Anda di halaman 1dari 15

Hubungan tingkat pengetahuan dan partisipasi pedagang dalam

pengelolaan sampah di Pasar Bawah Kota Bukittinggi tahun 2014

oleh :
Nama : Rizka Afri Wahyuni
NIM : 121110025
Kelas : 2.1

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES PADANG
2013
Hubungan tingkat pengetahuan dan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di
Pasar Padangpanjang 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya peningkatan kualitas lingkungan adalah dengan melakukan kegiatan di
bidang kesehatan. Kerusakan lingkingan telah mengglobal. Hal ini berpengaruh terhadap
terjadinya perubahan iklim, timbulnya bencana, timbulnya pandemi penyakit, serta
kelangsungan hidup manusia, binatang  dan tumbuhan beserta spesies-spesies lainnya. Hal ini
harus segera kita atasi. Bilamana tidak, bumi akan menjadi tepatyang tidak nyaman lagi
untuk ditempati. Salah  satu pencemaran lingkungan tersebut adalah sampah. Sampah saat ini
menjadi persoalan pokok di kota-kota besar, khususnya Indonesia
Sampah saat ini masih jadi masalah penting dalam tatanan kebijakan nasional dan
daerah indonesia. Sampah semakin tidak bersahabat dengan alam saat sampah menjadi
pemandangan yang sangat mengganggu keindahan. Sampah menjadi portal keindahan disaat
sampah merusak ruang pemandangan mata dan mengganggu indra penciuman karna bau
yang di hasilkan tidak sedap. Bahkan dari tahun ke tahun masalah sampah bukan
terselesaikan tapi semakin menambah daftar panjang masalah yang ada di negri ini.
Sampah merupakan konsekuensi kehidupan yang sering menimbulkan masalah dan
jumlahnya akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
beragam aktivitasnya. Peningkatan jumlah penduduk berarti peningkatan jumlah timbulan
sampah, dan semakin beragam aktifitas berarti beragam jenis sampah yang dihasilkan.
Pembuangan sampah yang dilakukan dengan cara terbuka dan di tempat terbuka juga
dapat berakibat meningkatnya intensitas pencemaran, tingginya kepadatan vektor penyakit
seperti lalat, tikus, nyamuk, kecoa, pencemaran terhadap udara, tanah, air dan rendahnya
estetika. Sumber-sumber sampah yang dihasilkan banyak dijumpai di tempat-tempat umum,
seperti Di Sekolah, Stasiun, Terminal, Pasar, dan Tempat Wisata.
Menurut data dari WHO bahwa sedikitnya 40 % sampah sulit dilakukan pengelolaan.Kota
Bukittinggi sebagai salah satu kota yang berada di Sumatera Barat memiliki banyak pasar
yang tersebar di berbagai wilayahnya. Pasar bawah yang terletak di Jln Soekarno Hatta
memiliki masalah yang cukup signifikan tentang sampah. banyaknya timbulan sampah yang
menumpuk di pasar disebabkan kurangnya kepedulian para pedagang maupun pengunjung.
prilaku tersebut menyebabkan tingginya angka kejadian diare di daerah tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis terarik untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan dan partisipasi pedagang terhadap pengelolaan sampah di Pasar
Padangpanjang

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan dan partisipasi pedagang dalam
pengelolaan sampah di Pasar Padangpanjang tahun 2014

1.2.2 Tujaun khusus


1. untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah di Pasar Padangpanjang
2. untuk mengetahui tingkat pengetahuan pedagang di Pasar Padangpanjang
3. untuk mengetahui partisipasi pedagang di Pasar Padangpanjang
4. untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan partisipasi pedagang
tentang pengelolaan sampah
1.3 Rmusan masalah
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan partisipasi pedagang dalam
pengelolaan sampah
1.4 Manfaat penelitian
1. sebagai bahan masukan bagi Dinas Kebersihan Kota Padangpanjang agar lebih
meingkatkan upaya sanitasi di tempat umum seperti pasar
2. sebagai pengalaman nyata bagi penulis dalam upaya sanitasi dasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian tingkat pengetahuan dan partisipasi


Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003)
Menurut Notoatmodjo (2003:3) 3) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6 tingkat
pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu
1.   Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa
seseoranG, tabu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya
2.   Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3.   Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4.   Analisis (Analysys)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
5.   Sintesa (Syntesis)
Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-
bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi
yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah
ada.
6.   Evaluasi (Evaluation)
Evaluas i ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian i tu b er da s a rk an s ua tu k ri te ri a
y an g d it en tu ka n s e nd ir i at au menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responder kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lithat
sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas.

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan


bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan
mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi.
Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam
suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai
dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam
bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Bentuk partisipasi yang nyata yaitu :

 Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha


bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan
 Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta
benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas
 Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program
 Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan
yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya

Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat
atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar
pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Menurut Effendi, partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi
horizontal.

 Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang
terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam
hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.
 Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai
prakarsa dimana setiap anggota / kelompok masyarakat berpartisipasi secara
horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama,
maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. menurut Effendi
sendiri, tentu saja partisipasi seperti ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya
masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri

Sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipati yang disusun oleh
Department for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004:
106-107) adalah:

 Cakupan : Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak
dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
 Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership): Pada dasarnya setiap orang
mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk
menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog
tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.
 Transparansi :Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim
berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
 Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) : Berbagai pihak yang
terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk
menghindari terjadinya dominasi.
 Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility : Berbagai pihak mempunyai
tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan
(sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan
langkah-langkah selanjutnya.
 Pemberdayaan (Empowerment : Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan
aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling
memberdayakan satu sama lain.
 Kerjasama : Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling
berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang
berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

Tipe Partisipasi

Tipologi Karakteristik
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang
atau telah terjadi;

Partisipasi pasif/ (b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek]
manipulatif tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat;

(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di


luar kelompok sasaran.
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;
Partisipasi dengan
cara memberikan (b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan
informasi memengaruhi proses penyelesaian;

(c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.


Partisipasi melalui (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;
konsultasi
(b) Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-
pandangannya sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan
dan pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan
masyarakat;

(c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama;

(d) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-


pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya
seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan
sebagainya;

Partisipasi untuk (b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses
insentif materil pembelajarannya;

(c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-


kegiatan yang dilakukan pada saat [[insentif yang disediakan/diterima
habis.
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk
mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek;

(b) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-


Partisipasi fungsional
keputusan utama yang disepakati;

(c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar
(fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri.
Partisipasi interaktif (a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah
pada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru atau
penguatan kelembagaan yang telah ada;

(b) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang


mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur
dan sistematik;

(c) Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran kontrol atas


keputusan-keputusan mereka, sehingga mereka mempunyai andil
dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas
(tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem
atau nilai-nilai yang mereka miliki;

(b) Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain


Self mobilization
untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang
dibutuhkan;

(c) Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang


ada.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu
program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun
ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia,
terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell (dalam Ross, 1967:
130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas
dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap,
cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia
lainnya.

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa
pada dasarnya tempat perempuan[ adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam
banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah
tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser
dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap
dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang
diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan
menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan
yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan
perekonomian.

5. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya


berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang.
Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap
lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap
kegiatan lingkungan tersebut.

2.2 Pengertian Pasar


Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan
infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti
uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam
pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan
perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada
persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran,
jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang
dan jasa yang diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan
di alun-alun kota atau tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang
internasional dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan
pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.

2.3 Pengertian Sampah


.
Dalam kamus lingkungan (1994) dinyatakan bahwa Pengertian Sampah adalah bahan
yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus
dalam  produksi atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi
berkelebihan atau buangan.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Istilah Lingkungan
Untuk Manajemen, Ecolink 1996), sedangkan Dr.Tanjung menyatakan bahwa sampah adalah
sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya  atau pemakai semula. Sedangkan
dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik
adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan
khusus.

2.4 Pengaruh sampah terhadap kesehatan


Sampah yang tidak dikelola dengan baik ini akan menjadi bermacam-macam fungsinya,
Antara lain :
1. Sebagai sarana penularana penyakit. Hal ini timbbul karena sampah basah
(garbage) dapat menjadi tempat bersarangnya  dan berkembangbiaknya dari
bermacam-macam Vektor penularan penyakit. Vektor yang dimaksud adalah:
lalat, Kecoak, nyamuk, dan tikus.
2. Di samping penularan penyakit infeksi saluran pencernaan, di dalam tumpukan
sampah basah kadang-kadang mengandung telur cacing. Apabila sampah basah ini
diberikan untuk pakan ternak seperti babi tanpa dimasak terlebih dahulu, maka
babi tersebut dapat terjangkit penyakit cacingan
misalnya Trichinosis, penyababnya adalah cacing Trichinella spiralis. Jika daging
babi tersebut tidak sempurna memasaknya kemudian dikonsumsi oleh manusia,
maka manusia pun dapat terjangkit penyakit cacing Trichinella.
3. Dari sampah juga juga dapat menjadi penyabab penyakit lain seperti penyakit
kulit dan jamur.
4. Dampak dari pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat keamanan
lingkungan dan kesehatan, misalnya membuang sampah secara sembarangan akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan meliputi pencemaran tanah, air, dan
udara. Sampah-sampah yang dibuang sebagian besar merupakan sampah organic.
Bahan-bahan organic ini mengalami pembusukan secara biologis oleh jasad-jasad
renik/mikroba yang bersifat aerobic. Selain itu juga terjadi proses pembusukan
sampah organic berlangsung secara anaerobic yang berlangsung lama dan
akhirnya akan dapat menghasilkan humus yang sangat berguna untuk penyuburran
tanah dan perbaikan kondisi tanah. Namun dampak negatifnya lebih banyak, di
mana:
     2.2  Dampak Sampah Bagi Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
     Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi
berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air
minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia).
Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui
makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
4. Sampah beracun
2.5 Pengelolaan sampah di pasar
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan , pendaurulangan, atau
pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya
terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau
radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.
2.6 Kerangka konsep

Partisipasi pedagang
Tingkat Pengetahuan pedagang
- penyediaaan tempat
sampah
- penyimpanan sampah
- pengumpulan sampah
- pembuangan sampah
- pembayaran retribusi
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian


Jenis penelitian ini berbentuk deskriptive analitik dengan menggunakan metode cross
sectional study yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan, partisipsi pedagang dalam
pengelolaan sampah.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian adalah di Pasar Padangpanjang
. pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan :
1. belum ada dilakukan penelitian serupa
2. banyaknya sampah khususnya di tempat pembuangan sampah
Waktu penelitian yaitu selama 1 bulan dari Mei –Juni 2014
3.3 Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian yaitu seluruh pedagang di Pasar Padangpanjang sebanyak 650
pedagang
Sampel dalam penelitian yaitu sebanyak 10 % atau 65 orang pedagang yang diambil secara
simple random sampling
3.4 Definisi operasional
1. Tingkat Pengetahuan
adalah pemahaman pedagang tentang pengelolaan sampah
cara ukur : wawancara
alat ukur : kuesioner
hasil ukur :
a. baik, apabila nilai yang diperoleh : 6-7 atau >70 % jawaban benar
b. sedang, apabila nilai yang diperoleh : 4-5 atau 60-70 % jawaban benar
c. rendah, apabila nilai yang diperoleh : 0-3 atau <59,9% jawaban benar
2. Partisipasi
adalah bentuk keikutsertaan pedagang dalam pengelolaan sampah
cara ukur : wawancara
alat ukur : kuesioner
hasil ukur :
a. baik, apabila nilai yang diperoleh : 6-7 atau >70 % jawaban benar
b. sedang, apabila nilai yang diperoleh : 4-5 atau 60-70 % jawaban benar
c. rendah, apabila nilai yang diperoleh : 0-3 atau <59,9% jawaban benar
3. Pengelolaan Sampah
adalah gambaran kegiatan pengelolaan sampah di Pasar Padangpanjang
cara ukur : wawancara
alat ukur : kuesioner
hasil ukur :
- baik, apabila sistem pengelolaan sampah sudah memenuhi ketentuan
- tidak baik, apabila sistem pengelolaan sampah belum memenuhi
ketentuan
3.5 Metode pengumpulan data
1. Data primer
Diperoleh dari wawancara dengan para pedagang, petugas pengelola dengan
menggunakan kue sioner dan angket
2. Data skunder
Diperoleh dari Kantor Dinas Kebersihan Kota Padangpanjang
3.6 Analisis data
Data yang diperoleh diolah secara manual dengan analisa tabel dan digambarkan dalam
bentuk tulisan untuk menentukan permasalahan, pemecahan masalah dan menarik
kesimpulan. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji chi square.

Anda mungkin juga menyukai