Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI BUKU

“ KEMBALI PULIH “

Buku ini merupakan panduan bagi pribadi-pribadi yang berjuang untuk


kembali pulih dari suatu penyiksaan batin yang diakibatkan oleh hubungan yang
tidak sehat dan luka emosional.. Melalui mindfulness, cinta yang tulus,
memaafkan, dan latihan akan dapat diidentifikasikan pertahanan diri yang
dikembangkan oleh masing-masing tipe kepribadian demi mengungkap jati
dirinya. Kembali Pulih menawarkan harapan bagi siapa pun yang mengalami luka
terdalam dapat menjalani kehidupan yang utuh dan merasakan sebuah
kebahagiaan.

Saat mulai membaca bab awal saya merasa asing dengan istilah-istilah
kepribadian yang berkaitan dengan dunia psikologi. Sebagai orang awam
psikologi, saya perlu dua kali bahkan lebih untuk membaca agar memahami isi
buku ini. Buku ini memaparkan teori serta contoh yang konkret.

Pelajaran bagian 1. Kondisi dunia yang bergerak dengan cepat, membuat


orang-orang mengabaikan kondisi mereka sendiri. Manusia lebih fokus dengan
situasi eksternal yakni situasi yang terjadi di lingkungan mereka daripada kondisi
internal yakni mendefinisikan keadaan mental/psikologis mereka sendiri.
Manusia mengabaikan jeritan dari dalam diri mereka, bahwa mereka sebenarnya
sedang terluka, marah, sakit hati, kecewa, kesepian , tidak berdaya, tidak aman
(insecure), putus asa dan gejolak lainnya yang mungkin sedang mereka rasakan.
Anehnya, dengan banyaknya gejolak yang sedang dirasakan, manusia masih
merasa bahwa mereka sedang baik-baik saja. Mereka memilih untuk
mengabaikannya sehingga yang ada hanyalah kepalsuan yang membuat mereka
jauh dari penemuan identitas mereka yang sebenarnya. Melalui latihan,
mindfulness, tanggung jawab dan cinta yang tulus seseorang dapat menemukan
pemulihan secara mandiri sehingga mencintai dirinya sendiri secara utuh.
Pelajaran bab 2. Sekolah adalah salah satu sarana pembentukan
kepribadian seorang siswa. Sebagai seorang pendidik di satuan Sekolah
Menengah Atas (SMA) saya berhadapan dengan berbagai kepribadian siswa dan
rekan sejawat guru yang berbeda-beda Dari sikap, cara berbicara, bertindak,
tampak jelas bahwa sebagian besar peserta didik berada dalam proses menemukan
jati dirinya. Para pendidik sebaiknya mengetahui tipe kepribadian siswanya
secara umum. Apakah peserta didiknya termasuk dalam tipe kepribadian
perfeksionis yang ingin selalu sempurna dalam menyelesaikan tugasnya, apakah
tipe kepribadian cluster B yang selalu menginginkan perhatian dan pujian dari
orang lain, apakah tipe kepribadian ambang yang mencari simpati orang lain
dengan menceritakan penderitaan atau pun trauma yang dialaminya, apakah tipe
kepribadian kodependen yang suka memberi perhatian pada orang lain bahkan
rela menghabiskan waktunya dengan memikirkan masalah orang lain, apakah tipe
kepribadian penghindar yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, atau tipe
kepribadian C-PTSD yang menghabiskan waktu karena perasaan bersalah atau
pun disalahkan.

Sadar atau tidak sadar perilaku setiap peserta didik menunjukkan


mekanisme pertahahan dirinya saat proses pembelajaran berlangsung dikelas atau
pun saaat berinteraksi dengan temannya di luar kelas. Ada siswa yang perilakunya
baik di rumah dan “nakal” di sekolah atau sebaliknya. Kekerasan secara fisik atau
psikis yang ditunjukkan guru untuk menunjukkan legitimasinya juga dapat
membuat luka emosional dihati siswa. Akibatnya, siswa cenderung semakin tidak
sopan dan membenci gurunya.

Dengan membaca buku ini, saya juga mengetahui bahwa saya adalah tipe
kepribadian kodependen. Beberapa ciri-ciri yang tampak dalam keseharian saya
seperti: sulitnya mengambil keputusan karena membutuhkan persetujuan dari
orang terdekat saya. Saya juga menghindari konflik baik dengan rekan sejawat
guru atau pun dengan pimpinan saya dengan cara memastikan semua pekerjaaan
saya sudah saya kerjakan dengan baik dan benar.
Pelajaran Bab 3. Saya menyadari bahwa,perilaku yang dimunculkan oleh
setiap peserta didik didasari oleh keadaan psikologis mereka sebelum berada di
tingkat SMA ini. Mungkin saja ada peserta didik yang mengalami trauma,
kekerasan fisik atau penolakan dari guru matematikanya pada jenjang
sebelumnya. Hal ini dapat berdampak pada saat pembelajaran di tingkat SMA.
Saya sering menemukan siswa yang saat pembelajaran berlangsung mereka
kelihatan sangat antusias, rajin bertanya, seakan merekalah siswa yang sangat
serius dan pintar.Ternyata pada saat di evaluasi mereka tidak mengerti
mengerjakan soal dari materi yang sudah dipelajarinya. Perilaku ini menunjukkan
bahwa siswa ini sudah mampu melakukan pertahanan diri untuk melindungi
dirinya dari luka walau pun ternyata pada akhirnya jika ketahuan mereka akan
lebih terluka lagi. Namun, beberapa siswa bahkan mampu melakukan pertahanan
diri lagi dan lagi. Dengan memahami hal ini, sebagai seorang guru kita tidak
langsung men-judge mereka sebagai anak nakal/pemberontak/bodoh, tetapi kita
bisa melakukan pendekatan secara individual kepada mereka untuk mengetahui
perasaan mereka, dan dengan itu kita bisa mengarahkan dan memberikan bantuan
yang diperlukan untuk membuat mereka menjadi individu yang lebih optimal
hingga akhirnya mereka mampu mendekonstruksi pertahanan diri yang dibuatnya
dan menemukan identitas dirinya

Pelajaran bagian 4. Buku ini benar-benar membuat saya merefleksikan


kembali keadaan mental/psikologis yang saya miliki saat ini. Setelah membaca
buku ini tidak lantas membuat saya terburu-buru untuk menggurui orang lain atau
mencoba menyelamatkan semua orang dari gejolak atau luka batin yang mungkin
sedang mereka alami. Tetapi langkah awal adalah saya memahami kondisi
mental/psikologis saya sendiri, dengan secara jujur mengakui kelemahan diri serta
luka yang mungkin sedang saya alami dan berdamai dengan hal itu. Pandangan
bahwa diri saya sendirilah yang bertanggung jawab atas masalah dan perasaan
saya akan membimbing saya menuju pemulihan secara mandiri sehingga
mencintai diri sendiri seutuhnya. Tidak bergantung pada bagaimana orang lain
memperlakukan saya atau bagaimana saya memperlakukan orang lain. Ketika
saya telah kembali pulih, saya percaya bahwa saya akan lebih baik lagi dalam
menjalankan fungsi saya sebagai seorang pendidik yang sesuai dengan motto
YPK Don Bosco yaitu guru adalah oase dan dian.

Anda mungkin juga menyukai