Anda di halaman 1dari 34

“PERAN APARATUR SIPIL NEGARA DALAM PENERAPAN PELAYANAN

PUBLIK, WHOLE OF GOVERNMENT DAN MANAJEMEN APARATUR SIPIL


NEGARA PADA BADAN PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAN ASET DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU”

Disusun oleh :

Nama : NINA JAYANTI


Kelompok : 2
Angkatan : XXXIV
Golongan : III
Gelombang : 8

Widyaisuara/Coach :
Dr. KONDRAD SAWANG, M.Pd.

PESERTA PELATIHAN DASAR


PEMERINTAH KABUPATEN PULANG PISAU
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2021
Daftar Isi
hal
Halaman cover i
Daftar Isi Ii
Kata Pengantar Iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
BAB II Kedudukan dan Peran Aparatur Sipil Negara
A. Whole of Government
B. Pelayanan Pubik
C. Manajemen Aparatur Sipil Negara
BAB III Peran Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik, Whole Of
Government dan Manajemen Aparatur Sipil Negara Pada Badan
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Pulang Pisau
A. Susunan Organisasi dan Fungsi BPPKAD Kabupaten
Pulang Pisau
1. Susunan Organisasi BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau
2. Fungsi BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau
B. Penerapan Prinsip Pelayanan Publik di BPPKAD Kabupaten
Pulang Pisau
C. Penerapan Konsep Whole of Government di BPPKAD
Kabupaten Pulang Pisau
D. Penerapan Kedisiplinan di BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
Daftar Pustaka
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan
Rahmat-Nyalah saya Peserta Pelatihan Dasar Gelombang 8, Angkatan XXXIV,
Kelompok 2, Golongan III pada Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau dapat
menyelesaikan Tugas makalah ini tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Agenda 3 yaitu Kedudukan
dan Peran Aparatur Sipil Negara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diberikan oleh Bapak Dr. Kondrad Sawang, M.Pd. selaku widyaisuara
sekaligus coach dengan judul: Peran Aparatur Sipil Negara Dalam
Penerapan Pelayanan Publik, Whole Of Government dan Manajemen
Aparatur Sipil Negara Pada Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Pulang Pisau”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Kondrad Sawang,
M.Pd selaku Coach Latihan Dasar Kelompok 2 atas bimbingan dan arahannya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, Oktober 2021


Penulis,

Nina Jayanti
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pancasila merupakan sumber ideologi
bangsa Indonesia dan merupakan sumber dari segala sumber hukum yang
ada. Dalam Pembukaan UUD 1945 juga memuat cita-cita bangsa Indonesia
yang dituangkan dalam alineanya yang ke- 4 yaitu “... untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Sejak diploklamirkannya kemerdekaan Bangsa Indonesia, 76 tahun
yang silam, sejak saat itu lah negara Indonesia baik secara de facto dan de
jure telah merdeka dan bebas dari penjajahan serta diakui keberadaannya
di mata dunia.
Indonesia memiliki berbagai macam suku, agama, ras, dan golongan
sehingga muncul lah semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya
berbeda-beda tetap satu jua. Kesemua perbedaan itu telah di lebur menjadi
satu, dilebur ke dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berdasarkan nilai-nilai Pancasila setiap tindakan, perbuatan dan
tingkah laku masyarakat bersumber pada hukum atau peraturan perundang-
undangan itu sendiri, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis
(berupa kebiasaan, ataupun adat istiadat suatu daerah tertentu).
Hingga saat ini pada era Industri 4.0, semua sistem telah terdigitalisasi,
siap atau tidak kita telah hidup di era serba digitalisasi, ditambah lagi
adanya pengaruh wabah Covid -19 (Corona Virus Disease) yang melanda
seluruh dunia tentunya mempengaruhii setiap aspek kehidupan, tidak
terkecuali dalam dunia pemerintahan, bahkan ada yang bekerja dari rumah
(work frim home) yang memaksa semua harus serba digital.
Maka oleh sebab itulah, ASN dituntut untuk lebih cerdas dan aktif
namun juga memiliki wawasan kebangsaan yang luwes dan berperilaku
bela negara serta mampu menjadi cerminan bagi masyarakat, bangsa dan
negara.
Menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan bagian dari bangsa
Indonesia, yang tak dapat dipisahkan dari pemerintahannya dan selaku
pelayan masyarakat haruslah tunduk kepada hukum, serta menjalankan
sikap perilaku yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, Bela Negara,
Nasionalisme, berjiwa patriot dan bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme), serta mampu memberikan pelayanan kepada setiap lapisan
masyarakat tanpa memandang golongan, agama, suku, dan ras.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, (Pasal 1 ayat 1)
pengertian Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah
profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
ASN merupakan atribut dari sebuah pemerintahan yang demokratis,
yang secara garis besar jalannya roda pemerintahan berada ditangan
eksekutif (pemerintahan) selain lembaga legislatif yang berfungsi sebagai
legislasi atau perancang peraturan perundang-undangan, dimana ada
negara pastilah disitu ada pelayan masyarakat karena sifatnya adalah
pelaksana peraturan perundang-undangan.
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pegawai
ASN berfungsi sebagai :
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa.1
Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
merupakan organisasi perangkat daerah di lingkungan kabupaten Pulang
Pisau tempat dimana penulis bekerja sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil

1
LANRI. 2015. Akuntabilitas Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II,
Edisi Tahun 2015. Jakarta: Reka Cetak. Hlm. 1
(CPNS), yang mengabdi dan mengaplikasikan setiap ilmu yang dimiliki
kemudian berperan serta dalam rangka membangun pemerintah kabupaten
Pulang Pisau di Bidang Aset Daerah pada khususnya, dan mengabdi
kepada bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka, penulis ingin menggali dan
mendapatkan pengetahuan terkait judul “Peran Aparatur Sipil Negara
Dalam Penerapan Pelayanan Publik, Whole Of Government dan
Manajemen Aparatur Sipil Negara pada Badan Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Pulang Pisau” dalam tugas
penulisan makalah kali ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diangkat yaitu sebagai berikut:
1) Bagaimanakah Penerapan Prinsip Pelayanan Publik di BPPKAD
Kabupaten Pulang Pisau ?
2) Bagaimanakah Penerapan Konsep Whole of Government di
BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau?
3) Bagaimanakah Penerapan Kedisiplinan di BPPKAD Kabupaten
Pulang Pisau ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh Bapak Dr. Kondrad Sawang, M.Pd selaku
Widyaisuara sekaligus Coach, sebagai salah satu Tugas Pertama Individu
dalam Blended Learning Pelatihan Dasar (Latsar), Modul Agenda III :
Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI.
Sedangkan yang menjadi manfaat penulisan ini, yaitu sebagai berikut:
1) Mengetahui dan memahami peran ASN dalam penerapan prinsip
pelayanan publik di BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau;
2) Mengetahui dan memahami peran ASN dalam peranan konsep
Whole of Government di BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau; dan
3) Mengetahui dan memahami sejauhmana penerapan kedisiplinan
ASN di BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau.
BAB II
KEDUDUKAN DAN PERAN APARATUR SIPIL NEGARA

A. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah,
dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. (Lembaga Administrasi Negara:
1998).2
Sedangkan definisi yang saat ini menjadi rujukan utama dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana termuat dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.3
Beberapa definisi lain dari pelayanan publik yang banyak digunakan
dalam adalah:4
1) Lovelock, Christoper H, 1991:7, mengatakan bahwa ”service adalah
produk yang tidak berwujud, berlangsung sebentar dan dirasakan
atau dialami” Artinya service merupakan produk yang tidak ada wujud
atau bentuknya sehingga tidak ada bentuk yang dapat dimiliki, dan
berlangsung sesaat atau tidak tahan lama, tetapi dialami dan dapat
dirasakan oleh penerima layanan.
2) Davit Mc Kevitt; dalam bukunya Managing Core Public Services
(1998), membahas secara spesifik mengenai inti pelayanan publik
yang menjadi tugas pemerintah dan pemerintah daerah, menyatakan

2
Erwan Agus Purwanto, etc.. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Pelayanan Publik.
Jakarta:LAN RI. hal 8.
3
Ibid.
4
Ibid. hal 9.
bahwa “Core Public Services maybe defined as those sevices which
are important for the protection and promotion of citizen well-being,
but are in are as where the market is in capable of reaching or even
approaching a socially optimal state; heatlh, education, welfare and
security provide the most obvious best know example”.
Dari beberapa pengertian pelayanan publik yang diuraikan tersebut,
maka pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian layanan atau
melayani keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan
kepada penerima pelayanan
Dengan demikian, terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik,
yaitu unsur pertama, adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik,
unsur kedua, adalah penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat
atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan
yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Serta aparatur Pemerintah ditempatkan untuk menjalankan fungsi di
samping sebagai abdi negara, juga sebagai abdi masyarakat (public
servant). Dalam konteks ini, kegiatan pelayanan umum merupakan
perwujudan dan penjabaran dari tugas dan fungsi aparatur Pemerintah
dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan maupun
pembangunan.
1. Prinsip-prinsip Pelayanan Publik
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya;
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti:
persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus
diberi akses yang sebesarbesarnya untuk mempertanyakan dan
menyampaikan pengaduan apabila mereka merasa tidak puas
dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah;
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang
mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi
wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat yang
menduduki posisi sebagai agen;
d. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti:
status sosial, pandangan politik, enisitas, agama, profesi, jenis
kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya;
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip
mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut
masuk akal dan mudah untuk dipenuhi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat
konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka
panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan
prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang
murah;
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti
fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat,
gampang ditemukan, dan lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti
non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh
warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu
semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggung-jawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih tinggi secara vertikal)
akan tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secara
terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik baik cetak
maupun elektronik. Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian
sering disebut sebagai social accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting
adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan
oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu penyelenggaraan
pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi
kelompok rentan dan 35 Pelayanan Publik mampu menghadirkan
rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan
kelompok yang kuat.

2. Pola pikir ASN sebagai Pelayanan Publik


Menyangkut Pola pikir ASN diutarakan pelayanan publik
diselenggarakan ke dalam 4 hal, sebagai berikut :
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat
konstitusi. Dengan demikian menjadi kewajiban pemerintah untuk
menyelenggarakannya baik dilakukan sendiri (oleh birokrasi
pemerintah) maupun bekerja sama dengan sektor swasta;
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh
warga negara. Artinya, para birokrat penyelenggara pelayanan publik
harus paham bahwa semua fasilitas yang mereka nikmati (gedung,
peralatan, gaji bagi ASN, protokoler, dsb.) dibayar dengan pajak yang
dibayarkan oleh warga negara;
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai
hal-hal yang strategis bagi kemajuan bangsa di masa yang akan
datang. Karena sifatnya yang demikian, sebagai seorang ASN
Saudara harus paham bahwa kegagalan dalam berkontribusi untuk
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas akan berakibat
pada kegagalan kita sebagai bangsa dalam mewujudkan cita-cita
bersama; dan
d. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga
berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi warga negara
(proteksi).
Kemudian Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Aparatur
Sipil Negara, ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai
berikut:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada
pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.

B. Whole of Government
Dalam penerapannya, Whole of Government (WoG) dilakukan dalam
lingkup pelayanan publik. Pelayanan publik yang dilakukan pemerintah
dalam bentuk penyediaan barang dan jasa merupakan kebutuhan
masyarakat.
Whole of Government adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang mengoptimalkan upaya kolaboratif dalam ruang lingkup
koordinasi dari keseluruhan sektor dengan maksud untuk mencapai tujuan
pembangunan bersama dan pemerintahan yang terintegrasi dalam
pemecahan sebuah isu yang muncul.
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuantujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait
dengan urusan-urusan yang relevan. 5
Pendekatan WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang terutama di
negara-negara Anglo-Saxon seperti Inggris, Australia dan Selandia Baru. Di
Inggris, misalnya, ide WoG dalam mengintegrasikan sektorsektor ke dalam
satu cara pandang dan sistem sudah dimulai sejak pemerintahan Partai
Buruhnya Tony Blair pada tahun 1990-an dengan gerakan modernisasi
program pemerintahan, dikenal dengan istilah „joined-up government‟
(Bissessar, 2009; Christensen & L\a egreid, 2006). Di Australia, WoG
dimotori oleh Australian Public Service (APS) dalam laporannya berjudul
Connecting Government: Whole of Government Responses to Australia's
Priority Challenges pada tahun 2015. Namun demikian WoG bukanlah
sesuatu yang baru di Australia. Fokus pendekatan pada kebijakan.
pembangunan dan pemberian layanan publik. Sementara di Selandia Baru
WoG juga dikembangkan melalui antara lain integrasi akunting
pemerintahan, pengadaan barang dan jasa, ICT, serta sektor-sektor
lainnya.6
Definisi WoG yang dinyatakan dalam laporan APSC sebagai:
“[it] denotes public service agencies working across portfolio
boundaries to achieve a shared goal and an integrated government
response to particular issues. Approaches can be formal and informal.
They can focus on policy development, program management and
service delivery” (Shergold & others, 2004).
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor
guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah
terhadap isu-isu tertentu. Untuk kasus Australia berfokus pada tiga hal yaitu
pengembangan kebijakan, manajemen program dan pemberian layanan. 7
Dari definisi ini diketahui bahwa WoG merupakan pendekatan yang
menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral

5
Yogi Suworno, etc.. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Whole of Government.
Jakarta:LAN RI. hal 6.
6
Ibid.
7
Ibid. hal 8.
yang selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa
dilakukan dalam pelembagaan formal atau pendekatan informal. 8
Definisi lain yang juga mempunyai kesamaan fitur dari United States
Institute of Peace (USIP) menjelaskannya sebagai berikut:
“An approach that integrates the collaborative efforts of the
departments and agencies of a government to 4 Whole of Government
achieve unity of effort toward a shared goal. Also known as
interagency approach. The terms unity of effort and unity of purpose
are sometimes used to describe cooperation among all actors,
government and otherwise” (“Whole-of-government approach |
Glossary of Terms for Conflict Management and Peacebuilding,” n.d.).
Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian
upaya-upaya kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai
tujuan-tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama
antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya. 9
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya
merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor,
tetapi juga penekanan pada kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan
bersama.
Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik
pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor
dari seluruh sektor dalam pemerintahan.10
Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor dalam
menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan
yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan
keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi
lebih banyak menekankan pada pencapaian tujuan, proses integrasi
institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi
hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang relevan. 11
1. Praktek WoG dalam Pelayanan Publik
8
Ibid.
9
Ibid. hal 9.
10
Ibid.
11
Ibid. hal 10.
Praktek WoG dalam pelayanan publik dlakukan dengan
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis
pelayanan publik yang dikenal yang dapat didekati oleh pendekatan
WoG adalah:12
a. Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen
resmi yang dibutuhkan warga masyarakat. Dokumen yang dihasilkan
bisa meliputi KTP, status kewarganegaraan, status usaha, surat
kepemilikan, atau penguasaan atas barang, termasuk dokumen-
dokumen resmi seperti SIUP, ijin trayek, ijin usaha, akta, kartu tanda
penduduk, sertifikat tanah, dan lain sebagainya. Praktek WoG dalam
jenis pelayanan administrasi dapat dilihat dalam praktek-praktek
penyatuan 8 Whole of Government penyelenggaraan izin dalam satu
pintu seperti PTSP atau kantor SAMSAT.
b. Pelayanan Jasa
Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan
warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
perhubungan, dan lainnya.
c. Pelayanan Barang
Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga
massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon,
listrik, air bersih, dan seterusnya.
d. Pelayanan Regulatif
Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-
undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat.
2. Asas-asas terkait dengan Implementasi WoG
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
telah ditetapkan asasasas umum penyelenggaraan negara, yang harus

12
Ibid. hal24.
menjadi acuan dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan
negara oleh Aparatur Negara antara lain yaitu:
1) Asas Kepastian Hukum;
2) Asas Kepentingan Umum;
3) Asas Akuntabilitas;
4) Asas Proporsionalitas;
5) Asas Profesionalitas;
6) Asas Keterbukaan;
7) Asas Efisiensi; dan
8) Asas Efektifitas.
Sedangkan berdasarkan UU No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, asas dalam penyelenggaraan administrasi
pemerintahan terdiri atas:
1) Asas Legalitas
Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan mengedepankan dasar
hukum dari sebuah Keputusan dan/atau Tindakan yang dibuat oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
2) Asas Pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia
Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan, Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan tidak boleh melanggar hak-hak dasar Warga
Masyarakat sebagaimana dijamin dalam UUD 1945
3) Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB)
Prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi
Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau
Tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
AUPB terdiri atas :
a. kepastian hukum;
b. kemanfaatan;
c. ketidakberpihakan;
d. kecermatan;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan;
f. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan
h. pelayanan yang baik.

C. Manajemen Aparatur Sipil Negara


Sebagai salah satu sumber daya dalam pemerintahan, Aparatur Sipil
Negara (ASN) mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,
demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan
pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan
Undang Undang Dasar Tahun 1945.
1. Kedudukan ASN
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS) PNS merupakan warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk
pegawai secara nasional.
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) PPPK
adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan perundang-
undangan.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara
yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi
Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik.
Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus
partai politik. Selain untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai
politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan
dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian,
pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri.
Namun demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Kesatuan
bagi ASN ini sangat penting, mengingat dengan adanya
desentralisasi, otonomi daerah dan sering muncul isu putra daerah
yang menyebabkan perkembangan birokrasi menjadi stagnan di
daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan
bangsa.
2. Peran ASN
Pegawai ASN memiliki peran sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik, Pegawai ASN
memiliki fungsi sebagai:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN memiliki 3 (tiga) tugas yakni sebagai
berikut:
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam hal ini, ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas serta mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan
oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk professional
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. Selain
itu, ASN juga senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta
senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU
ASN disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan kebijakan
manajemen ASN, salah satu diantaranya asas persatuan dan
kesatuan. ASN harus selalu mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa (kepentingan bangsa dan
Negara di atas segalanya).
3. Hak dan Kewajiban ASN
Secara ringkas, meskipun PNS dan PPPK menduduki jabatan dan
melaksanakan tugas pemerintahan, terdapat beberapa perbedaan yang
dapat dilihat pada tabel dibawah:
TABEL 1. Perbandingan PNS dan PPPK
No PNS PPPK
1. Manajemen PNS terdiri dari: Manajemen PPPK terdiri dari:
penetapan pegawai; pengadaan; penetapan pegawai; pengadaan;
pangkat dan jabatan; penilaian kinerja; penggajian dan
pengembangan karir; pola karir; tunjangan; pengembangan
promosi; mutasi; penilaian kompetensi; pemberian
kinerja; penggajian dan penghargaan; disiplin; pemutusan
tunjangan; penghargaan; disiplin; hubungan perjanjian kerja; dan
pemberhentian; jaminan pensiun perlindungan.
dan jaminan hari tua; dan
perlindungan.
2. Dapat menduduki seluruh jabatan Hanya dapat menduduki Jabatan
ASN Fungsional, Jabatan Pimpinan
Tinggi (JPT) Utama dan Madya
tertentu serta jabatan lain yang
bukan merupakan jabatan
struktural tetapi menjalankan
fungsi manajemen di instansi
pemerintah kecuali JPT utama dan
madya di bidang rahasia negara,
pertahanan, keamanan,
pengelolaan aparatur negara,
kesekretariatan negara,
pengelolaan sumber daya alam.
3. Berusia paling rendah 18 Berusia paling rendah 20 (dua
(delapan belas) tahun dan paling puluh) tahun dan paling tinggi 1
tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun (satu) tahun sebelum batas usia
pada saat melamar. tertentu pada jabatan yang akan
dilamar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
4. Melalui seleksi administrasi, Melalui seleksi administrasi dan
seleksi kompetensi dasar dan seleksi kompetensi.
seleksi kompetensi bidang.
5. Menjalani masa percobaan Tidak menjalani masa percobaan.
selama 1 (satu) tahun.
6. Berstatus sebagai pegawai tetap. Diangkat dengan Perjanjian Kerja
untuk jangka waktu tertentu
(paling singkat 1 tahun) dalam
rangka melaksanakan tugas
pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah
dan ketentuan
perundangundangan.
7. Memiliki Nomor Induk Pegawai Memiliki Nomor Induk PPPK.
secara Nasional.
8. Memiliki hak terhadap gaji, Memiliki hak terhadap gaji dan
tunjangan, dan fasilitas; cuti; tunjangan; cuti; perlindungan; dan
jaminan pensiun dan jaminan hari pengembangan kompetensi.
tua; perlindungan; dan
pengembangan kompetensi.
9. Bentuk perlindungan yang Bentuk perlindungan yang
diperoleh berupa jaminan diperoleh berupa jaminan hari tua;
kesehatan; jaminan kecelakaan jaminan kesehatan; jaminan
kerja; jaminan kematian; dan kecelakaan kerja; kematian; dan
bantuan hukum. bantuan hukum.
10 Cuti terdiri atas cuti tahunan; cuti Cuti terdiri atas cuti tahunan; cuti
. besar; cuti sakit; cuti melahirkan; besar; cuti sakit; cuti melahirkan;
cuti karena alasan penting; cuti dan cuti bersama.
bersama; dan cuti di luar
tanggungan negara.
melaksanakan tugas
11 Setiap PNS memiliki hak dan Pelaksanaan pengembangan
. kesempatan yang sama untuk kompetensi dikecualikan bagi
diikutsertakan dalam PPPK yang melaksanakan tugas
pengembangan kompetensi sebagai JPT Utama tertentu dan
dengan memperhatikan hasil JPT Madya tertentu.
penilaian kinerja dan penilaian
kompetensi PNS yang
bersangkutan.
Sumber: PP No. 11 Tahun 2017 dan PP No. 49 Tahun 2018
4. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Dalam UU ASN disebutkan bahwa profesi ASN berlandaskan
pada kode etik dan kode perilaku yang bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar
Pegawai ASN dapat :
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi;
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
e. melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundangundangan dan etika
pemerintahan;
f. menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
g. menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
h. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
i. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan;
j. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
k. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN; dan
l. melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan
mengenai disiplin Pegawai ASN.
Fungsi kode etik dan kode perilaku ini sangat penting dalam
birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi tersebut
antara lain:
1) Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara
dalam menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya
dinilai baik;
2) Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi
publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya; dan
3) Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat
birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat
dan menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi,
kelompok dan organisasinya. Etika diarahkan pada kebijakan
yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat luas

BAB III
PERAN APARATUR SIPIL NEGARA DALAM PELAYANAN PUBLIK, WHOLE
OF GOVERNMENT DAN MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA PADA
BADAN PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
KABUPATEN PULANG PISAU
1. Susunan Organisasi dan Fungsi BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau
1. Susunan Organisasi BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau
Susunan organisasi BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau
berdasarkan Peraturan Bupati Pulang Pisau Nomor 56 tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata
Kerja Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
Kabupaten Pulang Pisau, terdiri dari :
I. Kepala Badan;
II. Sekretariat, membawahi:
1. Sub Bagian Penyusunan Program;
2. Sub Bagian Keuangan; dan
3. Sub Bagian Umum, Perlengkapan dan Kepegawaian.
III. Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Pendapatan Daerah, membawahi:
a) Sub Bidang Pendataan dan Penetapan;
b) Sub Bidang Pelayanan dan Penagihan;dan
c) Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan.
2. Bidang Anggaran, membawahi:
a) Sub Bidang Anggaran Belanja Tidak Langsung dan
Pembiayaan; dan
b) Sub Bidang Anggaran Belanja Langsung;
c) Sub Bidang Pengendalian Pelaksanaan dan Administrasi
Anggaran.
3. Bidang Perbendaharaan, membawahi:
a) Sub Bidang Belanja Tidak Langsung dan Pembiayaan;
b) Sub Bidang Belanja Langsung; dan
c) Sub Bidang Kas Daerah.
4. Bidang Akuntansi, membawahi:
a) Sub Bidang Akuntansi Belanja dan Pembiayaan;
b) Sub Bidang Akuntansi Pendapatan; dan
c) Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan.
5. Bidang Aset Daerah, membawahi:
a) Sub Bidang Perencanaan Kebutuhan dan Evaluasi;
b) Sub BidangPenggunaan dan Pemanfaatan; dan
c) Sub Bidang Pendataan dan Penghapusan.
STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN PULANG PISAU
KEPALA BADAN
TONY HARISINTA, S.E., M.Si
NIP. 19670930 199703 1 007
SEKRETARIS
ZULKADIR, S.Kom.,M.A
NIP. 19770516 200501 1 010

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
KEPALA SUB BAGIAN KEPALA SUB BAGIAN KEPALA SUB BAGIAN
UMUM PERLENGKAPAN KEUANGAN PENYUSUNAN PROGRAM
DAN KEPEGAWAIAN
YENNITA, S.H MISYANI, A.Md MELINA, S.E
NIP. 19840123 201101 2 019 NIP. 19730120 200003 2 005 NIP. 19810519 201101 2 010

KEPALA BIDANG ANGGARAN KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG AKUTANSI KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG
PERBENDAHARAAN ASET DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH

WAHYU JATMIKO, S.E ANDI HARIS RISMALAH, S.E APRIANSYAH, S.E.,M.M WIDI TRIAWAN, S.E YESSIE, S.H.,M.M
NIP. 19760621 200604 1 005 NIP. 19850424 201101 1 014 NIP. 19780408 200501 1 007 NIP. 19740307 200604 1 004 NIP. 19830708 200604 2 010

KEPALA SUB BIDANG ANGGARAN KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG
BELANJA TIDAK ANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA AKUTANSI PERENCANAAN KEBUTUHAN PENDATAAN DAN PENETAPAN
PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAN EVALUASI
AHMAD SETIAWAN, S.H. FAHRIDANI OKTAVIAN, S.E.,M.A YUDHI NUR ARIFUDIN, S.E INDRAWAN, S.Kom ERNI ANITASAI, S.Kom
NIP. 19751001 200801 1 010 NIP. 19781017 201101 1 006 NIP. 19780822 201101 1 003 NIP. 19770715 200604 1 021 NIP. 19860207 201001 2 024

KEPALA SUB BIDANG ANGGARAN KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG
BELANJA LANGSUNG BELANJA LANGSUNG AKUTANSI PENDAPATAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN PELAYANAN DAN PENAGIHAN
RADEN YOSEPH HERNAWAN, S.E.,M.A LILI ISWANTI, S.E CATUR LESTARI DEWI, S.E., Ak. RINO MARIANTO, S.Kom INDAH RAHMAWATI, S.E.
NIP. 19760507 201001 1 010 NIP. 19840327 201402 2 002 NIP. 19740823 200801 2 011 NIP. 19830805 201101 1 014 NIP. 19800803 200604 2 012

KEPALA SUB BIDANG PENGENDALIAN KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG
PELAKSANAAN DAN ADMINISTRAASI KAS DAERAH EVALUASI DAN PELAPORAN PENDATAAN DAN PENGHAPUSAN EVALUASI DAN PELAPORAN
ANGGARAN
LILI ISWANTI, S.E SERI RAHMAWATI, S.E.,M.M SULISTYOWATI, S.E. DODY WIJAYA, S.E.,M.A SYAMSUL BAHRI, S.E
NIP. 19840327 201402 2 00 NIP. 19800709 200903 2 004 NIP. 19830205 201503 2 003 NIP. 19810624 201001 1 011 NIP. 19710620 200701 1 014
2. Fungsi BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau
PemerintahanDaerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.
Sedangkan Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang menjadi kewenangan
Daerah Otonom.
Badan adalah Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Pulang Pisau Tipe A, yang selanjutnya disingkat
BPPKAD.
Pasal 4 (Perbub No 56 Tahun 2016) menjelaskan bahwa:
“BPPKAD mempunyai tugas penyelenggaraankewenangan dalam
tugas pembantuan, kebijakan daerah dan urusan rumah tangga
dibidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.”

Pasal 5, menjelaskan bahwa untuk melaksanakan tugas tersebut,


BPPKAD menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a) Perumusan kebijakan teknis dalam bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset daerah sesuai dengan
kebijakan umum yang ditetapkan oleh Bupati Pulang Pisau;
b) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
daerah;
c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendapatan
pengelolaan keuangan dan aset daerah;
d) Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi terhadap
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah;
e) Penyusunan Konsep Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Pulang Pisau;
f) Penyelenggaraan peraturan, pembinaan dan bimbingan
teknis, pengawasan, pemantauan, evaluasi dibidang
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah;
g) Penyelenggaraan urusan kesekretariatan; dan
h) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Atasan.
Selanjutnya, pada Bidang Aset Daerah terdapat di dalam Pasal 34
ayat 1 dan 2 Perbub No 56 Tahun 2016, mengenai tugas dan fungsi nya
sebagai berikut:

Ayat (1) Bidang Aset Daerah mempunyai tugas melaksanakan


kewenangan dan tugas di bidang pengelolaan aset daerah.
Ayat (2) Untuk melaksanakan tugas dimaksud dalam ayat (1),
Bidang Aset Daerah menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan aset
daerah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati
berdasarkan peraturan perundang-undangan ;
b. Penyiapan penyusunan peraturan perundang-undangan
daerah di bidang pengelolaan aset daerah sesuai standar dan
prosedur yang ditetapkan pemerintah;
c. Penyusunan pedoman perencanaan kebutuhan barang,
penetapan penggunaan, pemanfaataan, pemindahtanganan,
penghapusan dan penatausahaan barang milik daerah;
d. Pembinaan, pelayanan, pengawasan, pengendalian, evaluasi
dan pelaporan dalam penyelenggaraan pengelolaan aset
daerah; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Atasan

Bidang Aset membawahi 3 (tiga) Sub Bidang yaitu:


1. Sub Bidang Perencanaan Kebutuhan dan Evaluasi;
2. Sub Bidang Penggunaan dan Pemanfaatan; dan
3. Sub Bidang Pendataan dan Penghapusat.

Adapun yang merupakan sub bidang penulis ialah Sub bidang


Perencanaan Kebutuhan dan Evaluasi

Tugas Sub Bidang Perencanaan Kebutuhan dan Evaluasi adalah


merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk
menghubungkan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang
berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan
kebutuhan yang akan datang (Pasal 36 ayat 1).
Sedangkan Uraian Tugas Sub Bidang Perencanaan Kebutuhan
dan Evaluasi (Pasal 36 ayat 2) sebagai berikut:
1) Menyiapkan, menyusun petunjuk penyusunan Daftar Rencana
Kebutuhan Barang Milik Daerah (DRKBMD) dan Rencana
Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD);
2) Mengindentifikasi, menyusun rencana kebutuhan barang milik
daerah;
3) Mengumpulkan, menghimpun daftar rencana tahunan barang unit
dari SKPD dan membuat rekapitulasi daftar kebutuhan barang
tahunan;
4) Mengumpulkan, mensistematiskan dan menganalisa data harga dan
mutu barang.
5) Menyiapkan bahan petunjuk penyelesaian permasalahan yang
berhubungan dengan perencanaan kebutuhan milik barang daerah;
6) Menghimpun Daftar Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah
(DRKBMD) dan Rencana Pemeliharaan Barang Milik Daerah
(RKPBMD) SKPD dan mempersiapkan untuk penelahaan dan
evaluasi serta menyampaikan hasil penelahaan ke SKPD.
7) Menghimpun laporan triwulan realisasi pengadaan barang daerah
SKPB; dan
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Atasan
2. Penerapan Konsep Whole of Government di BPPKAD Kabupaten Pulang
Pisau

Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah memiliki


tugas dan fungsi yang ditetapkan ke dalam suatu Peraturan Bupati Nomor
56 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan
Fungsi Serta Tata Kerjabadan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan
Aset Daerah Kabupaten Pulang Pisau.
Fungsi dan Tugas berdasarkan susunan organisasi dari Kepala
Badan hingga Sub Bidang sampai dengan pegawai pelaksana meskipun
tidak tersurat secara hierarki di dalam Perbub namun secara fakta masuk
kedalam sub bagian-sub bagian tersebut yang ada.
WoG merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam
pendistribusian kewenangan dalam peningkatan pelayanan publik kepada
masyarakat, badan hukum maupun, swasta.
Sebagai contoh eksistensi dari konsep WoG pada BPPKAD
Kabupaten Pulang Pisau dimana WoG adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kaloboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan oembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik, yaitu:
1. Pelayanan yang bersifat Administratif
Penerapan pelayanan yang diberikan yaitu seperti kunjungan oleh
masyarakat ke Bidang Pendapatan ASli Daerah (PAD) dalam rangka
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) didukung oleh pihak perbankan
yaitu Bank Kalteng dalam menyediakan fasilitas ATM maupun Setor
dan Tarik Tunai.
2. Pelayanan Barang
Bidang Aset Daerah BPPKAD mendata kelengkapan administrasi
seperti sertifikat hak pakai tanah milik pemerintah daerah Pulang
Pisau dengan saling bersinergi dengan OPD-OPD, dimana OPD
adalah fungsinya mengurus barang milik daerah yang dikuasainya
agar terdata dan tercatatnya aset milik daerah kabupaten Pulang
Pisau pada aplikasi BMD;
3. Pola Pelayanan Elektronik
Disini sebagai contoh adalah pada Bidang Anggaran, mencakup
anggaran Penyiapan data pendukung terkait penganggaran
pembiayaan daerah, dalam hal ini lingkup Kabupaten Pulang Pisau,
yang berbasis aplikasi SIMDA.

3. Penerapan Prinsip Pelayanan Publik di BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau


Pelayanan Publik (public servant) merupakan berorientasi pada
kepuasan costumer dalam hal ini adalah masyarakat, partner kerja, atau
Organisasi Perangkat Daerah lainnya yang menggunakan jasa pelayanan
yang diberikan oleh BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau dalam memberikan
pelayanan, maupun barang/jasa. Serta sesuai dengan Standar Operasional
Pelayanan (SOP) yang ada.
Setidaknya ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh terkait
Prinsip Pelayanan Publik pada BPPKAD, pelayanan pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), memiliki fasilitas ruangan yang baik dan bersih,
sarana ATM mobile disedikan sebagai pendukung keluar masuk kas, dan
pelayanan yang ramah, dengan menggedepankan efisiensi, akurat, dan
berintegritas tinggi.
Pelayanan berikutnya yang disediakan yaitu bidang perbendaharaan,
dimana setiap akhir bulan bendahara OPD di lingkungan Pemerintah Pulang
Pisau setiap bulan berkewajiban untuk mengantarkan berkas SPM (surat
perintah membayar) gaji/honor pegawai PNS maupun tenaga kontrak
daerah.
Contoh selanjutnya yaitu, sebagai tempat konsultasi terkait laporan
keuangan berupa laporan neraca bagi OPD di lingkungan kabu[aten Pulang
Pisau pada bidang Akuntansi pada setiap tahunnya, dan lain sebagainya.

4. Penerapan Kedisiplinan di BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau


BPPKAD Kabupaten Pulang Pisau merupakan salah satu instansi
daerah yang mengedepankan ASN yang disiplin, budaya malu datang
terlambat atau pulang lebih awal. Dengan presensi sebanyak 5 kali (Pukul
07.15; 10.15; 12.15; 13.15 dan 14.00 wib) dalam sehari di hari Senin-Kamis,
dan di hari jumat (Pukul 07.00 dan 11.00 wib)sebanyak 2 kali presensi.
Sanksi yang diberikan seperti misalkan: datang terlambat, tidak hadir
tanpa surat keterangan, ijin, sakit dan cuti diluar tanggungan negara maka
uang TPP dan tunjangan lainnya akan dipotong sesuai dengan regulasi
yang ada (sesuai Peraturan Bupaati Nomor 276 Tahun 2021 tentang
Tunjanga Penghasilan Pegawai).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa konsep WoG telah diterapkan oleh BPPKAD Kabupaten Pulang
Pisau dengan memuat beberapa contoh penerapannya.
2. Bahwa prinsip pelayanan publik sesuai dengan Standar Operasional
Pelayanan (SOP) karena tidak adanya keluhan yang berarti terkait
pelayanan yang diberikan yang secara khusus bersinggungan dengan
masyarakat secara langsung.
3. Bahwa manajemen ASN di lingkungan BPPKAD sesuai dengan tata
tertib yang dibuat dan tidak bertentangan dengan aturan, serta sebagai
contoh dan wujud penerapan disiplin ASN bagi OPD-OPD lainnya di
lingkungan pemerintah Kabupaten Pulang Pisau.

B. Rekomendasi
1. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan bersih
bebas dari praktek KKN, sesuai dengan peran sebagai ASN di
lingkungan BPPKAD diperlukan partisipasi masyarakat Pulang Pisau
untuk mengkritik atau memberi saran yang sifatnya membangun agar
pelayanan publik dapat dapat diraskan lebih naik lagi; dan
2. Konsep WoG agar lebih efektif dirasakan yaitu bisa dengan
penyederhanaan administrasi yang dipermudah dalam proses nya
sehingga menarik minat masyarakat dalam membayar PBB, penarikan
pajak dan retribusi daerah, BPHTB, dan pendapatan lainnya yang sah
guna peningkatan PAD.
Daftar Pustaka
Erwan Agus Purwanto, etc.. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Pelayanan Publik. Jakarta:LAN RI.
LANRI. 2015. Akuntabilitas Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan I dan II, Edisi Tahun 2015. Jakarta: Reka Cetak.
Yogi Suworno, etc.. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Whole of
Government. Jakarta:LAN RI.

Peraturan Perundang-Undangan :
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang Undang Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang
Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
Peraturan Bupati Nomor 56 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerjabadan Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Pulang Pisau
(Berita Daerah Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 Nomor 056).

Anda mungkin juga menyukai