Anda di halaman 1dari 12

Perjuangan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauan dalam Bidang


Hukum Laut

DOSEN : NARZIF, SH.MH


Negara Kepulauan

• Negara kepulauan adalah negara yang terdiri atas


kumpulan dari pulau-pulau yang ada diwilayahnya.
Negara kepulauan dikenal sebagai Archipelago State
yang diakui oleh konvensi PBB mengenai hukum laut

• Secara yuridis, bentuk geografis sebuah negara disebut


negara kepulauan apabila terdiri dari gugusan pulau,
memiliki perairan diantara pulau-pulau tersebut, dan
memiliki wujud almiah negara kepulauan lainnya yang
membentuk suatu kesatuan geografi, ekonomi, politik
yang hakiki.
Indonesia Sebagai Negara Kepulauan
• Sebagai kawasan kepulauan terbesar di dunia, Indonesia terdiri
atas sekitar 18.000 pulau besar dan kecil. Luas total wilayah
Indonesia sendiri adalah sekitar 7.9 juta km2 yang terdiri dari
1.8 juta km2 daratan, 3.2 juta km2 laut teritorial dan 2.9 juta
km2 perairan ZEE (zona ekonomi ekslusif). Wilayah perairan
6.1 juta km2 tersebut adalah 77% dari seluruh luas Indonesia,
dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga kali luas
daratannya
• Dasar Indonesia sebagai negara kepulauan adalah:
– Perairan disekitar pantai merupakan kelanjutan pulau-pulau
indonesia sebagai satu kesatuan (tanah air)
– Laut diantara pulau-pulau yang bertindak sebagai pemersatu
– Sumber kekayaan alam di perairan kepulauan sebagai
kesatuan ekonomis
– Pemeliharaan keamanan dan ketertiban serta pertahanan
nasional
Topografi Indonesia

• Sebelah barat terdapat laut dangkal yang


menghubungkan sumatera, jawa dan
kalimantan
• Bagian tengah terdapat laut untuk pelayaran
internasional
• Bagian timur terdapat laut yang sangat dalam
untuk pelayaran kapal perang dan kapal selam
Perjuangan Indonesia di Bidang Hukum
Laut
• Sebagai negara yang memiliki letak strategis secara geografis dan
astronomi, Indonesia seringkali dijadikan sebagai salah satu jalur penting
pelayaran dan perdagangan dunia. Hal ini telah berlangsung baik sebelum
kemerdekaan, zaman kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan sampai
saat ini.
• Pada zaman sebelum kemerdekaan, indonesia serig dijadikan sebagai salah
satu jalur perdagangan dan pelayaran kapal-kapal asing dari seluruh
penjuru dunia. Dan hal ini menyebabkan kapal-kapal asing seperti kapal
belanda, inggris, portuga, prancis dan lainnya dapat secara bebas keluar
masuk kedalam wilayah indonesia.
• Oleh karena itu pihak indonesia merasa perlu adanya sebuah aturan yang
pasti tentang keberadaan wilayah-wilayahnya, sehingga tidak semua kapal
dapat bebas melintasi dan memasuki wilayahnya.
Territoriale Zee en Maritieme
Kringen Ordonnantie 1939
• laut dalam suatu pulau di Nusantara memiliki ketetapan hukum
yang diakui secara internasional. Ordonantie 1939 ini
menetapkan bahwa jarak laut teritorial bagi tiap-tiap pulau
sejauh tiga mil. Peraturan ini, memunculkan ’kantong-kantong’
lautan bebas di tengah-tengah wilayah negara yang membuat
kapal-kapal asing dapat berlayar secara bebas. Ordonansi itu
juga berlaku bagi kapal-kapal perang Belanda yang tidak
mungkin dilarang oleh Indonesia. Kapal-kapal Belanda dapat
dengan bebas menjelajahi perairan laut di antara pulau-pulau di
Indonesia karena memang hukum laut internasional yang
berlaku saat itu masih memungkinkannya. Indonesia tidak
memiliki hak untuk melarangnya apalagi kekuatan Angkatan
Laut Indonesia masih jauh ketinggalan dengan Belanda.
Deklarasi Djuanda
• ”segala perairan di sekitar, di antara dan yang
menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau
yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia,
dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah
bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian
merupakan bagian daripada perairan nasional yang
berada di bawah kedaulatan mutlak daripada Negara
Republik Indonesia. Lalu-lintas yang damai diperairan
pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan
sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu
kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia”.
Cont…

• Dalam Deklarasi Djuanda terkandung suatu


konsepsi negara maritim “Nusantara”, yang
melahirkan konsekuensi bagi pemerintah dan
bangsa Indonesia untuk memperjuangkan serta
mempertahankannya hingga mendapat
pengakuan internasional. Deklarasi Djuanda
merupakan landasan struktural dan legalitas
bagi proses integrasi nasional Indonesia sebagai
negara maritim
United Nation Convention on The
Law of the Sea (UNCLOS) 1982
• Konsep Indonesia sebagai Negara kepulauan diakui dunia setelah
United Nation Convention on The Law of the Sea (UNCLOS) yang
disahkan pada tanggal10 desember 1982 dan Indonesia telah
meratifikasinya dengan Undang-undang No.17 tahun 1985.
Pengakuan Indonesia sebagai Negara kepulauan tersebut adalah
sebuah kebanggan terbesar karena dengan adanya aturan ini wilayah
perairan Indonesia bertambah luas secara luar biasa. Perjanjian yang
diikuti oleh 119 negara anggota PBB ini juga telah memuat hak dan
kewajiban Negara dalam memanfaatkan laut disesuaikan dengan
status hokum dari bagian-bagian laut yang berbeda, yang dapat
dikelompokan sebagai berikut:
• Berada dibawah kedaulatan penuh Negara (sovereignty)
• Negara memiliki hak-hak eksklusif (sovereignty rights)
• Tunduk pada prinsip kebebasan dilaut lepas (freedom of the high seas)
• Dinyatakan sebagai milik bersama umat manusia. (coomon heritage
of mankind)
Cont…
• Sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari ratifikasi tahun 1985,
pada tahun 1996, pemerintah mencabut UU No.4/Prp/1960
dan menggantikannya dengan UU No.6 tahun 1996 tentang
perairan Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-
ketentuan UNCLOS 1982. UU no.6 tahun 1996 ini kemudian
dilengkapi dengan PP No.61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan
Indonesia di Laut Natuna yang merubah garis pangkal untuk
daerah tersebut sehingga menutup hampir seluruh perairan
disekitar kepulauan Riau.
Kasus yang dialami Indonesia menyangkut
peraiaran
• Sipadan-Ligitan
• Sengketa klaim Sipadan Ligitan antara Indonesia Malaysia mulai muncul pada
tahun 1969, ketika ditengah kedua negara sedang merundingkan batas landas
kontinen, Malaysia menyatakan bahwa pulau Sipadan dan Ligitan termasuk
dalam wilayah kedaulatannya. Padahal menurut Indonesia kedua pulau tersebut
tercatat wilayah kedaulatannya. Sejak saat itu berlangsung  berbagai pertemuan
dan perundingan antara kedua negara bertetangga tersebut untuk menyelesaikan
sengketa secara damai.
• Setelah hampir 30 tahun, perundingan tiba pada jalan buntu, karena baik
Indonesia yang bertahan pada posisi dan argumentasi bahwa kedua pulau tersebut
telah menjadi bagian wilayahnya sejak masa penjajahan Belanda, maupun
Malaysia yang juga meyakini kedaulatannya atas pulau-pulau tersebut sejak masa
colonial Inggris, tetap bertahan pada posisi masing-masing. Pada 1997 kedua
belah pihak sepakat menempuh jalan hukum yaitu dengan menyerahkan sengketa
tersebut kepada Mahkamah Internasional.
• kasus Sipadan-Ligitan mengingatkan kita betapa perlunya peningkatan kwantitas
dan kwalitas ahli hukum internasional termasuk hukum laut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai