Depresi termasuk kedalam kelompok gangguan mood. Depresi sendiri memiliki gejala utama yaitu adanya afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah, dan gejala lainnya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu.1 Gangguan depresi paling sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15%. Perempuan dapat mencapai 25%, sekitar 10% di perawatan primer dan 15% di perawatan di rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2% dan usia remaja 5%. Pada perempuan dua kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki. Gangguan depresi rata-rata terjadi pada usia 40 tahun.2 Farmakoterapi atau terapi obat merupakan komponen penting dalam pengobatan gangguan depresif. Ada banyak faktor yang harus diperhitungkan, misalnya target simptom, kerja obat, farmakokinetik, cara pemberian, efek samping, interaksi obat, sampai pada harga obat. Transmitter utama yang terlibat dalam depresi adalah dopamin, norepinefrin, dan serotonin. Penelitian telah menunjukkan bahwa proses transduksi sinyal neuronal yang melampaui tingkat reseptor adalah target potensial untuk kerja antidepressan.. Pemikiran terakhir adalah beberapa mekanisme reseptor yang berbeda memicu kaskade sinyal interseluler yang berbeda yang dapat mengaktifkan faktor transkripsi, yang pada akhirnya, meningkatkan ekspresi gen yang mengkode protein, yang berperan penting dalam pemulihan fungsi saraf yang terlibat dalam pengaturan mood.3 Antidepresan terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu trisiklik antidepresan (TCA), seletive serotinin reuptake inhibitors (SSRI), dan monoamine oksidase inhibitors (MAOI) dan jenis lainnya. Perbedaan jenis
1 2
antidepresan membedakan efektivitas, keamanan dan efek samping oleh
karena itu pemilihan antidepresan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain, tolerabilitas, reaksi obat sebelumnya, kondisi medis yang menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang sesuai dengan kemampuan pasien.4