Anda di halaman 1dari 7

Kreano 10 (2) (2019): 186-192

Ju r n a l M a t e m a t i k a K r e a t i f - I n o v a t i f
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano

Kualitas Pembelajaran Kontekstual Siswa IPS


Materi Program Linier yang Memiliki Kecemasan
Belajar Matematika
 
Syaiful Bakhri , Anisa Fatwa Sari2, Agustin Ernawati3
1

1,2,3
STKIP Al Hikmah Surabaya

Corresponding Author: syaifulb76@gmail.com1, anisa.fatwasari@gmail.com2,


agustin.rnwt@gmail.com3

DOI: http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v10i2.19061
Received : May 6 2019; Accepted: December 4 20 2019; Published: December 4 2019

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas siswa IPS dalam mengikuti pembelajaran kontekstual ma-
teri Program Linier dengan mempertimbangkan kecemasan belajar matematika. Penelitian ini dideskripsikan secara
kualitatif. Penelitian ini melibatkan 29 siswa kelas XI IPS di salah satu SMA Negeri di Surabaya. Data diperoleh dari
pengamatan, angket, tes dan wawancara sebagai pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pemb-
elajaran dikategorikan tidak berkualitas. Namun, hasil tersebut lebih tinggi daripada kualitas pembelajaran yang
umumnya terjadi di kelas yang sama.

Abstract
This research aims to describe the quality in contextual teaching and learning of linier programming by
considering the mathematics anxiety. It will be described qualitatively. The subject is 29 students of second
graders (social) from one of state senior high school in Surabaya. The data is obtained by observation, ques-
tionnaire, test and interview. The result of research shows that the learning quality is categorized as bad.
However, this result is 24% higher than the common learning quality at the same class.

Keywords: contextual teaching and learning; social student; mathematics anxiety

PENDAHULUAN matematika). Tahapan mathematics anxiety


Matematika adalah salah satu mata pe- menurut Pradeep (2011) adalah “1) negative
lajaran di sekolah yang kurang disukai oleh feelings to math related, 2) avoidance of math-
siswa. Matematika dianggap sulit bagi siswa situation, 3) poor mathematical preparation,
karena objek matematika bersifat abstrak. and 4) poor mathematics performance”. Fase
Astuti (2016) menyatakan bahwa kesulitan pertama menunjukkan bahwa siswa menga-
siswa dalam belajar matematika disebabkan lami perasaan negatif terhadap matematika
karena siswa kurang mampu membangun yang disebabkan oleh pengalaman negatif
pengetahuannya sendiri. Selain itu, matema- masa lalu, diantaranya anggapan negatif guru
tika juga melibatkan banyak rumus dan per- terhadap siswa yang terlalu berlebihan atau
hitungan yang rumit sehingga konsep pada siswa mendapatkan hasil belajar yang kurang
matematika sulit dipahami oleh siswa. baik. Hal ini berlanjut pada fase kedua yaitu
Kesulitan siswa dalam belajar mate- siswa mulai menghindari atau cuek terhadap
matika juga dapat disebabkan karena mat- matematika. Situasi tersebut diikuti oleh fase
hematics anxiety (kecemasan dalam belajar ketiga yaitu kurangnya persiapan belajar ma-

© 2019 Semarang State University. All rights reserved UNNES JOURNALS


p-ISSN: 2086-2334; e-ISSN: 2442-4218
187 Syaiful Bakhri dkk , Kualitas Pembelajaran Kontekstual Siswa IPS Materi Program Linier yang memiliki...

tematika. Kondisi tersebut akan berdampak yang dapat membuat siswa termotivasi dan
pada fase keempat yaitu kinerja matematika aktif dalam pembelajaran. Pemilihan pende-
yang kurang maksimal. Siklus ini akan terus katan pembelajaran yang kurang tepat dapat
berulang dan sulit dihentikan jika siswa selalu menyebabkan siswa kurang maksimal dalam
beranggapan bahwa mereka tidak dapat bela- mempelajari matematika.
jar atau mempertahankan diri dalam pembe- Permasalahan tersebut dapat diata-
lajaran matematika. si jika guru memberikan ruang kepada siswa
Permasalahan kesulitan dan kecema- untuk terlibat aktif dalam proses pembelaja-
san belajar matematika secara khusus dialami ran, penemuan rumus, diskusi atau kegiatan
oleh siswa IPS. Lutfianto (2017) menyatakan yang melibatkan siswa secara aktif. Sehingga
bahwa kecemasan dapat berpengaruh pada diperlukan pendekatan pembelajaran yang
kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena sesuai seperti pembelajaran kontekstual. Ros-
kurangnya peran guru dalam membuat ino- lina dan Rahmadi (2016) menyatakan bahwa
vasi pembelajaran yang dapat mengurangi pembelajaran kontekstual merupakan pem-
kecemasan siswa dalam belajar matematika. belajaran yang mengharuskan guru berperan
Astuti (2016) menyatakan bahwa kesulitan sebagai motivator dan fasilitator sehingga
siswa dalam belajar matematika disebabkan proses pembelajaran bukan hanya transfer
karena guru menjelaskan matematika hanya
pengetahuan dari guru ke siswa saja, melain-
menggunakan metode ceramah. Harahap
kan sesuatu pengetahuan yang didapat dan
(2015) juga menyatakan bahwa pembelajaran
dipelajari dari kehidupan nyata. Lebih lanjut
matematika yang diajarkan cenderung mo-
Hidayati (2012) juga menambahkan bahwa
noton dan pada umumnya menggunakan me-
pembelajaran kontekstual adalah pembelaja-
tode yang kurang bervariasi. Menurut peneli-
ran yang mengaitkan antara materi pembela-
ti, kondisi tersebut dapat menyebabkan siswa
jaran dengan keadaan dunia nyata siswa.
bosan dan tidak nyaman dalam pembelaja-
Pembelajaran kontekstual perlu dilaku-
ran. Selain itu, berdasarkan wawancara pene-
kan agar siswa tertarik mengikuti pembela-
liti dengan beberapa siswa SMAN 21 Surabaya
diperoleh informasi bahwa kebanyakan siswa jaran dari awal hingga akhir. Selain itu, guru
IPS kurang tertarik dengan pelajaran mate- juga harus dapat mengubah kebiasaan lama
matika karena bukan merupakan pelajaran yaitu teacher centered (terpusat kepada guru)
utama di jurusan IPS. Sehingga banyak siswa menuju student centered (terpusat kepada
yang tidak memiliki usaha untuk bertanya siswa). Hal ini juga didukung oleh pernyataan
saat mengalami kesulitan dalam pembelaja- siswa di tempat peneliti bahwa mereka lebih
ran matematika. menyukai pembelajaran yang melibatkan sis-
Purwanto dan Rizki (2015) menyatakan wa secara aktif dengan diskusi dan pembaha-
bahwa pada umumnya guru kurang membe- san materi secara bersama-sama.
rikan kesempatan kepada siswa untuk meny- Materi Program Linier adalah salah satu
elesaikan atau mendiskusikan suatu masalah materi matematika sekolah yang erat kaitan-
dengan teman kelompok. Padahal siswa IPS nya dengan kehidupan sehari-hari. Namun,
lebih tertarik untuk bersosialisasi dan ber- masih banyak siswa yang merasa kesulitan
diskusi. Sehingga siswa IPS akan mengala- untuk mempelajari materi Program Linier.
mi kesulitan jika diminta hanya berdiam diri Hidayati (2010) menyatakan bahwa kesulitan
mendengarkan penjelasan guru dan kurang yang biasanya dialami siswa adalah ketika
termotivasi untuk belajar mandiri. Jika kon- membuat pemodelan matematika dan meng-
disi tersebut dilakukan secara terus-menerus, gambar grafik. Selain itu, berdasarkan hasil
maka hal tersebut dikhawatirkan dapat ber- observasi peneliti di SMA Negeri 21 Surabaya
dampak pada hasil belajar siswa. diperoleh informasi bahwa siswa masih me-
Guru memiliki peran penting dalam rasa kesulitan untuk mempelajari materi Pro-
proses pembelajaran. Selain harus menguasai gram Linier. Hal ini dapat diketahui dari hasil
materi dengan baik, guru juga dituntut untuk rata-rata nilai ulangan harian materi Program
dapat menciptakan suasana pembelajaran Linier siswa kelas XI IPS semester ganjil ta-
UNNES JOURNALS
Kreano 10(2) (2019): 168-192 188

hun ajaran 2016/2017 masih tergolong rendah matematika sebagai pelajaran yang sulit dan
yaitu 68. Menurut peneliti, hasil belajar yang melibatkan banyak perhitungan yang rumit
kurang baik dapat disebabkan karena siswa sehingga cenderung membosankan. Oleh
memiliki kecemasan dalam belajar khususnya karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
pada materi Program Linier. Hal ini dikare- penelitian dengan rumusan permasalahan se-
nakan Program Linier merupakan salah satu bagai berikut.
mata pelajaran yang membutuhkan pemaha-
man materi prasyarat sebelumnya yaitu sis- METODE
tem pertidaksamaan linier serta kemampuan Penelitian ini merupakan penelitian
untuk mengubah permasalahan sehari-sehari deskriptif yang menggunakan pendekatan
ke model matematika. penelitian kualitatif. Suatu kelas diberikan
Denhere (2015) menyatakan bahwa perlakuan berupa penerapan pembelajaran
kecemasan belajar matematika dapat diatasi kontekstual materi Program Linier. Peneliti
dengan beberapa cara. Pertama, pembelaja- lalu mendeskripsikan kualitas pembelajaran
ran harus mendorong siswa untuk saling be- berdasarkan nilai dari THB siswa yang me-
kerja sama. Hal tersebut sesuai dengan salah miiliki kecemasan belajar matematika. Sub-
satu komponen pembelajaran kontekstual jek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
yaitu masyarakat belajar. Kedua, pembelaja- XI IPS. Pemilihan siswa kelas XI didasarkan
ran harus meningkatkan pemahaman konsep pada materi yang diajarkan pada kelas XI yai-
siswa berdasarkan pengetahuan yang dimi- tu Program Linier. Penelitian ini dilaksanakan
liki. Hal tersebut sesuai dengan salah satu di SMA Negeri 21 Surabaya pada bulan Agus-
komponen pembelajaran kontekstual yaitu tus–September 2017 tahun ajaran 2017/2018.
konstruktivisme. Marsitin (2013) menyatakan Angket kecemasan matematika diberi-
bahwa konstruktivisme mengarahkan siswa kan kepada siswa kelas terpilih (telah ditentu-
untuk meningkatkan pemahaman konsep kan oleh guru mitra). Indikator kelas terpilih
dengan menjadikan materi lebih bermakna adalah kelas dengan rata-rata nilai matema-
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Ke- tika paling rendah. Peneliti berasumsi bahwa
tiga, pembelajaran harus melibatkan siswa hal tersebut disebabkan karena tingkat kece-
secara aktif dan mandiri. Hal tersebut sesuai masan tinggi. Hasil angket yang telah dipero-
dengan salah satu komponen pembelajaran leh akan diurutkan berdasarkan kecemasan
kontekstual yaitu inkuiri. Inkuiri mendorong matematika yang dimiliki siswa yaitu 1) ke-
pengetahuan dan keterampilan yang dipero- lompok tinggi yaitu siswa dengan kecemasan
leh siswa bukan dari hasil menghafal secara matematika tinggi, 2) kelompok sedang yai-
pasif, melainkan hasil dari menemukan sen- tu siswa dengan kecemasan matematika se-
diri. Keempat, pembelajaran harus dikaitkan dang, 3) kelompok rendah yaitu siswa dengan
dengan situasi kehidupan nyata. Hal tersebut kecemasan matematika rendah. Angket ke-
sesuai dengan definisi pembelajaran konteks- cemasan matematika berisi butir-butir perny-
tual yang dijelaskan oleh Hidayati (2012). ataan yang mencerminkan kecemasan siswa
Berdasarkan beberapa cara mengatasi pada pembelajaran matematika.
kecemasan belajar matematika yang dikemu- Pengambilan satu siswa dilakukan pada
kakan oleh Denhere (2015), dapat disimpulkan tiap-tiap kecemasan matematika tinggi, se-
bahwa salah satu alternatif untuk mengatasi dang dan rendah untuk dijadikan dalam satu
kecemasan belajar matematika adalah pene- kelompok heterogen yang beranggotakan
rapan pembelajaran kontekstual. Siswa IPS enam siswa. Alasan peneliti memilih enam
dipilih secara khusus dalam penelitian ini ka- siswa karena jumlah anggota kelompok yang
rena Fitri, Helma & Syarifuddin (2014) menje- ideal. Sehingga tiga siswa digunakan sebagai
laskan beberapa hal sebagai berikut. 1) siswa fokus penelitian dan tiga siswa lain berperan
IPS mengalami kesulitan dalam mengaitkan sebagai anggota kelompok. Tiga siswa seba-
antar konsep-konsep matematika, 2) kurang- gai fokus penelitian dengan tingkat kecema-
nya ketertarikan dan keaktifan siswa IPS ter- san yang berbeda yaitu tinggi, sedang dan
hadap matematika, 3) siswa IPS menganggap rendah akan dipilih sebagai subjek penelitian.

UNNES JOURNALS
189 Syaiful Bakhri dkk , Kualitas Pembelajaran Kontekstual Siswa IPS Materi Program Linier yang memiliki...

THB dilaksanakan setelah proses pembelaja- kualitas pembelajaran adalah sebagai berikut.
ran kontekstual dilakukan yaitu pada petemu-
an keempat. THB ini bertujuan untuk menge- Tabel 1. Kriteria Skor Kualitas Pembelajaran se-
tahui tingkat ketuntasan berdasarkan KKM. cara Berkelompok
Pemberian angket respon siswa dilak- Kriteria skor Kualitas pembelajaran
sanakan setelah proses pembelajaran kon- 0% ≤ BST ≤ 55% Tidak berkualitas
tekstual dilakukan yaitu pada pertemuan 55% <BST ≤ 70% Kurang berkualitas
keempat. Alternatif lain seperti penerapan 70% <BST ≤ 85% Berkualitas
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan 85% <BST ≤ 100% Sangat berkualitas
sangat diperlukan untuk melihat hasil yang
lebih memuaskan jika dibandingkan dengan Sedangkan kualitas pembelajaran seca-
pembelajaran kontekstual. ra individu khususnya untuk siswa dengan ke-
Instrumen penelitian dirancang sede- cemasan matematika tinggi, sedang dan ren-
mikian hingga dapat digunakan untuk mem- dah akan dianalisis berdasarkan THB. Kriteria
peroleh data yang sesuai. Instrumen utama persentase skor untuk kualitas pembelajaran
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. secara individu diadaptasi dari penentuan ren-
Selain itu, instrumen yang digunakan dalam tang Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang ber-
penelitian ini adalah angket kecemasan ma- laku di Perguruan Tinggi khususnya di STKIP
tematika, RPPL, LKS, THB. masing-masing Al Hikmah Surabaya.
instrumen divalidasi oleh tiga validator ahli. Sehingga kriteria nilai skor untuk kuali-
Kualitas pembelajaran kontekstual den- tas pembelajaran yang digunakan dalam pen-
gan mempertimbangkan kecemasan belajar elitian ini adalah sebagai berikut.
matematika siswa IPS dianalisis berdasarkan
hasil THB yang telah dikerjakan oleh siswa. Tabel 2. Kriteria Skor Kualitas Pembelajaran
Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru secara Individu
mata pelajaran matematika SMA Negeri 21 Kriteria skor Kualitas pembelajaran
Surabaya, KKM untuk mata pelajaran mate- 0% ≤ BST < 60% Kurang berkualitas
matika di sekolah tersebut adalah 78. Oleh ka- 60% ≤ BST < 70% Cukup berkualitas
rena itu, KKM yang digunakan pada penelitian 70% ≤ BST< 85% Berkualitas
ini dapat dicapai jika skor yang diperoleh sis- 85% ≤ BST < 100% Sangat berkualitas
wa tersebut (KKM). Siswa dikatakan mampu
mencapai KKM (tuntas) apabila memperoleh HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai THB lebih dari atau sama dengan 78. Jika Kualitas pembelajaran dilihat dari THB.
siswa memperoleh nilai kurang dari 78 maka KKM disesuaikan dengan keadaan SMAN 21
siswa dikatakan belum mampu mencapai Surabaya yaitu 78. Dari dua puluh sembilan
KKM. Sehingga persentase banyaknya siswa siswa yang mengikuti THB, sebanyak sembi-
yang mencapai KKM (tuntas) dapat dihitung lan siswa telah mencapai KKM dan dua puluh
dengan cara: %BST adalah hasil bagi antara siswa belum mencapai KKM dengan persen-
banyaknya siswa yang tuntas dengan banya- tase banyaknya siswa yang mencapai KKM
knya siswa yang mengikuti Tes, dengan %BST adalah 31%. Menurut keterangan guru ma-
adalah persentase banyaknya siswa yang tun- tematika dan tiga siswa, hasil tersebut lebih
tas (BST). baik daripada THB matematika sebelumnya di
Mulyasa (2012) menyatakan bahwa kelas tersebut. Umumnya satu kelas matema-
pembelajaran dikatakan berhasil jika 85% sis- tika maksimal hanya dua siswa yang tuntas.
wa menunjukkan hasil yang baik. Pendapat Sehingga, hasil tersebut 24% lebih baik dari
tersebut diadaptasi sebagai pedoman dalam hasil yang diperoleh di kelas yang sama.
menentukan kriteria persentase nilai skor un- Berdasarkan analisis hasil THB, dipe-
tuk kualitas pembelajaran secara berkelom- roleh informasi bahwa mayoritas kesulitan
pok yaitu satu kelas. Indikator hasil belajar sis- siswa yang belum tuntas disebabkan karena
wa dikatakan baik jika telah mencapai KKM. lupa sesaat terhadap materi yang telah diberi-
Sehingga kriteria persentase nilai skor untuk kan setelah empat jam pelajaran sebelumnya

UNNES JOURNALS
Kreano 10(2) (2019): 168-192 190

belajar selain matematika. Mereka mengaku Kualitas pembelajaran kontekstual ma-


bahwa ketidaktuntasan THB dapat diatasi jika teri Program Linier dilihat dari tes hasil belajar
siswa belajar atau reviu sepuluh sampai lima (THB) yang dilaksanakan setelah pertemuan
belas menit sebelum mengerjakan THB. Oleh ketiga. Selain berpedoman pada hasil THB,
karena itu, sebelum memberikan soal remi- kualitas pembelajaran pada tingkat kecema-
di yang setara dengan THB, guru membahas san matematika berbeda juga dapat dilihat
kesalahan-kesalahan siswa ketika mengerja- berdasarkan kesalahan jawaban siswa pada
kan THB. Hasilnya sembilan belas siswa dapat setiap butir soal.
mengerjakan remidi dengan baik dan menda- Hasil THB KMT menunjukkan bahwa
pat nilai di atas KKM. Sedangkan satu siswa kecemasan matematika yang tinggi mem-
tidak dapat mengikuti remidi disebabkan izin. pengaruhi tingkat pemahaman siswa dalam
Berdasarkan wawancara, diperoleh in- memperoleh hasil THB yaitu 31. Lutfianto
formasi bahwa siswa AW dan ARD berturut- (2017) menyatakan bahwa Kecemasan mate-
turut mengaku mengalami kesulitan dalam matika yang cukup tinggi salah satu penye-
menggambar DHS dan mencari nilai opti- babnya adalah hasil belajar yang tidak sesu-
mum. Siswa lainnya dikarenakan lupa materi. ai dengan target pribadi. Sehingga kualitas
Berikut adalah faktor penyebab siswa tidak pembelajaran bagi subjek KMT terkategori
tuntas dalam mengerjakan THB. kurang berkualitas. Pendapat probadi subjek
Berdasarkan uraian siswa, dapat disim- KMT selaras dengan penelitian Anita (2014)
pulkan bahwa kualitas pembelajaran konteks- bahwa kecemasan matematika berbanding
tual materi Program Linier dapat disimpulkan terbalik dengan kemampuan koneksi mate-
kurang baik karena persentase banyaknya matis. Dalam hal yang lebih umum, semakin
siswa yang mencapai KKM hanya 31%. Santia cemas seorang anak, capaian pembelajaran-
(2015) menyatakan bahwa materi nilai opti- nya juga semakin rendah (Fariha, 2012; Apri-
mum ini termasuk materi yang sulit. Ragam liani dan Suyitno, 2016).
representasi siswa pada materi tersebut cu-
kup banyak. Rendahnya nilai sebenarnya me- Kualitas Pembelajaran Kontekstual
munculkan banyak arti, tidak semata-mata Materi Program Linier pada Siswa
pembelajaran kurang baik. Namun, berdasar- dengan Kecemasan Belajar Matema-
kan keterangan guru dan tiga siswa, hasil ter- tika Sedang (KMS)
sebut 24% lebih baik dari hasil yang diperoleh
di kelas yang sama. Meskipun KMS mengaku kurang me-
mahami materi, ia memperoleh hasil THB
Kualitas Pembelajaran Kontekstual tinggi yaitu 91. Hasil THB KMS menunjukkan
Materi Program Linier pada Siswa bahwa kecemasan matematika yang sedang
dengan Memiliki Kecemasan Belajar mempengaruhi tingkat pemahaman siswa
Matematika Tinggi (KMT) dalam memperoleh hasil THB yaitu 91. Hasil

Tabel 3. Hasil Pengerjaan KMT


Hasil pengerjaan KMT Nilai
Hanya mampu menuliskan kembali informasi yang diketahui. 5
Hanya mampu menuliskan sistem pertidaksamaan linier yang diberikan dan menuslikan 5
jawaban yang kurang relevan.
Hanya menggunakan metode uji titik pojok. tidak menggunakan metode garis selidik seb-
agaimana permintaan soal. Mengalami kesalahan dalam substitusi koordinat titik ke fungsi 8
objektif.
Hanya mampu menuliskan informasi yang disajikan. Menggunakan metode uji titik pojok
untuk menentukan keuntungan maksimum. Namun, tidak menggunakan prosedur yang 5
berurutan. Hanya menggunakan perhitungan coba-coba.
Hanya menyebutkan manfaat, belum mampu menyebutkan nilai-nilai karakter dari materi
8
Program Linier.

UNNES JOURNALS
191 Syaiful Bakhri dkk , Kualitas Pembelajaran Kontekstual Siswa IPS Materi Program Linier yang memiliki...

Tabel 4. Hasil Pengerjaan KMS


Hasil pengerjaan KMS Nilai
Menuliskan pemisalan banyaknya kamar dengan benar. Menuliskan jawaban dengan lengkap
15
dari pemodelan matematika hingga menyajikannya dalam bentuk tabel.
Dapat menuliskan jawaban secara berurutan dari menentukan titik potong garis, titik potong
20
kedua garis hingga menggambar DHS dengan benar.
Tidak menggunakan metode garis selidik sebagaimana permintaan soal. Hanya menggunakan
uji titik pojok. Namun KMS melakukan kesalahan saat menyimpulkan jawaban. KMS kurang
18
teliti memperhatikan informasi yang terdapat dalam soal yaitu diminta untuk menentukan
nilai minimum.
Dapat mengerjakan secara berurutan dan benar dari pemodelan matematika, menggambar
28
DHS hingga menentukan nilai optimum. Namun melakukan kesalahan pemisalan.
Mampu menuliskan nilai-nilai karakter yang diperoleh dari pembelajaran kontekstual materi
10
Program Linier yaitu kesabaran dan ketelitian.

yang diperoleh KMS, sesuai dengan Rosli- Kualitas Pembelajaran Kontekstual


na dan Rahmadi (2016) yang menunjukkan Materi Program Linier pada Siswa
adanya peningkatan hasil belajar siswa me- dengan Kecemasan Belajar Matema-
lalui pembelajaran kontekstual. Hal tersebut tika Rendah (KMR)
berdampak positif pada keberanian siswa da-
lam proses belajar mengajar. Siswa merasa Berdasarkan alasan yang diungkap
lebih memahami materi yang dihubungkan KMR saat remidi, KMR tidak belajar sebelum-
dengan kehidupan nyata. Oleh karena itu, ku- nya sehingga lupa beberapa materi. Hasil THB
alitas pembelajaran KMS terkategori sangat KMR menunjukkan bahwa kecemasan mate-
berkualitas. Hasil ini mengindikasikan kece- matika yang rendah mempengaruhi tingkat
masan yang relatif normal membuat siswa pemahaman siswa dalam memperoleh hasil
memiliki kekhawatiran dalam belajar mate- THB yaitu 71. Hal tersebut sesuai dengan teori
matika sehingga memiliki usaha maksimal stres sebagai stimulus dan respon. Gaol (2016)
untuk memahami materi. Dalam pembelaja- menyatakan bahwa stres berdampak positif
ran dengan soal-soal kontekstual, siswa cu- terhadap kinerja seseorang apabila sumber
kup nyaman dengan soal, karena istilah yang stres dalam kapasitas yang cukup dan seban-
digunakan dekat dengan mereka. Penelitian ding dengan kemampuan mengatasi stres.
ini mendekatkan siswa dengan soal, melalui Goal (2016) juga menambahkan stres
soal-soal kontekstual. Penelitian sebelumnya berdampak negatif jika kemampuan untuk
melaporkan hal yang serupa (Mustofa et al, mengatasi stres sedikit sebagaimana yang
2016; Kadir, 2013; Widjaja, 2013). dialami oleh KMR. Rendahnya kecemasan
matematika (stres) yang dialami menyebab-
kan KMR kurang memiliki kesempatan untuk

Tabel 5. Hasil Pengerjaan KMT


Hasil pengerjaan KMR Nilai
Mengalami kesalahan saat menuliskan pemisalan dan . Hanya memisalkan dan sebagai kamar
10
A dan B, bukan banyaknya kamar A dan B. Mengalami kesalahan penulisan fungsi objektif.
Penyelesaiannya kurang lengkap, tidak menuliskan proses eliminasi-substitusi sedemikian
18
hingga memperoleh titik potong antara dua pertidaksamaan linier serta DHS.
Tidak menggunakan metode garis selidik sebagaimana informasi dalam soal. Hanya meng-
20
gunakan metode uji titik pojok.
Kurang memahami informasi yang diberikan pada soal. Mengalami kesalahan saat pemisa-
lan dan sebagai sepatu pria dan wanita, mengalami kesulitan dalam membuat pemodelan
15
matematika. Mengalami kesulitan menggambar DHS berdasarkan pemodelan matematika
yang dibuat.
Memberikan tiga poin jawaban yang kurang mengarah ke nilai-nilai karakter. 8

UNNES JOURNALS
Kreano 10(2) (2019): 168-192 192

mengatasi stres. Hal ini menyebabkan kinerja Eksperimen pada Kelas X MAN Rukoh Kota Ban-
KMR kurang maksimal sehingga THB yang di- da Aceh). Jurnal Peluang, 1(2).
Fitri, F., Helma, & Syarifuddin, H. (2014). Penerapan
peroleh KMR tidak lebih baik dari KMS yang Strategi The Firing Line pada Pembelajaran
memiliki kesempatan mengatasi stres. Ken- Matematika Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1
dati demikian, kualitas pembelajaran KMR Batipuh. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1).
terkategori berkualitas. Gaol, N. T. L. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan
Transaksional. Jurnal Buletin Psikologi. 24(1).
Harahap, T. H. (2015). Penerapan Contextual Teaching
SIMPULAN and Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Kualitas pembelajaran kontekstual Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Ke-
materi Program Linier pada siswa kelas XI las VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelaja-
IPS diukur berdasarkan hasil THB secara kla- ran 2012/2013. Jurnal EduTech, 1(1).
Hidayati, W. S. (2010). Analisis Kesalahan Menyelesaikan
sikal. Ketuntasan klasikal berpedoman pada Soal Program Linier Siswa Kelas XI SMK Tribuana
KKM mencapai 31%, sehingga pembelajaran Jombang. Seminar Nasional Pendidikan Matema-
dikategorikan tidak berkualitas. Namun, tika dan Statistika.
hasil tersebut lebih tinggi daripada kualitas Hidayati, Y. M. (2012, Februari). Pembelajaran Pen-
jumlahan Bilangan Pecahan dengan Metode
pembelajaran yang umumnya terjadi di ke-
Contextual Teaching and Learning (CTL) di SD
las yang sama. Jika diperhatikan dari tingkat Muhammadiyah Program Khusus, Kota Barat,
kecemasan matematika siswa, maka pembe- Surakarta. Jurnal Penelitian Humaniora, 13(1).
lajaran meraih kategori sangat berkualitas Kadir, A. (2013). Konsep pembelajaran kontekstual di
bagi siswa dengan kecemasan matematika sekolah. Dinamika ilmu, 13(1).
Lutfianto, M. (2017, April). Penilaian Kecemasan
tingkat sedang. Sementara bagi siswa dengan Matematika pada Mahasiswa Matematika Ber-
kecemasan matematika rendah, pembelaja- beasiswa Penuh. Jurnal Edukasi, 3(1).
ran terkategori berkualitas. Sedangkan bagi Marsitin, R. (2013). Pendekatan Konstruktivisme pada
siswa dengan kecemasan matematika tinggi, Metode Diskusi. Jurnal Inspirasi Pendidikan.
Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: PT. Rema-
pembelajaran terkategori kurang berkuali-
ja Rosdakarya.
tas. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat Mustofa, Z., Susilo, H., & Al Muhdhar, M. H. I. (2016).
tertentu, kecemasan matematika dalam bela- Penerapan model pembelajaran problem based
jar diperlukan untuk meraih kualitas pembe- learning melalui pendekatan kontekstual ber-
lajaran tinggi. Kecemasan matematika dalam basis lesson study untuk meningkatkan kemam-
puan memecahkan masalah dan hasil belajar
kapasitas cukup dapat meningkatkan kinerja kognitif siswa SMA. Jurnal Pendidikan: Teori,
seseorang sehingga memiliki persiapan bela- Penelitian, Dan Pengembangan, 1(5), 885-889.
jar lebih. Pradeep, R. (2011). A Study of Mathematics Anxiety
Amongst Primary Pre-service Teachers Enrolled
DAFTAR PUSTAKA in a Dutch Teacher Training Program. Thesis. Am-
Anita, I. W. (2014). Pengaruh kecemasan matematika sterdam: Universiteit Van Amsterdam.
(mathematics anxiety) terhadap kemampuan Purwanto, Y., & Rizki, S. (2014). Pengembangan Bahan
koneksi matematis siswa SMP. Infinity Journal, Ajar Berbasis Kontekstual pada Materi Himpu-
3(1), 125-132. nan Berbantu Video Pembelajaran. Jurnal Pendi-
Apriliani, L. R., & Suyitno, H. (2016). Kemampuan ber- dikan Matematika, 4(1).
pikir kreatif matematis berdasarkan kecemasan Roslina, & Rahmadi. (2016). Pembelajaran Contextual
matematika pada pembelajaran creative prob- Teaching and Learning Materi Perbandingan
lem solving berteknik SCAMPER. Unnes Journal pada Siswa MTs Negeri 2 Banda Aceh. Jurnal Di-
of Mathematics Education Research, 5(2), 131- daktik Matematika.
138. Santia, I. (2015). Representasi siswa SMA dalam mem-
Astuti, W. D. (2016, Juli). Pengembangan Bahan Ajar ecahkan masalah nilai optimum berdasarkan
dengan Pendekatan Project Based Learning gaya kognitif fild independent dan field depen-
pada Materi Program Linear untuk Siswa Kelas X dent. Jurnal Math Educator Nusantara: Wahana
SMK. Jurnal Pendidikan Matematika. Publikasi Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan
Denhere, C. (2015). Casual Attributions of Maths Anxiety Matematika, 1(1).
Among Zimbabwean Secondary School – Learn- Widjaja, W. (2013). The Use of Contextual Problems to
ers. International Journal of Academic Research Support Mathematical Learning. Indonesian
and Reflection, 3(1). Mathematical Society Journal on Mathematics
Fariha, M. (2012). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Education, 4(2), 157-168.
dan Kecemasan Matematika dalam Pembelaja-
ran dengan Pendekatan Problem Solving (Studi

UNNES JOURNALS

Anda mungkin juga menyukai