Anda di halaman 1dari 5

HUKUM PERADILAN ANAK

1. - Jelaskan kategori masing-masing anak yang berhadapan dengan hukum !


- Jelaskan alasan apa anak-anak tersebut dikatakan berhadapan dengan hukum !
 Anak yang berhadapan dengan hukum adalah :
 Anak yang berkonflik dengan hukum,
Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang
telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
diduga melakukan tindak pidana.
 Anak yang menjadi korban tindak pidana,
Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut Anak Korban adalah
anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik,
mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.
 Anak yang menjadi saksi tindak pidana.
Anak yang menjadi saksi tindak pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi adalah
anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.
 Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
yang dimaksud dengan anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik
dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan saksi tindak pidana.
Kemudian menurut Pasal 1 ayat (3) UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak menyatakan bahwa Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang
telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)
tahun.

2. - Jelaskan pengertian Restoratif yang terdapat dalam Undang-Undang SPPA !


- Jelaskan bagaimana bila Restoratif tersebut tidak tercapai !
 Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku,
korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari
penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan
bukan pembalasan (Pasal 1 angka ke-6 UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak)
 Bila Restoratif tersebut tidak tercapai, maka proses peradilan pidana anak dilanjutkan
(Pasal 13 UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

3. - Dalam Undang-Undang SPPA dikenal dengan istilah Diversi. Jelaskan pengertian Diversi
tersebut !

1
- Jelaskan pengertian bahwa Diversi wajib dilakukan pada setiap tingkat penanganan
perkara !
- Jelaskan dalam hal apa Diversi tidak dapat dilakukan !
 Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke
proses di luar peradilan pidana (Pasal 1 angka ke-7 UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
 Hal ini dimaksudkan memberikan kewajiban (imperatif) bagi Penyidik, Penuntut Umum,
dan Hakim untuk melaksanakan Diversi dalam rangka mewujudkan Keadilan Restoratif.
UU SPPA menentukan bahwa proses diversi pada setiap tingkat pemeriksaan yaitu pada
tahap penyidikan, penuntutan, dan persidangan Anak. Hal ini secara tegas disebutkan
dalam pasal 7 ayat (1) UU SPPA. Jika dalam salah satu tingkat pemeriksaan tidak
dilaksanakannya diversi maka dalam pasal 95 UU SPPA memberikan ancaman sanksi
administratif bagi pejabat atau petugas yang melanggar mengupayakan diversi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan terdapat sanksi pidana bagi Penyidik, Penuntut
Umum, dan Hakim yang dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban dalam
melaksanakan diversi di mana diatur dalam pasal 96 UU SPPA dengan ancaman pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah).
 Diversi dalam hal tindak pidana tidak bisa dilakukan apabila: a. diancam dengan pidana
penjara di atas 7 (tujuh) tahun; dan b. merupakan pengulangan tindak pidana.

4. - Kemukakan syarat-syarat untuk dapat dilakukan penahanan bagi anak yang melakukan
tindak pidana !
- Jelaskan dalam hal apa penahanan tidak dapat dilakukan walaupun Undang-Undang
memenuhi syarat untuk itu !
 Penahanan terhadap Anak hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut : (Pasal 32
Angka ke-2 UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak)
 Anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih; dan
 Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau
lebih.
 Penahanan terhadap Anak tidak boleh dilakukan dalam hal Anak memperoleh jaminan dari
orang tua/Wali dan/atau lembaga bahwa Anak tidak akan melarikan diri, tidak akan
menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi tindak pidana
(Pasal 32 Angka ke-1 UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

5. Jelaskan pengertian bahwa hukuman penjara merupakan langkah atau tindakan terakhir dalam
peradilan pidana anak !

2
 Hal ini karena sistem peradilan pidana anak dilaksanakan, salah satunya, berdasarkan asas
perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir. Selain itu, setiap anak
dalam proses peradilan pidana berhak tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali
sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat. Mengingat kekhususan yang
dimiliki anak, baik dari segi rohani dan jasmani, maupun dari segi pertanggungan jawab
pidana atas perilaku dan tindakannya, maka haruslah diusahakan agar pemidanaan terhadap
anak terutama pidana perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir (ultimum
remedium) bilamana upaya lain tidak berhasil.

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan surat dakwaan !


 Surat Dakwaan adalah himpunan perbuatan terdakwa yang berasal dari Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) dan merupakan dasar pemeriksaan perkara oleh hakim.

7. Jelaskan apa yang dimaksud surat dakwaan merupakan dasar pemeriksaan perkara oleh hakim !
 Dalam memutuskan perkara hakim harus berdasarkan dakwaan/tidak boleh lari dari
dakwaan jaksa penuntut umum. Contoh : JPU mendakwa seseorang dengan pasal tunggal
yaitu pasal 365 KUHP. Sedangkan berdasarkan fakta di persidangan, saksi menyatakan
bahwa ia menyerahkan barang tersebut dengan diancam (Pasal 368 KUHP). Oleh sebab itu,
hakim dapat memutuskan bebas dari segala dakwaan jaksa penuntut umum karena tidak
terbukti melakukan tindak perampokan (unsur pasal 365 KUHP tidak terpenuhi)

8. Jelaskan 3 (tiga) bentuk putusan hakim !


 - Putusan Bebas (Vrijspraak/Acquittal) terjadi karena terdakwa dinyatakan tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan
jaksa/penuntut umum dalam surat dakwaan. Pasal 191 ayat (1) KUHAP yang menentukan
bahwa: “Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan
terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.” Dalam penjelasan Pasal 191 ayat (1)
KUHAP yang dimaksud dengan “perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan” adalah tidak cukup bukti menurut penilaian hakim atas dasar
pembuktian dengan menggunakan alat bukti menurut ketentuan hukum acara pidana ini.
- Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum (onslag van alle rechtsver volging) Pasal
191 ayat (2) KUHAP dirumuskan bahwa: “jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan
yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan tindak
pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.” Seperti halnya putusan
bebas, maka putusan lepas dari segala tuntutan hukum memiliki beberapa syarat yang
harus terpenuhi, yaitu “perbuatan terdakwa terbukti”, dan “bukan merupakan perbuatan
pidana”.

3
- Putusan Pemidanaan (veroordelling). Putusan pemidanaan atau “veroordelling”
dijatuhkan oleh hakim jika ia telah memperoleh keyakinan, bahwa terdakwa melakukan
perbuatan yang didakwakan dan ia menganggap bahwa perbuatan dan terdakwa dapat
dipidana. Pasal 193 ayat (1) KUHAP bahwa: “Jika pengadilan berpendapat bahwa
terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka
pengadilan menjatuhkan pidana.” Putusan pemidanaan dapat dijatuhkan melebihi dari
tuntutan pidana yang disampaikan oleh jaksa/penuntut umum akan tetapi tidak melebihi
ancaman maksimal yang ditentukan dalam undang-undang.

9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pra-penuntutan, syarat formil dan materil dakwaan !
 Pra-penuntutan merupakan kegiatan jaksa meneliti berkas perkara apakah sudah memenuhi
syarat formil maupun syarat materil. Syarat formil adalah syarat yang berkenaan dengan
formalitas pembuatan Surat Dakwaan seperti : nama, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
tempat tinggal, pekerjaan terdakwa, jenis kelamin, kebangsaan dan agama, sedang syarat
materiil adalah syarat yang berkenaan dengan materi/substansi Surat Dakwaan Waktu dan
tempat tindak pidana dilakukan (tempus delicti dan locus delicti).

10. Jelaskan apa dimaksud dengan residiv ! Jelaskan apa yang dimaksud “Demi Hukum” !
 Residive (pengulangan) merupakan pengulangan tindak pidana, dimana pelaku tindak
pidana sebelumnya telah dijatuhi hukuman pidana dalam jangka waktu tertentu dan telah
berkekuatan hukum tetap. Tindak pidana residivis dapat dikenai tambahan pidana yaitu
satu pertiga dari ancaman hukuman pidana maksimal yang dijatuhkan kepadanya. Residive
tidak dikenakan pada semua kejahatan tetapi hanya terjadi pada kejahatan tertentu yang
disebutkan dalam pasal 486, 487 dan 488 KUHP. Selain itu untuk pengulangan tindak
pidana yang disebutkan dalam pasal 486, 487 dan 488 KUHP terdapat ketentuan tertentu
yaitu:
1. Terpidana telah menjalani seluruh pidana yang dijatuhkan
2. Terpidana telah menjalani sebagian pidana yang dijatuhkan
3. Dibebaskan dalam menjalani hukuman pidana
4. Hak mejalankan pidananya belum daluarsa
5. Kejahatan pengulangan dilakukan dalam wkatu belum lewat 5 tahun sejak terpidana
menjalani pidana.

Secara harfiah frasa “demi hukum” memiliki maksud untuk terciptanya suatu keadilan
yang merupakan tujuan terciptanya hukum. Istilah “demi hukum” dalam peraturan
perundang-undangan seringkali ditemukan dalam berbagai bentuk, misalnya dalam dua
peraturan perundang-undangan yang telah dijabarkan di atas. Berangkat dari maksud istilah
‘demi hukum’ secara harfiah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pengertian berbagai

4
istilah ini ditujukan agar tercapainya tujuan hukum dibentuk yakni suatu keadilan. Oleh
karena itu, frasa "batal demi hukum" dalam Pasal 9 Permenhukham 24/2011 di atas
memiliki arti bahwa pengeluaran tahanan tersebut dimaksudkan untuk tercapainya suatu
keadilan menurut hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai