Wanita 20 th, ke puskes mengeluhkan hidung meler dan tersumbat. Muncul sejak 1 bulan yang lalu,
hilang timbul. Keluhan muncul sejak kabut asap. Keluhan sering di alami dan muncul lebih dari 10 th
lalu terutaa jika kena debu dan asap. Cairan yang keluar dari hidung berwarna bening encer, apabila
lebih dari 3 hari cairannya jadi kental kehijauan. Pada pemeriksaan RA chonca kiri lebih besar dari
chonca kanan dan pucat. Ayah penderita adalah penderita DA.
Iden. Istilah :
Iden. Masalah :
Di awali dengan tahap sensitisasi dan diikuti tahap provokas/ reaksi alergi. Reaksi alergi
terdiri dari 2 fase yaitu Immediated Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) dan
Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL).
Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang
berperan sebagai sel penyaji (APC) akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa
hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung dengan
molekul HLA kelas II membentuk komplek peptida MHC komplek peptida MHC kelas II yang
kemudian di presentasikan pada sel T helper (Th 0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin
seperti IL 1 yang akan mengaktifkan Th 0 yang berproliferasi menjadi Th 1 dan Th 2, sehingga sel
limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi IgE. Peran kedua terjadi granulasi sel mast
mengeluarkan sitokin seperti histamine yang menyebabkan terjadinya gangguan,yaitu alergi.
Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua
rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi mastosit dan basofil dengan akibat
terlepasnya mediator kimia terutama histamin.
Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulakn
rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin juga menyebabkan kelenjar mukosa dan sel
goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala
lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid.
7. Chonca hipertrofi :
Hal ini dapat mengindikasikan adanya Polip hidung yang umumnya terjadi akibat reaksi dari
peradangan yang berkepanjangan,bisa disebabkan karena adanya reaksi hipersensitivitas (alergi) ,
dan juga berhubungan dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang didapatkan Leukositosis dan
eosinofil , dimana Leukosit dan eosinofil merupakan penanda dari adanya Reaksi
Hipersensitivitas .Perlu dipikirkan juga mengenai tumor stadium awal , untuk diagnosis pasti perlu
dilakukan pemeriksaan histopatologi.
- Invitro : Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula
pemeriksaan IgE total seringkali menunjukkan nilai normal.
- Invivo :Allergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, ujiintrakutan
atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-Point Titration/ SET). SET dilakukan untuk
allergen inhalan dengan menyuntikkan allergen dalam berbagai konsentrasiyang bertingkat
kepekatannya. Untuk allergen makanan, uji kulit Intracutaneus ProvocativeDilutional Food Test
(IPDFT), namun sebagai baku emas dapat dilakukan dengan dieteliminasi dan provokasi
(Challenge Test).