Anda di halaman 1dari 16

JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

ANALISIS PERAN INSPEKTORAT DALAM IMPLEMENTASI


SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)
PADA PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Hasby, Taufeni Taufik dan Vince Ratnawati

Program Studi Magister Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Riau


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran, kendala dan upaya yang
dilakukan Inspektorat dalam implementasi Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan Soft System
Methodology. Hasil penelitian menunjukkan kendala yang dihadapi Inspektorat
adalah regulasi tentang sistem pengendalian intern pemerintah belum
dilaksanakan secara optimal. Selain itu sumber daya manusia yang ada masih
belum memadai baik dari kualitas maupun kuantitas, dan masih lemahnya
komitmen pimpinan dalam menyediakan anggaran, sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendukung implementasi sistem pengendalian intern pemerintah.
Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, penelitian ini memberikan rekomendasi
kepada Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti untuk melakukan sosialisasi
sistem pengendalian intern pemerintah secara terus menerus kepada seluruh
OPD, meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan pendidikan,
pelatihan dan pengembangan, dan menyediakan anggaran, sarana dan prasarana
yang memadai untuk mendukung implementasi sistem pengendalian intern
pemerintah.

Kata Kunci : Sistem pengendalian intern pemerintah, soft system methodology,


inspektorat

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,


merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mendukung tercapainya tujuan
tersebut, diperlukan suatu sistem pengendalian intern yang memadai.

72
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008


tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, disebutkan bahwa untuk
mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel. menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib
melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan
berpedoman pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Berdasarkan Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2017, Hasil


Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia atas 537 LKPD
mengungkapkan terdapat 6.053 kelemahan Sistem Pengendalian Intern yang
terdiri atas 2.156 permasalahan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan
pelaporan, 2.657 permasalahan kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja, dan 1.240 permasalahan kelemahan struktur
pengendalian intern. Berdasarkan laporan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengawasan intern dalam pelaksanaan pemerintah daerah masih belum berjalan
dengan efektif. Oleh karena itu, untuk memperkuat dan menunjang efektivitas
Sistem Pengendalian Intern, maka perlu memperkuat pengawasan intern yang
dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal
atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern, dan
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota. Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008
Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, menyebutkan bahwa Inspektorat
Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota. Pengawasan intern tersebut dilakukan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.

Inspektorat
Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 107 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Nomenklatur Inspektorat Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota
menyebutkan Inspektorat D a e r a h Kabupaten/Kota merupakan unsur
pengawas penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten/kota. Inspektorat
Daerah dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah. Pasal 6 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 107 Tahun 2017 Tentang Pedoman Nomenklatur Inspektorat Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota, menyebutkan bahwa susunan organisasi
Inspektorat Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota terdiri atas :

73
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

1. Sekretariat
2. Inspektur Pembantu
3. Kelompok Jabatan Fungsional

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pasal 2 ayat (3)
menyebutkan SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi
tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan
pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut Pasal 3 (1)
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, SPIP terdiri atas unsur :
a. lingkungan pengendalian;
b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian;
d. informasi dan komunikasi; dan
e. pemantauan pengendalian intern

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian


studi kasus dengan pendekatan kualitatif adalah peneliti mengeksplorasi
kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem
terbatas (berbagai kasus) melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam
yang majemuk (misalnya pengamatan, wawancara, bahan audiovisual, dokumen
dan berbagai laporan) dan melaporkan hasil deskripsi kasus (Creswell,2013).

Penelitian ini menggunakan pendekatan Soft System Methodology (SSM).


Menurut Checkland (1999) dalam Hardjosoekarto (2012), menyatakan bahwa Soft
Soft System Methodology (SSM) dideskripsikan sebagai tujuh tahap proses
analisis yang menggunakan konsep human activity dalam memahami situasi
disekitarnya untuk menentukan aksi yang perlu diambil dalam rangka
mengembangkan situasi yang ada. Siklus baku dalam proses SSM terdiri dari
tujuh tahap kegiatan yang dikelompokan kedalam dua ranah yaitu ranah dunia
nyata dan ranah berfikir serba sistem tentang dunia nyata.

74
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Ketujuh tahap SSM tersebut meliputi tahapan-tahapan sistematis berikut ini :


1. Tahap identifikasi situasi permasalahan
2. Tahap menggambarkan permasalahan dalam bentuk rich picture
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan analisis sebagai berikut :
a. analisis satu (analisis intervensi)
b. analisis dua (analisis sosial)
c. analisis tiga (analisis politik)
3. Tahap pemetaan akar masalah (root definition)
4. Tahap analisis model konseptual dari sistem yang relevan
5. Tahap membandingkan model konspetual dan model real world
6. Tahap merumuskan rekomendasi berdasarkan perbandingan model konseptual
dan real world
7. Tahap melaksanakan proses perubahan

Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti melalui


Kantor Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti yang beralamat di Jalan
Kompleks Perkantoran Terpadu No. 2 Selatpanjang Kabupaten Kepulauan
Meranti Provinsi Riau.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Situasi Permasalahan


Untuk memperoleh informasi tentang permasalahan yang ada, penelitian ini
menggunakan telaah dokumen. Penelaahan dokumen dilakukan terhadap Laporan
Hasil Pemerikasaan BPK RI. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan BPK RI
Tahun 2012-2017 terdapat temuan tentang Sistem Pengendalian Intern pada
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti antara lain pengelolaan kas umum
daerah pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti belum tertib, pengelolaan
dan pengamanan persediaan belum memadai, pengelolaan pendapatan atas pajak
penerangan jalan (PPJ) PLN belum optimal, pengelolaan penerimaan pendapatan
belum sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan daerah, adanya kesalahan
penganggaran belanja modal dan belanja pegawai, serta penyertaan modal
pemerintah daerah pada PT Bank Riau Kepri belum didukung Peraturan Daerah
yang memadai.

75
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Penggambaran Permasalahan dalam Bentuk Rich Picture


Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan analisis yaitu :
a. Analisis Satu (Analisis Intervensi)
Pada tahap ini peneliti mengidentifikasikan pihak yang berkepentingan dan
terlibat dalam penelitian sesuai dengan topik yang diteliti. Pihak yang terlibat
tersebut dikelompokan menjadi :
1. Client (C) : Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti
2. Problem Solver (P) : Peneliti
3. Problem Owners (O) : Inspektur, Sekretaris Inspektur, Kepala Sub Bagian
Evaluasi dan Pelaporan, dan Auditor
b. Analisis Dua (Analisis Sosial)
Pada tahap ini analisis yang dilakukan adalah :
1. Analisis Peran Sosial dari Problem Owner
Analisis peran dari problem owner, Sesuai dengan Peraturan Bupati
Kepulauan Meranti Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas Pokok Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Inspektorat
Kabupaten Kepulauan Meranti.
2. Analisis Norma Sosial dari Problem Owner
Analisis norma dari problem owner menggunakan peraturan perundang-
undangan yang terkait Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
3. Analisis Nilai dari Problem Owner
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, problem owner harus melaksanakan
pengawasan intern berdasarkan kode etik dan standar audit Aparat
Pengawas Intern Pemerintah.
c. Analisis Tiga (Analisis Politik)
Berdasarkan analisis politik problem owner memiliki kekuatan sebagai berikut:
1. Inspektur mempunyai kekuatan untuk membina dan mengawasi
pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan
Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah dan Pemerintahan Desa.
2. Sekretaris Inspektur mempunyai kekuatan untuk pengkoordinasian bidang-
bidang, perumusan, perencanaan, program, pelaporan dan Administrasi
Keuangan serta Administrasi Umum.
3. Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai kekuatan untuk
menyiapkan bahan penyusunan dan pengendalian program kerja
pengawasan, dan menyusun laporan hasil pengawasan.
4. Auditor mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan teknis, pengendalian, dan evaluasi
pengawasan.

76
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Rich Picture
Pembuatan rich picture bertujuan agar dapat menggambarkan situasi
permasalahan di real world lebih terstruktur yang tergambarkan pada Gambar
4.3 rich picture berikut ini :

Regulasi (Root Definition 1)


Menurut BPK RI (2017) terjadinya permasalahan kelemahan SPI dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah secara umum disebabkan oleh pejabat yang
bertanggung jawab belum sepenuhnya mempedomani ketentuan peraturan terkait
dengan pendapatan dan belanja. Selain itu pejabat yang bertanggung jawab belum
optimal dalam melakukan pembinaan pemahaman akuntansi dan pelaporan
kepada pelaksana tugas, serta belum optimal dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian. Permasalahan yang terjadi seperti pengelolaan kas umum daerah
dan penatausahaan aset tetap milik Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti
belum tertib, pengelolaan penerimaan pendapatan belum sesuai dengan ketentuan
pengelolaan keuangan daerah merupakan dampak dari regulasi yang ada belum
dijadikan pedoman dalam melaksanakan urusan pemerintahan. Berdasarkan
penjelasan diatas, penelitian ini mmemilih regulasi sebagai Root Definition 1
karena memiliki dampak yang signifikan dalam mendukung peran Inspektorat
dalam implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Sumber Daya Manusia (Root Definition 2)


Salah satu faktor utama yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan
pengendalian intern adalah efektivitas peran Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) dalam hal ini Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti.

77
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Pentingnya sumber daya manusia tercantum dalam Pasal 20 ayat 1 Peraturan


Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah yang menyebutkan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib
melakukan pembinaan sumber daya manusia. Pembinaan terhadap sumber daya
manusia sekurang-kurangnya dilakukan melalui :
a. mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai dan strategi instansi kepada
pegawai;
b. membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumberdaya manusia yang
mendorong pencapaian visi dan misi;
c. membuat uraian jabatan, prosedur rekruitmen, program pendidikan dan
pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas
pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana
pengembangan karir.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini menilai sumber daya manusia


dipilih sebagai Root Definition 2 karena memiliki dampak yang signifikan dalam
mendukung peran Inspektorat dalam implementasi Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.

Komitmen Organisasi Root Definition 3


Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas baik yang bersumber dari
regulasi yang belum memadai serta kelemahan sumber daya manusia tentu harus
didukung dengan adanya komitmen organisasi. Permasalahan yang terjadi
mengenai masih adanya temuan berulang mengindikasikan bahwa masih
kurangnya kesadaran pimpinan OPD dan seluruh pegawai dalam menerapkan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Menurut Bastian (2006), dukungan yang
kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan.
Komitmen organisasi dalam hal ini pemerintah daerah melalui para pemangku
kepentingan sangat diperlukan karena upaya penerapan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah memerlukan anggaran dan sarana dan prasarana serta
memerlukan waktu yang lama, bahkan lebih lama dari masa periode jabatan
presiden, gubernur, bupati, walikota, dan anggota DPR/DPRD. Berdasarkan
penjelasan di atas, penelitian ini menilai komitmen organisasi dipilih sebagai Root
Definition 3 karena memiliki dampak yang signifikan dalam mendukung peran
Inspektorat dalam implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

78
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Model Konseptual Regulasi


Model konseptual berisi aktivitas-aktivitas yang menggambarkan sistem yang
ideal mengenai sistem yang ditransformasikan. Artinya, model konseptual ini
menggambarkan aktivitas ideal untuk penyusunan regulasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dengan mempertimbangkan prinsip dan kriteria
penyusunan yang efektif agar pengendalian intern dapat berjalan dengan optimal.

Model Konseptual Sumber Daya Manusia


Model konseptual berisi aktivitas-aktivitas yang menggambarkan sistem yang
ideal mengenai sistem yang ditransformasikan. Artinya, model konseptual ini
menggambarkan aktivitas ideal untuk meningkatkan kualitas SDM melalui
program pendidikan, pelatihan dan pengembangan untuk membantu pegawai
untuk meningkatkan kompetensi dalam pekerjaannya.

79
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Model Konseptual Komitmen Organisasi


Model konseptual berisi aktivitas-aktivitas yang menggambarkan sistem yang
ideal mengenai sistem yang ditransformasikan. Artinya, model konseptual ini
menggambarkan aktivitas ideal untuk meningkatkan komitmen organisasi dengan
menyediakan anggaran, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung
implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Perbandingan model konseptual dengan Real World dan rekomendasi untuk


Regulasi (Root Definition 1)
Berdasarkan perbandingan antara model konseptual dengan real word, aktivitas
yang diusulkan untuk memperbaharui regulasi terdiri atas 13 (tiga belas) tahap.
Dari seluruh aktivitas tersebut, terdapat beberapa tahapan yang belum dilakukan
oleh Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti yang tergambar dalam Tabel 4.13
Perbandingan untuk Root definition 1. Pada aktivitas pertama yaitu memahami
kebutuhan penyusunan regulasi tentang sistem pengendalian intern. Pejabat dan
pegawai yang terlibat telah memahami kebutuhan penyusunan regulasi sistem
pengendalian intern. Aktivitas kedua yaitu dengan membentuk tim penyusun
regulasi sistem pengendalian intern. Inspektorat telah membentuk tim untuk
penyusunan regulasi sistem pengendalian intern. Aktivitas ketiga yaitu
menganalisis tugas dan fungsi yang terkait dengan sistem pengendalian intern.
Analisis tugas dan fungsi telah diidentifikasi sesuai kebutuhan dan kompetensi.
Aktivitas keempat yaitu menganalisis prosedur yang akan distandarkan termasuk
yang telah berjalan namun belum dibakukan. Analisis ini meliputi seluruh
prosedur yang dibutuhkan untuk melaksanakan pengendalian intern baik yang
telah berjalan namun belum dibakukan maupun prosedur yang dibutuhkan namun
belum berjalan. Analisis ini telah dilaksanakan oleh Inspektorat.

80
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Pada aktivitas kelima yaitu menganalisis output yang dibutuhkan terkait dengan
sistem pengendalian intern. Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti telah
melakukan analisis output berupa laporan yang diperlukan terkait sistem
pengendalian intern pemerintah. Aktivitas keenam yaitu menyusun prosedur dan
aktivitas yang dibutuhkan dalam sistem pengendalian intern. Prosedur dan
aktivitas yang dibutuhkan dalam sistem pengendalian intern telah disusun, namun
perlu pengembangan berkelanjutan. Usulan perbaikan yang direkomendasikan
adalah dalam menyusun prosedur dan aktivitas yang dibutuhkan dalam sistem
pengendalian intern. Aktivitas ketujuh adalah menguji kelayakan regulasi sistem
pengendalian intern. Aktivitas ini belum dilakukan. Usulan perbaikan yang
direkomendasikan perlunya dilakukan dilakukan uji kelayakan untuk melihat
sejauh mana tingkat kemudahan, kesesuaian dan ketepatan regulasi tersebut.
Apabila terjadi ketidak sesuaian, maka dilakukan perbaikan atas regulasi yang
telah disusun sebelumnya. Aktivitas kedelapan adalah melegalkan regulasi
tentang sistem pengendalian intern. Aktivitas ini telah dilakukan dengan
pengesahan regulasi melalui peraturan kepala daerah atau peraturan bupati.
Tujuan aktivitas ini agar regulasi yang telah dilegalkan memiliki kekuatan hukum
yang mengikat dan dapat digunakan serta dipertanggungjawabkan oleh pihak
terkait.

Aktivitas kesembilan adalah melakukan sosialisasi mengenai regulasi tentang


sistem pengendalian intern. Kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan agar regulasi
dapat diketahui oleh pimpinan instansi dan pegawai yang terlibat. Aktvitas
kesempuluh adalah melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang
sistem pengendalian intern. Usulan perbaikan dan rekomendasi yang diberikan
adalah perlunya kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi para pimpinan instansi
dan seluruh pegawai untuk memberikan pemahaman atas regulasi tentang sistem
pengendalian intern. Aktivitas kesebelas adalah tersedianya regulasi tentang
sistem pengendalian intern. Regulasi telah disusun melalui peraturan kepala
daerah atau peraturan bupati. Aktivitas kedua belas yaitu implementasi sistem
pengendalian intern pemerintah. Regulasi yang ada telah diimplementasikan oleh
pimpinan OPD dan seluruh pegawai namun belum dilaksanakan dengan optimal.
Usulan perbaikan dan rekomendasi yang diberikan adalah melaksanakan kegiatan
pengendalian dan penyelenggaraan urusan pemerintahan sesuai dengan regulasi
yang telah ada. Aktivitas ketiga belas adalah melakukan evaluasi terkait regulasi
sistem pengendalian intern. Aktivitas ini belum dilakukan. Usulan perbaikan dan
rekomendasi yang diberikan adalah perlunya evaluasi regulasi secara berkala
sesuai dengan kebutuhan, dan perubahan peraturan perundang-undangan yang
terbaru.

81
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Perbandingan model konseptual dengan Real World dan rekomendasi untuk


Sumber Daya Manusia (root definition 2)
Berdasarkan perbandingan antara model konseptual dengan real word, aktivitas
yang diusulkan peningkatan kompetensi sumber daya manusia terdiri dari dua
belas aktivitas. Dari seluruh aktivitas tersebut, terdapat beberapa tahapan yang
belum dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti. Aktivitas
pertama mengidentifikasi tugas dan fungsi terkait dengan sistem pengendalian
intern pemerintah. Uraian tugas dan fungsi Inspektorat telah diatur melalui
Peraturan Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Nomor 31 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja
Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti. Aktivitas kedua adalah menentukan
kualifikasi pegawai yang terkait dengan sistem pengendalian intern pemerintah.
Usulan perubahan yang diberikan adalah diperlukan kriteria tertentu dalam
memilih pegawai yang terkait dengan sistem pengendalian intern pemerintah..
Aktivitas ketiga yaitu menetapkan standar kompetensi yang harus dipenuhi oleh
pegawai yang terkait dengan sistem pengendalian intern pemerintah. Usulan
perbaikan dan rekomendasi yang diberikan adalah standar kompetensi harus
disusun berdasarkan analisis atas pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang
diperlukan secara tepat dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi pegawai.

Selanjutnya aktivitas keempat yaitu menentukan materi pendidikan, pelatihan dan


pengembangan. Aktivitas ini telah dilakukan dengan menentukan materi
pendidikan, pelatihan dan pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Selanjutnya aktivitas kelima yaitu menentukan metode pendidikan, pelatihan dan
pengembangan. Metode pelatihan di buat demi tercapainya tujuan pelatihan dan
mendapatkan hasil yang optimal. Metode pelatihan dapat berupa focus group
discution (FGD). Aktivitas keenam adalah memilih narasumber untuk melakukan
pendidikan, pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan. Usualan perubahan
adalah sebaiknya memilih narasumber yang memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang memadai mengenai regulasi tentang sistem pengendalian intern
pemerintah. Narasumber bisa berasal dari BPKP maupun pihak kementerian
terkait. Aktivitas ketujuh adalah menyiapkan sarana pendukung untuk kegiatan
pendidikan, pelatihan dan pengembangan. Agar kegiatan pendidikan, pelatihan
dan pengembangan dapat terlaksana dengan baik perlu didukung oleh sarana dan
prasarana seperti tempat dan peralatan yang memadai. Aktivitas kedelapan adalah
memilih peserta yang akan mengikuti pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
Usulan perubahan dan rekomendasi yang diberikan adalah hendaknya peserta
yang dipilih untuk mengikuti pendidikan, pelatihan dan pengembangan
mempunyai kompetensi dan pemahaman yang memadai tentang sistem
pengendalian intern pemerintah.

82
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Selanjutnya aktivitas kesembilan adalah melaksanakan kegiatan pendidikan,


pelatihan, dan pengembangan. Usulan perubahan dan rekomendasi yang diberikan
adalah kegiatan pendidikan, pelatihan dan pengembangan hendaknya
dilaksanakan sesuai dengan materi dan metode yang telah dipilih sebelumnya agar
tujuan pelatihan dapat tepat sasaran dan mendapatkan hasil yang optimal.
Aktivitas kesepuluh adalah melakukan penilaian terhadap peserta yang mengikuti
kegiatan pendidikan, pelatihan dan pengembangan. Usulan perubahan dan
rekomendasi yang diberikan adalah setelah melakukan pelatihan hendaknya
melakukan penilaian terhadap perserta pelatihan agar mendapat acuan pelatihan
yang telah dilaksanakan apakah telah berjalan dengan efektif atau tidak. Aktivitas
kesebelas yaitu memberikan sertifikat atas kompetensi yang diperoleh oleh
perserta pendidikan, pelatihan dan pengembangan. Usulan perubahan dan
rekomendasi yang diberikan adalah perlu diberikan sertifikat kepada peserta yang
berhasil lulus tes saat mengikuti kegiatan pendidikan, pelatihan dan
pengembangan, dan bagi peserta yang tidak lulus diwajibkan untuk mengikuti
pelatihan kembali. Aktivitas keduabelas yaitu terwujudnya program pelatihan dan
sertifikasi terstruktur dan terprogram. Usulan perubahan dan rekomendasi yang
diberikan adalah adalah hendaknya program pendidikan, pelatihan dan
pengembangan dapat dilaksanakan secara terus menerus untuk meningkatkan
kompetensi dan pemahaman sumber daya manusia terkait dengan sistem
pengendalian intern pemerintah.

Perbandingan model konseptual dengan Real World dan rekomendasi untuk


Komitmen Organisasi (root definition 3)
Berdasarkan perbandingan antara model konseptual dengan real word, aktivitas
yang diusulkan untuk peningkatan komitmen organisasi terdiri dari sepuluh
aktivitas. Aktivitas yang pertama yaitu menyusun struktur organisasi sesuai
peraturan perundang-undangan. Struktur organisasi yang disusun telah
berpedoman kepada peraturan perundang-undangan. Aktivitas kedua yaitu
perumusan visi dan misi. Visi dan misi merupakan tujuan yang ingin dicapai serta
cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Perumusan visi dan misi harus
disusun secara logis dan terukur. Aktivitas ketiga yaitu menetapkan rencana
strategis dan rencana kerja. Rencana strategis diperlukan untuk merumuskan
kebijakan pengawasan yang akan dilakukan. Aktivitas keempat yaitu menetapkan
satuan tugas pelaksana sistem pengendalian intern pemerintah. Aktivitas ini telah
dilakukan melalui Surat Keputusan Bupati Kepulauan Meranti Nomor :
346/HK/KPTS/IX/2017 tentang Perubahan Kedua Keputusan Bupati Kepulauan
Meranti Nomor 176 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Satuan Tugas Pelaksana
Implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti.

83
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Selanjutnya aktivitas kelima menyediakan anggaran untuk sistem pengendalian


intern pemerintah. Inspektorat telah menyediakan anggaran untuk kegiatan ini,
namun belum memadai. Hal tersebut dikarenakan adanya rasionalisasi anggaran
pendapatan dan belanja derah Kabupaten Kepulauan Meranti. Usulan perubahan
dan rekomendasi yang diberikan adalah hendaknya pimpinan instansi memiliki
perhatian khusus dengan menyediakan anggaran yang memadai untuk mendukung
penerapan sistem pengendalian intern pemerintah. Aktivitas keenam adalah
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Usulan perubahan dan
rekomendasi yang diberikan adalah pimpinan instansi hendaknya menyediakan
sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung sistem pengendalian intern
pemerintah agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan optimal. Aktivitas ketujuh
adalah melaksanakan sosialiasi tentang sistem pengendalian intern pemerintah.
Sosialisasi diperlukan untuk meningkatkan pemahaman pimpinan instansi dan
seluruh pegawai terhadap pentingnya implementasi sistem pengendalian intern
pemerintah. Aktivitas kedelapan melakukan koordinasi dengan pihak terkait.
Aktivitas ini telah dilakukan oleh Inspektorat melalui koordinasi dengan BPKP
Perwakilan Provinsi Riau. Aktivitas kesembilan yaitu memberikan reward dan
punishment. Usulan dan rekomendasi yang diberikan adalah aktivitas ini perlu
dilakukan dengan memberikan reward guna memotivasi pimpinan instansi dan
seluruh pegawai untuk melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan
sesuai dengan peraturan dan prosedur yang ada, dan punisment diberikan untuk
memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar peraturan dan prosedur yang
telah ditetapkan.

Aktivitas kesepuluh adalah melakukan evaluasi dan pemantauan berkelanjutan


atas penerapan sistem pengendalian intern pemerintah. Usulan perubahan dan
rekomendasi yang diberikan adalah evaluasi dan pemantauan diperlukan untuk
mengetahui dan memperbaiki kegiatan pengendalian yang telah dilakukan
maupun merumuskan kegiatan pengendalian lainnya yang belum pernah
dilakukan. Aktivitas ini harus dilaksanakan secara terus menerus untuk menjamin
sistem pengendalian intern diterapan secara berkelanjutan.

Melaksanakan proses perubahan


Tahapan terakhir dari soft system methodology adalah melaksanakan proses
perubahan. Pada tahapan ini seharusnya dilakukan aksi berupa tindakan nyata dari
rekomendasi untuk problem solving interest yang telah dihasilkan pada tahapan
sebelumnya. Aksi nyata dari rekomendasi tersebut tidak bisa dilakukan oleh
peneliti karena peneliti tidak menjadi problem owner. Peneliti hanya dapat
melakukan tahap penyusunan rekomendasi dan bukan untuk menjadi pelaksana
rekomendasi.

84
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Inspektorat telah


melaksanakan berbagai kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan yang
dilakukan antara lain pemeriksaan reguler dan khusus, pemeriksaan kas dan
barang persediaan, reviu RENSTRA, reviu LKPD, reviu LKjIP, reviu PBJ,
evaluasi SAKIP, monitoring SPIP, self assesment maturitas SPIP, reviu RPJMD,
dan kegiatan pengawasan lainnya. Kendala yang dihadapi Inspektorat dalam
implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah adalah :
1. Regulasi tentang sistem pengendalian intern pemerintah telah disusun dan
dilegalkan melalui peraturan bupati, namun belum diimplementasikan secara
optimal.
2. Sumber daya manusia yang ada belum memadai baik dari segi kualitas maupun
kuantitas untuk mendukung implementasi Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah.
3. Anggaran, sarana dan prasarana yang ada masih belum memadai, dan belum
adanya kegiatan evaluasi dan pemantauan berkelanjutan terhadap implementasi
sistem pengendalian internal pemerintah

Berdasarkan hasil analisis pembahasan, rekomendasi yang diberikan untuk


Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti adalah :
1. melakukan sosialisasi secara terus menerus kepada seluruh OPD untuk
memberikan pemahaman terkait dengan regulasi yang ada.
2. Memberikan pendidikan, pelatihan dan pengembangan secara
berkesinambungan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia
yang ada.
3. Menyediakan anggaran, sarana dan prasarana yang memadai serta
melaksanakan evaluasi dan pemantauan berkelanjutan agar implementasi
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dapat berjalan dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J.C. 2013. Qualitative Inquiry & Research Design ChoosingAmongFive


Approaches. Third Edition.
Delli, Herman. 2014. Peranan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
dalam Mengelola Belanja Bantuan Sosial (Studi Kasus Pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Aceh Tengah). Tesis. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

85
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Fauzi, Achmad. 2013. Peran Inspektorat Kabupaten/Kota Sebagai Lembaga


Pengawasan Internal Pemerintah Daerah Menuju Tata Kepemerintahan
Daerah yang Baik. Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat Vol.10 No 2.
Fakhri, Akhdan Toedien. 2017. Pengawasan Inspektorat Terhadap Satuan Kerja
Perangkat Daerah. Jurnal Demokrasi dan Otonomi Daerah. Vol. 15 No 2.
Febriani, Ayu. 2016. Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian InternalPemerintah
PadaDinas Tenaga Kerja, Transmigrasi danKependudukan Provinsi Riau.
Tesis. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Hardjosoekarto, Sudarsono. 2012. Soft System Methodology (Metode Serba
Sistem Lunak). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Korah, Theyza. 2016. Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada
Inspektorat di Provinsi Sulawesi Utara. Tesis. Universitas SamRatulangi.
Manado.
Kusuma, Widya. 2014. Dinamika Hubungan Inspektorat dengan Obyek
Pemeriksaan dalam Penanganan Temuan Pemeriksaan yang Berulang
Tahun 2010-2013 (Studi Kasus pada Inspektorat Kabupaten Bojonegoro).
Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Matei, Angela Mulyani. 2015. Optimalisasi Fungsi Inspektorat dalamPengawasan
Keuangan Daerah di Kabupaten Kepulauan Talaud. Tesis. Universitas
Sam Ratulangi. Manado.
Nunu, Indrawati. 2015. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Temuan Berulang
atas Pemeriksaan Inspektorat Kota Gorontalo. Tesis. Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Wulandari, Angel. 2016. P e r a n I n s p e k t o r a t D a l a m P e l a k s a n a a n
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Kepulauan Talaud. Tesis. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Setiawan, Herdi. 2013. Optimalisasi Fungsi Inspektorat dalam Pengawasan
Keuangan Daerah. Jurnal Kebijakan Publik. Volume 4 No 2.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Alfabeta.
Bandung.
Ricardo. 2017. Optimalisasi Pengelolaan Aset Tetap dengan Pendekatan Soft
System Methodology (Studi Kasus Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kota Pekanbaru). Tesis. Universitas Riau. Pekanbaru.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355).

86
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 4 Desember 2018

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Tentang


Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
PER/04/M.PAN/03/2008 Tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/05/M.PAN/2008 Tahun 2008 tentang Standar Audit
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun2006tent Kepulauan Meranti.
Peraturan Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Nomor31 Tahun 2016
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,TugasPokokdan Fungsi, Serta
Tata Kerja Inspektorat Kabupaten KepulauanMeranti.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 107 Tahun2017 tentang Pedoman
Nomenklatur Inspektorat Daerah Provins Kabupaten/Kota.
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan AparaturNegaradan Reformasi Birokrasi
Nomor 12 Tahun 2010tentang Penerapan Sistem Pengendalian Intern
di lingkungan Instansi Pemerintah.

87

Anda mungkin juga menyukai