Anda di halaman 1dari 4

NAMA:YOSI FITRIANTI

NIM: 043648958
MATA KULIAH: ADMINISTRASI PERPAJAKAN

1. Buat contoh dari pajak kendaraan yang berlaku saat ini ! Sebutkanlah dasar hukumnya !
2. Buat contoh perhitungan dari PPh pasal 21, 22 dan 23 yang anda ketahui ! Sebutkanlah
dasar hukumnya !
3. Jelaskan yang dimaksud dengan pajak berganda, serta kelemahan dan kelebihan dari
pajak berganda tersebut ! Sebutkanlah dasar hukumnya !

1) Berikut ini adalah tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang berlaku dengan kondisi:
 Kepemilikan satu kendaraan bermotor oleh orang pribadi paling tinggi sebesar
1,2%, sementarapajak kendaraan kedua dan seterusnya akan dikenakan paling
tinggi 6%.
 Pajak khusus diterapkan bagi daerah setingkat provinsi yang tidak terbagi dalam
kabupaten/kota yaitu, 2% untuk kendaraan baru dan 10% bagi kendaraan kedua
lalu seterusnya.
 Kepemilikan kendaraan bermotor oleh badan tarif pajak sebesar 2%.
 PKB = Dasar Pengenaan Pajak x Persentase Pajak
 PKB = (Nilai Jual Kendaraan Bermotor x Bobot) x Persentase Pajak
Contoh : Oca memiliki motor matic keluaran terbaru yang ia beli satu tahun lalu dengan harga
Rp25.000.000 secara kontan di dealer motor.
Oca ingin tahu berapa nominal pajak yang harus ia bayarkan untuk satu motor matic miliknya.
Nilai Jual Kendaraan Bermotor : Rp 25.000.000
Bobot : 1
Persentase Tarif : 2%
PKB : (Rp 25.000.000 x 1) x 2%
PKB : Rp. 500.000
Maka, Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dibayarkan oleh Oca yaitu sebesar Rp500.000
untuk satu motor per tahunnya.
2) Pph 21:
PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas
jumlah kumulatif penghasilan kena pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan.
Besarnya penghasilan kena pajak adalah sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto
dikurangi PTKP per Bulan.
PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas
jumlah kumulatif 50% dari jumlah penghasilan bruto dalam tahun kalender yang
bersangkutan, tidak dikurangi PTKP.
Dengan kata lain, penerima penghasilan bukan pegawai memperoleh pengurangan PTKP
sepanjang yang bersangkutan telah mempunyai NPWP dan hanya memperoleh
penghasilan dari hubungan kerja dengan satu pemotong PPh Pasal 21 serta tidak
memperoleh penghasilan lainnya.

Contoh: Eca melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Duta Nirwana dengan fee
Rp10.000.000.Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
= 5% x (50% x Rp 10.000.000)
= 5% x Rp 5.000.000
= Rp 250.000

Pph 22:
Menurut Undang Undang Pajak Penghasilan (PPh) No.36 2008 sebagai dasar hukum PPh
pasal 22 mengartikan PPh pasal 22 sebagai bukti potong atau pungutan pajak yang
dikenakan kepada wajib pajak yang berhubungan dengan aktivitas perdagangan barang.
Secara umum pengenaan PPh pasal 22 dilakukan kepada penjual maupun pembeli yang
sama-sama menerima untung dari hasil perdagangan, sehingga penjualan maupun
pembelian dapat dikenakan PPh 22.
Namun untuk ketetapan PPh pasal 22 ini bisa dibilang cukup kompleks dari PPh lainnya,
seperti pada PPh pasal 21 atau 23 dikenakan karena objek, sedangkan untuk pasal 22
pemungutan tarifnya lebih beragam. Jika yang dibicarakan adalah objek, maka objeknya
berupa produk impor, pembelian barang pemerintah, kertas, semen, baja, serta produk
otomotif, serta pembelanjaan barang mewah seperti kapal pesiar.
Tarif ini dikenakan atas penjualan hasil produksi yang sudah ditetapkan berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak (KEP) yang dihitung dari aturan Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) PPN dan bersifat tidak final, yang dikenakan tarif ini adalah Kertas: 0.1% dari
DPP PPN, Semen: 0.25% dari DPP PPN, Baja: 0.3% dari DPP PPN, Otomotif: 0.45% dari
DPP PPN, dan tarif untuk semua jenis obat: 0,3% dari DPP PPN. Harga jual, nilai
ekspor/impor, penggantian, atau nilai yang dipakai sebagai dasar dari perhitungan besarnya
pajak yang terutang disebut dengan DPP, yang merupakan nilai dasar yang digunakan
untuk menghitung pajak terutang seperti PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2),
dan PPN. Dan masih banyak lainnya nilai tarif yang ditetapkan untuk barang tertentu.

Contoh: PT DTC berkedudukan di Samarinda, menjadi pemasok alat-alat tulis kantor bagi
Dinas Pendidikan Kab. Kutai Barat. Pada tanggal 1 Oktober 2021, PT DTC melakukan
penyerahan barang kena pajak dengan nilai kontrak sebesar Rp21.000.000 (nilai sudah
termasuk PPN). Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kab.
Kutai Barat?
=Nilai Kontrak Termasuk PPN : Rp. 21.000.000
=DPP (100/110) x Rp. 21.000.000 : Rp. 20.000.000
=Pph 22 1,5% x Rp. 20.000.000 : Rp.300.000

Pph 23:
Pajak penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang
berasal dari modal, hadiah, penghargaan, atau penyerahan jasa di samping potongan PPh
21. Seperti yang tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, PPh
21 diberlakukan untuk Penghasilan Kena Pajak yang berhubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan wajib pajak. Dalam hal ini sumber penghasilan yang dimaksud di antaranya
adalah upah, honorarium, dana pensiun, gaji, tunjangan, dan imbalan lain.Sedangkan PPh
Pasal 23 dikenakan jika ada transaksi di antara dua pihak, antara penjual atau penerima
penghasilan atau bahkan pihak yang memberi jasa. Sedangkan pihal pemberi penghasilan
atau pembeli atau pihak penerima jasa akan memotong dan melaporkannya ke kantor pajak.

Wajib membayar PPh sebesar 15% dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti, dan
hadiah, penghargaan, penyerahan jasa, bonus, atau sejenisnya, selain di samping adanya
pemotongan PPh Pasal 21.
Tertulis dalam Pasal 4 ayat (1) UU 36 Tahun 2008 tentang PPh, dividen yang dimaksud di
atas adalah yang diterima oleh pemegang polis dari perusahaan asuransi serta pembagian
sisa hasil usaha koperasi. Bunga adalah diskonto, premium, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang, maupun royalti yang merupakan imbalan atas penggunaan hak.

Contoh: Apabila Ani menerima royalti atas hak yang digunakan sebesar Rp30.000.000,
maka jumlah PPh yang harus dibayarkan adalah: 15% x Rp30.000.000 = Rp4.500.000

3) Pajak berganda secara ekonomis merujuk pada situasi di mana suatu penghasilan yang
sama dikenakan pajak lebih dari satu kali di dua atau lebih subjek pajak yang berbeda.
Dalam kontek perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B), penghindaran pajak yang
dicakup adalah penghindaran pajak secara yuridis.
Kelebihan pajak berganda tentunya menambah pendapatan negara, ada pun kekuranganya
banyak.
Misalnya anda memiliki skill tertentu dan negara asing mempekerjakan anda. Di negara
asing tersebut anda akan membayar pajak atas penghasilan yang anda terima, namun
berhubung negara asal anda jika sekiranya menganut pajak berganda maka juga akan
meminta anda membayar pajak penghasilan yang anda terima di Luar Negeri. Ini adalah
kasus pajak berganda.
Apa dampaknya?
Jika pekerjaan tersebut bersifat ditenderkan maka kemungkinan peserta tender dari negara
yang masih menganut pajak berganda kemungkinan akan kalah kompetitif dari segi harga
penawaran karena memperhitungkan pembayaran pajak yang berganda.

Anda mungkin juga menyukai