Anda di halaman 1dari 4

MASALAH SOSIAL DAN KESEHATAN WANITA

1. Kasus

Allah maha kaya, dari kekayaanNya menciptakan berbagai macam keunikan termasuk

keunikan dunia bahkan keunikan perempuan. Dunia ini Allah ciptakan begitu besar sehingga

tidak terlihat dan dijumpai bahkan tak terhingga seseorang seberapa banyak perempuan diunia

ini. Dalam kehidupan berbagai macam warna-warni kehidupan dan gejolak kehidupan baik yang

tinggal dikota ataupun pedesaan dan berbagai gejolak itulah yang dirasakan perempuan.

Berbagai macam gejolak kehidupan tadi dihadapkan pada perempuan baik dari status

ekonomi rendah, menengah atau atas bahkan status sosial budaya yang berbeda-beda. Sama

halnya juga, penyakit yang tidak memilah-milih siapa yang harus terkena penyakit dan siapa

yang tidah boleh sakit dan bentuk layanan kesehatanpun berbeda-beda.

Kunci kehidupan bahagia itu tidak lain adalah kesehatan terutama bagi seorang

perempuan yang sudah mempunyai peran sebagai seorang istri bahkan seorang ibu. Karena

kenapa, kesehatan itu sangat mempengaruhi segala sesuatunya. Bagi yang sudah menjadi peran

sebagai seorang ibu tadi, jika sehat akan menggangu aktivitas terutama dalam bekerja untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Yang sering terjadi dalam hidup ini yang diperhatikan derajat

kesehatannya oleh suami hanya pada saat seorang ibu itu hamil hingga bersalin, sementara

perempuan itu diperhatikan kesehatannya selama siklus kehidupannya.

Seorang perempuan yang sehat itu akan mengembangkan potensinya baik dalam

mengurus rumahtangga ataupun berinteraksi dalam berkehidupan dimasyarakat. Berdasarkan

penjelasan diatas, penulis akan membahas masalah sosial dan kesehatan perempuan yang

menyangkut sosial budaya, berdasarkan kisah hidup si Feby :


Cerita Feby

Disuatu desa bisa dikatakan desa biru, salah satu penduduk desa itu adalah keluarga

Feby. Berbagai perbedaan penduduk di desa itu baik dari suku, agama, ekonomi terutama

perbedaan pemikiran penduduk khususnya pemikiran orangtua. Feby termasuk dari kalangan

anak yang ekonomi menengah ke atas dan feby anak yang turut dengan ucapan juga

penyayang kepada orangtuanya.

Orangtuanya feby tidak ingin derajat keluarganya menurun dia bertekat untuk

menikahkan anaknya ke yang bermartabat pula, memang benar orangtua mana yang tidak

menginginkan anaknya bahagia juga keluarganya yang derajatnya tinggi, tentu setiap orang

ingin terhindar dari kemiskinan.

Akan tetapi, sikap dan tindakan orang tua feby ini salah. Dia terlalu melawan takdir

dan memaksakan kehendak tanpa memikirkan lebih jauh kebahagiaan anaknya, hanya

memikirkan derajat ataupun martabat. Ketika feby tamat SMA usianya belum begitu cocok

untuk menikah dan kesehatan reproduksinya belum matang. Ayah feby memaksakan

anaknya untuk menikah dengan anak kawannya yang derajatnya tinggi. Tanpa menyelidiki

lebih jauh perilaku anak dari kawannya itu. Penilaiannya baik sama seperti kawannya, akan

tetapi jelas ada perbedaan.

Singkat cerita feby menikah dengan lelaki yang sikapnya begitu membuat feby harus

mengikuti semua aturan silelaki tersebut bisa dikatakan ada sifat egois. Satu tahun

pernikahan mereka dianugrahi anak, dua tahun dianugrahi anak juga. Merasa kurang bisa

merawat diri, anak bahkan suami si feby membicarakan pada suaminya tentang keluarga

berencana (KB) dengan sikap dan cepat suami tidak menyetujui hal itu, dikarenakan

kebiasaan dan kurangnya pengetahuan tentang hal itu termasuk KB kesehatan wanita. Tahun
ketiga dan kelima dianugrahi anak juga hingga jumlah anak mereka 5 (lima) diusia yang

muda itu.

Kisah demi kisah yang awalnya suami masih perhatian dengan anak-anak itu

walaupun egois dan istri yang sudah terlihat kelelahan lebih dari perannya sebagai seorang

ibu sehingga diri sendiri tidak begitu terurus lagi. Gertakan demi gentakan diberikan suami

karena perubahan pada diri feby juga kurang pengurusan pada suami. Bukannya membantu

feby malah meminta perhatian harus melebihi yang dibeikan pada anak-anak mereka

termasuk terus melayani suami tersebut.

Suatu ketika suami mulai bosan dengan keadaan yang berubah pada feby diakibatkan

karena mereka menikah terlalu mudah, jarak anak terlalu dekat, melahirkan terlalu sering

mulailah suami berubah dan terpengaruh oleh masyarakat lain, kelayapan diluar bahkan

sering tidak pulang kerumah dan mau bermain sama perempuan lain.

Akibat dari perilakunya itu suami terkena PMS (gonorrhea) dan si feby tertular PMS

(penyakit menular seksual) dari suaminya. Feby mulai terasa gejala penularan tadi dan sakit-

sakitan ada juga keluar cairan berbau busk akhirnya mengurus keluargapun tidak seperti

biasanya. ketika feby menceritakan kepada seorang tetangganya (ibu Ati), ati menyarankan

untuk minum rebusan daun sirsak dan ramuan lainnya karena menurutnya itu obat herbal

untuk infeksi. Feby meminumnya dan tidak ada perubahan. Untuk berobat ketenaga

kesehatan sementara feby lebih percaya dengan obat-obat herbal.

Dan suatu ketika tenaga kesehatan mengadakan penyuluhan tentang kesehatan

masalah kewanitaan (reproduksi) didesa tersebut feby mengikuti penyuluhan tersebut.

Dengan penasaran dengan yang terjadi pada dirinya setelah selesai acara dia mendekati salah

seorang petugas kesehatan dan menceritakan kejadiannya dan obat-obatan yang telah
diminummya karena obat herbal itu sudah kebiasaan di desa mereka sebelum berobat ke

tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan (bidan) tidak menyalahkan feby, sebagai seorang bidan

harus memahami budaya itu jika tidak berakibat pada pasien dan bidan terus

mensosialisasikan kejalan yang lebih baik lagi. Setelah bidan memeriksa feby, dia sudah

terkena PMS dan setelah mengetahui status perkawinan yang belum usia produkti juga tidak

ber-KB sehingga membuat feby merasakan kesakitan itu. Pengobatan demi pengobatan,

pemberdayaan perempuan termasuk penyetaraan gender pun ditingkatkan feby mulai

membaik dan dia tidak ingin perempuan lain merasakan hal yang sama seperti dirinya

apalagi pada anak-anaknya.

Dan setiap kali bidan melakukan pendekatan ataupun penyuluhan kedesa mereka

atau tempat yang terjangkau baik tentang reproduksi, KB dan maslah lainnya, mereka

mengikuti dan mengajak perempuan lainnya untuk menyaksikannya karena dia tidak ingin

apa yang dialaminya terjadi pada wanita lain. Dari penerimaan mereka itu otomatis interaksi

antara bidan ke masyarakat pun akan terjalin. Dan bidan pun harus memahami sosial budaya

yang ada disuatu tempat dimana ia berinteraksi. Artinya, seorang bidan harus bisa

memasukkan diri dan fungsi profesinya dan memahami masalah-masalah kesehatan dan

sosial budaya dan lebih memperhatikan kesehatan wanita dalam arti harus memberdayakan

perempuan disuatu tempat tersebut

Anda mungkin juga menyukai