Anda di halaman 1dari 2

Trauma pada anak bisa didapatkan dalam bentuk trauma fisik dan psikologis.

Trauma psikologis
menyangkut pengalaman emosional yang menyakitkan, mengejutkan, menegangkan, bahkan
terkadang mengancam jiwa si anak. Pengalaman ini bisa terjadi pada saat bencana alam, kekerasan
fisik, kekerasan seksual, dan terorisme. Dan trauma yang terjadi pada masa kanak-kanak dapat
mempengaruhi perkembangan normal otak anak, termasuk pada ukuran bagian otak anak yang
membantu mengontrol reaksi anak terhadap bahaya. Pada masa usia anak sekolah, trauma dapat
menunda kemampuan anak untuk bereaksi terhadap bahaya, seperti refleks kejut. Perubahan
biologis yang terjadi dalam tubuh akibat trauma dapat mempengaruhi cara anak dan remaja
menanggapi bahaya dan tekanan masa depan dalam hidup mereka, dan juga dapat berpengaruh
pada kesehatan jangka panjang.

Masa anak adalah masa di mana anak sedang belajar mengenali emosi dan menangani emosi
mereka dengan bantuan orangtua maupun pengasuh. Ketika trauma terjadi pada masa ini, maka
anak akan sulit mengenali emosi mereka. Ini dapat membuat anak menunjukkan emosinya secara
berlebihan. Anak juga lebih cenderung untuk menyembunyikan perasaan mereka.

Sedangkan, anak usia 6-11 tahun akan menunjukkan tanda seperti mengisolasi diri, menjadi sangat
pendiam, mengalami mimpi buruk atau masalah tidur, tidak ingin tidur, mudah marah dan bisa
berlebihan, tidak mampu berkonsentrasi di sekolah, mengajak teman berkelahi, dan kehilangan
minatnya untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan.

Pemulihan trauma adalah hal yang penting untuk dilakukan bagi mereka yang pernah mengalami
peristiwa menyedihkan, mengguncang jiwa, hingga mengancam nyawa. Ini karena kejadian
traumatis dapat menyebabkan syok, sedih, ketakutan, hingga cemas berlebih yang sifatnya
berkepanjangan. Meskipun reaksi setiap orang dalam menghadapi trauma berbeda-beda, tetap saja
dibutuhkan penanganan terhadap pemulihan trauma tersebut. Cara Pemulihan Trauma Psikis
Trauma psikis adalah suatu keadaan trauma psikologis yang menimpa seseorang dan bersifat
menyakitkan. Trauma ini bisa membuat pengalaman hidup menjadi lebih seram, sehingga
membuatnya kesulitan tidur hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Jika tidak segera ditangani,
trauma psikis dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mental seseorang. Lantas,
bagaimana cara pemulihan trauma

Pada saat inilah pikiran Anda akan membentuk mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan
diri berfungsi untuk menghalau perasaan yang tidak menyenangkan atau supaya kejadian dan
pengalaman yang tidak menyenangkan jadi terasa lebih baik. Pikiran Anda akan mengaktifkan mode
pertahanan diri ini secara otomatis, yang berarti di luar kesadaran dan kendali Anda. Namun, emosi
tersebut tidak benar-benar hilang dari benak Anda. Anda hanya bisa menekan atau
mengesampingkannya saja. Oleh sebab itu, mekanisme pertahanan diri bukanlah sebuah cara untuk
menyelesaikan masalah, melainkan semata-mata reaksi alami jiwa terhadap masalah.
Manfaat-manfaat akan lebih terasa jika psikologi khususnya benar-benar digunakan dan
diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya oleh pendidik dalam mendidik peserta didik, dimana
pendidik harus benar-benar selalu memiliki rasa ingin tahu dan kekreatifan untuk selalu membuat
suasana belajar mengajar menyenangkan dan tidak membuat jenuh peserta didik.

Mungkin saja mereka yang sensitif, namun bukan berarti hal tersebut menjadi tanggung
jawab kita untuk menata batasan kita agar sesuai dengan kepekaan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai