Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL T.

A 2021/2022
MAGISTER ILMU HUKUM
SEMESTER 1
KELAS B
SEKOLAH PASCASARJA UGJ CIREBON

Mata Kuliah : FILSAFAT HUKUM


Hari/tanggal : Jumat, 10 Desember 2021
Waktu : 75 menit
Dosen : Prof. Dr. H. Junaedi, SH., MH

Nama : Aprilyan Laras Chantika

NPM : 121160034

Kelas : B

Semester : 1

Prodi : Magister Hukum

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG DJATI


(UGJ)
CIREBON
1. Secara filosofis manusia adalah makhluk monodualis. Jelaskan apa yang dimaksud

dengan monodualis tersebut serta berikan masing-masing contoh !

JAWAB:

Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang

bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi lain manusia

juga berkedudukan sebagai makhluk sosial kaitannya dengan individu lain dalam

masyarakat. Manusia sebagai makhluk individualis mempunyai kepentingan yang dapat

diperjuangkan sendiri tanpa memikirkan manusia lain, sedangkan manusia dalam

kedudukannya sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat tentunya harus

menaati peraturan atau norma serta nilai yang berkembang dan ditaati bersama oleh

masyarakat sekitar. Manusia sebagai bagian dari anggota masyarakat berkewajiban

menaati aturan dan budaya yang berkembang dalam masyarakat tersebut.

Contoh yang dapat diambil dalam kehidupan sehari-hari yaitu menggunakan masker di

masa pandemi ini. Dari segi makhluk individu, menggunakan masker bertujuan untuk

Kesehatan dan keamanan diri sendiri agar terhindar dari paparan penyakit, sedangkan

dilihat dari perspektif makhluk sosial kita juga wajib menggunakan masker saat sedang

berada di tempat umum demi menjaga Kesehatan dan kenyamanan orang lain, oleh

karena tatanan dan hukum (dalam hal ini UU dan PermenKes) yang mewajibkan setiap

orang menggunakan masker di tempat umum. Apabila orang tersebut melanggar aturan,

maka akan dikenakan sanksi baik secara hukum, maupun sanksi sosial. (Setiadi, et al.,

2011)
2. Dalam proses penegakan hukum, perlu diperhatikan rasa keadilan dan kepastian hukum,

harus memiliki salah satu diantara keduanya mana yang harus diprioritaskan keadilan

atau kepastian hukum ?

JAWAB:

Menurut pendapat saya yang harus di dahulukan yaitu keadilan hukum.

Keadilan hukum menurut L.J Van Apeldoorn tidak boleh dipandang sama arti dengan

penyamarataan, keadilan bukan berarti bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang

sama. Maksud dari keadilan menuntut tiap-tiap perkara harus ditimbang tersendiri,

artinya adil bagi seseorang belum tentu adil bagi yang lainnya. Tujuan hukum adalah

mengatur pergaulan hidup secara damai jika ia menuju peraturan yang adil, artinya

peraturan di mana terdapat keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang

dilindungi, dan setiap orang memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi

bagiannya. (Van Apeldoorn, 1993)

Dalam mengukur sebuah keadilan, menurut Fence M. Wantu mengatakan, “adil pada

hakikatnya menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan kepada siapa saja apa

yang menjadi haknya, yang didasarkan pada suatu asas bahwa semua orang sama

kedudukannya di muka hukum (equality before the law).” (Wantu, FM., 2012)

Dalam pengertian lain, menurut Satjipto Rahardjo “merumuskan konsep keadilan yaitu

bagaimana bisa menciptakan keadilan yang didasarkan pada nilai-nilai keseimbangan

atas persamaan hak dan kewajiban.” Namun harus juga diperhatikan kesesuaian

mekanisme yang digunakan oleh hukum, dengan membuat dan mengeluarkan


peraturan hukum dan kemudian menerapkan sanksi terhadap para anggota

masyarakat berdasarkan peraturan yang telah dibuat itu, perbuatan apa saja yang

boleh dan tidak boleh dilakukan yaitu substantif. (Rahardjo, 1996)

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konsep stabilitas dinamis, serta untuk apa

kegunaannya. Jelaskan dan berikan contoh !

JAWAB:

Banyak teori hukum yang mengajarkan bahwa hukum harus stabil, tetapi tidak

boleh diam atau kaku. Demiakianlah salah satu fase hakiki dari hukum di mana

disatu pihak hukum harus mengandung unsur kepastian, dan prediktabilitas,

sehingga dia harus stabil. Tetapi di lain pihak hukum haruslah dinamis,

sehingga selalu dapat mengikuti dinamika perkembangan kehidupan

manusia.

Contoh:

Undang-undang Cipta kerja yang saat ini dibuat ulang dengan metode Omnibus Law,

yaitu mengumpulkan dan mengkodifikasi UU terdahulu yang dikumpulkan menjadi

suatu kumpulan UU. Omnibus Law ini diklaim mampu membantu dan

menjembatani pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui

pembangunan ekonomi dan melibatkan berbagai aspek lain, juga mengikuti

perkembangan teknologi dan kebutuhan industri saat ini.


4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat ontologi, filsafat epistimologi dan filsafat

aksiologi. Serta dalam bidang filsafat hukum ada pada bagian yang mana diantara ketiga

nya ?

JAWAB:

5. Jelaskan tentang macam-macam jenis keadilan yang saudara ketahui. Serta berikan pula

masing-masing contohnya !

JAWAB:

a. Keadilan legal / keadilan moral


Keadilan Legal menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat

dengan negara. Menurut teori ini, semua orang atau kelompok masyarakat

diperlakukan secara sama oleh negara di hadapan hukum.

Dasar moral :

a. Semua orang adalah manusia yang mempunyai harkat dan martabat yang

sama dan harus diperlakukan secara sama.

b. Semua orang adalah warga negara yang sama status dan kedudukannya,

bahkan sama kewajiban sipilnya, sehingga harus diperlakukan sama sesuai

dengan hukum yang berlaku.

Konsekuensi Keadilan Legal:

a. Semua orang harus secara sama dilindungi hukum, dalam hal ini oleh

negara.

b. Tidak ada orang yang akan diperlakukan secara istimewa oleh hukum atau

negara.

c. Negara tidak boleh mengeluarkan produk hukum untuk kepentingan

kelompok tertentu.

d. Semua warga harus tunduk dan taat kepada hukum yang berlaku.

Contoh: Undang-undang atau produk hukum yang dibuat oleh Lembaga negara

berlaku sama untuk semua warga negara.

b. Keadilan distributif
Keadilan distributif (keadilan ekonomi) adalah distribusi ekonomi yang merata

atau yang dianggap merata bagi semua warga negara. Keadilan distributif ini

menyangkut pembagian kekayaan ekonomi atau hasil-hasil pembangunan.

Keadilan distributif ini menyangkut persoalan-persoalan yang menjadi dasar

pembagian adil itu, serta sejauh mana pembagian tersebut dianggap adil.

Menurut Aristoteles, keadilan distribusi didasarkan pada prestasi dan peran

masing-masing orang dalam mengejar tujuan bersama seluruh warga negara.

Keadilan distributif juga berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai

dengan aturan dan ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.

Contoh:

Dalam sistem aristokrasi, pembagian tersebut dianggap adil kalau apabila

kelompok bangsawan mendapat hak lebih banyak, sementara kelompok budak

mendapat hak lebih sedikit.

c. Keadilan komutatif

Keadilan komutatif mengatur hubungan yang adil antara orang satu dengan yang

lain, atau dalam hal ini warga negara satu dengan warga negara lainnya. Keadilan

Komutatif juga menuntut agar dalam interaksi sosial antara warga satu dengan yg

lainnya tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.

Contoh: Pelaksanaan / implementasi dari Kitab undang-undang Hukum Pidana

(Mudammad Erwin, 2013)


Referensi

Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), penerbit

toko gunung agung, Jakarta; hlm 82-83

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana. Hlm. 119.

Erwin, Muhamad., 2013, Filsafat Hukum Suatu Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Rajawali

Press, Jakarta.

Fence M. Wantu, 2012, “Mewujukan Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan Dalam

Putusan Hakim di Peradilan Perdata, Jurnal Dinamika Hukum, Gorontalo; Vol. 12

Nomor 3, hlm. 484

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta; hlm. 158

Riduan Syahrani, 1999, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung;

hal 23

L.J. Van Apeldoorn, 1993, Pengantar Ilmu Hukum, terj. Oetarid Sadino, Pradnya Paramita

Jakarta; hlm. 11

Satjipto Rahardjo, 1996, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung; hlm. 77-78

Anda mungkin juga menyukai