Anda di halaman 1dari 9

LEARNING JURNAL

Mata Pelatihan : ANTI KORUPSI


Widyaisuara : Dr. Kondrad Sawang, M.Pd.
Nama Peserta : NINA JAYANTI
DNH : 339/LATSAR-CPNS-BL/III/XXXIV/2021
Kelompok : 2
Lembaga Penyelenggara : BPSDM Provinsi Kalimantan Tengah
Pelatihan
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nyalah saya Peserta Pelatihan Dasar Angkatan 8,
Gelombang XXXIV, Kelompok 2 - Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau
dapat menyelesaikan Tugas makalah ini tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Jurnal Learning yang
diberikan oleh Bapak Dr. Kondrad Sawang, M.Pd. selaku Coach dengan
judul Tugas ANTI KORUPSI.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Kondrad
Sawang, M.Pd selaku Coach Latihan Dasar Kelompok 2 atas bimbingan
dan arahannya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah
ini.

Palangka Raya, 8 Oktober 2021


Penulis,

Nina Jayanti
A. Latar Belakang
Bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan
mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu
dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional,
netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang ASN
pada Pasal 1 angka 1, berbunyi : “Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
Pegawai ASN berfungsi sebagai :
1) Pelaksana kebijakanpublik;
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa.1

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi Tugas
yang diberikan oleh Coach/Widyaisuara Bapak Dr. Kondrad Sawang,
M.Pd, yang merupakan Tugas Individu Mata Pelatihan Anti Korupsi.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan adalah untuk:
1) Memahami nilai-nilai dasar Anti Korupsi serta
mengaktualisasikannya; dan

1
LANRI. 2015. Akuntabilitas Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I dan
II, Edisi Tahun 2015. Jakarta: Reka Cetak. Hlm. 1
2) Kemampuan mewujudkan sikap Anti Korupsi dalam
melaksanakan tugas jabatan yang diemban .

D. Pokok Pikiran atau Konsep Anti Korupsi


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Carruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata
asalnya, korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa,
salah satu alasannya adalah kerena dampaknya yang luar biasa
menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun
dapat berdampak secara jangka panjang.
Di Indonesia, banyak kita saksikan berita-berita terkait korupsi
ditelevisi, media online secara umumnya, bahkan secara khusus kita
secara tidak langsung sering melihat tindakan-tindakan yang
mengarah pada nilai-nilai korupsi, contoh kecil misalnya: korupsi
waktu saat masuk kantor atau terlambat datang ke kantor, pulang
cepat sebelum waktunya, itu adalah salah satu contoh kecil sehari-
hari yang dapat kita jumpai. Ada juga contoh lainnya seperti
pungutan liar sering disingkat dengan pungli, dan lain sebagainya.
Berdasarkan UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No 20 tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, memuat tujuh
kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari:
1) Kerugian keuangan negara;
2) Suap-menyuap;
3) Pemerasan;
4) Perbuatan curang;
5) Penggelapan dalam jabatan;
6) Benturan kepentingan dalam pengadaan; dan
7) Gratifikasi.
Pengertian Korupsi menurut Pasal 2 ayat (1)
berbunyi: “Korupsi adalah perbuatan untuk memperkaya diri sendiri
atau korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian
negara”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah kegiatan
yang secara melawan hukum merugikan negara untuk memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau korporasi sehingga dapat dikatakan
perbuatan tindak pidana.
Sedangkan tindak pidana adalah suatu perbuatan yang
diancam dengan pidana oleh undang-undangm bertentangan
dengan hukum, dilakukan dengan kesalahan oleh seseorang yang
mampu bertanggung-jawab.
Setiap individu dan organisasi perlu mencapai keutuhan
pribadi, organisasi, pilar dan bangsa, yang tercermin dalam
implementasi nilai-nilai luhur bangsa dalam kehidupan seharihari
termasuk pada saat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam
organisasi, sehingga tujuan organisasi maupun pribadi tercapai
dengan cara-cara yang bermoral/berakhlak.
Nilai yang dianut setiap individu yang terimplementasikan
dalam perilaku sehari-hari secara otomatis akan membentuk nilai-
nilai organisasi/kelompok masyarakat yang pada gilirannya akan
berkontribusi dalam membangun nilai nasional. Nilai nasional
merupakan nilai luhur bangsa yang selalu disesuaikan dengan
kebutuhan situasi dan perkembangan zamannya.
Sedangkan apabila dilihat dari sebab-sebab mengapa korupsi
itu terjadi ada 3 (tiga) aspek yaitu:
a) Aspek Individu Pelaku:
- sikap tamak dan tidak puas dengan penghasilan yang ada;
- Moral dan iman yang lemah tidak dapat menahan godaan
hawa nafsu; dan
- Merasa penghasilan kurang mencukupi kebutuhan yang
wajar.
b) Aspek Organisasi:
- Kurangnya teladan dari pemimpin;
- Tidak adanya kultur organisasi yang mendukung kebenaran;
dan
- Manajemen yang menutupi korupsi di dalam organisasinya.
c) Aspek Masyarakat:
- Adanya nilai -nilai di dalam masyarakat yang kondusif
terjadinya korupsi (contoh: Permisif, apatis dan adat).

Sehingga untuk menangkal sebab-sebab tersebut dibutuhkan


nilai-nilai dasar yang mumpuni, nilai dasar anti korupsi tersebut
mencakup 10 (sepuluh) nilai dasar yakni, sebagai berikut:
1) Jujur;
2) Peduli;
3) Mandiri;
4) Disiplin;
5) Tanggung jawab;
6) Kerja keras;
7) Sederhana;
8) Berani;
9) Adil; dan
10) Religiusitas.
Jujur diartikan sebagai perbuatan tidak berbohong, lurus, dan
tidak curang. Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi
landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang.
Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta
tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Perilaku
menyontek, plagiarisme, dan titip absen merupakan manifestasi
ketidakjujuran, dapat memunculkan perilaku korupsi. Persoalan
ketidakjujuran tersebut merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan
dan perlu perhatian serius.
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang, ketekunan,
dan konsisten untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam
menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan
kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Manfaat dari
hidup yang disiplin adalah siswa dapat mencapai tujuan hidupnya
dengan waktu yang lebih lain percaya. Hal tersebut merupakan
sebuah pembelajaran yang sederhana namun akan berdampak luar
biasa kedepannya, seperti kata pepatah sedikit demi sedikit lama-
lama menjadi bukit, begitu pula apabila kebiasaan buruk dibiarkan
maka kejahatan yang lebih besar dapat dilakukan.
Tanggung jawab adalah keadaan seseorang untuk berani
menanggung segala sesuatunya atau resiko yang akan
menimpanya. Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk
melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia.
Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.
Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun
sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak
proporsional dan tidak melanggar hukum. Pribadi dengan karakter
yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai
dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan
lebih dari apa yang ia sudah upayakan.
Berani Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki
keberanian untuk menyatakan kebenaran, termasuk berani
mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan berani menolak
kejahatan. Ia tidak akan menoleransi adanya penyimpangan dan
berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri
sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-
teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal
yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi serta tidak gentar jika
ditinggalkan temannya sendiri kalau ternyata mereka mengajak
kepada halhal yang menyimpang.
Peduli berarti memperhatikan, adanya perasaan iba, atau
simpati. Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang
memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi
akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih
terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan
membutuhkan uluran tangan.
Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya
hasil yang sesuai dengan target. Kerja keras dapat diwujudkan oleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam melakukan
sesuatu menghargai proses bukan hasil semata, tidak melakukan
jalan pintas, belajar dan mengerjakan tugas-tugas akademik dengan
sungguhsungguh.
Kesederhanaan Pribadi yang berintegritas tinggi adalah
seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Dengan
gaya hidup sederhana, seseorang dibiasakan untuk tidak hidup
boros yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Siswa dapat
menerapkan nilai kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari, baik
di sekolah maupun di luar sekolah. Misalnya, dengan hidup sesuai
dengan kebutuhan, tidak suka pamer kekayaan, dan sebagainya.
Mandiri Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang untuk menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada
orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang dapat
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.
Dari ke 10 nilai dasar anti korupsi itu, yang tidak kalah penting
ialah nilai religiusitas, kenapa demikian karena kita ketahui ada enam
agama atau kepeprcayaan yang diakui oleh Negara, yaitu Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu chu. Dari kesemuanya
itu, tidak ada agama yang mengajarkan bahwa sikap atau perbuatan
korupsi itu baik, semua agama tidak ada mengajarkan akan hal
tersebut. Oleh sebab itu, penanaman nilai-nilai agama lah yang lebih
harus ditingkatkan dari mulai pendidikan kanak-kanak, di rumah, di
sekolah, remaja, tua dan muda, bahakan di kantor atau tempat
bekerja sekalipun.
Kemudian peran keluarga sebagai organisasi terkecil di
masyarakat itulah dasar pondasi pencegahan anti korupsi yang
sesungguhnya tentang menanamkan nilai-nilai agama, yang
mengajarkan larangan dan kewajiban dari masing-masing agama
tersebut.

E. Penerapan Nilai Anti Korupsi


Adapun penerapan dari nilai anti korupsi ini, dilingkungan kerja
atau instansi tempat bekerja, dapat dilakukan seperti di bawah ini:

1) Datang dan pulang ke kentor atau tempat bekerja lebih awal dan
pulang sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dimana itu
adalah aturan yang harus dijalankan sebagai seorang ASN;

2) Bekerja dengan sungguh-sungguh, memiliki integritas tinggi dalam


tugas pokok dan fungsi (tupoksi);

3) Menanamkan nilai-nilai dasar anti korupsi dalam hati, pikiran,


tingkah laku dan perbuatan sehari-hari yatitu: bersifat jujur, peduli,
mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, hidup sederhana,
berani, adil, dan religiusitas;

4) Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai benteng


pertahanan, misalkan: tidak berbohong, tidak boros, hidup memilih
untuk sederhana dalam berpakaian; dan

5) Menjunjung tinggi nilai yang terkandung dalam Pancasila dan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Anda mungkin juga menyukai