BismillaH) ACCC
NASKAH PROPOSAL - AKHMAD RISKI (BismillaH) ACCC
Usulan SKRIPSI
S1 Farmasi Klinis dan Komunitas
Diajukan oleh :
Akhmad Riski
200102016
Oleh :
AKHMAD RISKI
200102016
Tanggal : Tanggal :
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan tepat waktu yang telah ditentukan.
Tema dalam penelitian ini yaitu “Hubungan Antara Kualitas Hidup Pasien
Penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
pembuatan Skripsi. Oleh karena itu, tidak ada sebuah rangkaian atau untaian kata
indah yang dapat penulis sampaikan selain ucapan terima kasih sedalam-
1. Ibu apt. Erna Prihandiwati, S.F., M.Farm selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
2. Bapak apt. Riza Alfian, S.Farm., M.Sc selaku dosen pembimbing 1 yang telah
Penyusunan Skripsi.
3. Ibu apt. Soraya, S.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan
Skripsi.
iii
4. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin
5. Ayahanda dan Ibunda terimakasih atas segala doa yang tak henti-hentinya
serta kekuatan, nasehat, dukungan moril, materil, dan kasih sayang yang tiada
pernah habisnya, semoga berbalas dengan pahala yang berlipat ganda dan
yang selalu saling menyemangati, membantu dan memotivasi satu sama lain
Mungkin hanya ungkapan terima kasih yang dapat penulis ucapkan. Penulis
menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan agar selanjutnya
jauh lebih baik. Penulis berharap semoga gagasan pada Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi dunia kesehatan dan pendidikan pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Akhmad Riski
iv
DAFTAR ISI
v
3.3.b Kriteria Ekslusi................................................................................................34
3.3.c Metode Pengambilan Sampel..........................................................................35
3.4 Variabel dan Definisi Operasional.........................................................................35
3.4.a. Variabel..........................................................................................................35
3.4.b. Definisi Operasional.......................................................................................35
3.5 Prosedur Penelitian.................................................................................................37
3.5.a Tahap Persiapan..............................................................................................37
3.5.b Tahap Pelaksanaan..........................................................................................37
3.5.c Tahap Akhir.....................................................................................................37
3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data........................................................................38
3.6.a Teknik Pengolahan Data..................................................................................38
3.6.b Teknik Analisis Data.......................................................................................38
3.7 Alat dan Instrumen Penelitian................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................41
LAMPIRAN...................................................................................................................43
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal,
saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis
bertahun-tahun karena kadar gula darah meningkat secara bertahap dan gejala
yang dirasakan pasien masih ringan. Pasien dengan kondisi peningkatan kadar
dan makrovaskuler. Hal ini mampu memberikan efek terhadap kualitas hidup
pasien, Salah satu tujuan terapi pengobatan diabetes melitus adalah meningkatkan
kualitas hidup pasien tersebut. Kegagalan terhadap terapi anti diabetes melitus
et al., 2014).
10
11
19,47 juta. Dengan jumlah penduduk sebesar 179,72 juta, ini berarti prevalensi
diabetes di Indonesia sebesar 10,6%. Antara tahun 2000 - 2016, ada peningkatan
5% dalam angka kematian dini yakni sebelum usia 70 tahun akibat penyakit
Jakarta dengan angka 3.4%, kedua Kalimantan Timur 3.1 %, dan ketiga DI
(Kemenkes, 2018).
hidup pasien. Kualitas Hidup pasien berpotensi mengalami penurunan karena ada
penyakit yang tidak bisa sembuh dan kemudian kadar gula yang turun naik akan
hubungan yang signifikan dengan angka kesakitan dan kematian, serta sangat
berpengaruh pada usia harapan hidup pasien diabetes melitus (Smeltzer & Bare,
2008). Kualitas hidup pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu antara lain faktor demografi yang meliputi usia dan status pernikahan,
kemudian faktor medis yaitu lama menderita serta komplikasi yang dialami dan
memiliki kualitas hidup rendah. Hasil penelitian tersebut selaras dengan penelitian
yang dilakukan oleh Faswita (2019) dari 24 sampel atau responden 95,6% pasien
DM tipe 2 mendapati kulitas hidup yang kurang baik, penelitian ini juga
Kualitas hidup pasien diabetes melitus itu perlu diukur dan tujuan
pengukuran kualitas hidup pasien adalah untuk menentukan apakah pasien perlu
mendapatkan terapi yang di modifikasi atau tidak sehingga kualitas hidup pasien
dapat dipertahankan mengingat diabetes melitus itu penyakit yang tidak dapat
Salah satu jenis kuesioner yang dapat digunakan dan mudah untuk mengukur
kualias hidup pasien diabetes melitus adalah kuesioner EQ-5D. Kuesioner EQ-5D
telah banyak digunakan untuk mengukur kualitas hidup pasien dengan berbagai
Lama dan kelurahan Antasan Besar dengan jumlah penduduk 15.237 jiwa (Profil
pasien JKN dan pasien Umum, dimana pasien JKN yang terdiagnosa Diabetes
13
Melitus dapat diteruskan pada program PRB, sedangkan pasien umum harus
terbanyak pada tahun 2020 dengan jumlah kasus baru sebanyak 821. Pada tahun
2021 Prevalensi Dibetes Mellitus menduduki peringkat yang sama yaitu ke 3 dari
Melitus di puskesmas S.Parman terus meningkat dengan angka 451 kasus baru
Melihat tinggi nya pasien DM dan penglihatan data dari setiap tahunnya,
maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat kualitas hidup pasien DM.
ini yaitu :
di Puskesmas S.Parman?
Puskesmas S.Parman.
S.Parman
tentang kualitas hidup pasien Diabetes Melitus. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi wadah bagi peneliti untuk berpikir kritis dan kreatif sebagai
peneliti muda.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa
lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai kualitas hidup pasien
Diabetes Melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal,
saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis
pada tahun 2018 mengalami kenaikan dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi
8,5% pada tahun 2018. Berdasarkan data yang ada pada dokumen Riset
Kesehatan Dasar Indonesia pada penduduk umur ≥15 tahun menurut diagnosis
dokter sebesar 1,5 % pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 2,0% pada tahun
2018. Indonesia menempati peringkat ketujuh (7) dunia dalam daftar 10 negara
dengan penderita diabetes melitus umur 20-79 tahun dengan jumlah 10,7 juta
orang.
Klasifikasi DM adalah :
insulin secara absolut. Kondisi seperti ini disebabkan oleh penyakit autoimun
16
yang merusak sel beta pankreas (Ayu, 2019). DM tipe 1 ditandai oleh destruksi
sel beta pankreas, terbagi dalam dua sub tipe yaitu tipe 1A yaitu DM yang
destruksi autoimun sel beta. Sebelumnya disebut dengan DM junvile, terjadi lebih
sering pada orang muda tetapi dapat terjadi pada semua usia. DM tipe 1
peningkatan glukosa darah, dan pemecahan lemak dan protein tubuh (Damayanti,
2019).
kenaikan yang disebabkan oleh sel beta pankreas memproduksi insulin dalam
jumlah sedikit dan juga adanya gangguan pada fungsi insulin atau resistensi
kebutuhan tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95 % dari seluruh pasien dengan
DM dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih
insulin diperberat oleh produksi insulin yang menurun akibatnya kadar glukosa
2019).
a. DM Tipe 1
1) Faktor Genetik
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe anti
2) Faktor-faktor Imunologi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
3) Faktor Lingkungan
Virus atau Toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
b. DM Tipe 2
DM dikenal sebagai the silent killer, karena DM bisa berdampak pada semua
organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan, sekitar 90-95% pasien
DM memiliki DM tipe 2. Hal ini terjadi karena ada penurunan sensitivitas dari
insulin. Sejatinya penyakit ini berasal dari adanya gangguan di metabolisme yang
sekitar 30 tahun ke atas, meskipun begitu remaja maupun anakanak juga masih
badan berlebih atau obesitas, karena gangguan kelebihan berat badan merupakan
sebuah kondisi yang dapat menurunkan jumlah penyerapan insulin dari target
mengembangkan diabetes tipe 2 hingga saat ini belum diketahui secara jelas.
Meski begitu ada beberapa faktor tertentu yang dapat meningkatkan resiko
1) Usia
pada orang yang menginjak usia 45 tahun keatas. Hal tersebut disebabkan karena
orang berumur 45 tahun keatas cenderung tidak atau kurang rutinitas berolahraga
untuk melakukan aktivitas fisik, kehilangan massa otot, dan adanya peningkatan
19
berat badan seiring bertambahnya usia. Meski begitu, saat ini jumlah penderita
DM tipe 2 juga meningkat secara drastic dikalangan anak-anak, remaja, dan orang
2) Obesitas
dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah
serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh
menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan
2018).
3) Riwayat Keluarga
Resiko DM tipe 2 menjadi meningkat jika orang tua atau saudara sedarah
Seseorang yang tidak aktif secara fisik, memiliki kecenderungan lebih besar untuk
terserang penyakit DM tipe 2 ini, sebab apapun aktivitas yang melibatkan fisik
glukosa sebagai energi serta membuat sel lebih sensitif terhadap insulin (Ayu,
2019).
2.1.c Patofisiologi
dinding pembuluh darah dan akibat berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Hal ini terjadi pada saat kekurangan insulin. Pada saat defisiensi insulin tidak
dapat mempertahankan kadar glukosa plasma saat puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang
ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160/180 mg/ 100 ml) akan
bersama urin maka cenderung akan timbul polifagi. Akibat yang lain adalah
astenia atau kekurangan energi sehingga menjadi cepat lelah dan mengantuk
2.1.d Epidemiologi
penduduk dunia, 171 juta jiwa pada tahun 2000 dan sekitar 60% jumlah pasien
kalangan orang dewasa berusia 20-70 tahun diperkirakan akan meningkat dari 285
juta pada tahun 2010 menjadi 438 juta pada tahun 2030 (Ramachandran et al.,
dunia. Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang juga berpengaruh
21
jumlah terbesar pasien diabetes melitus di dunia (7,6 juta jiwa) pada tahun 2012
kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam
sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk
kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel
lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menjadi kurus.
Banyak kecing karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyak cairan yang keluar melalui
kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan, Dikira sebab rasa haus ialah
dalam darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
22
30%. Faktor genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah
faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta
b. Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan ≥ 20% dari ideal atau
berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada
otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin
selain itu reseptor insulin pada sel di seluruh tubuh termasuk di otot
berkurang jumlah dan kreatif annya atau kurang sensitif (Damayanti, 2018).
23
c. Usia
Faktor usia yang risiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30 tahun, hal
dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan
seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2
mmhg % tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah
d. Tekanan Darah
dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelainan
e. Aktivitas Fisik
2 selain faktor genetik, juga bisa dipicu oleh lingkungan yang menyebabkan
perubahan gaya hidup tidak sehat, seperti makan berlebihan (berlemak dan
makanan sehat dan aktivitas fisik teratur Mekanisme aktivitas fisik dalam
f. Kadar Kolesterol
g. Stres
mengalami stress dapat merubah pola makan, latihan, penggunaan obat yang
adalah riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria. DM tipe ini dijumpai pada
2-5 % populasi ibu hamil. Biasanya gula darah akan kembali normal setelah
a) Komplikasi Akut
peningkatan insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang
b) Kronis
dan neuropati
1) Komplikasi makrovaskuler
2) Komplikasi mikrovaskuler
pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada pembuluh darah ini
nefropati diabetic.
3) Komplikasi neuropati
semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom dan spinal Komplikasi
berupa ulkus kaki diabetik, pada umumnya tidak terjadi dalam 5-10 tahun
2018).
a) Pencegahan Primer
resiko tinggi yaitu individu yang belum menderita tetapi berpotensi untuk
b) Pencegahan Sekunder
Upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah
deteksi dini sejak awal penyakit DM. Salah satunya sering terjadi adalah penyakit
1) Skrining
Skrining adalah bentuk deteksi dini untuk penyakit yang berdampak besar bagi
hidup. Skrinning dilakukan dengan menggunakan tes urin dan kadar gula darah
2) Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan perencanaan diet atau terapi nutrisi medic yang
kegiatan fisik bilamana ternyata gagal maka diperlukan penambahan obat. Obat
hipoglikemik oral hanya digunakan pelapisan insulin dari sel beta pankreas atau
3) Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM. Makanan yang
masuk harus dibagi merata sepanjang hari dikarenakan sangat penting bagi pasien
diri untuk hidup sehat, dan membiasakan diri untuk berolahraga secara teratur.
28
c) Pencegahan Tersier
kesulitan dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan. Pada upaya pencegahan ini
tetap dilakukan penyuluhan bagi pasien dan keluarga dengan materi penyuluhan
upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang
kehidupan, dalam konteks budaya, sistem nilai dimana mereka berada dan
diri sendiri, adaptasi, merasakan perhatian orang lain, perasaan kasih dan sayang,
& Lazarus (1893) dalam Larasati, (2012) kualitas hidup adalah tingkatan yang
mereka. Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat dinilai dari kondisi
Jadi dalam skala yang luas meliputi berbagai sisi kehidupan seseorang
baik dari segi fisik, psikologis, kepercayaan pribadi, dan hubungan sosial untuk
cultural, sosial dan lingkungan. Kualitas hidup tidak dapat disederhanakan dan
disamakan dengan status kesehatan, gaya hidup, kenyamanan hidup, status mental
psikologis, sosial dan ekonomi, serta integritas biologis, individu, definisi apapun
akan digambarkan. Hal ini memungkinkan dampak kondisi penyakit yang berbeda
atau intervensi pada aspek keseluruhan atau spesifik kualitas hidup akan
konsep utama dari kualitas hidup. Pengukuran kualitas hidup seseorang digunakan
sebagai indikator yang valid untuk mengetahui apakah terapi yang diberikan
hidup pasien dengan berbagai macam penyakit di seluruh dunia. Kuesioner EQ-
yang diukur dengan menggunakan satu pertanyaan untuk tiap dimensi kualitas
hidup. Dimensi kualitas hidup yang diukur pada kuesioner EQ-5D adalah
dilakukan, rasa kesakitan/ tidak nyaman, dan rasa cemas/ depresi. Setiap dimensi
kondisi kesehatan dengan memberi tanda silang pada kotak parameter dari setiap
dari tiap dimensi kemudian dikombinasikan dalam urutan 5 digit angka yang
ke Indeks EQ-5D dengan kesimpulan nilai 0 adalah kematian dan 1 adalah kondisi
mereka dengan rentang dari 0 (kondisi kesehatan yang paling buruk) sampai 100
31
(kondisi kesehatan yang paling baik) (Obradovic & Liedgens, 2013; Lee et al.,
2013).
oleh pasien atau responden. Akan tetapi pengumpulan data kuesioner EQ-5D juga
a. Jenis Kelamin
b. Tingkat Pendidikan
c. Usia
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.
Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir
hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari
tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa (masa kini). Manakala usia pula
diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa (masa
d. Ekonomi Sosial
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2012) mengatakan status sosial
Sosial ekonomi yang rendah akan berdampak pada kualitas hidup yang
rendah.
pasien.
f. Komplikasi
dilakukan oleh Yusra (2012) mengatakan kualitas hidup yang rendah pada
2.4 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu :
METODE PENELITIAN
dilakukan segara prospektif. Data hasil penelitian akan disajikan secara deskriptif.
Populasi pada penelitian adalah pasien diabetes melitus rawat jalan yang
berobat di Puskesmas S.Parman. Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari
populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
1) Tuli
2) Buta huruf
35
36
datang secara berurutan dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan
3.4.a. Variabel
1. Variabel terikat
2. Variabel Bebas
1. Kualitas hidup pada penelitian ini adalah hasil pengukuran kualitas hidup
dengan kategori baik (sama dengan atau di atas skor rata-rata) dan Buruk
protokoler cara pengisian kuesioner dan form pengambilan data serta menyiapkan
informed consent.
seminar Skripsi.
39
Setelah data terkumpul, maka data yang diperoleh dari penelitian ini diolah
pasien. Skor kualitas hidup dari hasil dari perhitungan EQ-5D index
penelitian memiliki kategori kualitas hidup baik atau buruk. Apabila skor
kualitas hidup sampel di atas atau sama dengan skor rata-rata maka sampel
hidup buruk.
40
SPSS versi 20.0. Analisis statistik dilakukan dengan cara sebagai berikut.
hidup pasien diabetes melitus yang menjadi sampel penelitian. Kuesioner EQ-5D
untuk mengukur kualitas hidup pasien diabetes mellitus sudah diuji validitas dan
Saleh Banjarmasin. Hasil uji menunjukkan bahwa kuesioner EQ-5D valid dan
(Fahlevi, 2016).
41
DAFTAR PUSTAKA
Perwitasari, D.A., Adikusuma, W., Rikifani, S., Supadmi, W., Kaptein, A.A.,
2014, Quality of Life and Adherence of Diabetic Patients inDifferent
Treatment Regimens, Indonesian Journal of Clinical PharmacyVol. 3
No. 4, hlm 107–113
Purwaningsih, Noviana. 2018. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Jalan
RSUD Dr. Moewardi Periode Februari-Maret 2018.” Jurnal Kesehatan
Surakarta 15(1):1–17.
Raudatussalamah & Fitri, A. R. 2012. Psikologi Kesehatan. Pekanbaru:
AlMujtahadah Press.
Saleh, F., Shirin, J.M., Ferdous, A., Hafez, A., Liaquat, A., 2004, Non-adherence
to self-care practices & medication and health related quality of life
among patients with type 2 diabetes: a cross-sectonal study, BMC Public
Health; 14: 431
Siwiutami, F. 2017. Gambaran Kualitas Hidup Pada Penyandang Diabetes Melitus
Di Wilayah Puskesmas Purwosari Surakarta.
Soewondo, Pradana., Alessandra Ferrario, Dicky Levenus Tahapary, 2013,
Challenges in Diabetes Management in Indonesia: a literature review
Globalization and Health 2013, 9:63.
Spasic, A., Radovanovic, R.V., Dordevic, A.C., Stefanovic, N., Cvetkovic, T.,
2014, Quality of Life in Type 2 Diabetic Patients, Scientific Journal of
the Faculty of Medicine in Niš 2014;31(3):193-200
Utami Desni Tri, dkk. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum. Vol. 1 No. 2. JOM
PSIK [Accsess 22 desember 2016]
Yusra, Aini. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien
Dm Di Rumah Sakit Fatmawati.
Who. 2016. Global Report In Diabetes,. France: Who Press.
.
44
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
Sampel Penelitian,
( )
45
26-35 56-65
36-45
Jenis Kelamin :
Laki – Laki Perempuan
Pendidikan :
Pendidikan Rendah ≤12 tahun Pendidikan Tinggi ≥ 12 tahun
Pendidikan :
SD PT
SLTA
Pekerjaan :
PNS Swasta
…………………… ………………………………………………
Komplikasi:
Ada Tidak Ada
Riwayat DM
Ada riwayat keluarga (Sebutkan, siapa : ............................)
< 5 tahun
≥ 5 tahun
KUESIONER EURO-QOL
Berilah tanda di dalam salah satu kotak di setiap kelompok pernyataan berikut
yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan anda hari ini.
Perawatan Diri
Saya tidak mempunyai kesulitan dalam merawat diri sendiri
Saya mempunyai kesulitan untuk mandi atau berpakaian sendiri
Saya tidak bisa mandi atau berpakaian sendiri
47
48