Anda di halaman 1dari 5

Pengkajian dan pengumpulan data dasar merupakan tahap awal dari asuhan

kebidanan, dilaksanakan dengan cara pengkajian data subjektif, data objektif dan data

penunjang lainnya.

Pengkajian data subjektif pada Ny. M usia 28 thn yaitu Ibu mengatakan ini kehamilan

keduanya dan pernah keguguran satu kali pada kehamilan sebelumnya. Ibu mengatakan

HPHT 22 Maret 2021. Ibu mengatakan ia datang ke RS untuk pemeriksaan kehamilan, ibu

mengeluhkan bahwa ibu merasa lemah dan lesu. Ibu mengatakan rutin melakukan

pemeriksaan ke poliklinik kebidanan RS Unand yaitu kepada petugas kesehatan baik bidan

maupun dokter. Berdasarkan tinjauan teori keluhan yang dialami oleh Ny. M sesuai dengan

gambaran klinis dari anemia defisiensi besi antara lain adalah ibu merasa lemah, letih, lesu

dan lunglai. Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) <11 gr/dL pada

trimester pertama dan <10,5 gr/dL pada trimester kedua dan ketiga, dan <10 gr/dL

postpartum (Tran Khai dan McCormack Suzanne, 2019).

Anemia fisiologis atau anemia pengenceran pada kehamilan diamati pada wanita

hamil yang sehat sebagai akibat dari ekspansi volume plasma yang relatif lebih besar yaitu

sebesar 30-40% dibandingkan dengan peningkatan massa Hb dan volume eritrosit sebesar 20-

25%. Hal ini menyebabkan sedikit penurunan kadar Hb, menciptakan keadaan viskositas

rendah, yang meningkatkan transportasi oksigen ke plasenta dan janin (Avantika Gupta,

2018).

Dilihat dari riwayat pemeriksaan kehamilan sebelumnya, ibu memiliki riwayat

transfusi feritinin 2 kali. Pada pengkajian data objektif saat ini didapatkan dari hasil

pemeriksaan fisik pada Ny. M antara lain : keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

TD : 114/67 mmHg, P : 18 x/i, N : 98 x/i, S : 36,6°C. Pada pemeriksaan penunjang

didapatkan hasil pemeriksaan Hb : 11,4 gr/dL, serum feritinin : 72,19 mcg/L. Menurut
rekomendasi BHSI Skrining anemia pada ibu hamil yaitu (Tran Khai dan McCormack

Suzanne, 2019) :

1. Anemia harus didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) <11 gr/dL pada

trimester pertama dan <10,5 gr/dL pada trimester kedua dan ketiga, dan <10 gr/dL

postpartum.

2. Konsentrasi hemoglobin harus diukur secara rutin sebelum usia kehamilan 28 minggu.

3. Jika anemia tanpa penyebab lain yang jelas terdeteksi, uji diagnostik besi oral harus

diberikan tanpa penundaan, dengan hitung darah lengkap berulang dalam 2-3 minggu.

4. Strategi diagnostik yang optimal untuk anemia pada kehamilan tidak diketahui tetapi

skrining rutin yang tidak dipilih dengan feritin serum di luar konteks penelitian saat ini

tidak direkomendasikan.

5. Serum feritin harus diukur pada wanita dengan hemoglobinopati yang diketahui untuk

mengidentifikasi defisiensi besi bersamaan dan mengecualikan status cadangan besi.

6. Wanita non-anemia yang berisiko kekurangan zat besi harus diidentifikasi dan diberi zat

besi profilaksis secara empiris atau memeriksakan feritin serum terlebih dahulu.

7. Tingkat feritin serum <30 g/l pada kehamilan merupakan indikasi defisiensi zat besi.

Tingkat yang lebih tinggi dari ini tidak mengesampingkan kekurangan zat besi.

Berdasarkan rekomendasi BHSI di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi Ny. M saat

ini sedang berada pada batas normal (stabil). Namun tetap diperlukan pemeriksaan kehamilan

secara rutin dan pola hidup sehat dengan memperbanyak makan makanan yang kaya akan zat

besi serta suplementasi tablet Fe untuk mempertahankan kondisi normal ibu sampai saat

persalinan dan nifasnya nanti.

Anemia pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang saling berkaitan satu

sama lain. Anemia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, seperti defisiensi mikronutrien

(zat besi, folat, dan vitamin B12), kelainan genetik, atau kondisi lain yang dapat
menyebabkan kehilangan zat besi atau penurunan penyerapan zat besi, penyakit ginjal kronis,

neoplasma, dan penyakit autoimun. Kekurangan zat besi merupakan faktor utama penyebab

anemia di negara berkembang. Sekitar 50% kasus anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi

(Nunes, 2020). Penyebab anemia pada kehamilan adalah sebagai berikut (Kemenkes, 2020):

1. Pola makan yang kurang beragam dan bergizi seimbang. Pada masa kehamilan ibu

dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, karbohidrat dan zat gizi

mikro (vitamin dan mineral) yang lengkap. Ibu hamil juga sangat dianjurkan

mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti hati, ikan, telur daging, tahu ,

tempe, sayuran bewarna hijau dan buah berwarna. Pola makan yang tidak baik pada ibu

hamil akan menyebabkan ibu mengalami kekurangan nutrisi terutama zat besi yang bisa

menyebabkan terjadinya beberapa kondisi yang merugikan seperti anemia. (Garzon S,

2019). Sebanyak 90% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh asupan zat besi yang

tidak memadai (Appiah, 2020).

2. Mengalami infeksi yang menyebabkan ibu kehilangan zat besi yaitu Infeksi paracitic

seperti disentri amuba, malaria, cacing tambang, hemoglobinopati dan schistosomiasis

yang bisa menyebabkan anemia (Garzon S, 2019).

3. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun).

Jarak kehamilan yang dekat menyebabkan tubuh ibu mengalami anemia dikarenakan

tubuh ibu tidak punya waktu yang cukup untuk memulihkan kondisi setelah kehamilan

sebelumnya.

4. Ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) dengan Lingkar Lengan Atas

(LILA) kurang dari 23,5 cm.

Berdasarkan pengkajian data subjektif dan data objektif dapat ditegakkan diagnosa

Ny. M G2P0A1H0 usia kehamilan 24-25 minggu janin hidup tunggal intrauterin dengan

anemia defisiensi besi. Hal ini sesuai dengan kajian teori bahwa dalam menegakkan diagnosis
anemia defisiensi besi diperlukan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

penunjang lainnya.

Anemia menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak

cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi

komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas,

berat badan bayi lahir rendah (BBLR), dan angka kematian perinatal meningkat. Disamping

itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia

dan lebih sering berakibat fatal karena wanita yang anemia tidak dapat mentolerir kehilangan

darah (Rahmawati, 2020). Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang

sangat ringan hingga terjadinya masalah terhadap kelangsungan kehamilan seperti abortus,

partus imatur/prematur, gangguan proses persalinan (perdarahan), gangguan masa nifas (daya

tahan terhadap infeksi dan stres kurang produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin

(abortus, dismaturitas, mikrosomi, cacat bawaan, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain)

(Bhutta et al., 2017).

Dalam perencanaan asuhan Ny. M konseling, informasi dan edukasi yang diberikan

antara lain:

1. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang cukup terutama makanan yang kaya zat

besi seperti : sayur-sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, hati ayam, buah bit,

dsb. Kurangi konsumsi cafein agar tidak menghambat penyerapan zat besi, dan

perbanyak makan sumber makanan yang mengandung vitamin C untuk membantu

penyerapan zat besi.

2. Istirahat yang cukup dan minta bantuan suami/keluarga untuk melakukan pekerjaan

rumah jika dirasa berat. Mempertahankan kebersihan diri/Personal Hygiene ibu.

3. Menginformasikan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan seperti gerakan janin

berkurang, pandangan mata kabur, perdarahan pervaginam, sakit kepala berat.


4. Membekali ibu dengan 90 tablet besi 60 mg /hari, asam folat 600 mcg/hari. Vitamin C 50

mg/hari.

5. Menyepakati kunjungan ulang 01 November 2021 pada usia kehamilan 32 minggu atau

jika ada keluhan.

Dalam rencana asuhan Ny. M juga perlu berkolaborasi dengan dokter obgyn yaitu

menyarankan ibu untuk ANC rutin sesuai waktu yang direkomendasikan, USG untuk

menilai kesejahteraan janin serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Hb dan serum

feritinin untuk menilai perkembangan kondisi anemia ibu. Hal ini sesuai dengan teori

berdasarkan rekomendasi BHSI 2019, penanganan anemia pada ibu hamil diantaranya (Tran,

Khai dan McCormack, Suzanne, 2019) :

1. Setelah Hb dalam kisaran normal, konsumsi tablet tambah darah harus dilanjutkan

selama 3 bulan dan sampai setidaknya 6 minggu pascapersalinan untuk mengisi kembali

simpanan besi.

2. Penambahan zat besi secara IV harus dipertimbangkan dari trimester kedua dan

seterusnya untuk wanita dengan anemia defisiensi besi yang dikonfirmasi tidak toleran,

atau tidak menanggapi besi oral.

Anda mungkin juga menyukai