Anda di halaman 1dari 2

Jurnal Reflektif Teori Self-Esteem

Pertama kali saya belajar materi ini adalah saat 2 minggu yang lalu yaitu ketika Pak
Darmawan mengajar menggantikan Pak Marsel selama 2 kali pertemuan. Selama 2
kali pertemuan itu pula saya belajar banyak tentang teori self ini karena menjelaskan
bagaimana self-scheme suatu individu terbentuk sampai dengan komponennya. Teori
yang membuat saya tertarik tentang self adalah salah satunya pada komponen self itu
sendiri, yaitu self-esteem dan self-control yang menurut saya sangat penting untuk
dipahami karena self-esteem itu seperti evaluasi self secara menyeluruh yang sangat
mudah beradaptasi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Self-esteem sendiri bisa
tinggi maupun rendah karena jika tinggi kemungkinan akan muncul adanya ego yang
ingin mendominasi yang lainnya atau rasa khawatir kalau individu yang dinilainya
lebih unggul darinya akan mengancam self-esteem nya tersebut sehingga cenderung
ingin menjadi yang paling unggul daripada yang lain dengan cara-cara yang tidak
manusiawi. Sebaliknya jika rendah maka akan cenderung muncul sikap pesimis dan
cemas yang berlebih yang berujung pada depresi sehingga individu tersebut akan
terdorong untuk melakukan hal-hal yang menurutnya dapat meningkatkan self-esteem
nya seperti melakukan kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja (tawuran,
merampok, memalak, bolos dari sekolah, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya)
yang dalam rangka mencari pengakuan dari lingkungan tapi tidak mendapat yang dia
inginkan. Hal tersebut bisa terjadi apabila saat individu di lingkungannya tidak
diterima secara sosial alias mengalami penolakan padahal seperti yang saya ketahui
bahwa pembentukan self-esteem seorang individu tidak lepas dari lingkungan sosial.
Dari penjelasan yang disampaikan oleh dosen membuat saya semakin ingin
mendalami tentang self-esteem yang ada dalam diri individu atau manusia karena dari
dari penilaian saya sendiri, saya adalah orang yang self-esteem nya dulu waktu SD
sangat rendah. Mengapa bisa begitu?karena saya ini orangnya kuper dan tidak
memiliki teman saat SD serta dulu saya pernah menjadi korban bullying atau
perundungan saat kelas 2 SD sehingga sempat down waktu itu dan merasa tidak
percaya diri kalau ada yang mau berteman dengan saya. Tapi berkat Tuhan dan orang-
orang terdekat saya, saya bisa merubah mindset yang tertanam saat SD sehingga
membuat saya tidak minder lagi maupun merasa diri saya lemah, bahkan saat SMP
kelas 7 saya sudah memiliki teman-teman dari kelas lain dan itu berlanjut sampai saya
kuliah sejak saya ikut organisasi juga yang melatih saya untuk lebih berani berbicara
dengan orang yang baru saya kenal (tentu tidak langsung cerita segalanya tapi
perlahan-lahan dulu). Saat saya live in ke panti asuhan saya, sempat tidak merasa
yakin karena khawatir tidak bisa mengobrol dengan anak-anak yang lebih muda dari
saya tapi ternyata saya bisa walau tidak semua bisa saya ajak ngobrol.

Anda mungkin juga menyukai