PENYAKIT INFLUENZA
Oleh :
KELOMPOK 4 :
Haemophilus influenzae sangat peka terhadap desinfektan dan kekeringan. Bakteri ini
tumbuh optimum pada suhu 37oC dan pada pH 7.4 sampai 7.8 dalam suasana CO 2 10%. Tumbuh
di media kultur yang membutuhkan faktor X (hemin) suatu derivat haemoglobin yang
termostabil, dan faktor V (NAD atau NADP) yang termolabil. Media kultur yang digunakan
untuk membiakkan Haemophilus influenzae adalah agar coklat (karena mengandung faktor X
dan V). Haemophilus influenzae juga dapat dibiakkan di media agar darah jika diinokulasikan
bersama bakteri lain yang menghasilkan dan melepaskan NAD (misal: Staphylococcus aureus),
dan dikultur itu akan terlihat mengelilingi bakteri penghasil NAD tersebut atau disebut fenomena
satelit. Bakteri Haemophilus influenzae mempunyai kapsul, dan tidak bergerak.
H. influenzae memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap host nya, yaitu manusia.
Bakteri ini terdapat dalam tenggorokan dari sekitar 75 % anak– anak dan orang dewasa yang
sehat. Bakteri ini jarang ditemui di rongga mulut dan belum dapat ditemukan pada selain
manusia. Terdapat dua golongan serotipe dari H. influenzae, yaitu berkapsul (encapsulated) dan
tidak berkapsul. Golongan yang berkapsul ini dibagi menjadi 6 serotipe yaitu a, b, c, d, e, f
berdasarkan antigen berbeda dari kapsul polisakarida yang dimiliki. Sedangkan bakteri yang
tidak berkapsul dikenal dengan Non-typeable H. influenzae (NTHi).
2. Mekanisme Infeksi
Infeksi oleh Haemophilus influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari
penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat bersin atau
batuk. Haemophilus influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian
atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama penting pada penyakit paru
kronik. Meningitis karena haemophilus influenzae jarang terjadi pada bayi berumur kurang dari
3 bulan dan tidak umum dijumpai pada anak-anak diatas umur 6 tahun. Pada anak-anak, selain
meningitis, haemophilus influenzae tipe b juga menyebabkan penyakit bacterial epiglottitis akut.
3. Patogenesis
Haemophilus influenzae tidak menghasilkan eksotoksin dan peranan antigen somatik
toksiknya pada penyakit alamiah belum jelas. Organisme yang tidak bersimpai termasuk anggota
flora normal saluran pernapasan manusia. Simpai bersifat antifagositik bila tidak terdapat
antibodi antisimpai khusus. Haemophilus influenzae yang memiliki simpai khususnya tipe b
menyebabkan infeksi pernapasan supuratif (sinusitis, laringotrakeitis, epiglotitis, otitis) dan pada
anak kecil meningitis. Darah dari orang dengan umur kira-kira 3-5 tahun memiliki daya
bakterisidal kuat terhadap Haemophilus influenzae, dan infeksi klinik lebih jarang terjadi pada
orang itu. Namun sekarang antibodi bakterisidal sudah jarang ditemukan pada 25% orang AS
dan infeksi yang bersifat klinik lebih sering terjadi pada orang dewasa. Haemophilus influenzae
yang dapat digolongkan atau tidak bersimpai tipe b umumnya menyebabkan otitis media
(mekanisme patogeniknya belum jelas).
Penyakit influenza yang terbanyak adalah infeksi saluran nafas atas ( terutama pneumonia ).
Otitis media dan sinusitis. Gejala timbul pada masa dini penyembuhan, terjadi karena adanya
invasi bakteri pada saluran nafas yang menyebabkan hancurnya silia epitel sehingga
mengganggu transport mukosilier.
Kapsul polisakarida tipe B dari bakteri Haemophilus influenzae mengandung polyribitol
ribose phosphate (PRP) yang diketahui sebagai faktor virulensi utama. Pili dan adesin pada
bakteri akan membantu bakteri melekat pada sel epitel nasofaring, dinding sel bakteri
memproduksi endotoksin yang bersifat toksik bagi silia di epitel, kemudian bakteri akan masuk
menembus barier mukosa. Kapsul polisakarida ini akan melindungi bakteri dari reaksi imunitas
tubuh yaitu fagositosis, sehingga bakteri dapat masuk ke peredaran darah dan menyebar dalam
darah.