Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1  Pengertian Pemberian Obat Secara Intramuskular


         Pengertian pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara
dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada
bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf, misalnya pada
bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan
obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat.
         Jaringan intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi
aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat penyuntikan.

1.2  Mekanisme fisiologis
Obat masuk kedalam tubuh beberapa saat  setelah di injeksikan, obat akan masuk ke dalam
tubuh melalui pembuluh darah, mengikuti aliran darah, disana obat akan di absorbsi oleh tubuh, 
Setelah di absorbsi partikel obat yang telah terabsorbsi akan di edarkan oleh darah ke seluruh tubuh
lainnya, namun disini belum memberikan efek karena belum tepat pada organ target sesuai dengan
fungsi obat itu sebagai apa, entah sebagai analgesik, antipiretik, antiemesis, dan lain sebagainya.
Selanjutnya setelah obat di distribusikan ke seluruh tubuh, karena obat belum memberikan efek , obat
akan di metabolisme oleh hati, di hati ini obat akan dipisahkan berbagai komponenenya, partikel obat
yang dibutuhkan oleh organ target akan di edarkan ke organ target tersebut untuk memberikan efek
sesuai dengan masalah ( penyakit ) yang akan diatasi , sedangkan bagian partikel yang tidak
dibutuhkan tubuh akan di ekskresikan oleh tubuh baik melalui keringat, urine, dan lain sebagainya.

1.2  Tujuan pemberian obat secara intramuskular


         Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat diabsrorbsi tubuh dengan cepat.

1.3  Indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular


         Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan
tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberika obat secara oral, bebas dari
infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya. Pemeberian obat
secara intramuskular harus dilakukan atas perintah dokter.

1.4  Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular


         Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit, jaringan
parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.

1.5  Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara intramuscular


a.         Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan
lutut sedikit fleksi.
b.        Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut
atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi
muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar.
c.         Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut diputar kearah
dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
d.        Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar
lengan atas fleksi.

1.6  Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara  IM
a.       Tempat injeksi
b.      Jenis spuit dan jarum yang digunakan
c.       Kondisi atau penyakit klien
d.      Obat yang tepat dan benar
e.       Dosis yang diberikan harus tepat
f.       Pasien yang tepat
g.      Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar

1.7 Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular


a.       Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat
b.      Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya)
c.       Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk orang dewasa panjangnnya 2,5-3 cm dan untuk
anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
d.      Kapas alcohol
e.       Cairan pelarut/aquabidest steril
f.       Bak instrument/ bak injeksi
g.      Gergaji ampul (bila diperlukan)
h.      Nierbekken
i.        Handscoon 1 pasang

1.8  Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular


a.       Mencuci tangan
b.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c.       Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan dalam bak
injeksi.
d.      Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan)
e.       Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
f.       Lakukan penyuntikan:
  Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut
sedikit fleksi.
  Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut
atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi
muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar.
  Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut diputar kearah
dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
  Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar
lengan atas fleksi.
g.      Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus (900).
h.      Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik dalam spuit maka
tekanlah spuit hingga obat masuk secara berlahan-lahanhingga habis.
i.        Setelsh selesai tarik spuit dan tekan sambil dimasase penyuntikan dengan kapas alcohol,kemudian
spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok.
j.        Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian
k.      Cuci tangan

1.9   Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra Muskuler) dan Penyuluhan Pasien
         Penyuluhan pasien,memungkinkan pasien untuk minum obat dengan aman dan efektif.
a.       Tahap PraInteraksi
  Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
  Mencuci tangan
  Menyiapkan obat dengan benar
  Menempatkan alat di dekat klien dengan benar

b.      Tahap Orientasi
  Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
  Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
  Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c.       Tahap Kerja
d.      Tahap Terminasi
  Melakukan evaluasi tindakan
  Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
  Membereskan alat-alat
  Berpamitan engan klien
  Mencuci tangan
  Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai