Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

DATA FORGERY

Dibuat untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi dan
Komunikasi

DisusunOleh :

ANNITA NURLAILA 11180814

CITRA MELIANA 11180820

FIRDA AMALIA CANTIKA 11180858

NURLAILA 11180994

RIZQI AMELIA 11180877

Program Studi Sistem Informasi Akuntansi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Bina Sarana Informatika

2021
DAFTAR ISI

Lembar Judul Makalah ............................................................................................................................... 1


Daftar Isi ......................................................................................................................................................... 2
Kata Pengantar .............................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................................................... 5
1.2 Maksud dan Tujuan ..............................................................................................................................6
1.3 Ruang Lingkup 6

BAB II LANDASAN TEORI 7

2.1 Cybercrime 7

2.1.1 Definisi Cybercrime 7

2.1.2 Jenis-jenis Cybercrime 8

2.1.3 Kualifikasi Cybercrime 9

2.2 Data Forgery 10

2.2.1 Definisi Data Forgery 10

2.2.2 Faktor-faktor yang Mendorong Kejahatan Data Forgery 11

2.3 Cyberlaw 12

2.3.1 Definisi Cyberlaw 12

2.3.2 Asas-asas Cyberlaw 13

2.3.3 Ruang Lingkup Cyberlaw 14

2.4 Dasar Hukum Tentang Data Forgery 15

BAB III ANALISA KASUS 16

3.1 Contoh Kasus Data Forgery 17

3.1.1 Data Forgery Pada KPU.go.id 17

3.1.2 Analisa Kasus 18

2
3.2 Solusi Mencegah Data Forgery 22

BAB IV PENUTUP 23

4.1 Kesimpulan 23

4.2 Saran 23

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala bimbingan, berkat
dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Etika Profesi Teknologi dan
Komunikasi Data Forgery ini dengan baik. Dimana makalah ini penulis sajikan dalam bentuk yang
sederhana. Adapun penulisan makalah yang penulis ambil sebagai berikut: “MAKALAH ETIKA
PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DATA FORGERY”

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
dari segi bahasa, penulisan maupun sumber yang diperoleh, untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun, agar penulis dapat membuat tulisan yang lebih baik lagi.

Selama melakukan penulisan makalah ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
pengarahan, petunjuk dan saran, serta fasilitas yang membantu hingga akhir dari penulisan makalah
ini.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membantu, meskipun
dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
tetap penulis harapkan.

Jakarta, 20 Juni 2021

Penulis

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era global ini Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat membawa

dampak terhadap kehidupan masyarakat.Salah satu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

di bidang komputer dan telekomunikasi yaitu telah memberikan media baru berupa internet. Dengan

adanya media internet, dapat memberikan kemudahan dalam menyebarkan dan memperoleh berbagai

informasi yang di inginkan.

Kehadiran teknologi internet merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan. Hanya saja

dibalik kemudahan dan kemyamanan layanan internet itu ada ancaman yang sangat merisaukan,

yakni sisi keamanannya. Pengamanan akan system informasi berbasis internet perlu diperhatikan,

karena jaringan internet yang bersifat public dan global sangat rentan dari berbagia kejahatan.

Beberapa bentuk kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi informasi yang

berbasis komputer dan jaringan telekomunikasi salah satu dari kejahatan komputer atau cybercrime

tesebut yaitu Data Forgery.

Data forgery adalah data pemalsuan atau dalam dunia cybercrime Data Forgery merupakan

kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai

scripless document melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-

commerce dengan membuat seolah-olah terjadi “salah ketik” yang pada akhirnya akan

menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data pribadi dan nomor kartu kredit yang

dapat saja disalah gunakan.

5
Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting

yang ada di internet. Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki oleh institusi atau lembaga yang

memiliki situs berbasis web database.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu, agar masyarakat dalam penggunaan

teknologi computer seperti internet lebih berhati- hati dan bijak dalam penggunaan nya agar

terhindar dari kejahatan computer atau Cybercrime seperti data forgery yang dimana kejahatan

computer ini dapat memalsukan data pada dokumen – dokumen penting sehingga menimbulkan

kerugian bagi masyarakat pengguna teknologi computer yaitu internet.

1.3. Ruang lingkup

Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi

internet, banyak jenis dari kejahatan cybercrime diantaranya data forgery merupakan sebuah

kejahatan computer pemalsuan data pada dokumen-dokumen penting yang ada di internet.

Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki oleh institusi atau lembaga yang memiliki situs berbasis

web database atau kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang

tersimpan sebagai scriptless document melalui internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada

dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang pada

akhirnya akan menguntungkan pelaku.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Cybercrime

2.1.1. Definisi Cybercrime

Cybercrime adalah istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau

jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan termasuk ke dalam

kejahatan dunia maya antara lain adalah penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan

kartu kredit/carding, confidence fraud, penipuan identitas, pornografi anak, dll.

Menurut brenda nawawi (2001) kejahatan cyber merupakan bentuk fenomena baru dalam

tindak kejahatan sebagai dampak langsung dari perkembangan teknologi informasi beberapa sebutan

diberikan pada jenis kejahatan baru ini di dalam berbagai tulisan, antara lain: sebagai “kejahatan

dunia maya” (cyberspace/virtual-space offence).

Secara hukum di Indonesia pun telah memiliki undang- undang khusus menyangkut

kejahatan dunia maya, yaitu undang ITE tahun 2008, yang membahas tentang tata Cara, batasan

penggunaan komputer dan sanksi yang akan diberikan jika terdapat pelanggaran. Misalnya perbuatan

illegal access atau melakukan akses secara tidak sah perbuatan ini sudah diatur dalam pasal 30

undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik disebutkan, bahwa:

“setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau

sistem elektronik milik orang lain ayat (1)) dengan cara apapun, (ayat (2)) dengan cara apa pun

dengan tujuan untuk memperoleh informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik, (ayat (3))

dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengaman.

7
2.1.2. Jenis-jenis Cybercrime

Cybercrime pada dasarnya tindak pidana yang berkenaan dengan informasi, sistem informasi

(information system) itu sendiri, serta sistem komunikasi yang merupakan sarana untuk

penyampaian/pertukaran informasi itu kepada pihak lainnya.

Menurut (Sutanto) dalam bukunya tentang cybercrime-motif dan penindakan cybercrime terdiri

dari dua jenis, yaitu:

1. Kejahatan yang menggunakan teknologi informasi (TI) sebagai fasilitas. Contoh-contoh dari

aktivitas cybercrime jenis pertama ini adalah pembajakan (copyright atau hak cipta intelektual,

dan lain-lain), pornografi, pemalsuan dan pencurian kartu kredit (carding), penipuan lewat e-

mail, penipuan dan pembobolan rekening bank, perjudian on line, terorisme, situs sesat, materi-

materi internet yang berkaitan dengan sara (seperti penyebaran kebencian etnik dan ras atau

agama), transaksi dan penyebaran obat terlarang, transaksi seks, dan lain-lain.

2. Kejahatan yang menjadikan sistem dan fasilitas teknologi informasi (TI) sebagai sasaran.

Cybercrime jenis ini bukan memanfaatkan komputer dan internet sebagai media atau sarana

tindak pidana, melainkan menjadikannya sebagai sasaran. Contoh dari jenis-jenis tindak

kejahatannya antara lain pengaksesan ke suatu sistem secara ilegal (hacking), perusakansitus

internet dan server data (cracking), serta defecting.

Menurut Freddy Haris, cybercrime merupakan suatu tindak pidana dengan karakteristik-

karakteristik sebagai berikut:

a. Unauthorized access (dengan maksud untuk memfasilitasi kejahatan).

b. Mengganggu/merusak operasi computer.]]]

8
2.1.3. Kualifikasi Cybercrime

Kualifikasi kejahatan dunia maya (cybercrime), sebagaimana dalam buku Barda Nawawi

Arief, adalah kualifikasi (cybercrime) Menurut Convention On Cybercrime 2001 di Budapest

Hongaria, yaitu: illegal access: yaitu sengaja memasuki atau mengakses sistem komputer tanpa hak,

sebagai berikut:

1. Illegal interception, yaitu sengaja dan tanpa hak mendengar atau menangkap secara diam- diam

pengiriman dan pemancaran data komputer yang tidak bersifat publik ke, dari atau didalam sistem

komputer dengan menggunakan alat bantu.

2. Data interference, yaitu sengaja dan tanpa hak melakukan perusakan, penghapusan, perubahan

atau penghapusan data komputer.

3. System interference: yaitu sengaja melakukan gangguan atau rintangan serius tanpa hak terhadap

berfungsinya sistem komputer.

4. Misuse of devices: penyalahgunaan perlengkapan komputer, termasuk program komputer,

password komputer, kode masuk (access code).

5. Computer related forgery: pemalsuan (dengan sengaja dan tanpa hak memasukkan mengubah,

menghapus data autentik menjadi tidak autentik dengan maksud digunakan sebagai data

autentik).

6. Computer related fraud: penipuan (dengan sengaja dan tanpa hak menyebabkan hilangnya

barang/kekayaan orang lain dengan cara memasukkan, mengubah, menghapus data computer

atau dengan mengganggu berfungsinya komputer/sistem komputer, dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan ekonomi bagi dirinya sendiri atau orang lain).

7. Content-related offences: delik-delik yang berhubungan dengan pornografi anak (child

pornography).

9
8. Offences related to infringements of copyright and related rights: delik-delik. Yang terkait dengan

pelanggaran hak cipta.

2.2. Data Forgery

2.2.1. Definisi Data Forgery

Pengertian data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kenyataan dapat berupa

angka-angka, huruf, simbol-simbol khusus, atau gabungan dari ketiganya. Data masih belum dapat

‘bercerita’ banyak sehingga perlu diolah lebih lanjut. Pengertian data juga bisa berarti kumpulan file

atau informasi dengan tipe tertentu, baik suara, ganbar atau yang lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian data adalah keterangan yang benar dan

nyata. Atau keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan bahan kajian analisis atau kesimpulan.

Sedangkan pengertian Forgery adalah pemalsuan atau Tindak pidana berupa memalsukan atau

meniru secara tak sah, dengan itikad buruk untuk merugikan pihak lain dan sebaliknya

menguntungkan diri sendiri.

Dengan kata lain pengertian data forgery adalah data pemalsuan atau dalam dunia cybercrime

Data Forgery merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang

tersimpan sebagai scripless document melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada

dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi “salah ketik” yang pada

akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data pribadi dan nomor kartu

kredit yang dapat saja disalah gunakan.

Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-dokumen

penting yang ada di internet. Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki oleh institusi atau lembaga

yang memiliki situs berbasis web database.

10
Data Forgery biasanya diawali dengan pencurian data-data penting, baik itu disadari atau

tidak oleh si pemilik data tersebut. Menurut pandangan penulis, data forgery bisa digunakan dengan

2 cara, yaitu:

1. Server Side (Sisi Server), yang dimaksud dengan server side adalah pemalsuan yang cara

mendapatkan datanya adalah dengan si pelaku membuat sebuah fake website yang sama persis

dengan web yang sebenarnya. Cara ini mengandalkan dengan kelengahan dan kesalahan

pengguna karena salah ketik.

2. Client Side (Sisi Pengguna), penggunaan cara ini sebenarnya bisa dibilang jauh lebih mudah

dibandingkan dengan server side, karena si pelaku tidak perlu untuk membuat sebuah fake

website. Si pelaku hanya memanfaatkan sebuah aplikasi yang sebenarnya legal, hanya saja

penggunaannya yang disalahgunakan. Ternyata data forgery tidak sesulit kedengarannya, dan

tentunya hal ini sangat merisaukan para pengguna internet, karena pasti akan memikirkan

mengenai keamanan data-datanya di internet.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mendorong Kejahatan Data Forgery

Adapun faktor pendorong penyebab terjadinya data forgery adalah sebagai berikut :

1. Faktor Politik

Faktor ini biasanya dilakukan oleh oknum-oknum tertentu untuk mencari informasi tentang lawan

politiknya.

2. Faktor Ekonomi

Karna latar belakang ekonomi orang bisa melakukan apa saja, apalagi dengan kecanggihan dunia

cyber kejahatan semangkin mudah dilakukan dengan modal cukup dengan keahlian dibidang

komputer saja.

11
3. Faktor Sosial Budaya

Adapun beberapa aspek untuk Faktor Sosial Budaya :

a. Kemajuan Teknologi Infromasi

Karena teknologi sekarang semangkin canggih dan seiring itu pun mendorong rasa ingin tahu

para pencinta teknologi dan mendorong mereka melakukan eksperimen.

b. Sumber Daya Manusia

Banyak sumber daya manusia yang memiliki potensi dalam bidang IT yang tidak dioptimalkan

sehingga mereka melakukan kejahatan cyber.

c. Komunitas

Untuk membuktikan keahlian mereka dan ingin dilihat orang atau dibilang hebat dan akhirnya

tanpa sadar mereka telah melanggar peraturan ITE.

2.3. Cyberlaw

2.3.1. Definisi Cyberlaw

Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindakan (prilaku) seseorang

dan masyarakat dimana akan ada sangsi bagi yang melanggar. Alasan cyberlaw itu diperlunya

menurut Sitompul (2012:39) sebagai berikut :

1. Masyarakat yang ada di dunia virtual ialah masyarakat yang berasal dari dunia nyata yang

memiliki nilai dan kepentingan.

2. Meskipun terjadi di dunia virtual, transaksi yang dilakukan oleh masyarakat memiliki pengaruh

dalam dunia nyata.

12
Cyberlaw adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang umumnya

diasosiasikan dengan internet.

Cyberlaw merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang

berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan

teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan memasuki dunia

cyber atau maya.

2.3.2. Asas-asas Cyberlaw

Untuk menegakkan hukum serta menjamin kepastian hukum di Indonesia perlu adanya Cyber

Law yaitu Hukum yang membatasi kejahatan siber (kejahatan dunia maya melalui jaringan internet),

yang dalam Hukum Internasional terdapat 3 jenis Yuridis yaitu (The Juridiction to Prescribe) Yuridis

untuk menetapkan undang-undang, (The Juridicate to Enforce) Yuridis untuk menghukum dan (The

Jurisdiction to Adjudicate) Yuridis untuk menuntut.

The Jurisdiction to Adjudicate terdapat beberapa asas yaitu:

1. Asas Subjective Territorial

Berlaku hukum berdasarkan tempat pembuatan dan penyelesaian tindak pidana dilakukan di

Negara lain,

2. Asas Objective Territorial

Hukum yang berlaku adalah akibat utama perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak kerugian

bagi Negara yang bersangkutan,

3. Asas Natonality

Hukum berlaku berdasarkan kewarganegaraan pelaku,

4. Asas PassiveNatonality

Hukum berlaku berdasarkan kewarganegaraan korban,

13
5. Asas Protective Principle

Berlakunya berdasarkan atas keinginan Negara untuk melindungi kepentingan Negara dari

kejahatan yang dilakukan diluar wilayahnya,

6. Asas Universality

Berlaku untuk lintas Negara terhadap kejahatan yang dianggap sangat serius seperti pembajakan

dan terorisme (crime against humanity).

2.3.3. Ruang Lingkup Cyberlaw

Jonathan Rosenoer dalam Cyberlaw, the law of internet mengingatkan tentang ruang lingkup

cyberlaw diantaranya :

1. Hak Cipta (Copy Right)

2. Hak Merk (Trade Mark)

3. Pencemaran nama baik (Defamation)

4. Fitnah, Penistaan, Penghinaan (Hate Speech)

5. Serangan terhadap fasilitas komputer (Hacking, Viruses, Illegal Access)

6. Pengaturan sumber daya internet seperti IP-Address, domain name

7. Kenyamanan individu (Privacy)

8. Prinsip kehati-hatian (Duty Care)

9. Tindakan kriminal biasa menggunakan TI sebagai alat

10. Isu prosedural seperti yuridiksi, pembuktian, penyelidikan dll

11. Kontrak/transaksi elektronik dan tandatangan digital

12. Pornografi

13. Pencurian melalui internet

14. Perlindungan konsumen

14
15. Pemanfaatan internet dalam aktivitas keseharian seperti e-commerce, e-goverment, e-education,

dll.

2.4. Dasar Hukum Tentang Data Forgery

1. Pasal 30

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan atau

Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan atau

Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik.

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau

Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau

men9jebol sistem pengamanan.

2. Pasal 3

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi,

penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut

dianggap seolah‐ olah data yang otentik.

3. Pasal 46

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda palingbanyak

Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

15
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)

4. Pasal 51

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 dipidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 12.000.000.000,00 (dua belas

miliar rupiah).

16
BAB III

ANALISA KASUS

3.1. Contoh Kasus Data Forgery

3.1.1. Data Forgery Pada KPU.go.id

Pada 16/4/2004, Dany Firmansyah (25 tahun) konsultan teknologi informasi TI,

PT.Dana reksa di jakarta, berhasil membobol situs milik KPU di http://tnp.kpu.go.id dan

mengubah nama-nama partai didalamnya menjadi nama unik seperti partai kolor ijo, partai

mbah jambon, partai jambu dan sebagainya. Dani menggunakan teknik SQL injection (pada

dasarnya teknik tersebut adalah dengan cara mengetikkan string atau perintah tertentu di

address bar browser) untuk menjebol situs KPU, kemudian Dani tertangkap pada

24/4/2004.

17
Berselang 7 bulan pasca kasus itu, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

yang diketuai Hamdi SH, pada persidangan Kamis 23 Desember 2004, Dani dituntut

hukuman 1 tahun penjara dengan denda Rp10 juta, tetapi karena dia bersikap kooperatif,

hakim menetapkan vonis 6 bulan 21 hari kepada Dani Firmansyah. Hukuman didasarkan

pada UU RI No. 36 Thn. 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 22, Pasal 38 dan Pasal 50.

3.1.2. Analisa Kasus

Setelah dilihat dari kasus diatas maka pelaku kasus pelanggaran Dany Firmansyah dengan jenis

kasus pelanggaran pembobolan situs milik KPU termasuk dalam data forgery yaitu memalsukan

data pada data dokumen-dokumen penting yang ada di internal. Kasus tersebut sudah sangat jelas

termasuk pelanggaran etika, karena Dani Firmansyah selaku tersangka dalam pembobolan situs KPU

telah terbukti bersalah. Dia membobol sistem keamanan situs KPU dan mengganti-ganti nama partai

yang dapat menyebabkan kerugian dan ketidaknyaman bagi pihak lain. Dan telah jelas pula Dani

Firmansyah menyalahgunakan keahliannya dalam bidang teknologi untuk merugikan pihak lain.

Adapun dasar hukum yang dipakai untuk menjerat dani firmansyah adalah dijerat dengan pasal-pasal

UU No36/1999 tentang Telekomunikasi, yang merupakan bentuk Lex specialis dari KUHP dibidang

cybercrime. Ada tiga pasal yang menjerat adalah sebagai berikut:

Dani firmansyah, hacker situs KPU dinilai terbukti melakukan tindak pidana yang

melanggar pasal 22 huruf a,b,c pasal 38 dan pasal 50 UU No 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi.

Pada pasal 22 UU Telekomunikasi berbunyi: setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak,

tidak sah atau memanipulasi :

18
1. Akses kejaringan telekomunikasi

2. Akses ke jasa telekomunikasi

3. Akses kejaringan telekomunikasi khusus

Unsur-unsur pasal ini telah terpenuhi dengam pembobolan situs KPU yang dilakukan oleh dani

secara ilegal dan tidak sah, karena dia tidak memilik hak atau izin untuk itu, selain itu dani firmansyah

juga dituduh melanggar pasal 38 bagian ke 11 UU Telekomunikasi yang berbunyi ”Setiap orang

dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap

penyelenggaran telekomunikasi”, internal sendiri dipandang sebagai sebuah jasa telekomunikasi, pasal

ini juga bisa diterapkan pada kasus ini, sebab apa yang dilakukan oleh dani juga menimbulkan

gangguan fisik bagi situs milik KPU.dilihat dari kasus dani Firmansyah maka dapat dijerat juga dengan

UU ITE, yaitu sebagai berikut:

a. UU ITE No 11 pasal 27 ayat 3 tahun 2008, yang berbunyi: ”setiap orang dengan sengaja dan tanpa

hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi

Elektronik dan atau Dokumen Elektronik yang memilik muatan penghinaan dan atau pencemaran

nama baik.

b. UU ITE No 11 pasal 30 ayat 3 tahun 2008, yang berbunyi: ”Setiap orang dengan sengaja dan tanpa

hak atau melawan hukum mengakses computer dan atau sistem Elektronik dengan cara apa pun

dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan karena dani

firmansyah telah terbukti, dia melakukan penghinaan dan percemaran nama baik partai-partai yang

ada dalam situs KPU dengan cara mengganti-ganti nama partai tersebut.tidak hanya itu Dani

Firmansyah

19
juga telah terbukti jelas bahwa dia melakukan menjebolan sistem keamanan pada situs KPU.

Beberapa solusi untuk mencegah kasus di atas adalah:

1) Perlu adanya cyberlaw : Cybercrime belum sepenuhnya terakomodasi dalam peraturan /

Undang-undang yang ada, penting adanya perangkat hukum khusus mengingat karakter dari

cybercrime ini berbeda dari kejahatan konvensional.

2) Perlunya Dukungan Lembaga Khusus: Lembaga ini diperlukan untuk memberikan informasi

tentang cybercrime, melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan

riset-riset khusus dalam penanggulangan cybercrime.

3) Penggunaan enkripsi untuk meningkatkan keamanan. Penggunaan enkripsi yaitu dengan

mengubah data-data yang dikirimkan sehingga tidak mudah disadap (plaintext diubah menjadi

chipertext). Untuk meningkatkan keamanan authentication (pengunaan user_id dan password),

penggunaan enkripsi dilakukan pada tingkat socket.

20
Sumber: https://infografik.bisnis.com/read/20190425/547/915477/situs-kpu-diserang-
hacker-ini-kisah-xnuxer-pembobol-situs-tabulasi-nasional-pemilu-

21
3.2. Solusi Mencegah Data Forgery

Adapun solusi untuk mencegah terjadinya kejahatan ini diantaranya :

1. Perlu adanya cyber law, yakni hukum yang khusus menangani kejahatan-kejahatan yang terjadi

di internet. karena kejahatan ini berbeda dari kejahatan konvensional.

2. Perlunya sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat yang bisa dilakukan oleh lembaga –

lembaga khusus.

3. Penyedia web-web yang menyimpan data-data penting diharapkan menggunakan enkrispsi

untuk meningkatkan keamanan.

4. Para pengguna juga diharapkan untuk lebih waspada dan teliti sebelum memasukkan data-data

nya di internet, mengingat kejahatan ini sering terjadi karena kurangnya ketelitian pengguna.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan Data Forgery ini adalah sebagai berikut:

1. Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan

teknologi.

2. Data forgery merupakan sebuah kejahatan dunia maya yang sangat berbahaya.

3. Data forgery adalah pemalsuan atau Tindak pidana berupa memalsukan atau meniru

secara tidak sah, dengan itikad buruk untuk merugikan pihak lain dan sebaliknya

menguntungkan diri sendiri.

4. Kejahatan data forgery ini lebih ditujukan untuk pemalsuan juga pencurian data-data

maupun dokumen-dokumen penting baik di instansi pemerintahan maupun perusahaan

swasta.

5. Kejahatan Data forgery berpengaruh terhadap keamanan Negara dan kemanan Negara

dalam negeri.

4.2. Saran

Dari hasil penjelasan diatas, perlu adanya saran untuk mencegah terjadinya kejahatan ini

diantaranya:

1. Melakukan update username dan password secara berkala.

2. Dalam melakukan verifikasi account harus lebih berhati - hati.

3. Penggunaan enkripsi untuk meningkatkan keamanan

23
4. Perlu adanya cyber law, hukum yang khusus menangani kejahatan-kejahatan yang terjadi

di internet. karena kejahatan ini berbeda dari kejahatan konvensional.

5. Perlunya sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat yang bisa dilakukan oleh

lembaga-lembaga khusus.

6. Jangan mencoba melakukan hal yang dapat merugikan orang lain, terutama diri sendiri.

24

Anda mungkin juga menyukai