Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.23 tahun 1992 tentang

Kesehatan telah digariskan bahwa “Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan yang optimal” sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan kesehatan merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, kerena kesehatan

menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia agar tercapainya kemampuan

hidup sehat bagi individu, keluarga dan masyarakat secara optimal (Profil

Kesehatan Indonesia tahun 1997).

Diare adalah salah satu penyakit ’klasik’ dan terlihat remeh, padahal

penyakit ini bisa sangat mengganggu aktivitas dan berbahaya. Kejadian diare di

dunia lebih tinggi dari penyakit jantung, khususnya di daerah tropis atau daerah

yang sosial ekonominya rendah. WHO dalam laporannya menyebutkan bahwa

angka kematian global akibat diare selama tahun 2002 adalah sebesar 1,8 juta

orang (www. gizi.net/makalah/safet/dadi.pdf).

Dewasa ini masalah kesehatan dalam masyarakat masih menjadi sorotan

bagi pemerintah. Salah satu masalah kesehatan dalam masyarakat adalah kejadian

1
2

penyakit menular, baik yang ditularkan oleh binatang, misalnya malaria, DBD,

Rabies dan lain-lain maupun yang ditularkan secara langsung, seperti ISPA, diare,

TBC, AIDS dan lain-lain. Dari berbagai macam penyakit menular, penyakit diare

masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius dalam masyarakat (Propil

Kesehatan Indonesia, 1997)

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, baik

ditinjau dari angka kesakitan atau angka kematian yang ditimbulkannya

sebagaimana tercantum dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia

sehat 2010. Salah satu program kesehatan unggulan yang akan di laksanakan

adalah program pemberantasan penyakit menular (DepKes RI, 2000 dalam Novita

A, 2004).

Salah satu jenis diare adalah diare akut yang diartikan sebagai buang air

besar yang meningkat dan konsistensi tinja lebih lembek atau cair dan bersifat

mendadak datangnya dan berlangsung dalam kurang dari dua minggu

(Suharyono, 1991).

Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian balita, terutama di

negara berkembang. Setiap balita diperkirakan 3,3 episode/tahun. Prevalens

tertinggi didapatkan pada bayi umur 3-8 bulan. Di Indonesia angka kesakitan

diare untuk semua golongan umur per 1000 penduduk 60-80% terjadi pada balita,

dengan 2-3 episode/tahin. Bila tidak ditolong dengan benar, 1-2% balita yang

diare akan mengalami dehidrasi, dan 50-60% balita dengan dehidrasi ini akan

meninggal. SKRT 1995 menunjukkan diare merupakan sebab kematian utama


3

tertinggi kedua setelah infeksi saluran pernafasan diantara anak usia kurang dari

satu tahun (16,4%) dan usia 1 sampai 4 tahun (20,6%). Pada Profil Kesehatan

Indonesia dikatakan bahwa angka kesakitan diare 1997 sebesar 20,27 per 1000

penduduk dengan CFR 0,008 (Marwan Albaitts, 2002)

Berdasarkan rekapitulasi laporan penderita diare Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Selatan, bahwa angka kejadian diare masih cukup besar di Sumatera

Selatan. Kejadian diare di Sumatera Selatan pada semua golongan umur dalam 3

tahun terakhir adalah sebagai berikut : tahun 2004 sebesar 192.600 kasus, tahun

2005 sebesar 193.073 kasus, dan tahun 2006 dari bulan Januari – April sebesar

60.350 kasus. Untuk kejadian diare pada balita di Sumatera Selatan adalah : tahun

2004 sebesar 93.836, tahun 2005 sebesar 95.666 kasus, dan tahun 2006 dari bulan

Januari – April sebesar 32.030 kasus. Sedangkan data yang didapat dari DinKes

Provinsi SumSel untuk pengguna ORALIT adalah : tahun 2004 sebesar 756.240

pengguna, tahun 2005 sebesar 1.131.505 pengguna, dan tahun 2006 dari Januari –

April sebesar 231.651 pengguna. Dari rekapitulasi Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Selatan bahwa kejadian diare terbesar terjadi di Kota Palembang

dibandingkan dengan kota/kabupatran lain se-Sumatera Selatan (DinKes Provinsi

Sumatera Selatan, 2006).

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Palembang

bahwa kejadian diare merupakan masalah kesehatan yang membutuhkan

penanganan yang serius. Kejadian diare di kota Palembang selama 3 tahun

terakhir adalah sebagai berikut : tahun 2004 sebesar 43.842 kasus, tahun 2005
4

sebesar 49.027 kasus, dan tahun 2006 dari bulan Januari - April adalah 16.235

kasus (DinKes Kota Palembang, 2006).

Kejadian diare di Kota Palembang terdapat di semua wilayah kerja

Puskesmas. Adalah Puskesmas 4 Ulu yang terletak di Kecamatan Seberang Ulu 1

menduduki peringkat ke-7 untuk tingginya kasus diare di Kota Palembang tahun

2005. Tetapi untuk tingginya kejadian diare pada balita di Puskesmas 4 Ulu

menduduki peringkat 4(Dinas Kesehatan Kota Palembang.2006)

Berdasarkan data yang didapat di Puskesmas 4 Ulu Palembang bahwa

kejadian diare dalam 4 tahun terakhir menduduki urutan 4 besar dari 10 penyakit

terbesar yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang. Jumlah

kejadian diare 4 tahun terakhir di Puskesmas 4 Ulu Palembang adalah sebagai

berikut ; tahun 2002 sebesar 1.364 kasus, tahun 2003 sebesar 1.454 kasus, tahun

2004 sebesar 1.539 kasus, dan tahun 2005 sebesar 1.654 kasus. Untuk kejadian

diare tahun 2006 diperoleh data perbulan dari bulan Januari - April yaitu : pada

bulan Januari adalah 167 kasus yang sebagian besar pada balita yaitu 116 kasus.

Bulan Pebruari sebasar 144 kasus dan pada balitanya adalah 98 kasus. Bulan

Maret sebesar 171 kasus dan pada diarenya sebesar 125 kasus. Dan pada bulan

April tahun 2006 adalah 151 kasus dan kejadian pada balitanya adalah 105 kasus

(Puskesmas 4 Ulu Palembang, 2006).

Sudah lama para ahli mendambahkan adanya cairan oral yang dapat

dipakai dalam menghadapi diare. Saat ini kita telah mempunyai suatu cara yang

dapat dipakai untuk mengobati panderita diare dengan dehidrasi ringan dan
5

sedang, dan mencegah terjadinya dehidrasi berat. Pemberian cairan oral ini

disebut rehidrasi oral.. Sarana rehidrasi sekarang ini telah terdapat di tempat-

tempat pelayanan kesehatan, seperti di Puskesmas yang disebut pojok Upaya

Rehidrasi Oral (URO) yang lebih dikenal dengan Pojok Oralit. Upaya ini

merupakan terobosan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan prilaku

masyarakat dan ibu rumah tangga dan juga melalui Pojok URO diharapkan dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap tatalaksana penderita diare

khususnya dengan upaya rehidrasi oral.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang ”Upaya Rehidrasi Oral Yang Dilakukan Ibu Pada Balita

Dengan Diare Akut Di Wilayah Kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang”

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah

dalam penelitian adalah belum diketahuinya ”Upaya Rehidrasi Oral yang

dilakukan ibu dengan Diare Akut di wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang

tahun 2006”

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana upaya rehidrasi oral yang dilakukan ibu dengan diare akut di wilayah

kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang tahun 2006 ?


6

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui upaya rehidrasi yang dilakukan ibu pada balita dengan

diare akut di wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang tahun 2006.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui jenis cairan yang diberikan sebagai rehidrasi oral oleh

ibu pada balita dengan diare akut diwilayah kerja Puskesmas 4 Ulu

Palembang

2) Mengetahui dimana ibu mendapatkan oralit atau cairan rumah

tangga untuk balita dengan diare akut diwilayah kerja Puskesmas 4

Ulu Palembang

3) Mengetahui kapan dan berapa banyak oralit atau cairan rumah

tangga untuk balita dengan diare akut diwilayah kerja Puskesmas 4

Ulu Palembang

4) Mengetahui bagaimana ibu menyajikan dan memberikan oralit

atau cairan rumah tangga untuk balita dengan diare akut diwilayah

kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang

5) Mengetahui apakah ibu tetap memberikan ASI dan air putih pada

balita dengan diare akut diwilayah kerja Puskesmas 4 ulu Palembang

6) Mengetahui sampai kapan oralit atau cairan rumah tangga

diberikan ibu pada balita dengan diare akut diwilayah kerja Puskesmas

4 Ulu Palembang
7

7) Mengetahui bagaimana jika oralit atau cairan rumah tangga yang

telah dibuat tidak habis dalam satu hari yang diberikan pada balita

dengan diare akut diwilayah kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang

8) Mengetahui apakah ibu tetap memberikan makanan padat pada

balita dan apakah ibu menghaluskan terlebih dahulu makanan yang

diberikan pada balita dengan diare akut diwilayah kerja Puskesmas 4

Ulu Palembang

9) Mengetahui apakah ibu memberikan makanan atau ramuan

tradisional selain oralit dan cairan rumah tangga kepada balita untuk

mengganti cairan yang hilang akibat diare akut di wilayah kerja

Puskesmas 4 Ulu Palembang

10) Mengetahui apakah ibu memberikan makanan tambahan setelah

balita terkena diare akut di wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pemerintah

Memberikan informasi tentang bagai mana upaya rehidrasi oral yang

dilakukan ibu pada balita dengan diare akut diwilayah kerja Puskesmas 4

Ulu Palembang sebagai masukan dalam penanggulangan penyakit diare

akut.
8

1.5.2 Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan sarana penerapan ilmu yang didapat selama

perkuliahan dan untuk menambah pengalaman dan wawasan terutama dalam

hal rehidrasi oral pada balita engan diare akut.

1.5.3 Bagi Almamater

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian

selanjutnya sebagai sumber data dan informasi bagi mahasiswa STIK Bina

Husada Palembang.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

 Area masalah : Upaya rehidrasi oral pada balita dengan diare akut.

 Responden : Responden penelitianini pada ibu yang mempunyai

balita dengan diare akut.

 Waktu : Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2006

 Tempat : Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas 4

Ulu Palembang

Anda mungkin juga menyukai