Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur femur proksimal, adalah fraktur yang paling banyak terjadi
pada pasien usia lebih dari 50 tahun. Di seluruh dunia prevalensinya
diperkirakan 4,5juta, 740.000 kematian dan 1,75 juta kecacatan di dunia per
tahun. (Flierl, M.A., et al, 2010). Terdiri dari fraktur neck femur, fraktur
intertrochanter femur dan fraktur subtrochanter. Untuk kasus terbanyak
adalah fraktur intertrochanter femur dan lebih banyak diderita oleh kaum
wanita (Marinella, M.A., et al.2009). Di RSU Sardjito Yogyakarta, menurut
rekam medis, pada bulan januari 2009 sampai dengan Desember 2011 ada
total 111 kasus dengan fraktur proximal femur, yang terdiri dari 26 kasus
fraktur collum femur, 82 kasus fraktur intertrochanter femur, dan 3 kasus
fraktur subtrochanter femur.
Selain itu, fraktur proximal femur merupakan penyebab utama pasien
rawat inap orthopedi pada usia lanjut dan penyebab utama kedua
perpanjangan waktu rawat inap (Prolonged Length of Stay). Salah satu
tantangan penting pada penatalaksanaannya adalah untuk mengidentifikasi
pasien dengan resiko tinggi untuk mendapatkan outcome yang buruk.
(Fisher A, et al, 2012). Dan tindakan operasi untuk manajemen fraktur

femur proksimal mencakup 20% dari beban kerja operasi dari bagian trauma
orthopedik (Bucholz, R.W., et al. 2010)
Ada bermacam-macam faktor yang dilaporkan mempengaruhi
outcome-nya, tetapi peranan lokasi anatomis dan potensial implikasi pada
klinis masih

belum banyak diteliti dan masih belum ada kesepakatan.

(Fisher, A.A., et al, 2012). Faktor risiko yang mungkin mempengaruhi


adalah umur, jenis kelamin, status nutrisi, adanya anemia, jenis dari operasi,
jarak waktu antara trauma dan operasi, komorbid dan ASA (American
Society of Anaesthesiologist) score dari pasien. (Van Balen, R., et al 2003,
Karagiannis A., et al.2006, ztrk, A, et al. 2010).
Nottingham Hip Fracture Score (NHFS) juga dilaporkan sebagai
dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas dalam 30 hari dan satu tahun
(Maxwell, M.J., et al. 2008, Wiles, M.D., et al. 2011). ASA (American
Society of Anaesthesiologist) score juga pernah dilaporkan dapat digunakan
sebagai prediktor untuk mortalitas dalam tiga tahun (Daabiss, M. 2012).
Status nutrisi dengan metoda INA (Instant Nutritional Assesment) yang
berdasar pada jumlah total limfosit dan kadar albumin, dapat dijadikan
prognostik faktor mortalitas dalam 1 tahun (Mosfeldt, M. 2012).
Walaupun dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas dalam fraktur
femur proksimal, tetapi NHFS, ASA dan status nutrisi belum pernah diteliti
apakah dapat juga digunakan untuk prediktor keluaran fungsional pada
pasien post operasi fraktur femur proksimal. Sehingga dapat digunakan

klinisi sebagai patokan atau dasar dalam memberikan manajemen yang


optimal pada pasien fraktur femur proksimal.

B. Rumusan Permasalahan
Apakah Nottingham Hip Fracture Score (NHFS), status nutrisi, dan
American Society of Anaesthesiologist (ASA) sebelum operasi dapat
digunakan sebagai prediktor keluaran fungsional pada pasien post operasi
fraktur femur proksimal setelah 3 bulan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik
dari pasien fraktur femur proksimal yang dirawat di bangsal RSU Dr Sarjito
Yogyakarta, dilihat dari jenis kelamin, umur, Hb, serum albumin, total
limphocyte count (TLC) saat awal masuk RS, status mental (cognitif),
tempat tinggal, jenis fraktur, jenis operasi, dan jenis anestesi yang
dilakukan.
Untuk meneliti signifikansi keadaan klinis sebelum operasi pada
pasien fraktur femur proximal dan keluaran fungsional (functional outcome)
jangka pendek jika dilakukan tindakan operatif. Sehingga diharapkan
keadaan klinis ini dapat digunakan sebagai keluaran fungsional.

Penelitian ini dilakukan pada semua pasien RSU Dr Sardjito


Yogyakarta, yang mengalami fraktur pada proximal femur, dan dilakukan
operasi ORIF ataupun hemiarthroplasty.
D. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui karakteristik demografik pada pasien fraktur femur
proksimal yang dirawat di bangsal orthopedi RSU Dr Sardjito
Yogyakarta.
2. Mengetahui apakah Nottingham Hip Fracture Score (NHFS), status
nutrisi (Instant Nutritional Assesment - INA), dan skor American
Society of Anaesthesiologist (ASA) sebelum operasi dapat digunakan
sebagai prediktor keluaran fungsional pada pasien post operasi fraktur
femur proksimal setelah 3 bulan?
3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan khususnya dalam hal
keputusan pemilihan manajemen pada fraktur femur proksimal.
4. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya, terutama yang
akan membahas tentang faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
keluaran fungsional pada pasien post operasi fraktur femur proksimal

Anda mungkin juga menyukai