Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN RANGE OF MOTION (ROM) EXERCISE UNTUK MENGATASI

GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN POST OP FRAKTUR

1
Anggita Maya , * Ida Yatun Khomsah

1
Jurusan Keperawatan Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung

ABSTRAK

World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian
nomor 8 dan merupakan penyebab kematian teratas pada penduduk usia 15 – 29 tahun di dunia dan jika tidak
ditangani dengan serius pada tahun 2030 kecelakaan lalu lintas akan meningkat menjadi penyebab kematian kelima
di dunia. Pada tahun 2011- 2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat
kecelakaan lalu lintas (Desiartama & aryana, 2017). pada pasien frakturbanyak mengalami keterbatasan gerak sendi
dan fraktur dapat menyebabkan kecacatan fisik,kecacatan fisik dapat dipulihkan secara bertahanmelalui latihan
rentang gerak yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM) yang dievaluasi secara aktif(Ermawan, Eka, & Elham,
2016). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien post op yang mengalami fraktur. Desain penelitian
menggunakan Dsain pre eksperimen Dsain dengan rancangan One Group Pre-Post Test Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah sampel 195 penelitian responden, sedangkan
instrumen penelitian menggunakan lembar observasi, skala kekuatan otot deskriptif dan lembar panduan untuk
melakukan latihan ROM aktif. Penelitian ini menggunakan analisa univariate dan bivariate. Pada analisa bivariate
menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Literatur review yang dilakukan pada 5 artikel didapatkan hasil yaitu bahwa uji
statistik menyeluruh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil besarnya nilai p yang diperolah maka
disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi Range of Motion (ROM) Exercise terhadap gangguan
mobilisasi pada pasien post op yang mengalami fraktur. . Kesimpulan: terapi Range of Motion (ROM) Exercise
terhadap gangguan mobilitas pada pasien post op yang mengalami fraktur Disarankan kepada responden untuk dapat
menerapkan Range of Motion (ROM) Exercise untuk mengatasi gangguan mobilitas pada pasien post op fraktur

Kata Kunci: fraktur, Gangguan mobilitas fisik, Range of Motion (ROM) Exercise.

APPLICATION OF RANGE OF MOTION (ROM) EXERCISE TO TREAT PHYSICAL


MOBILITY DISORDERS IN POST OP FRACTURE PATIENTS
ABSTRACT

The World Health Organization (WHO) states that traffic accidents are the 8th leading cause of death and are the top
cause of death in the population aged 15-29 years in the world and if not treated seriously by 2030, traffic accidents
will increase to become the fifth leading cause of death in the world. . In 2011-2012 there were 5.6 million people died
and 1.3 million people suffered fractures due to traffic accidents (Desiartama & Aryana, 2017). In fracture patients,
many have limited joint motion and fractures can cause physical disability, physical disability can be recovered
sustainably through range of motion exercises, namely Range of Motion (ROM) exercises that are actively evaluated
(Ermawan, Eka, & Elham, 2016). The population in this study were all post-op patients who had fractures. The
research design uses a pre-experimental design. One group pre-post test design. Sampling in this study used the
purposive sampling technique with a sample of 195 research respondents, while the research instrument used
observation sheets, descriptive muscle strength scales and guide sheets to perform active ROM exercises. . This study
used univariate and bivariate analysis. In bivariate analysis using Wilcoxon test. Results: The literature review
conducted on 5 articles showed that the overall statistical test value of p = 0.000 (p < 0.05). Based on the results of the
large p-value obtained, it is concluded that there is a significant effect between Range of Motion (ROM) Exercise
therapy on impaired mobility in post-op patients with fractures. . Conclusion: Range of Motion (ROM) Exercise therapy
for impaired mobility in post-op patients with fractures It is recommended that respondents be able to apply Range of
Motion (ROM) Exercise to overcome mobility impairments in post-op fracture patients.

Keywords: fracture, Impaired physical mobility, Range of Motion (ROM) Exercise.

Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung 1


Pendahulua sementara di Provinsi Lampung terdapat
8,1% yang mengalami fraktur di tahun
n 2018 terdapat 3,2 ribu jiwa.
Kecelakaan lalulintas
24 jam pertama dan dilakukan di
menyebabkan kerusakan fisik hingga
bawah pengawasan untuk memastikan
kematian. Menurut Departemen
bahwa mobilisasi dilakukan dengan tepat
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes
serta dengan cara yang aman (Smeltzer &
RI) tahun 2013 menyebutkan bahwa dari
Bare, 2002), tapi ini belum berjalan
jumlah kecelakaan yang terjadi, terdapat
dengan semestinya. Hal ini disebabkan
5,8% korban cedera atau sekitar delapan
karena adanya perasaan nyeri akibat dari
juta orang mengalami fraktur dengan jenis
tindakan pembedahan yang dilakukan.
fraktur yang paling banyak terjadi yaitu
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
fraktur pada bagian ekstremitas atas
Astuti (2006), setelah dilakukan rentang
sebesar 36,9% dan ekstremitas bawah
gerak aktif pada pasien post operasi
sebesar 65,2%. Hasil Riset Kesehatan
fraktur femur 1/3 medial dextra
Dasar tahun 2013 juga menyebutkan
denganpemasangan platedan screw,
bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas di
sebanyak6 kali latihan didapatkan
daerah Jawa Tengah sebanyak 6,2%
mengalami fraktur.
Fraktur adalah terputusnya Kajian Literatur
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai Fraktur adalah patah tulang biasanya
jenis dan luasnya (Oktasari, 2013). disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik,
World Health Organization kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan
(WHO) mengemukakan bahwa tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
kecelakaan lalu lintas merupakan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
penyebab kematian nomor 8 dan lengkap atau tidak lengkap (Nurarif & Kusuma,
merupakan penyebab kematian teratas 2015).
pada penduduk usia 15 – 29 tahun di Mobilisasi adalah kemampuan untuk
dunia dan jika tidak ditangani dengan bergerak dengan bebas mudah, berirama, terarah
serius pada tahun 2030 kecelakaan lalu di lingkungan dan merupakan bagian yang sangat
lintas akan meningkat menjadi penyebab penting dalam kehidupan (Kozier dkk, 2010).
kematian kelima di dunia. Pada tahun Mobilisasi mengacu pada kemampuanseseorang
2011- 2012 terdapat 5,6 juta orang untuk bergerak dengan bebas, berfokus pada
meninggal dunia dan 1,3 juta orang rentang gerak, gaya berjalan, latihan, toleransi
menderita fraktur akibat kecelakaan lalu aktifitas dan kesejajaran tubuh (Potter & Perry,
lintas (Desiartama & aryana, 2017). 2006 dikutip dalam Gusty 2014). Menurut
Insiden fraktur femur di Indonesia Doherty(2006 dikutip dalam Gusty 2014),
merupakan yang paling sering yaitu
sebesar 39% diikuti fraktur humerus Prinsip penanggulangan fraktur atau cidera
(15%), fraktur tibia dan fibula (11%), musculoskeletaladala recognition (mengenali),
dimana penyebab terbesar fraktur femur reduction (mengembalikan) dan rehabilitation
adalah kecelakaan lalu lintas yang (rehabilitasi). Salah satu tindakan rehabilitasi
biasanya disebabkan oleh kecelakaan yang dapat dilakukan adalah ROM (range of
mobil, motor, atau kendaraan rekreasi motion) (Suratun, dkk, 2008 dikuti dalam Gusty
(62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas 2014). Range of motion ( ROM ) adalah
adalah pria (63,8%).4,5% puncak gerakan dalam keadaan normal dapat
distribusi usia pada fraktur femur adalah dilakukan oleh sendi yang bersangkutan
pada usia dewasa (15 - 34 tahun) dan (Suratun, dkk, 2008 dikutip dalam Gsuty 2014).
orang tua (diatas 70 tahun) (Risnah et al., Penatalaksanaan yang dapat dilakukan
2019).Riskesdas (2018) Angka kejadian pada pasien post operasi fraktur yang mengalami
patah tulang tertinggi di Indonesia gangguan mobilitas fisik yaitu dengan
terdapat di Provinsi Papua 8,3% diberikannya latihan rentang gerak. Latihan

Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung 2


rentang gerak tersebut salah satunya mobilisasi menstabilkantulang(Cluett, 2008 dikutip
persendian yaitu dengan latihan range of motion dalam Gusty Prima Reni, 2014). Fiksasi
(ROM) yang merupakan latihan gerak sendi yang interna dilaksanakan dalam rangka
memungkinkan terjadinya kontraksi dan memperbaiki fungsi dengan mengembalikan
pergerakan otot, pasien akan menggerakkan
masing-masing persendiannya sesuai gerakan gerakan, stabilitas, disabilitas dan
normal baik secara pasif maupun aktif. (Nanik, mengurangi nyeri. Akibat adanya fraktur
2020). mengakibatkan terjadinya keterbatasan gerak,
terutama di daerah sendi yang fraktur dan
Metode Penelitian sendi yang ada di daerah sekitarnya. Karena
Desain penelitian yang digunakan dalam karya keterbatasan gerak tersebut mengakibatkan
tulis ilmiah ini adalah desain studi literature terjadinya keterbatasan lingkup gerak sendi
review dengan masalah mobilitas fisik, dan dan mengakibatkan terjadinya gangguan pada
Range of Motion (ROM) Exercise terhadap
fleksibilitas sendi.
Mobilitas Fisik pada pasien Post Op Fratur.
Mobilisasi adalah kemampuan untuk
1. Pemberian Latihan Rentang Gerak bergerak dengan bebas mudah, berirama,
Terhadap Fleksibilitas Sendi Anggota terarah di lingkungan dan merupakan bagian
Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur yang sangat penting dalam kehidupan (Kozier
dkk, 2010 dikutip dalam Gusty Prima Reni,
Terpasang Fiksasi Interna Di RSUP.
2014). Mobilisasi mengacu pada
Dr. M. Djamil Padang
kemampuanseseorang untuk bergerak dengan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
bebas, berfokus pada rentang gerak, gaya
tulang dan /atau tulang rawan yang umumnya
berjalan, latihan, toleransi aktifitas dan
disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidajat&
kesejajaran tubuh (Potter & Perry, 2006
Jong, 2005 dikutip dalam Gusty Prima Reni,
dikutip dalam Gusty Prima Reni, 2014).
2014).
Rentang gerak (Range of Motion) adalah
Fraktur terbagi atas fraktur komplet, fraktur
pergerakan maksimal yang mungkin
tidak komplet, fraktur tertutup, fraktur
dilakukan oleh sendi tersebut (Kozier dkk,
terbuka, dan fraktur patologis. Fraktur bisa
2010 dikutip dalam Gusty Prima Reni, 2014).
terjadi didaerah cranium, thorak, pelvis,
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum
anggota gerak atas, dan anggota gerak
gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada
bawah. Prinsip penangananfraktur meliputi
salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital,
reduksi, imobilisasi, pengembalian fungsi,
frontal, dan transversal (Potter & Perry, 2005
dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
dikutip dalam Gusty Prima Reni,
Reduksi dapat dilakukan secara terbuka
2014).Untuk mempertahankan dan
maupun tertutup. Reduksi terbuka (open
meningkatkan gerakan sendi,latihan rentang
reduksi) dilakukan melalui pembedahan
gerak harus dimulai segera mungkin setelah
dengan cara memasukkan alat fiksasi berupa
pembedahan, lebih baik dalam 24 jam
plat, screw, wire atau pin kedalam tulang.
pertama dan dilakukan di bawah pengawasan
Fiksasi dapat dilaksanakan secara interna
untuk memastikan bahwa mobilisasi
maupun ekterna, tergantung dari bentuk
dilakukan dengan tepat serta dengan cara
frakturnya (Smeltzer & Bare, 2002 dikutip
yang aman (Smeltzer & Bare, 2002 dikutip
dalam Gusty Prima Reni, 2014).
dalam Gusty Prima Reni, 2014).
Fiksasi interna (open reduksi internal fiksasi)
Hasil analisis data pada table 6 didapatkan
adalah metodepembedahanmemperbaiki
rata-rata rentang fleksi pinggul pada
frakturdengan menggunakan platedan
kelompok eksperimen adalah 15.5 derajat,
screwatauintramedullanail untuk
sedangkan pada kelompok kontrol adalah 5.5.

Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung 3


hasil uji statistic Mann Whitney dapat Kekuatan otot dapat kembali secara
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan fisiologis tanpa dilakukan ROM sesuai
rentang fleksi pinggul antara kelompok dengan pendapat Smeltzer (2001) dalam
eksperimen dan kelompok control (p Purwanti (2013), tahapan kembalinya otot
value=0.001 < 0.05). Hasil analisis data pada berhubungan erat dengan tahapan
table 7 didapatkan rata-rata rentang fleksi penyembuhan tulang yang terdiri atas
lutut pada kelompok eksperimen adalah 15.5 inflamasi, proliferasi sel, pembentukan
derajat, sedangkan pada kelompok kontrol kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan
adalah 5.5 derajat. Hasil uji statistik Mann remodeling. Sesuai tahap penyembuhan
Whitneydapat disimpulkan ada perbedaan tulang tersebut, kekuatan otot mulai
yang signifikan rentang fleksilutut antara kembali secara fisiologis pada tahap
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol poliferasi sel yaitu kira-kira lima hari
(p value = 0.001 < 0.05). Hasil analisis data hematoma akan mengalami organisasi.
pada table 8 didapatkan rata-rata rentang Hasil uji Wilcoxon sign rank test
gerak dorsofleksi pada kelompok eksperimen didapatkan P= 0.000, P <0.05 yang artinya
adalah 15,35 derajat, sedangkan pada ada pengaruh yang signifikan pemberian
kelompok kontrol adalah 5.65. Hasil uji latihan gerak sendi (Range of
statistic Mann Whitneydapat disimpulkan Motion)pada pasien post operasi fraktur
ada perbedaan yang signifikan rentang gerak ektremitas atas atau bawah.Intervensi
dorsofleksi antara kelompok eksperimen dan modalitas ini bisa menajadi salah satu
kelompok control (p value= 0.000 < 0.05). latihan yang dianjurkan oleh perawat
kepada pasien untuk dilakukan sehari-
2. Pengaruh Latihan Range Of Motion sehari.
Terhadap Peningkatan
Kemampuan Fungsi Ekstremitas 3. Pengaruh Latihan Range Of Motion
Sendi lutut Pada Pasien (Rom) Aktif Terhadap Kekuatan
Postoperasi (Orif) Fraktur Femur Otot Pada Pasien Post Operasi
Menurut Chris, dkk (2014), fraktur adalah Fraktur Humerus Di Rsud Dr.
sebagai gangguan pada kontinuitas tulang. Moewardi
Tulang rawan (sendi), dan lempeng Fraktur dapat menyebabkan kecacatan
epifisis. Menurut Brunner & Suddarth pada anggota gerak yang mengalami
(2001) dalam Hendrik (2012), fraktur fraktur, untuk itu diharuskan segera
adalah patah tulang atau terputusnya dilakukan tindakan untuk menyelamatkan
kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan klien dari kecacatan fisik. Sedangkan
sesuai jenis dan luasnya, sedangkan kecacatan fisik dapat dipulihkan secara
secara fisiologis menurut pendapat bertahap melalui latihan rentang gerak
Smeltzer 2002, dalam Purwaningsih yaitu dengan latihan Range of Motion
(2013), kekuatan otot mulai kembali (ROM) yang dievaluasi secara aktif, yang
tanpa dilakukan ROM sesuai dengan merupakan kegiatan penting pada periode
tahap penyembuhan tulang dimana pada post operasi guna mengembalikan
tahap poliferasi sel kira-kira lima hari kekuatan otot pasien (Lukman dan
hematoma akan mengalami organisasi, Ningsih, 2009 Purwanti Ririn &
terbentuk benang-benang fibrin dalam Purwaningsih Wahyu, 2013).
jendela darah membentuk jaringan untuk dilakukan pengujian dengan uji statistik
invasi fibroblas dan osteoblas. wilcoxon math pair test dengan taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji

Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung 4


statistik wilcoxon math pair test, dapat hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh
diketahui nilai z hitung sebesar 4,940 antara latihan ROM terhadap fleksibilitas
dengan angka signifikan (p) 0,000 dari gerak sendi ekstremitas atas post operasi
hasil tersebut akan dibandingkan dengan z fraktur” diterima, sedangkan hipotesis
tabel untuk taraf signifikansi 5% yaitu yang berbunyi “Tidak ada pengaruh antara
sebesar 1,96. Berdasarkan hasil tersebut latihan ROM terhadap fleksibilitas gerak
diketahui z hitung (4,940) > z tabel (1,96) sendi ekstremitas atas pasien post operasi
dan angka signifikan (p) < 0,05 sehingga fraktur” ditolak dan diperkuat dengan p
ada pengaruh signifikan latihan ROM 0,007 < 0,05. Jadi, dapat disimpulkan
aktif terhadap kekuatan otot pada pasien terdapat pengaruh latihan ROM terhadap
post operasi fraktur humerus di RSUD Dr. fleksibilitas gerak sendi pasien post
Moewardi. operasi fraktur ekstremitas atas.

4. Pengaruh ROM(Range Of Motion) 5. Latihan Gerak Sendi (Range Of


Terhadap Fleksibilitas Gerak Sendi Motion) Pada Kekuatan Otot
Pada Pasien Post Operasi Fraktur Motorik Pasca Operasi Pada Pasien
Ekstremitas Atas Fraktur Ekstermitas Bawah
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas Kekuatan otot dapat kembali secara
jaringan tulang, yang biasanya disertai fisiologis tanpa dilakukan ROM sesuai
dengan luka sekitar jaringan lunak, dengan pendapat Smeltzer (2001) dalam
kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan Purwanti (2013), tahapan kembalinya otot
pembuluh darah, dan luka organ-organ berhubungan erat dengan tahapan
tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan penyembuhan tulang yang terdiri atas
luasnya, terjadinya fraktur jika tulang inflamasi, proliferasi sel, pembentukan
dikenai stress yang lebih besar dariyang kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan
besar dari yang dapat diabsorbsinya remodeling. Sesuai tahap penyembuhan
(Smeltzer, 2014). tulang tersebut, kekuatan otot mulai
Range of motion ( ROM ) adalah gerakan kembali secara fisiologis pada tahap
dalam keadaan normal dapat dilakukan poliferasi sel yaitu kira-kira lima hari
oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, hematoma akan mengalami organisasi.
dkk, 2008 dikutip dalam Setyorini Menurut penelitian Reni (2014)
Widia,dkk2019). Berdasar kan penelitian disimpulkan bahwa latihan rentang gerak
yang dilakukan Anggita (2015) yang dilakukan selama tiga hari berturut
didapatkan bahwa pasien fraktur sebagian turut dengan frekuensi 2 kali sehari dapat
besar responden mengalami penurunan meningkatkan fleksibilitas sendi panggul,
gerak sendi dangan derajatgerak sendi lutut, dorsofleksi dan plantarflksi
terbesar yaitu 125° dengan prosentase pergelangan kaki secara bermakna pada
50%, setelah dilakukan ROM gerak sendi pasien fraktur femur terpasang fiksasi
pasien fraktur meningkat 10°-25°. interna yang mengalami gangguan
Berdasarkan penelitianyang dilakukan motorik. Walaupun kenaikan nilai rentang
rata-rata rentang gerak fleksi sebelum tidak terlalu besar tetapi hasil ini cukup
dilakukan ROM pada 10 responden yaitu membuktikan bahwa intervensi yang
125°, sedangkan rata-rata rentang gerak dilakukan memberikan hasil yang
fleksi setelah dilakukan ROM yaitu diharapkan. Hal ini berbeda dibandingkan
65°.Uji Wilcoxon menunjukkan Z hitung dengan kelompok kontrol yang hanya
2.699 > Z tabel 2.690 maka dinyatakan melakukan latihan rentang gerak tidak

Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung 5


sesuai dengan aturan penelitian dimana adaptasi terhadap penambahan screwdan plate,
setelah dilakukan pengukuran nilai yang berdampak pada kelemahan otot dan
fleksibilitas sendi terdapat kenaikan tetapi vaskuler.
Kekuatan otot dapat kembali secara fisiologis
kenaikannya sangat kecil dibandingkan
tanpa dilakukan ROM sesuai dengan pendapat
dengan kelompok intervensi.Hasil Smeltzer (2001) dalam Purwanti (2013), tahapan
penelitian menunjukkan adanya kembalinya otot berhubungan erat dengan tahapan
perbedaan yang signifikan antara penyembuhan tulang yang terdiri atas inflamasi,
responden sebelum diberi latihan ROM proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan
dengan setelahnya. kalus (osifikasi), dan remodeling. Sesuai tahap
Hasil uji Wilcoxon sign rank test penyembuhan tulang tersebut, kekuatan otot mulai
kembali secara fisiologis pada tahap poliferasi sel
didapatkan P= 0.000, P <0.05 yang
yaitu kira-kira lima hari hematoma akan
artinya ada pengaruh yang signifikan mengalami organisasi. Menurut penelitian Reni
pemberian latihan gerak sendi (Range of (2014) disimpulkan bahwa latihan rentang gerak
Motion)pada pasien post operasi fraktur yang dilakukan selama tiga hari berturut turut
ektremitas atas atau bawah.Intervensi dengan frekuensi 2 kali sehari dapat meningkatkan
modalitas ini bisa menajadi salah satu latihan fleksibilitas sendi panggul, lutut, dorsofleksi dan
yang dianjurkan oleh perawat kepada pasien plantarflksi pergelangan kaki secara bermakna
untuk dilakukan sehari-sehari. pada pasien fraktur femur terpasang fiksasi interna
yang mengalami gangguan motorik. Walaupun
kenaikan nilai rentang tidak terlalu besar tetapi
Pembahasan hasil ini cukup membuktikan bahwa intervensi
Menurut Chris, dkk (2014), fraktur adalah sebagai yang dilakukan memberikan hasil yang
gangguan pada kontinuitas tulang. Tulang rawan diharapkan. Hal ini berbeda dibandingkan dengan
(sendi), dan lempeng epifisis. Menurut Brunner & kelompok kontrol yang hanya melakukan latihan
Suddarth (2001) dalam Hendrik (2012), fraktur rentang gerak tidak sesuai dengan aturan
adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas penelitian dimana setelah dilakukan pengukuran
jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan nilai fleksibilitas sendi terdapat kenaikan tetapi
luasnya, sedangkan secara fisiologis menurut kenaikannya sangat kecil dibandingkan dengan
pendapat Smeltzer 2002, dalam Purwaningsih kelompok intervensi.
(2013), kekuatan otot mulai kembali tanpa
dilakukan ROM sesuai dengan tahap
penyembuhan tulang dimana pada tahap poliferasi
Kesimpulan
sel kira-kira lima hari hematoma akan mengalami
organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam Berdasarkan penelusuran pustaka pada 5
jendela darah membentuk jaringan untuk invasi artikel yang direview dapat disimpulkan bahwa
fibroblas dan osteoblas.Hasil penelitian tersebut terapi musik mozart efektif untuk mengatasi
menunjukkan bahwa muncul kecenderungan masalah nyeri akut pada pasien dengan post op
bahwa pasien fraktur ekstrimitas bawah akan fraktur dan dapat diaplikasikan menjadi salah satu
mengalami nyeri yang dapat menyebabkan pasien intervensi keperawatan untuk penanganan nyeri
jarang menggerakan ototnya sehingga mengalami akut pada pasien post op fraktur.
kelemahan otot. Fraktur akan menyebakan
perubahan fisiologis sehingga mempengaruhi Hasil literatur riview ini menjadi bahan
fungsional gerak responden. Keadaan inilah yang masukan bagi perawat untuk dijadikan sebagai
mendorong terhadap terjadinya permasalahan penatalaksanaan keperawatan dalam menangani
kekuatan otot pasien fraktur, sehingga lebih dari nyeri pada pasien post op di Rumah Sakit maupun
setengah responden kekuatan otot motorik pelayanan kesehatan lainnya. Penelitian literatur
berskala 2, yaitu gerakan otot penuh melawan review ini menjadi sumber pustaka bagi
gravitasi dengan topangan dan sebagian kecil mahasiswa khususnya mata kuliah keperawatan
responden berskala 3, yaitu gerakan normal medikal bedah. Sehingga penelitian selanjutnya
melewan gravitasi tetapi tidak dapat melawan dapat melakukan penelitian dengan yang lebih
tahanan. Hal ini disebabkan olehnyeri maupun baik lagi.

Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung 6


Femur Dan Fraktur Cruris) Terhadap
SARAN Lama Hari Rawat Di Ruang Bedah Rsud
Bagi Peneliti Gambiran Kota Kediri. Jurnal Ilmu
Selanjutnya Kesehatan Vol 3 No 1.
Hasil penelitian ini diharapkan bagi
peneliti yang akan datang lebih baik jika Mintarsih & Nabhani 2015 Pengaruh Latihan
menggunakan rancangan dengan menggunakan Range Of Motion Terhadap Peningkatan
kelompok kontrol sehingga penurunan intensitas Kemampuan Fungsi Ekstremitas Sendi
nyeri dapat lebih terlihat. Selain itu juga peneliti lutut Pada Pasien Post operasi (Orif)
selanjutnya diharapkan untuk mencoba melakukan Fraktur Femur.
penelitian pada pasien fraktur dengan skala nyeri
yang hebat sehingga bisa diketahui apakah ada Purwanti & Purwaningsih 2014 Pengaruh Latihan
pengaruhnya atau tidak. Range Of Motion (Rom) Aktif Terhadap
Kekuatan Otot Pada Pasien Post Operasi
Bagi Institusi Fraktur Humerus Di Rsud Dr. Moewardi
Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Purwanti Ririn &PurwaningsihWahyu . 2013 .
menambah ilmu serta wawasan yang lebih Pengaruh Latihan Range Of Motion
luas bagi para pendidik dan mahasiswa (Rom) Aktif Terhadap Kekuatan Otot
tentang penerapa range of motion ( ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur
sebagai terapi non farmakologis untuk Humerus Di Rsud Dr. Moewardi. Gaster
gangguan mobilitas fisik ada pasien post op Vol.10 No.2.
fraktur, dan juga diharapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi referensi untuk melengkapi Vidhiastutik, Hidayah & Rustati 2017 Latihan
penelitian yang sudah ada. Gerak Sendi (Range Of Motion) Pada
Kekuatan Otot Motorik Pasca Operasi
Pada Pasien Fraktur Ekstermitas Bawah
Daftar Pustaka
Riskesdas. 2018. Riset Kesehatan Dasar Badan
Awwaliah Nazmul, Hartoyo Mugi, MN, Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
&NurullitaUlfa, SKM., M.Kes 2016. Kementrian RI: Jakarta.
Perbedaan Efektifitas Rom Aktif Asistif
Ektremitas Bawah Dengan Kompres Setyorini, Nabhani & Sulastri 2019 Pengaruh
Hangat Terhadap Waktu Flatus Pasien Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif
Post Operasi Dengan Anastesi Umum Di Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Post
Rsud Ambarawa. OperasiFraktur Humerus Di Rsud Dr.
Moewardi
Baiturrahman, Ichsan, &PramanaYoga. (2017).
Pengaruh Exercise Range Of Motion
(ROM) Pada Pasien Post Operasi
Fraktur Ekstermitas Terhadap Intensitas
Fraktur Ekstermitas Terhadap Intensitas
Nyeri Di RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

Gusty, 2014 Pemberian Latihan Rentang Gerak


Terhadap Fleksibilitas Sendi Anggota
Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur
Terpasang Fiksasi Interna Di RSUP. Dr.
M. Djamil Padang

Lestari Yunanik Esmi Dwi. 2014. Pengaruh Rom


Exercise Dini Padapasien Post Operasi
Fraktur Ekstremitas Bawah (Fraktur

Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung 7


Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung 8

Anda mungkin juga menyukai