Anda di halaman 1dari 3

E.3.

Potensi Manusia
April 14, 2014 Hoed Tinggalkan komentar

Manusia yang kecil


lagi lemah bila dibanding dengan makhluk lain yang pernah ditawari amanah kekhilafahan
sebenarnya menyimpan potensi yang sangat besar. Inti dari potensinya ini tersimpan dalam
pendengarannya, penglihatan, dan hatinya. Dengan ketiga potensi ini ia dapat melakukan hal-hal
besar yang tidak dapat dilakukan oleh langit,bumi dan gunung-gunung. Karena itu Allah
mengungkapkan ketiga potensi itu sebagai nikmat besar yang harus disyukuri. Apabila
penggunaan nikmat tersebut tidak sebagaimana yang Allah kehendaki akan menyebabkan
manusia terjerembab ke dalam neraka. namun ternyata banyak orang yang tidak mensukuri
nikmat tersebut.

“Sesungguhnya kami jadikan untuk [isi neraka jahanam] kebanyakn dari jin dan
manusia. Mereka mempunyai hati namun tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat
Allah; mereka mempunyai mata namun tidak dipergunakan untuk melihat [tanda-
tanda kekuasaan Allah]; dan mereka mempunyai telinga namun tidak dipergunakan
untuk mendengar [ayat-ayat Allah].” (al-A’raaf: 179)

TANGGUNG JAWAB

Nikmat-nikmat besar itu adalah amanah yang harus ia jaga dengan penuh tanggung jawab.
Manusia akan dimintai tanggung jawab di hadapan Allah swt; apakah menunaikannya dengan
amanah ataukah khianat. Sebagaimaan dikatakan pada pembahasan yang lalu, amanah itu adalah
ibadah dan khilafah. Ia dikatakan amanah bila status dan kedudukannya di bumi tidak lebih dari
sekedar sebagai khalifah.

PRINSIP DALAM KEKHALIFAHAN

Khilafah adalah perwakilan. Demikian itu karena manusia mendapatkan kepercayaan dari Allah
untuk mewakili kekuasaan-Nya di bumi. Sebagai khalifah [wakil] ia harus memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
1. Tidak memiliki kekuasaan hakiki

Pada hakikatnya kepemilikan dan kekuasaan itu bukan milik manusia karena pemilik dan
penguasa yang hakiki adalah Allah, pencipta alam semesta. Di tangan Allah-lah segala kerajaan
langit dan bumi. Manusia hanya mendapat amanah untuk mengelolanya.
2. Bertindak sesuai dengan kehendak yang mewakilkan

Karena ia bukan pemilik dan penguasaan yang hakiki maka ia bertindak hanya sesui dengan
kehendak pihak yang mewakilkan kepadanya yaitu Allah.
3. Tidak melampaui batas

Tindakan wakil yang menyimpang dan melampaui batas-batas yang dikehendaki pihak yang
mewakilkan adalah pengkhianatan. Apabila mengkhianati amanah kekhilafahan, sesungguhnay
manusia telah mencampakkan dirinya dalam kehinaan. Pengkhianatan tersebut merupakan
tindakan yang sangat melampaui batas. Bahkan, al-Qur’an menyamakan mereka dengan
makhluk-makhluk yang lebih rendah darinya. Di antaranya:

 Seperti hewan ternak (al-A’raaf: 179; al-Furqaan: 43-44)


 Seperti anjing (al-A’raf 176)
 Seperti kera (al-Maidah: 60)
 Seperti kayu (al-Munafiquun: 4)
 Seperti babi (al-Maidah 60)
 Seperti batu (al-Baqarah: 74)
 Seperti laba-laba (al-Ankabut: 41)
 Seperti keledai (al-Jumu’ah: 5)

Anda mungkin juga menyukai