“Adik adik akan diberikan sehelai kertas A4. Abang nak awak lukiskan gambar hati di atas kertas
tersebut.” Kata Shauqi.
“Apa yang abang nak adik adik buat adalah, sila genggam kertas tersebut.”
Peserta pun mulai menggenggam kertas tersebut. Kertas yang tadinya cantik kini mulai berkedut.
Peserta mulai gelak. Ada yang ketawa kecil. Ada yang masih serius. Ada yang over apabila disuruh
untuk menggenggam kertas tersebut.
“Adik-adik, sekarang genggam lagi kuat. Kuat seolah olah kamu nak hancurkan kertas itu.”
Peserta pun mulai membuka kertas tersebut. “Adik-adik, cuba lihat lukisan hati yang ada dalam
kertas masing masing. Apa yang adik adik nampak?”
“Kertas ini dah tak tegang macam mula mula. Betul kan?” Tanya Shauqi.
Peserta mengangguk.
“Begitulah perasaan ibu dan ayah kamu adik adik. Bila kali pertama kamu lukakan hati mereka,
mereka akan terasa dengan sikap kamu adik adik.”
“Ingat tak masa mak kamu panggil kamu. Masa tu kamu tengah tengok cerita kartun kat TV. Mak
panggil kamu berulang kali. Kamu tak menyahut panggilan mak. Apa perasaan mak kamu ya ketika
itu?”
“Cuba tengok kertas kamu. Betapa hancurnya perasaan mereka apabila kamu bersikap acuh tak acuh
dengan mereka. Kamu sakitkan hati mereka. Kamu lukakan hati mereka.”
“Kertas itu, kalau kamu iron sekalipun. Dia takkan jadi seperti sedia kala. ”
“Kamu buatlah apa pun, kertas tersebut takkan pulih seperti asalnya.” Shauqi terus melakukan
provokasi.
Peserta tunduk. Ada yang mulai mengalirkan air mata. Ada yang sudah menangis teresak esak.
“Baiklah, sekarang abang nak kamu capai pen kamu. Dan tuliskan warkah buat ibu dan ayah kamu.
Tuliskan di atas kertas yang telah kamu genggam tadi. Tuliskan ucapan permohonan maaf kepada ibu
dan ayah kamu. Ungkapkan betapa kamu amat sayangkan mereka.” Kata Shauqi lagi.
Muhasabah Diri
Muhasabah Diri 2
Teks Muhasabah Diri, berhenti sejenak dalam kehidupan bukan berarti menyerah dalam
menjalaninya, akan tetapi terkadang diri ini , tubuh ini perlu di "refresh" sejenak agar mampu
mengevaluasi, apa-apa saja yang telah kita lakukan selama ini, apakah banyak kebaikan atau
keburukan? ini adalah teks "renungan Muhasabah " oleh :ust Muh Rosyid,S.Pd,MM., biasa
disampaikan dalam kegiatan renungan...bacalah sambil meresapi tiap isinya.. Insya Allah Kita akan
merasakan ketenangan jiwa..
.Saudara -saudara sekalian. Ambilah selembar kertas, dan alat tulis masing – masing.
Tuliskan nama Anda dengan lengkap, bukan nama panggilan. Perhatikanlah nama itu dengan baik,
tataplah... Kelak nama ini akan tertulis pada batu nisanmu.
Di bawahnya tulislah nama ibumu, ibundamu yang kau cintai. Yang telah mengandungmu di dalam
rahimnya, melahirkanmu, dan mengasuhmu hingga engkau dewasa.
Selanjutnya tulislah nama ayahmu, seorang laki – laki yang telah berjalan jauh, membanting tulang
mencari sesuap nasi, untuk menghidupi keluarganya.
Di bawahnya tulislah nama istri atau nama suamimu, orang yang telah dijodohkan Tuhan untuk
menjadi pendampingmu, untuk selama – selamanya.
Di bawahnya lagi, tulislah nama anak – anakmu yang kau cintai, permata – mata hatimu, yang telah
diamanahkan Tuhan kepadamu.
Saudara – saudaraku............ Marilah dengan perlahan – lahan, kita tundukan kepala, kemudian
pejamkanlah mata, rasakanlah ketenangan... rasakanlah ketenangan itu lebih dalam lagi. Bayangkan
seakan – akan kita sedang berjalan di suatu jalan yang lurus, lurus sekali... Dan di ujung jalan itu ada
sebuah rumah... di sudut ruang dalam rumah itu, ada sebuah kursi, di atas kursi itu duduk seorang
wanita, kita pandangi wajah wanita itu, ternyata dia adalah ibumu, ibumu yang tercinta. Dialah
seorang wanita yang telah mengandungmu di dalam rahimnnya selama 9 bulan 10 hari. Dan ketika
melahirkanmu ia berjuang antara hidup dan mati, menahan sakit, dan bersimbah darah ketika
menghadirkanmu ke dunia. Pandangilah lagi wajah ibumu, yang kini telah nampak semakin tua.
Di samping ibumu, duduk seorang lki – laki, yang telah lanjut usia, itulah ayahandamu tercinta.
Seorang laki – laki yang telah berjalan jauh, bekerja keras mencari nafkah untuk menghidupi
keluarga. Dan sewaktu engkau masih kecil, dia juga sering mengendongmu, meninabobokanmu.
Sehingga engkau sering tertidur di pundaknya yang bidang. Tetapi laki – laki itu kini sudah semakin
tua, tinggal gurat – gurat diwajahnya yang keletihan, namun dia adalah seorang laki –laki yang
bertanggung jawab dan berjasa kepada keluarganya.
Apa yang telah engkau lakukan kepada orang tuamu. Engkau kini mungkin sering melupakannya.
Bahkan mungkin kini, kedua orang tuamu telah tiada. Berdoa untuk keduanya, engkau pun mungkin
sering melupakannya. Ya Allah yang Maha Besar, ampunilah dosa – dosaku, ampunilah dosa –dosaku,
ampunilah segala kelalaianku. Mereka adalah orang – orang yang paling berjasa dalam hidupku,
mengapa ya Allah, aku menjadi orang yang sering melupakannya.
"Relakah kita orang tua kita disiksa, karena lalainya kita sebagai anak (gemar bermaksiat), sudah
cukup susah payah lah beliau di dunia, tapi yang kita berikan belumlah terbayar di dunia, masih kita
berikanlah pemberat dosa untuk beliau dengan bermaksiat kepada Allah...
Astagfirullah al`adzim. Ampunilah ya Allah kedua orang tuaku, tempatkanlah keduanya ya Allah di
tempat yang terbaik disisi-Mu. Allahumagfir li,wa liwaalidaya warhamhumaa kamaa robayani
shoghiiroo. Ya Allah ampunilah aku, dan ampunilah kedua orang tuaku, sayangilah mereka ya Allah,
sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu kecil....
Saudara – saudaraku marilah kita sekarang tengok suami/isteri kita masing – masing. Adakah kita
sehari – hari telah menjalankan kewajiban kita kepadanya. Pasangan yang telah dijodohkan Tuhan
bagi kita. Yang sering kita lakukan sehari –hari, dengan tidak kita sadari, kita malah sering menyakiti
hatinya. Sering kita berkata – kata yang tidak semestinya. Pasangan yang begitu setia kepada kita,
tapi kita sering mengkhianatinya, kita kadang ”selingkuh” kepadanya, baik terbesit dalam pikiran
maupun perbuatan. Ya Allah ampunilah aku, banyak sekali dosa – dosa yang telah kuperbuat,
apakah aku akan sanggup untuk menanggungnya, dihadapan pengadilan-Mu kelak.... Ya Allah,
berikanlah aku hati yang lembut, yang tulus ikhlas mengasihi pasangan kita masing masing fi dunia
wal akhiroh.
Sekarang marilah kita tengok anak – anak kita, malaikat – malaikat kecil yang telah dititipkan dan
diamanahkan Tuhan kepada kita. Adakah engkau sekalian telah memperhatikan mereka dengan
seksama, memperhatikan kebutuhan hidupnya, memperhatikan pendidikannya. Engkau kadang
sering tidak sabar kepadanya, memarahinya, malah kadang – kadang memukulnya. Ya Allah apa yang
telah kuperbuat kepada mereka. Mereka adalah buah kasih sayang kami berdua. Banyak benar
kelalaian yang telah aku perbuat kepada mereka. Kalau aku mencelanya, sesungguhnya dengan tidak
sadar aku telah mengajari mereka memaki dan mencela pula. Kalau aku mengasarinya,
sesungguhnya aku telah menanamkan sifat kasar pula kepadanya. Jika aku membesarkan anak – anak
dengan olok – olok, sesungguhnya aku telah menanamkan rasa rendah diri dalam dirinya.
Ya Allah banyak nian kelalaianku dalam mendidik anak – anakku. Sadar atau tidak sadar, kadang aku
telah memberi mereka makan dari rezeki yang tidak halal, dari rezeki yang haram. Kelak kemudian
hari anak –anak ini akan menuntut dihadapan Allah, ”Ya Allah masukkanlah ayah dan ibuku ke
neraka, karena selama ini mereka telah memberiku makan dari rezeki yang haram”. Ya Allah
ampunilah segala dosa-dosaku. Robbana dzolamna anfunasna = Ya Allah kami telah menzalimi diri
kami sendiri. Wa illam tagfirlana wa tarhamna la nakuunanna minal khaasirin = jika engkau tidak
mengampuni dosa –dosa kami, niscaya kami adalah termasuk orang – orang yang mendapat
kerugian.
Berkatilah pekerjaanku Ya Allah, berikanlah kami rezeki yang halal, melimpah dan barokah.
Berikanlah kami ilmu yang manfaat, agar kami dapat mengembangkan diri kami, dan mampu
mengemban amanat untuk membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik
dari hari ini. Robbana atina fi dunya khasanah, wa fil akhiroti khasanah wa qina adzabanar.
Walhamdu lillahhorobbil alamin.
Wassalamu alaikum waroh matullahi wa barokatuh.