Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HAMIL BERMASALAH PADA PASIEN PLASENTA PREVIA

DISUSUN OLEH :
VERA MEI KURNINGSIH 201440136

DOSEN PENGAMPU :
Erni Chaerani, S.Pd,. MKM
Ns. Syafrina Arba’ani Djuria, S.Kep.
Sammy Lazuardi Ginanjar, S.Kep.

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PAGKALPINANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letak abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau pembukaan jalan lahir (Nugroho, 2010).
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan
pendarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada
kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan (Cut Meurah Yeni,
2017). Pada keadaan normal letak plasenta terletak pada bagian atas rahim. Plasenta
previa berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti
intra-uterine growth restriction (IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum
perdarahan, transfusi darah ibu dan histerektomi darurat.

2. Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui
dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah
segmen bawah rahim.3 Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada9 : 1. Multipara,
terutama jika jarak kehamilannya pendek 2. Mioma uteri 3. Kuretasi yang berulang 4.
Umur lanjut (diatas 35 tahun) 5. Bekas seksio sesaria 6. Riwayat abortus 7. Defek
vaskularisasi pada desidua 8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar,
eriblastosis fetalis. 9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya 10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada perokok berat (> 20 batang/hari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi
luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati
atau menutupi ostoum uteri internum.2 Endometrium yang kurang baik juga dapat
menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang
lebih rendah dekat ostium uteri http://repository.unimus.ac.id 8 internum. Plasenta
previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas seperti pada
eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel.

3. Manifestasi klinis
Menurut Nugroho (2010) tanda dan gejala plasenta previa adalah:
1. Anamnesa
a. Perdarahan tanpa nyeri,
b. Terutama pada multigravida pada kehamilan setelah 20 minggu.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul,
b. Pemeriksaan inspekulo : perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.

4. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak dan fatal.
 Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak,
dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga perderita menjadi
anemia bahkan syok.
 Oleh karena plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen
ini yang menipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya
menerobos kedalam miometrum bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi
sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta, Paling ringan
adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum
masuk ke dalam miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan
maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian
terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang
pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10% sampai 35% pada
pasien yang pernah seksio sesarean satu kali, naik menjadi 60% sampai 65%
bila telah sesio seksarea 3 kali.
 Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu,
harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat ini misalnya
pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim
ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali
dengan cara-cara yang lebih sederhana seperi penjahitan segmen bawah rahim,
ligasi arteria uterine, ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi
arteria hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan
keluarnya adalah melakukan histerektomi total.
 Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa
lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
 Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh
karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan
preterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk
mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
 Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain
masa rawatan yang lebih lama adalah berisiko tinggi untuk solusio plasenta
(Risiko Relatif 13,8), seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8),
perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan
(50%), dan disseminated intravascular coagulation (DIC) 15,9%.
 Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi.
 Infeksi dan pembentukan bekuan darah.

5. Penatalaksanaan
Penderita plasenta previa datang dengan keluhan adanya perdarahan pervaginam pada
kehamilan trimester kedua dan trimester ketiga. Penatalaksanaan plasenta previa
tergantung dari usia gestasi penderita dimana akan dilakukan penatalaksanaan aktif
yaitu mengakhiri kehamilan, ataupun ekspektatif yaitu mempertahankan kehamilan
selama mungkin.

1. Terapi ekspektatif (pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara
non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

b. Belum ada tanda-tanda in partu.

c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).

d. Janin masih hidup

2. Terapi aktif

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa.

a. Seksio sesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan
ini tetap dilakukan.

b. Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Amniotomi dan akselerasi


Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan
pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban,
plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin.
Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus
oksitosin.

2. Versi Braxton Hicks


Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade
plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak
dilakukan pada janin yang masih hidup.
3. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk
menekan plasenta dan seingkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.
Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan tidak aktif.

Plasenta previa dengan perdarahan merupakan kedaan darurat yang memerlukan


penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta adalah:

 Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak
untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
 Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut

6. Pemeriksaan penunjang
a. USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.
b. Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit
7. Pathway

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian

1. Anamnesa

a.   Identitas klien: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat dll.

 b.   Keluhan utama: perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III.

2. Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.

3. Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek, terbentuknya SBR, terbukanya
osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
4. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan
placenta.

5. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Obstetri meliputi:
 Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi dan rencana menyusui bayi
 b.  Riwayat mensturasi: Untuk menentukan TP berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT)
dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun
disesuaikan.
c.  Riwayat Kontrasepsi: Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ
seksual pada janin.

d.   Riwayat penyakit dan operasi: Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi,

 bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, harus di dokumentasikan.

B. Pemeriksaan Fisik a) 


Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
 Rambut dan kulit: Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, linea nigra dan striae serta
pertumbuhan rambut.
 Dada (bagian payudara): Peningkatan pigmentasi areola putting susu dan
bertambahnya ukuran.
 Jantung dan paru: Volume darah meningkat, peningkatan frekuensi nadi, terjadi
hiperventilasi selama kehamilan, peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
nafas, diafragma meningkat, perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
 Abdomen: Menentukan letak janin dan tinggi fundus uteri.
 Vagina: Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda
Chandwick ) dan hipertropi epithelium.
 Sistem musculoskeletal: Persendian tulang pinggul yang mengendur, gaya berjalan yang
canggung, terjadi pemisahan otot rektum abdominalis dinamakan dengan diastasis rektal.
b)  Khusus
Pada pemeriksaan kusus yang perlu diperhatikan adalah tinggi fundus uteri, posisi dan persentasi
janin, panggul dan janin lahir serta denyut jantung janin (DJJ).
c)  Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan


USG, Hb, dan Hematokrit, pemeriksaan inspekulo dan transvaginal sonography.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d nadi perifer menurun
(D.0009)
2. Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : penurunan hemoglobin
(D.0142)
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d tampak tegang, gelisah, pucat (D.0080)
C. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan

1. Perfusi perifer Setelah dilakukan Pemantauan 1. Monitor TTV digunakan


tidak efektif b.d asuhan keperawatan Cairan (I.03121) untuk merencanakan
penurunan 3 x 24 jam, Observasi intervensi, dan evaluasi.
onsentrasi diharapkan perfusi 1. Monitor 2. Identifikasi factor risiko
hemoglobin d.d perifer  perifer frekuensi dan ketidakseimbangan cairan
nadi perifer (L.02011) kembali kekuatan nadi untuk mencegah terjadinya
menurun (D.0009) meningkat. 2. Monitor tekanan komplikasi.
Kriteria Hasil: darah 3. Pemantauan dilakukan agar
1. Kelemahan otot 3. Identifikasi dapat mencegah terjadinya
menurun (5) factor risiko kejadian yang tidak terduga.
2. Tekanan darah ketidakseimbangan
membaik (5) cairan  
3. Denyut nadi perifer Edukasi
meningka meningkat 4. Jelaskan tujuan
(5) dan  prosedur pem
prosedur
pemantauan
2. Risiko infeksi b.d Tujuan : setelah Pencegahan 1. Untuk mencegah terjadinya
ketidakadekuat an dilakukan asuhan Infeksi (I.14539) infeksi lain oleh karena itu
pertahanan tubuh keperawatan 3 x 24 Observasi harus selalu cuci tangan
sekunder : jam, diharapkan 1. Monitor tanda kerana Kehilangan darah
penurunan tingkat infeksi dan gejala infeksi berlebihan  berlebihan dengan
hemoglobin (L.14137) menurun. local dan sistemik penurunan  penurunan Hb
(D.0142) Kriteria Hasil: Terapeutik meningkatkan risiko klien
1. Kultur darah 2. Cuci tangan untuk terkena infeksi
membaik (5) sebelum dan 2. Pengetahuan akan
2.  Nyeri me  Nyeri sesudah kontak mengurangi ketakutan akan
menurun (5) dengan pasien dan halhal yang tidak diketahui
lingkungan pasien
Edukasi
3. Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
3. Ansietas b.d Tujuan : setelah Reduksi Ansietas 1. Tanda ansietas baik verbal
kurang terpapar dilakukan asuhan (I.09314) dan non verbal pada pasien
informasi d.d keperawatan 3x24 Observasi harus diperhatikan dengan
tampak tegang, jam, diha  jam, 1. Monitor tanda jelas agar tidak terjadi ansietas
gelisah, pucat diharapkan ting ansietas (verbal berlebihan
(D.0080) rapkan tingkat dan non verbal) 2. Teknik relaksasi sangat
ansietas (L.09093) Terapeutik berguna agar  pasien  pasien
menurun. Kriteria 2. Gunkan lebih tenang dan tidak gelisah
Hasil: pendekatan yang dalam menghadapi kondisinya
1. Verbalisasi tenang dan Keberadaan keluarga dapat
khawatir akibat meyakinkan menurunkan kecemasan pasie
kondisi yang dihadapi 3. Dengarkan
menurun (5) dengan  penuh
2. Perilaku gelisah perha  penuh
menurun (5) perhatian  Edukasi
3. Perilaku tegang 4. Latih teknik
menurun (5) relaksasi
5. Anjurkan
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Cut Meurah Yeni, d. (2017). Plasenta previa totalis pada primigravida : sebuah tinjauan kasus.
Jurnal kedokteran syiah kuala, 38.

Manuaba. (2016). Ilmu kandungan dan penyakit kandungan. Jakarta: EGC.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) : Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Rukiyah. (2010). Asuhan kebidanan patologi edisi revisi. Jakarta: Trans info media.

septi, D. (2017). Retrieved from Scribd:

https://id.scribd.com/document/438459354/askep-plasenta-previa&ved (diakses pada 17


April 2022 )

Anda mungkin juga menyukai