Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Penentuan tekanan darah merupakan suatu pengukuran yang paling penting


dalam klinik dan merupakan salah satu yang paling akurat dilakukan. Gold standard
untuk pengukuran tekanan darah dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan terlatih
menggunakan sphygmomanometer merkuri dengan teknik suara korotkoff. Namun,
metode ini dapat menyebabkan kesalahan klasifikasi hipertensi dan kegagalan untuk
mendiagnosa tekanan darah. Pengukuran tekanan darah memperlihatkan hasil yang
normal tetapi meningkat pada waktu lain. (hypertension. 2005;45:142)
Ada 3 faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan yang dapat dihindari
dalam metode pengukuran tekanan darah antara lain :
1. Variabilitas yang melekat dari tekanan darah
2. Kecenderungan tekanan darah meningkat ketika di hadapan dokter (sering
disebut efek jas putih). (hypertension. 2005;45:144)

Beberapa dimensi tekanan darah berkaitan dengan peningkatan resiko


pembuluh darah. Penyakit pembuluh darah termasuk tekanan darah sistolik dan
diastolik, serta tekanan arteri dan tekanan nadi.
Pengukuran tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa macam posisi
yaitu :
A. Pengaruh posisi tubuh
Pengukuran tekanan darah yang baik yaitu dalam posisi duduk dan
terlentang, teteapi ada dua posisi yang memberikan hasil pengukuran yang
berbeda.
a. Tekanan diastolik ketika diukur sambil duduk lebih tinggi daripada ketika
tidur terlentang ¿ 5 mmHg). Tetapi dalam posisi duduk tidak mempengaruhi
tekanan sistolik.
b. Posisi lengan disesuaikan sehingga manset berada pada tingkat atrium kanan
di kedua posisi, tekanan sistolik menjadi 8 mmHg lebih tinggi pada posisi
terlentang daripada posisi tegak.
c. Posisi punggung dan kaki. Misalnya pengukuran dilakukan pada pasien
dengan posisi duduk pada meja dan pemeriksa berada pada kursi, maka
tekanan sistolik dapat meningkat sebesar 6 mmHg.
d. Penyilangan kaki dapat menaikan tekanan sistolik sampai 8 mmHg
e. Pada posisi terlentang, atrium kanan berada pada pertengahan tempat tidur
dan sternum. Jika lengan sedang beristirahat di tempat tidur, maka akan
berada dibawah jantung. Oleh karena itu ketika pengukuran digunakan
posisi terlentang lengan dan harus didukung dengan bantal.
f. Dalam posisi duduk posisi atrium kanan adalah titik tengah dari sternum
atau ruang interkosta IV.

B. Pengaruh posisi lengan


Posisi lengan memiliki pengaruh yang besar saat pengukuran tekanan
darah, bila lengan atas berada dibawah atrium kanan yaitu pada saat lengan
menggantung turun sementara tubuh dalam posisi duduk, maka pembacaan hasil
akan terlalu tinggi. Demikian pula jika lengan berada diatas jantung, maka hasil
pembacaan akan terlalu rendah.
Perbedaan ini disebabkan oleh efek tekanan hidrostatik 10mmHg atau
lebih atau 2 mmHg untuk tiap inchi diatas dan dibawah tingkat jantung. Factor

1
fisiologis lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah selama proses pengukuran
adalah tegangan otot. Jika lengan dipegang oleh pasien, latihan isometric akan
meningkatkan tekanan. (hypertension. 2005;45:150)

Selain itu terdapat pula faktor-faktor yang mengontrol tekanan darah arteri
yaitu sebagai berikut :
a. Tekanan sistolik terutama dipengaruhi oleh :
 Isi sekuncup
 Kecepatan ejeksi ventrikel kiri
 Kekuatan aorta/arteri yang meningkat bila terdapat penningkatan salah satu
faktor tersebut.
b. Tekanan diastol meningkat dengan peningkatan TPR (resistensi perifer total).
Tekanan arteri menurun secara progresif selama diastol sehingga pemendekan
interval diastol akibat peningkatan laju denyut jantung juga meningkatkan tekanan
diastol.

Juga terdapat pula factor-faktor yang mempengaruhi aliran balik vena,


diataranya adalah sebagai berikut :
a. Katup vena
b. Efek hisap jantung
c. Tekanan pada darah oleh kontraksi jantung
d. Aktivitas vasokonstriksi simpatis
e. Pompa otot rangka
f. Pompa pernafasan
g. Volume darah

2
METODE

I. Pengukuran Secara Tidak Langsung Tekanan Darah Arteri Pada Orang


TUJUAN
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mengukur tekanan arteri brakhialis dengan cara auskultasi dengan penilaian
menurut metode lama dan metode baru “ The american Heart Association
(AHA)”
2. Mengukur tekanan darah arteri brakhialis dengan cara palpasi
3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi
4. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah arteri brakhialis pada sikap
berbaring duduk dan berdiri
5. Menguraikan berbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan
darah pada ketiga sikap tersebut diatas.
6. Membandingkan hasil pengukuran darah arteri brakhialis sebelum dan sesudah
kerja otot
7. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan
sesudah kerja otot.
ALAT
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
TATA KERJA
I. Pengukuran Tekanan darah arteri brakhialis pada sikap berbaring
duduk dan berdiri
Berbaring telentang
1. Suruhlah op berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit
2. Selama menunggu, pasanglah manset sfignomamnometer pada lengan op
P.III,1,1 Apa yang harus diperhatikan pada waktu memasang manset ?
Jawab:
Yang harus diperhatikan adalah:
- Letak arteri brakhialis
- Tombol on pada sfignomanometer
- Dan keadaan karet pompa
- Tidak ada penghalang antara manset misalnya pakaian

3
3. Carilah dengan cara palpasi denyut a.brachialis pada fossa cubiti dan denyut
a.brachialis pada pergelangan tangan kanan op.
P.III.1.2. Mengapa kita harus meraba letak denyut arteri brachialis dan arteri
radialis o.p.?
Jawab:
Kita harus meraba arteri radialis yang bertujuan memeriksa frekuensi nadi o.p,
sedangkan untuk arteri brachialis agar kita dapat menentukan sistolik
palpatoir o.p dan perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik yang dikenal
sebagai tekanan nadi dengan cara auskultasi.
4. Setelah op berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase korotkoff dalam
pengukuran darah op tersebut.
P.III.1.3. Tindakan apa yang sodara lakukan secara berturut-turut untuk
mengukur tekanan darah ini?
Jawab:
Dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis
yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran
turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri
brachialis. Saat auskultasi harus diperhatikan bahwa terdapat jarak lebih
kurang 5 cm antara manset dan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian
pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan sistolik (yang
diketahui dari palpasi). Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil
meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak
terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika
darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah
turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi
dalam lima fase yang berbeda.
P.III.1.4. Sebutkan kelima fase korotkoff. Bagaimana menggunakan fase
korotkoff dalam pengukuran tekanan darah dengan penilaian metode lama dan
baru?
K1 = Suara jelas pertama yang terdengar saat darah mula-mula mengalir
melalui pembuluh nadi (sistolik),berbunyi auskultasi, sifatnya lemah,
nadanya agak tinggi terdengar.
K2 = Suara itu terdengar seperti terhambat dan mungkin menghilang,
berubahnya ukuran pembuluh karena tekanan yang baru dilepaskan

4
dapat mengakibatkan suara itu seperti terhambat, menghilangnya suara
disebut auskulatory gap, bunyi seperti K1 disertai bising.
K3 = Suara menjadi lebih jelas karena tekanan manset yang diperlonggar,
pembuluh nadi tetap terbuka/mengembang selama terjadinya kuncup
jantung(bunyi berubah menjadi keras, nada rendah, tanpa
bising.merupakan bunyi yang paling kuat terdengar
K4 = Bunyi Melemah
K5 = Fase diastolic
Seluruh suara menghilang karena nadi tetap terbuka selama siklus
jantung
5. Ulangi pengukuran sub 4 sebanyak 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata dan
catat hasilnya.
P.III.1.5 Apa yang harus diperhatikan bila kita ingin mengulangi pengukuran
tekanan darah?apa sebabnya?
Jawab :
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembacaan tekanan darah, yaitu usia, berat
badan, emosi, hereditas, jenis kelamin, viskositas darah, kondisi pembuluh
darah. Karna faktor-faktor tersebut bisa menyebabkan tekanan darah
meningkat (hipertensi) dan menurun (hipotensi)
Duduk
6. Tanpa melepaskan manset op disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit
ukurlah lagi tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi
pengukuran selama 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata da catatlah hasilnya.
P.III.1.6. Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri?
Jawab:
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri, yaitu:
• Kerja Jantung
• Tahanan perifer
• Kekenyalan dinding pembuluh darah
• Kekentalan darah
• Jumlah darah yang bersirkulasi

5
Berdiri
7. Tanpa melepaskan manset op disuruh berdiri setelah ditunggu 3menit ukurlah
tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ualngi oengukuran
sebanyak 3x unruk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
P.III.1.7 Mengapa pengukuran dilakukan beberapa saat setelah berdiri ?
Jawab:
Agar aliran darah pada tubuh dapat distabilkan sebelum dilakukan pengukuran
Bandingkanlah hasil pengukuran tekanan darah op pada ketiga sikap yang
berbeda diatas.

II. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot


1. Ukurlah tekanan darah a,brachialis op dengan penilaian menurut metode baru
pada sikap duduk (o.p tidak perlu yang sama).
2. Tanpa melepaskan manset suruhlah op berlari ditempat dengan frekwensi
kurang lebih 120 loncatan permenit selama 2 menit. Segera setelah selesai op
disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya.
3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya
kembali seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut.
P.III.1.8 Bagaimana tekanan darah seseorang setelah melakukan kerja otot ?
Jawab : tekanan darah akan meningkat karena pada saat kerja otot jantung
memompa darah lebih cepat daripada normal

6
HASIL PERCOBAAN
Nama :M.rizdimas RP
Usia : 18
Jenis kelamin : laki-laki
Data Tekanan Darah
PP : Pulse pressure (sistol – diastol)
1
MAP : Mean Arterial Pressure=diastolic press .+ ( pulse press)
3
FN : Frekuensi nadi radialis

Tabel.1. hasil pemeriksaan pulse pressure (PP)


  1 2 3 X

Berbaring
terlentang 50 50 50 50

duduk 40 35 30 35

berdiri 45 30 50 42

Grafik 1. Hasil pemeriksaan pulse pressure (PP)


60

50

40

Berbaring terlentang
30
duduk
berdiri
20

10

0
1 2 3 X

Tabel 2. hasil pemeriksaan Mean Arterial Pressure (MAP)


  1 2 3 x

berbaring
terlentang 87 87 87 87

7
duduk 83 82 90 85

berdiri 90 80 87 85

Grafik 2. Hasil pemeriksaan Mean Arterial Pressure (MAP)


92

90

88

86

84 berbaring terlentang
82 duduk
berdiri
80

78

76

74
1 2 3 x

Tabel 3. Hasil pemeriksaan Frekuensi Nadi Radialis (FN)


  1 2 3 X

berbaring
terlentang 64 64 68 65

duduk 72 76 76 74

berdiri 73 76 73 74

Grafik 3. Hasil pemeriksaan Frekuensi Nadi Radialis (FN)


78
76
74
72
70
berbaring terlentang
68
duduk
66 berdiri
64
62
60
58
1 2 3 X

8
Tabel 4. hasil pemeriksaan Sesudah Kerja Otot
menit- menit- menit- menit- menit- menit- menit- menit-
  1 2 3 4 5 6 7 8

PP 35 45 40 40 40 40 40 40

MAP 83 80 83 83 83 83 83 83

FN 100 80 72 72 68 68 64 64

Grafik 4. hasil pemeriksaan Sesudah Kerja Otot


120

100

80

60 PP
MAP
40 FN

20

0
menit- menit- menit- menit- menit- menit- menit- menit-
1 2 3 4 5 6 7 8

9
DISKUSI

Tugas diskusi
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah & aliran balik vena
2. Fungsi baroreseptor dalam kontrol tekanan darah

Jawab:

faktor-faktor yang mengontrol tekanan darah arteri yaitu sebagai berikut :


a. Tekanan sistolik terutama dipengaruhi oleh :
 isi sekuncup
 Kecepatan ejeksi ventrikel kiri
 Kekuatan aorta/arteri yang meningkat bila terdapat penningkatan salah satu
faktor tersebut.
b. Tekanan diastol meningkat dengan peningkatan TPR (resistensi perifer total).
Tekanan arteri menurun secara progresif selama diastol sehingga pemendekan
interval diastol akibat peningkatan laju denyut jantung juga meningkatkan tekanan
diastol.

Juga terdapat pula factor-faktor yang mempengaruhi aliran balik vena, diataranya
adalah sebagai berikut :

 Katup vena
 Efek hisap jantung
 Tekanan pada darah oleh kontraksi jantung
 Aktivitas vasokonstriksi simpatis
 Pompa otot rangka
 Pompa pernafasan
 Volume darah

Reseptor tekanan (ataub baroreseptor) adalah reseptor sensitif terhadap perubahan


tekanan darah. Baroreseptor mencangkup sistem saraf simpatis yang diperlukan untuk
pengaturan tekanan darah yang cepat dari waktu ke waktu. Turunnya tekanan darah
menyebabkan neuron-neuron yang sensitif terhadap tekanan (baroreseptor pada arcus
aorta dan sinus karotid) akan mengirimkan impuls yang lebih lama kepada pusat-
pusat kardiovaskular dalam sambungan sumsum tulang. Ini akan menimbulkan
peningkatan respon refleks pusat simpatik dan penurunan pusat parasimpatik terhadap
jantung dan pembuluh yang mengakibatkan vasokontriksi dan meningkatkan
sekuncup jantung perubahan ini menurunkan tekanan darah kompensasi. Jadi, ketika
tekanan darah meningkat, maka akan terjadi penurunan rangsanagn simpatis dan
peningkatan rangsang parasimpatis, sehingga frekuensi jantung melambat dan tekanan
darah menurun. Ini adalah salah satu contoh mekanisme homoestatik yang bekerja
melalui umpan balik negatif.

10
DAFTAR PUSTAKA

(Jurnal AHA scientific statements “Recommendation for blood pressure measurement


in humas and experimental animals” 2004) (hypertension. 2005;45:142-161)
Aaronson P.I, Ward J.P.T (2010). At a glance edisi ketiga sistem kardiovaskular.
Jakarta. Erlangga

Sherwood Lauralee (2011). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta.
EGC

11

Anda mungkin juga menyukai