Anda di halaman 1dari 49

PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

PENGAWAS SEKOLAH

SUPERVISI MANAJERIAL
IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013

PUSAT PENGEMBANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2014
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan
Komplek Kemdikbud Gedung D Lantai 17, Jln. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat, 10270
Telp.(021) 57946110, Fax. (021) 57946110
Kampus Pusbangtendik Jln. Raya Cinangka Km. 19 Bojongsari, Depok, 16517
Telp. (021) 7490411, Fax. (021) 7491174

website: http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id/pusbangtendik
email: tendik@kemdikbud.go.id

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 i


SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU
PENDIDIKAN

Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru merupakan tiga pilar penting dalam
mewujudkan implementasi Kurikulum 2013. Efektivitasnya sangat bergantung
pada kesesuaian kompetensi ketiganya dengan kebutuhan mewujudkan target
yang diharapkan pada tingkat satuan pendidikan. Peningkatan kompetensi
melalui penyelenggaraan pelatihan merupakan kegiatan strategis yang perlu
disertai dengan langkah penjaminan bahwa ketiga pilar mutu pelaksanaan
kurikulum yang terukur dan sistematis.

Implementasi kurikulum 2013 berimplikasi terhadap kebutuhan peningkatan


sikap, pengetahuan, dan keterampilan tiga pilar penjamin mutu. Untuk merespon
kebutuhan itu Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMPK dan PMP) melalui
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan telah menyusun Materi Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.

Materi yang tersusun diharapkan menjadi referensi utama bagi fasilitator dan
peserta pelatihan dalam penyelenggaraan Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Materi Pokok Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah terdiri atas Manajemen
Implementasi Kurikulum 2013, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Supervisi Akademik Implementasi Kurikulum 2013, dan Kepramukaan.
Sedangkan Materi Pokok Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Pengawas
Sekolah terdiri atas Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013,
Manajemen Implementasi Kurikulum 2013, Supervisi Akademik Implementasi
Kurikulum 2013, dan Kepramukaan.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih serta penghargaan atas
dedikasi tinggi para penyusun materi dan penelaah materi. Terima kasih saya
sampaikan kepada pejabat dan staf BPSDMPK dan PMP, widyaiswara, dosen
perguruan tinggi, pengawas sekolah, dan kepala sekolah yang telah berpatisipasi
aktif sehingga terselesaikan materi tersebut.

Semoga keberadaan materi dan seluruh perangkat pelatihan lainnya dapat


berkontribusi positif terhadap efektivitas penyelenggaraan Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.

Jakarta, Januari 2014


Kepala Badan PSDMPK dan PMP

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd.


NIP 196202031987031002

ii Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan
materi pelatihan kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam pelaksanaan
Kurikulum 2013. Materi pelatihan merupakan muatan wajib yang digunakan oleh
nara sumber, instruktur nasional dan kepala sekolah serta pengawas sekolah
sasaran dalam meningkatkan kompetensi sesuai dengan tujuan pelatihan yang
meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Materi pelatihan kepala sekolah
meliputi manajemen implementasi kurikulum 2013, supervisi akademik,
manajemen kepemimpinan sekolah dan kepramukaan. Sedangkan materi
pelatihan pengawas sekolah meliputi manajemen implementasi kurikulum 2013,
supervisi akademik, supervisi manajerial dan kepramukaan.
Materi pelatihan ini merupakan salah satu sumber belajar sehingga peserta
pelatihan diharapkan dapat memperkaya diri dengan referensi lain yang relevan.
Materi yang disusun ini telah diupayakan untuk menjawab beberapa prinsip dan
tujuan utama. Pertama, materi ini diharapkan dapat menunjang pengembangan
kompetensi pengawas sekolah yang diturunkan dari kebutuhan pelaksanaan
kurikulum 2013 pada seluruh level satuan pendidikan. Kedua, setiap materi
menunjang sikap keberterimaan, pengetahuan, dan keterampilan serta
menumbuhkan daya inisiatif untuk merencanakan strategi dan implementasi
perencanaan, pelaksanaan, dan evalausi pengawasan dan pembinaan sekolah
sesuai kebutuhan khas implementasi kurikulum 2013. Ketiga, materi yang
dipelajari dapat mengurangi resistensi pada implementasi kurikulum pada tingkat
satuan pendidikan. Keempat, seluruh materi pelatihan dapat berkontribusi positif
terhadap pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang menunjang
kompetensi kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013. Kelima, menyelaraskan seluruh kompetensi yang dikembangkan
untuk menunjang penjaminan mutu kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran,
dan penilaian sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih serta penghargaan atas
dedikasi tinggi para tim pengembang materi, penyusun Prosedur Operasional
Standar dan pengembang perangkat pelatihan lainnya. Terima kasih pula saya
sampaikan kepada seluruh pejabat dan staf BPSDMPK dan PMP, widyaiswara,
dosen perguruan tinggi, konsultan, pengawas sekolah, dan kepala sekolah yang
telah berpatisipasi aktif dalam penyusunan materi ini.
Semoga materi pelatihan ini dapat membantu nara sumber, instruktur nasional,
kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum
2013 dan secara khusus bermanfaat sebagai referensi bagi nara sumber dan
instruktur pada pelatihan implementasi kurikulum 2013.

Jakarta, Januari 2014


Kepala Pusbangtendik

Dr. Muhammad Hatta, M.Ed.


NIP.195507201983031003

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 iii


DAFTAR ISI
SAMBUTAN ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
PETA KONSEP .............................................................................................. vi
I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Petunjuk Pembelajaran ........................................................................ 1
B. Kompetensi Yang Akan Dicapai............................................................. 1
C. Ruang Lingkup Materi .......................................................................... 1
D. Langkah-Langkah Pembelajaran ........................................................... 2
II KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 PENYUSUNAN INSTRUMEN SUPERVISI
MANAJERIAL IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 .............................................. 3
A. Deskripsi Materi .................................................................................. 3
B. Tujuan Pembelajaran ........................................................................... 3
C. UraianMateri ....................................................................................... 3
1. Pengertian Supervisi Manajerial ....................................................... 3
2. Penyusunan Instrumen Supervisi Manajerial ..................................... 4
D. Aktivitas Pembelajaran........................................................................ 14
E. Rangkuman ....................................................................................... 14
F. Refleksi ............................................................................................. 15
III KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 ................................................................ 16
A. Deskripsi Materi ................................................................................. 16
B. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 16
C. Uraian Materi ..................................................................................... 16
D. Aktifitas Pembelajaran ........................................................................ 25
E. Rangkuman ....................................................................................... 26
F. Refleksi ............................................................................................. 26
IV KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 TINDAK LANJUT DAN PELAPORAN HASIL
SUPERVISI MAJERIAL .................................................................................. 27
A. Deskripsi Materi ................................................................................. 27
B. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 27
C. Uraian Materi ..................................................................................... 27
TINDAK LANJUT DAN LAPORAN SUPERVISI MANAJERIAL..................... 27
D. Aktivitas Pembelajaran........................................................................ 34

iv Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


E. Rangkuman ....................................................................................... 35
F. Refleksi ............................................................................................. 35
V PENILAIAN ............................................................................................ 36
A. Aspek Yang Dievaluasi ........................................................................ 36
B. Pelaksanaan Evaluasi .......................................................................... 36
C. Kriteria Evaluasi ................................................................................. 36
D. Nilai Akhir .......................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 38

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 v


PETA KONSEP

vi Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


I PENDAHULUAN

A. Petunjuk Pembelajaran

Bahan pelatihan ini memfasilitasi Saudara untuk meningkatkan kemampuan


dan keterampilan dalam melaksanakan supervisi manajerial implementasi
kurikulum 2013. Ini semua dilakukan agar Saudara ketika melakukan
kunjungan ke sekolah binaan, untuk pemantauan, pembinaan atau penilaian
kinerja, sudah direncanakan dan dipersiapkan semua bentuk instrumennya,
daftar hadir, surat keterangan melaksanakan tugas, dan bahan/materinya.

Saudara akan mengawali kegiatan pelatihan ini, perlu memperhatikan hasil


belajar yang harus capai. Untuk mencapai hasil belajar tersebut selanjutnya
Saudara perlu memahami materi agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran pada setiap kegiatan yang difasilitasi dengan lembar kerja.

Bahan Pelatihan ini disiapkan untuk digunakan sebagai kajian dan aktivitas
nara sumber dan peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi
Pengawas Sekolah. Bahan ajar ini memberi panduan bagi para pengguna
mengenai (1) Skenario pelatihan, (2) Materi pelatihan, (3) Aktivitas Pelatihan,
(4) Kegiatan Penilaian. Bahan ajar yang dimaksud meliputi dokumen-dokumen,
handout, lembar kerja, bahan tayang baik dalam bentuk slide power point.
Pada akhir kegiatan ini Saudara dapat mengukur keberhasilan Saudara dalam
proses pembelajaran ini melalui lembar refleksi.

B. Kompetensi Yang Akan Dicapai

Setelah mengikuti pelatihan ini, Pengawas Sekolah diharapkan mampu

1. menyusun menyusun instrumen supervisi manajerial.


2. melaksanakan supervisi manajerial.
3. melaksanakan tindak lanjut dan menyusun laporan hasil supervisi
manajerial.

C. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi pelatihan Supervisi Manajerial adalah :

1. Penyusun instrumen supervisi manajerial.


2. Pelaksanaan supervisi manajerial.
3. Penyusunan tindak lanjut dan laporan supervisi manajerial

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 1


D. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Awal  Perkenalan


Pengkondisian  Pejelasan tentang dimensi kompetensi, indikator,
1 JP alokasi waktu, skenario penyajian, motivasi dan
refleksi melalui brainstorming pelaksanaan
supervisi manajerial yang telah dilaksanakan
sebelumnya.

Kegiatan Inti Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan

 Penyampaian Materi Diklat:


(10 JP) supervisi manajerial, melalui pendekatan andragogi.

 Tugas mandiri mengkaji bahan bacaan tentang

 Penayangan bahan tayang kegiatan belajar 1


Supervisi Manajerial Implemetasi Kurikulum 2013

 Pengamatan dan Diskusi contoh instrumen

 Revisi Instrumen Supervisi manajerial dan


supervisi manajerial

presentasi hasil revisi instrumen supervisi

 Penayangan bahan tayang kegiatan belajar 2


manajerial.

 Simulasi kasus supervisi manajerial dengan memilih

 Pengamatan pelaksanaan supervisi manajerial


metode yang sesuai

 Penayangan bahan tayang kegiatan belajar 3


 Studi kasus supervisi manajerial
 Penyusunan Laporan dan tindak lanjut supervisi

 Penguatan
manajerial

Kegiatan Akhir Refleksi dan evaluasi bersama antara peserta dengan


1 JP fasilitator tentang jalannya pelatihan.
Rencana tindak lanjut untuk on the job learning

2 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


II KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
PENYUSUNAN INSTRUMEN SUPERVISI MANAJERIAL
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

A. Deskripsi Materi

Segala aktivitas supervisi yang dilakukan oleh seorang pengawas sekolah


diharapkan semuanya menuju pada peningkatan mutu sekolah dan pendidikan
secara umum, dan secara spesifik supervisi yang ditujukan bagi peningkatan
mutu Sekolah dari segi pengelolaan disebut dengan supervisi manajerial. Hal
ini tentu tidak kalah penting dibandingkan dengan supervisi akademik yang
sasarannya adalah guru dan pembelajaran. Materi yang dibahas pada kegiatan
pembelajaran ini adalah pertama pengertian supervisi manajerial, kedua
penyusunan instrument supervisi manajerial.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 1, peserta dapat menyusun


instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan supervisi manajerial
implementasi kurikulum 2013 dengan tepat.

C. UraianMateri

Sebelum kita menbahas tentang penyusunan instrument supervisi manajerial,


sebaiknya kita paham dulu apa itu supervisi manajerial.

1. Pengertian Supervisi Manajerial


Supervisi adalah kegiatan professional yang dilakukan oleh pengawas
sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada
dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitik
beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan
administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting)
terlaksananya pembelajaran.

Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah


(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi
manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan
sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 3


sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian,
pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan
sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial,
pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai:

a. kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,


pengembangan manajemen sekolah,
b. asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi
sekolah,
c. pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan
d. evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

2. Penyusunan Instrumen Supervisi Manajerial


Analisis kualitas instrumen berkaiatan dengan pertanyaan apakah
instrumen alat ukur yang benar-benar mengukur apa yang seharusnya
diukur? Dan samapai mana instrumen tersebut dapat diandalkan dan
berguna? Kedua pertanyaan tersebut berkaitan dengan validitas dan
reabilitas.
a. Validitas Instrumen Supervisi Manajerial
Instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data dalam
kegiatan pengawasan sekolah harus terlebih dahulu diuji validitasnya.
Uji validitas instrumen dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui
apakah instrumen yang telah disusun tepat untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data pengawasan sekolah atau tidak. Terkait dengan
validitas instrumen, Arikunto (2002: 144) menyatakan: Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat.
Margono (2004: 186) menyatakan bahwa dalam mengukur validitas
perhatian ditujukan kepada isi dan kegunaan instrumen. Valisitas
instrumen setidaknya dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis,
yaitu:
1) Construct Validity
Construct validity, menunjuk kepada asumsi bahwa alat ukur yang
dipakai mengandung satu definisi operasional yang tepat, dari
suatu konsep teoretis. Karena itu construct validity (konstruk)
sebenarnya hampir sama dengan konsep, keduanya sama-sama
merupakan abstraksi dan generalisasi, yang perlu diberi definisi
sedemikian rupa sehingga, sehingga dapat diamati dan diukur.
Seorang pengawas sekolah dalam meneliti construct validity itu,

4 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


mulai dengan menganalisis unsur-unsur suatu konstruk. Kemudian
diberikan penilaian apakah bagian-bagian itu memang logis untuk
disatukan (menjadi skala) yang mengukur suatu konstruk.
Langkah terakhir adalah menghubungkan konstruk yang sedang
diamati dengan konstruk lainnya, dan menelusuri apa saja dari
konstruk pertama mempunyai kaitan dengan unsur-unsur tertentu
pada konstruk yang lain tadi. (Margono, 2004: 187)
2) Content Validity
Content validity (validitas isi) menunjuk kepada suatu instrumen
yang memiliki kesesuaian isi dalam mengungkap atau mengukur
yang akan diukur. Sebagai contoh, seorang guru pada akhir
semester akan memberikan tes dari bahan yang diajarkan. Sudah
barang tentu banyak terdapat kemungkinan pertanyaan yang
diajukan. Sebuah tes yang mempunyai validitas isi yang tinggi,
apabila pertanyaan yang diajukan dapat menangkap apa yang
sudah diajarkan guru, atau yang diketahui siswanya. Validitas ini
kini mendapat perhatian yang makin besar dalam pengukuran-
pengukuran terhadap kemajuan belajar. Tes kemajuan belajar,
seperti dimaklumi adalah bermaksud mengetahui apa yang sudah
diketahui oleh siswa. Untuk mencapai maksud itu, butir-butir tes
tidak boleh keluar dari persoalan-persoalan yang dipandang
penting, dan masih erat berhubungan dengan isi dari
indikator/tujuan pembelajaran yang bersangkutan. Penentuan
suatu alat ukur mempunyai validitas isi, biasanya dapat didasarkan
pada penilaian para ahli dalam bidang tersebut.
3) Face Validity
Face validity (validitas lahir atau validitas tampang) menunjuk dua
arti berikut ini:
a) Menyangkut pengukuran atribut yang konkret. Sebagai contoh
pengawas ingin mengawasi kemampuan guru dalam
mengggunakan fasilitas internet, maka para guru disuruh
mengoperasikan akses internet. Apabila kemahiran aplikasi
akses internet yang diukur, maka teknik-teknik pemanfaatan
internet itu yang akan diukur.
b) Menyangkut penilaian dari para ahli maupun konsumen alat
ukur tersebut. Sebagai contoh, pengawas ingin mengawasi
tingkat partisipasi masyarakat terhadap sekolah, kemudian ia
membuat skala pengukuran dan menunjukkannya kepada ahli.
Apabila para ahli berpendapat bahwa semua unsur skala itu
memang mengukur partisipasi, skala tersebut memilki validitas
tampang.

4) Predictive Validity
Predictive validity menunjuk kepada instrumen peramalan.
Meramal sudah menunjukkan bahwa kriteria penilaian berada pada
saat yang akan datang, atau kemudian. Sebagai contoh, salah satu
syarat untuk diterima di perguruan tinggi adalah menempuh ujian.

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 5


Instrumen tes ujian itu dikatakan memiliki predictive validity yang
tinggi, apabila mendapat nilai yang baik ternyata dapat
menyelesaikan studinya dengan lancar, mudah dan berprestasi
baik, sedangkan yang mendapat nilai rendah akan mendapat
hambatan yang tiada tara, bahkan gagal di tengah jalan. Dengan
kata lain, dengan instrumen tes yang memiliki predictive validity
tadi, dapat diramalkan hasil studi calon mahasiswa pada masa
yang akan datang.
b. Reliabilitas Instrumen Supervisi Manajerial
Selain harus memenuhi kriteria valid, instrumen supervisi harus
reliabel. Arikunto (2002: 154) menyatakan: “Reliabilitas menunjuk
pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik”.
Reliabilitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan tiga aspek
dari suatu alat ukur (instrumen), yaitu 1) kemantapan; 2) ketepatan,
dan 3) homogenitas. Suatu instrumen dikatakan mantap apabila dalam
mengukur sesuatu berulang kali, dengan syarat bahwa kondisi saat
pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memberikan hasil yang
sama. Di dalam pengertian mantap, reliabilitas mengandung makna
juga „dapat diandalkan‟ (Margono, 2004: 181).
Ketepatan, menunjuk kepada instrumen yang tepat atau benar
mengukur dari sesuatu yang diukur. Instrumen yang tepat adalah
instrumen di mana pernyataannya jelas, mudah dimengerti dan rinci.
Pertanyaan yang tepat, menjamin juga interpretasi tetap sama dari
responden yang lain, dan dari waktu yang satu ke waktu yang lain.
Homogenitas, menunjuk kepada instrumen yang mempunyai kaitan
erat satu sama lain dalam unsur-unsur dasarnya.
Mutu suatu instrumen atau alat pengukur secara keseluruhan, pada
dasarnya dapat diperiksa melalui dua tahap usaha, yaitu pertama
dengan analisis rasional dan analisis empiris. Seorang pengawas yang
cermat dan berpengalaman biasanya dengan mudah dapat menilai
reliabilitas suatu instrumen pengawasan dengan cara analisis rasional.
Pengawas seperti ini akan dapat pula menunjukkan kelemahan dari
instrumen dan dengan segera dapat memberi pertimbangan, apakah
informasi yang diperoleh dari responden dapat dipercaya atau harus
diterima dengan hati-hati, atau ditolak. Langkah kedua dalam
memeriksa mutu instrumen ialah dengan menganalisis secara empiris
(analisis dengan menggunakan prosedur statistik).
Untuk menguji reliabilitas ada beberapa metode kerja yang dapat
dipergunakan yaitu :
1) Metode Ulang (Test-Retest)
Menurut Margono (2004: 184), metode ini menunjuk adanya
pengulangan pengukuran yang sama kepada responden yang sama,
dengan situasi yang (kira-kira) sama, pada dua waktu yang
berlainan. Cara ini memang sederhana, akan tetapi mempunyai

6 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


kelemahan-kelemahan karena kemungkinan-kemungkinan di bawah
ini:
(a) Terjadinya perubahan dalam diri responden di antara dua
kurun waktu pengisian instrumen, sehingga hasil pengukuran
yang pertama dan kedua terjadi perubahan yang besar.
(b) Kesiapan yang berbeda dari responden, pada keadaan
pengukuran kedua dibanding dengan yang pertama. Kebenaran
ini harus sungguh diperhatikan, apalagi dalam mengukur
reliabilitas tes kemampuan.
(c) Kemungkinan responden hanya mengingat dan mengulang
kembali jawaban yang pernah diberikan. Untuk sedikit
mengatasi, jarak waktu antara pengukuran yang pertama
dengan yang kedua perlu dipertimbangkan .
(d) Kemungkinan bahwa responden yang cirinya diukur berulang
kali menunjukkan suatu kesadaran terhadap ciri tersebut, yang
kemudian bertanggung jawab terhadap perubahan sikap itu.

2) Metode Pararel
Metode ini menunjuk pada suatu kesatuan yang sama, atau
kelompok variabel diukur dua kali pada waktu yang sama atau
hampir bersamaan, pada sampel atau responden yang sama juga.
Di dalam pelaksanaannya terdapat dua kemungkinan, yaitu: (1) dua
orang peneliti menggunakan instrumen yang sama pada responden
yang berbeda, (2) seorang peneliti dengan dua instrumen yang
berbeda tetapi bermaksud mengukur variabel yang sama. Salah
satu cara untuk menilai reliabilitas dari dua alat ukur adalah dengan
koefisien korelasi. Apabila koefisien korelasi dikuadratkan, akan
diperoleh koefisien determinan yang sekaligus merupakan indeks
reliabilitas untuk kedua alat ukur (Margono, 2004: 185).
3) Metode Belah Dua (Split Half Method)
Metode ini menunjuk pada pengujian suatu instrumen dengan cara
membagi dua, artinya instrumen dan skor pada kedua bagian
instrumen itu dikorelasikan. Pengujian dengan metode ini (lebih
tepat) pada instrumen yang terdiri dari beberapa pertanyaan atau
pernyataan, biasanya dalam bentuk skala. Sebuah skala biasanya
mengukur konsep, jadi yang diukur dalam metode belah dua ini
adalah homogenitas dan internal consistency pertanyaan/
pernyataan yang termasuk dalam suatu instrumen. Proses
pengujian reliabilitas pada metode belah dua ini, hampir sama
dengan metode pararel. Sampai saat ini belum ada pedoman yang
baik untuk memilih suatu instrumen. Cara yang biasanya ditempuh
adalah dengan mengelompokkan pertanyaan yang bernomor ganjil
pada satu kelompok dan pernyataan yang genap pada kelompok
yang lain. Kelemahan metode ini bahwa koefisien korelasi dan
indeks reliabilitasnya biasanya berfluktuasi tergantung dari cara
pengelompokkan pertanyaan-pertanyaan. (Margono, 2004: 185-
186).

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 7


c. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen
Setidaknya ada dua cara dalam mengembangkan instrumen (alat ukur),
yaitu: (1) dengan mengembangkan sendiri; dan (2) dengan cara
menyadur (adaptation). Sehubungan dengan pengembangan
instrumen pengawasan sekolah, untuk mengawasi bidang-bidang
garapan manjemen sekolah, seorang pengawas dapat
mengembangkan sendiri instrumen pengawasannya atau dapat
menggunakan instrumen yang sudah ada, baik instrumen yang telah
digunakan dalam pengawasan sekolah sebelumnya maupun berupa
instrumen baku literatur yang relevan.
Sebenarnya kegiatan pengawasan identik dengan kegiatan penelitian.
Setidaknya, dalam langkah-langkah penyusunan instrumen. Seperti
diketahui, menurut Natawidjaja (Komala, 2003: 59) ada beberapa
langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan sendiri
instrumen pengawasan sekolah. Langkah-langkah tersebut dapat
mengikuti tahapan berikut:
1) Menentukan masalah penelitian (bidang yang akan diawasi)
2) Menentukan variabel (yang diawasi)
3) Menentukan instrumen yang akan digunakan.
4) Menjabarkan bangun setiap variabel.
5) Menyusun kisi-kisi.
6) Penulisan butir-butir instrumen.
7) Mengkaji ulang instrumen tersebut yang dilakukan oleh peneliti
(pengawas) sendiri dan oleh ahli ahli (melalui judgement).
8) Penyusunan perangkat instrumen sementara.
9) Melakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui: (a) apakah
instrumen itu dapat diadministrasikan; (b) apakah setiap butir
instrumen itu dapat dan dipahami oleh subjek penelitian
(pengawasan); (c) mengetahui validitas; dan (d) mengetahui
reliabilitas.
10) Perbaikan instrumen sesuai hasil uji coba.
11) Penataan kembali perangkat instrumen yang terpakai untuk
memperoleh data yang akan digunakan.
Sedangkan bila pengawas ingin mengembangkan instrumen dengan
prosedur adaptasi (menyadur), maka langkah-langkah yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Penelaahan instrumen asli dengan mempelajari panduan umum
(manual) instrumen dan butir-butir instrumen. Hal itu dilakukan
untuk memahami (a) bangun variabel; (b) kisi-kisinya; (c) butir-
butirnya; (d) cara penafsiran jawaban.
2) Penerjemahan setiap butir instrumen ke dalam bahasa Indonesia.
Penerjemahan dilakukan oleh dua orang secara terpisah.
3) Memadukan kedua hasil terjemahan oleh keduanya.
4) Penerjemahan kembali ke dalam bahasa aslinya. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kebenaran penerjemahan tadi.
5) Perbaikan butir instrumen bila diperlukan.
6) Uji pemahaman subjek terhadap butir instrumen.

8 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


7) Uji validitas instrumen.
8) Uji reliabilitas instrumen.
Dengan mengacu pada pendapat Crocker dan Algina (Komala, 2003:
60-61), langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
mengkonstruksikan sebuah instrumen yang standar, yaitu:
1) Menentukan tujuan utama penggunaan instrumen
2) Menentukan tingkah laku yang menggambarkan konstruk yang
hendak diukur atau menentukan domain.
3) Menyiapkan spesifikasi instrumen, menetapkan proporsi butir
yang harus terpusat pada setiap jenis tingkah laku yang
ditentukan pada langkah 2.
4) Menentukan pool awal butir.
5) Mengadakan penelaahan kembali terhadap butir-butir yang
diperoleh pada langkah 4 dan melakukan revisi bila perlu.
6) Melaksanakan uji coba butir pendahuluan dalam melakukan revisi
bila perlu.
7) Melaksanakan uji lapangan terhadap terhadap butir-butir hasil
langkah 6 pada sampel yang besar yang mewakili populasi untuk
siapa instrumen ini dimaksudkan.
8) Menentukan ciri-ciri statistik skor butir, dan apabila perlu, sisihkan
butir-butir yang tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
9) Merencanakan dan melaksanakan pengkajian reliabilitas dan
validitas untuk bentuk akhir instrumen.
10) Mengembangkan panduan pengadministrasian, penskoran dan
penafsiran skor instrumen.
Pemilihan instrumen pengawasan sekolah harus didasarkan kepada
rambu-rambu yang tepat. Sehingga jenis instrumen yang dipilih benar-
benar sesuai untuk mengumpulkan data pengawasan secara tepat.
Adapun rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pemilihan instrumen pengumpulan data pengawasan sekoah dapat
dilihat pada tabel di bawah ini (Arikunto, 1988: 52).
Tabel .1. Rambu-Rambu Pemilihan Instrumen
Pengumpulan Data Pengawasan

No Metode Instrumen Data tentang


1 Angket Angket a. Pendapat responden
b. Keadaan diri sendiri atau
keadaan luar diri
c. Kejadian yang sudah lampau
atau terus menerus
Skala sikap Sikap diri responden
2 Wawancara Pedoman a. Pendapat responden
(interviu) wawancara b. Keadaan diri sendiri atau
keadaan luar diri
c. Kejadian yang sudah lampau
atau terus menerus
3 Pengamatan Check list a. Keadaan (diam), banyak

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 9


No Metode Instrumen Data tentang
(observasi) aspek, sudah diketahui jenis
objeknya, tidak memerlukan
penjelasan.
b. Kejadian (berproses), banyak
aspek sudah diduga
pemunculannya, tidak
memerlukan penjelasan
urutan.
Pedoman a. Keadaan atau kejadian yang
pengamatan baru diketahui kerangka
garis besarnya.
b. Keadaan atau kejadian yang
garis besar latarnya
diketahui
4 Dokumentasi Check list Keadaan atau kejadian bagi hal-
hal masa lalu
5 Tes Soal tes Prestasi belajar, minat, aspek-
aspek kepribadian, serta aspek-
aspek psikologis yang lain, yang
dikumpulkan dalam kondisi
tertentu.

Menurut Arikunto (1988: 48-52), langkah-langkah yang harus dilalui


dalam menyusun instrumen apapun, termasuk instrumen pengawasan
sekolah adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang


akan disusun. Bagi para peneliti atau pengawas sekolah pemula,
merumuskan tujuan seperti ini tidak lazim. Padahal sebetulnya
langkah ini sangat perlu. Tidak mungkin kiranya atau apabila
mungkin akan sukar sekali dilakukan, menyusun instrumen tanpa
tahu untuk apa data itu terkumpul, apa yang harus dilakukan
sesudah itu apa fungsi setiap jawaban dalam setiap butir bagi
jawaban problematika dan sebagainya. Contoh: Tujuan menyusun
angket untuk mengumpulkan data tentang besarnya minat belajar
dengan modul.
2) Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel
dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian
variabel yang bersangkutan.

Contoh: Untuk mengumpulkan data tentang kegiatan belajar


mengajar di kelas diperlukan angket, wawancara, observasi, dan
dokumen. Kisi-kisinya adalah sebagai berikut:

10 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


Wawancara Angket Doku-
Variabel/ Sub Obser
No Penge men-
Variabel Guru Siswa Siswa vasi
- lola tasi

 
1 Mulai dan
berakhirnya 
pelajaran
2 Aktivitas siswa  
   
3 Kesulitan
modul
 
4 Kelengkapan
modul
 
5 Kelengkapan
alat
   
6 Pelaksanaan
tes
7 Mutu soal tes   
  
8 Pengambilan
nilai akhir
  
9 Pengadministr
asian modul

  
10 Situasi bela-
jar secara 
umum

3) Membuat butir-butir instrumen

Sesudah memiliki kisi-kisi seperti contoh di atas, langkah penilaian


berikutnya adalah membuat butir-butir instrumen. Yang tertera
pada kolom–kolom disebelah kanan adalah wawancara, angket,
observasi dan dokumentasi. Keempatnya menunjukkan jenis
kegiatan yang akan dilakukan oleh penilai dalam mengumpulkan
data. Untuk dapat melakukan pengumpulan data dengan baik,
penilai dilengkapi dengan instrumen (alat) agar pekerjaan dapat
dilakukan secara sistematis, menghemat waktu dan data yang
diperoleh sudah tersusun.

Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi


peneliti atau pengawas sekolah pemula, tugas menyusun
instrumen merupakan pekerjaan yang membosankan dan
menyebalkan. Sebelum memulai pekerjaannya, mereka
menganggap bahwa menyusun instrumen itu mudah. Setelah
tahu bahwa langkah awal adalah membuat kisi-kisi yang menuntut
kejelian yang luar biasa. Tidak mengherankan kalau banyak di
antara pengawas yang merasa kesulitan.

Tanda-tanda () yang tertera pada kisi-kisi di atas menunjukkan


isi mengenai informasi yang akan dijaring dengan instrumen yang

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 11


tertulis pada judul kolom. Dalam contoh terlihat bahwa butir-butir
pada wawancara untuk siswa dan angket untuk siswa tidak cukup
banyak. Dalam keadaan seperti ini, jika pengawas menghendaki,
dapat dipilih salah satu saja. Setiap instrumen mengandung
kebaikan dan kelemahan. Untuk itu harap mempelajari butir-butir
penelitian tentang instrumen penelitian.

4) Menyunting instrumen

Apabila butir-butir instrumen sudah selesai dilakukan, maka penilai


atau pengawas melakukan pekerjaan terakhir dari penyusunan
instrumen yaitu mengadakan penyuntingan (editing). Hal-hal yang
dilakukan dalam tahap-tahap ini adalah:

(a) Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki


penilai atau pengawas untuk mempermudah pengolahan data.
(b) Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.

(c) Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang


diberikan kepada orang lain. Untuk pedoman wawancara,
pedoman pengamatan (observasi) dan pedoman dokumentasi
hanya identitas yang menunjuk pada sumber data dan
identitas pengisi.

Angket dengan huruf-huruf yang jelas dan dengan wajah depan


yang menarik akan mendorong responden untuk bersedia
mengisinya. Berhubungan dengan keengganan responden untuk
mengisi angket, Borg dan Gall (Arikunto, 1988: 50) menyarankan
hal-hal sebagai berikut:

(a) Angket perlu dibuat menarik penampilannya dengan tata


letak huruf atau warna tertentu.
(b) Usahakan supaya responden dapat mengisi dengan cara yang
semudah-mudahnya.
(c) Setiap lembar perlu diberi nomor halaman.
(d) Tuliskan nama dengan jelas pada kepada siapa angket
tersebut dapat dikembalikan.
(e) Petunjuk pengisian dibuat singkat, jelas dan dengan cetakan
yang berbeda dengan butir-butir pertanyaan.
(f) Bila perlu, sebaiknya diberi contoh pengisian sebelum butir
pertanyaan pertama.
(g) Urutan pertanyaan diusahakan sedemikian rupa sehingga
memudahkan bagi pengisi untuk mengorganisasikan
pikirannya untuk menjawab.

12 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


(h) Butir pertanyaan pertama diusahakan yang mudah
pengisiannya, menarik dan tidak menekan perasaan.
(i) Butir pertanyaan yang menyangkut informasi yang sangat
penting jangan diletakkan di belakang.
(j) Pernyataan setiap butir supaya dibuat sejelas-jelasnya,
terutama mengenai inti dari hal yang diselidiki.

Untuk mengakhiri penjelasan tentang penyusunan instrumen,


berikut ini ditambahkan kondensi aturan-aturan penulisan butir
angket. Beberapa aturan dimaksud hampir sama persis dengan
aturan-aturan penyusunan tes objektif. Aturan-aturan tersebut
menurut Arikunto (1988: 50-51), yaitu:

(a) Hindarkan penggunaan kata-kata ”kebanyakan”, ”sebagian


besar”, ”biasanya” yang tidak mempunyai arti jelas dalam
jumlah.
(b) Rumusan yang pendek lebih baik daripada yang panjang
karena kalimat yang pendek akan lebih mudah dipahami.
(c) Rumusan negatif seyogyanya dihindari atau dikurangi hingga
sesedikit mungkin. Untuk membuat butir arti terbalik
(inverse), jika terpaksa menggunakan kata yang menunjuk
pada arti negatif hendaknya digarisbawahi.
(d) Tidak boleh membuat butir yang mengandung dua
pengertian, misalnya: ”Pendekatan menjadi tanggung jawab
orang tua masyarakat dan negara, karenanya maka orang
tua asuh perlu diharuskan untuk anggota masyarakat yang
mampu”. Terhadap pernyataan tesebut responden dapat
setuju terhadap pernyataan pertama tetapi tidak untuk yang
kedua.
(e) Hindari penggunaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang
membingungkan. Ingat bahwa angket merupakan daftar
pertanyaan yang diisi oleh responden pada waktu mereka
tidak berdekatan dengan penyusun. Oleh karena itu, semua
kata, kalimat atau kumpulan kalimat harus jelas.
(f) Hindari ”pengarahan terselubung”. Penyusun instrumen tidak
dibenarkan sedikit atau banyak memberikan ”isyarat
pancingan” (hint) yang menyebabkan responden memilih
suatu alternatif tertentu.

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 13


D. Aktivitas Pembelajaran

Tahapan
Deskripsi Kegiatan Waktu
Kegiatan
1. Persiapan Fasilitator mengecek kelengkapan alat
pembelajaran, seperti
10‟
LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker,
dan Laser Pointer.
2. Kegiatan


Pembelajaran


a. Kegiatan Pengkondisian peserta


Pendahuluan Perkenalan
Fasilitator menjelaskan tujuan,
5‟
kompetensi, Indikator, alokasi waktu, dan
5‟
skenario kegiatan pembelajaran
5‟

Implementasi kurikulum 2013.
Fasilitator memotivasi peserta tentang
manfaat materi pembelajaran agar
5‟
peserta serius, antusias, teliti dan bekerja
sama saat proses pembelajaran


berlangsung
b. Kegiatan Inti Peserta mengamati bahan tayang 1, yang


ditayangkan oleh fasilitator.
Peserta mengajukan sejumlah pertanyaan
20‟

berdasarkan tayangan 2.
Setiap kelompok mengamati contoh
instrumen yang ada pada LKPS 3.2, 15‟
kemudian mengomentari dari sisi 30‟
20‟

kontruksi dan substansi isinya.
Setiap kelompok melaporkan hasil 30‟


komentarnya.
Setiap kelompok mereviu instrumen 20‟


sesuai dengan tugas kelompoknya.
Setiap kelompok mempresentasikan hasil


reviu .
3. Kegiatan Menyimpulkan Materi pelatihan 5‟
10‟

Penutup pembelajaran 1.
Refleksi dan umpan balik tentang proses
Pembelajaran.

E. Rangkuman

Supervisi manajerial merupakan upaya yang dilakukan pengawas untuk


membina kepala sekolah khususnya, dan warga sekolah umumnya dalam
pengelolaan sekolah. Aktivitas pengawas dalam supervisi manajerial tercakup
dalam empat kata kunci, yaitu:

14 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


1. Membimbing (membantu dan mendampingi) dalam penyusunan dan
perumusan berbagai pedoman, panduan, kebijakan atau program sekolah.
2. Memonitor, dalam pelaksanaan hal-hal yang sudah jelas aturannya.
3. Membina, dalam pelaksanaan hal-hal yang perlu inisiatif sekolah.
4. Mengevaluasi (termasuk memeriksa dan menilai) dalam hal-hal yang
berkaitan dengan ketersediaan perangkat, maupun pelaksanaan program.

Untuk melaksanakan supervisi manajerial pengawas perlu memahami prinsip-


prinsip, metode dan teknik yang ada, serta menerapkannya sesuai dengan
permasalahan dan tujuan yang hendakn dicapai.

Sasaran supervisi manajerial adalah pengelolaan sekolah, meliputi


perencanaan, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi,
kepemimpinan dan sistem informasi manajemen.

F. Refleksi

Setelah kegiatan pembelajaran 1, ibu/bapak dapat melakukan refleksi dengan


menjawab pertanyaan berikut ini !

1. Apa yang ibu/bapak pahami setelah mempelajari materi ini?


2. Pengalaman penting apa yang ibu/ bapak peroleh setelah mempelajari
materi ini?
3. Apa manfaat materi ini terhadap tugas ibu/ bapak sebagai pengawas
sekolah?
4. Apa rencana tindak lanjut yang akan ibu/ bapak lakukan setelah kegiatan
ini

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 15


III KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

A. Deskripsi Materi

Supervisi manajerial merupakan kegiatan supervisi berkenaan dengan aspek


pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan
efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya pendidik dan tenaga
kependidikan, dan sumber daya lainnya.

Berubahnya kurikulum dari KTSP 2006 ke KTSP 2013 secara langsung


menuntut peningkatan fungsi supervisi manajerial seorang pengawas. Dengan
munculnya manajemen perubahan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah,
pengawas harus melakukan pendampingan secara efektif sebagai wujud
tajamnya supervisi manajerial dengan target berlangsungnya perubahan-
perubahan di sekolah dengan baik untuk implementasi kurikulum 2013.

Ruang lingkup supervisi manajerial terdiri dari pemantauan, penilaian, dan


pembinaan. Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan
pendidikan dalam supervisi manajerial adalah monitoring dan evaluasi. Tetapi
metode lainnya dapat digunakan sesuai dengan kondisi sekolah dan masalah
yang akan dipecahkan di sekolah.

Dalam kegiatan pembelajaran ini, saudara akan mendiskusikan bahan ajar


pelaksanaan supervisi manajerial terkait dengan implementasi kurikulum 2013,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Pelaksanaan pengawasan
manajerial dilakukan melalui pemantauan, penilaian dan pembinaan. Penilaian
dilaksanakan terhadap kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran 2, peserta dapat merancang dan


melaksanakan supervisi manajerial implementasi kurikulum 2013 dengan
benar.

C. Uraian Materi

Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, penilaian


dan pembinaan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di

16 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas
sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka
mencapai tujuan sekolah serta memenuhi 8 standar nasional pendidikan.
Dengan demikian fokus supervisi ini ditujukan pada pelaksanaan administrasi
dan pengelolaan sekolah. Kegiatan administrasi ditekankan pada proses dan
metode untuk menjamin suatu tindakan yang tepat. Administrasi sebagai tugas
(kewajiban) dalam konteks pendidikan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi : 1. Administrasi standar isi, 2. Administrasi standar
kompetensi lulusan, 3. Administrasi standar proses, 4. Administrasi standar
pendidik dan tenaga kependidikan, 5. Administrasi standar sarana dan
prasarana, 6. Administrasi standar pengelolaan, 7. Administrasi standar
pembiayaan, dan 8. Administrasi standar penilaian. Tujuan supervisi terhadap
kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah terakreditasi dengan baik dan
dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa administrasi sekolah adalah pengaturan dan pendayagunaan
segenap sumber daya sekolah secara efisien dalam penyelenggaraan
pendidikan agar tujuan pendidikan di sekolah tercapai secara optimal.
Supervisi pada kegiatan administrasi sekolah dilakukan agar pengawas
memastikan bahwa administrasi sekolah dapat : 1. Memberi arah dalam
penyelenggaraan sekolah 2. Menjadi umpan balik bagi perbaikan proses dan
hasil pendidikan 3. Meningkatkan mutu penyelenggaraan administrasi sekolah
4. Tertib administrasi 5. Mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 6.
Menunjang tercapainya program sekolah secara efektif dan efisien.
Salah satu fokus penting lainnya dalam supervisi manajerial oleh pengawas
terhadap sekolah, adanya hal berkaitan pengelolaan atau manajemen sekolah.
Sebagaimana diketahui dalam dasa warsa terakhir telah dikembangkan wacana
manajemen berbasis sekolah (MBS), sebagai bentuk paradigma baru
pengelolaan dari sentralisasi ke desentralisasi yang memberikan otonomi
kepada pihak sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat (Sudarwan
Danim, 2006: 4). Pengawas dituntut dapat menjelaskan sekaligus
mengintroduksi model inovasi manajemen ini sesuai dengan konteks sosial
budaya serta kondisi internal masing-masing sekolah.
1. Ruang Lingkup Supervisi Manajerial.
a. Pemantauan
Pemantauan manajemen perubahan mengarah pada pencapaian 8
standar nasional pendidikan (SNP) dan memanfaatkan hasil-hasilnya
untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.
b. Penilaian
Penilaian terhadap kinerja kepala sekolah dalam hal menjadi agen
perubahan pertama di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013
sesuai dengan standar nasional pendidikan.
c. Pembinaan
Pembinaan dilakukan pengawas tentang pengelolaan sekolah meliputi
penyusunan KTSP 2013 berdasarkan Standar Nasional Pendidikan,
membantu kepala sekolah mengembangkan pusat sumber belajar (PSB)
dan sumber-sumber belajar lainnya dalam mendukung

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 17


terselenggaranya pembelajaran dengan pendekatan saintifik,
mengembangkan kemampuan kepala sekolah dalam penyusunan
program dan pelaksanaan peminatan dan ekstra kurikuler wajib
Pramuka, melakukan pendampingan kepada kepala sekolah dalam
melaksanakan pengelolaan dan administrasi sekolah secara umum,
melakukan pendampingan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling, serta melakukan pendampingan
kepala sekolah dalam mengevaluasi keterlaksanaan program-program
sekolah, melaporkan hasil evaluasinya kepada pemangku kepentingan,
dan menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan data hasil evaluasi
tersebut.

Hasil pemantauan dan penilaian oleh pengawas harus dijadikan dasar untuk
peningkatan kompetensi dan profesionalisme kepala sekolah dan
ditindaklanjuti dengan melakukan pembinaan baik berupa pembimbingan
dan/atau pelatihan kepala sekolah.
Pada implementasi kurikulum 2013 supervisi manajerial sangat dibutuhkan
mengingat adanya perubahan mindset dan perilaku warga sekolah yang
dipimpin oleh kepala sekolah. Karena itu pengawas harus melakukan
pendampingan kepada kepala sekolah agar mendapat kepastian bahwa
implementasi kurikulum berjalan sesuai dengan harapan.
Seperti telah dikemukakan di depan, dalam melaksanakan supervisi
manajerial, pengawas harus melakukan perencanaan terlebih dahulu.
Perencanaan meliputi penyusunan Program Pengawasan Tahunan, Program
Semester, Program Pembinaan Kepala Sekolah, Program Pemantauan
Standar Nasional Pendidikan (SNP), Program Penilaian Kinerja Kepala
Sekolah, Rencana Pengawasan Manajerial (RPM), dan membuat Instrumen
Supervisi Manajerial. Seluruh program yang disiapkan harus mengacu pada
standar penilaian kinerja pengawas sekolah (PKPS). Hal ini penting, sebab
selain untuk menjadi patokan pendokumenan hasil supervisi sekolah binaan,
secara individual setiap pengawas memerlukan nilai kinerja minimal baik
dalam rangka peningkatan karirnya. Sebagai pedoman dalam penyusunan
program yang memenuhi kriteria PKKS, pengawas hendaknya menganalisis
instrumen penilaian kinerja pengawas sekolah (menurut Permendiknas no
21 tahun 2010 tentang tugas pengawas sekolah dan angka kreditnya).

2. Metode dan Teknik Supervisi Manajerial.


Metode pelaksanaan pengawasan manajerial dapat dilakukan dengan cara
observasi, kunjungan atau pemantauan, pengecekan/klarifikasi data, dan
rapat dengan kepala sekolah. Secara spesifik berikut ini saudara akan
membaca penjelasan jenis-jenis metode dan teknik supervisi manajerial.

a. Monitoring dan Evaluasi


Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan
dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.
1) Monitoring

18 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


Monitoring adalah kegiatan pengontrolan pelaksanaan program-
program penyelenggaraan sekolah dengan konsekuen sesuai
dengan rencana, program dan/atau standar yang telah ditetapkan.
Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau
pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan.
Sebagai contoh, pengawas melakukan monitoring terhadap
penyusunan KTSP 2013, memantau penyusunan program
peminatan dengan melibatkan guru bimbingan dan konseling,
memantau penyusunan program penerimaan peserta didik baru,
memantau program supervisi akademik kepala sekolah untuk
memastikan terselenggaranya proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, memantau penyusunan program pengelolaan
sarana prasarana sekolah menyangkut sarana pendukung
terselenggaranya pembelajaran saintifik, mulai dari penyediaan
buku siswa dan buku guru, kegiatan analisis buku siswa dan analisis
buku guru, menyiapkan laboratorium IPA, laboratorium komputer,
laboratorium bahasa, perpustakaan, dan sumber-sumber belajar
lainnya, menyusun administrasi keuangan yang efisien, transparan
dan akuntabel, menyusun program penilaian otentik secara makro
dan mikro, menyusun program peningkatan kualitas hubungan
sekolah dengan masyarakat terkait pelaksanaan kurikulum 2013,
dan menyusun program pengembangan diri dan layanan khusus, di
antaranya program peminatan dan ekstra kurikuler. Pengawas
harus memantau program pelaksanaan ekstra kurikuler Pramuka
mengingat Pramuka sudah ditetapkan sebagai ekstra kurikuler wajib.
Monitoring lebih bersifat klinis, pengawas dapat segera mengatasi
hambatan dan gangguan yang ditemukan selama program masih
berjalan. Namun jangan lupa, pengawas harus memastikan bahwa
apa yang dimonitornya adalah hal-hal yang dikembangkan dan
dijalankan dalam rencana pengembangan sekolah (RPS).

Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus


melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat
seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai. Secara
tradisional pelaksanaan pengawasan melibatkan tahapan: (a)
menetapkan standar untuk mengukur prestasi, (b) mengukur
prestasi, (c) menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan
(d) mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi
standar (Nanang Fattah, 1996: 102).
Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan dalam
dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri,
yaitu dengan menerapakan Total Quality Controll. Pengawasan ini
tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat
internal. Oleh karena itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga
pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan mutu.
2) Evaluasi
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauh mana
kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauh

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 19


mana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk (a) mengetahui tingkat
keterlaksanaan program, (b) mengetahui keberhasilan program, (c)
mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya,
dan (d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.
Sebagai contoh pengawas melakukan evaluasi keterlaksanaan
kurikulum 2013, pengukuran dilakukan dengan menggunakan
instrumen seperti berikut ini : (contoh hanya menunjukkan supervisi
manajerial saja, tidak mencantumkan supervisi akademik).

INSTRUMEN PEMANTAUAN KETERLAKSANAAN KURIKULUM 2013

Sekolah : .....................................

Alamat : .....................................

Kepala Sekolah : .....................................

Hari/Tanggal : .....................................

A. INSTRUMEN PEMANTAUAN MANAJERIAL

No Uraian Skor Keterangan


Kepala Sekolah :
1. Mengembangkan (1) rencana perubahan Skor
berdasarkan visi, misi, dan tujuan maksimal 4
sekolah; (2) mendeskripsikan kondisi jika seluruh
nyata sekolah; (3) mendeskripsikan aspek
kondisi yang sekolah harapkan; dan (4) terpenuhi.
menentukan strategi untuk mewujudkan
harapan.
2. Menetapkan rencana dan melaksanakan Skor
program (1) peningkatan keberterimaan maksimal 5
perubahan kurikulum, (2) membangun jika seluruh
suasana sekolah yang kondusif, (3) aspek
menetapkan target terbaik yang terpenuhi.
mencerminkan keyakinan yang tinggi,
(4) menyebarkan informasi kepada yang
berkepentingan dan (5)
mengembangkan kerja sama yang
harmonis antarseluruh pemangku
kepentingan.
3. Menetapkan prioritas program Skor
pengembangan kompetensi pendidik maksimal 2
untuk mendukung (1)proses
pembelajaran dan (2)penilaian.
4. (1)Melaksanakan program analisis Skor
konteks, (2) mengkaji kesesuaian SKL, maksimal 2
KI, KD, indikator hasil belajar, buku
guru, dan buku siswa.
5. (1) Mengelola implementasi peminatan, Skor

20 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


No Uraian Skor Keterangan
(2) mengembangkan struktur kurikulum maksimal 5
(3) memetakan tugas siswa (4)
merumuskan kalender akademik (5)
mentetapkan peraturan akademik
6. Menjamin pelaksanaan pendekatan Skor 1
saintifik, yang divariasikan dengan
penerapan metode inkuiri, pemecahan
masalah dan proyek melalui kegiatan
pembinaan atau supervisi
7. Menetapkan prioritas program Skor 1
penyediaan sarana-prasarana
pembelajaran.
8 Memantau perkembangan hasil belajar Skor 1
siswa secara berkala dalam evaluasi
keterlaksanaan perubahan.
Perolehan skor
Total skor
Persentase Ketercapaian

Kesimpulan:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Rekomendasi:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Mengetahui,
…………,………………….
Kepala Sekolah, Pemantau,

------------------------------ ----------------------
NIP. NIP

b. Refleksi dan Focused Group Discussion


Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu
pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau
kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai
standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang
dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada
pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite
sekolah dan guru. Misalnya pengawas menyampaikan hasil monitoring
pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Temuan-

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 21


temuan dari monitoring itu disampaikan kepada stakeholders sekolah,
misalnya tentang RPP yang belum saintifik, pembelajaran belum
berhasil mengeksplorasi kegiatan yang bersifat saintifik, alat bantu
pembelajaran belum mendukung penggunaan IT secara optimal, guru
banyak yang belum melakukan analisis buku siswa dan buku guru, guru
belum dapat mengelola waktu pembelajaran dengan efektif dan
seterusnya. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan
refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor
penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan.
Permasalahan tersebut ditindaklanjuti untuk dibahas melalui forum.
Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD),
yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok
terfokus ini dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan
kebutuhan. Putaran pertama membahas RPP, putaran berikut
membahas pendekatan saintifik, kemudian membahas media
pembelajaran, dan seterusnya.
Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder
mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta
menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan
diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini
adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila
diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya.
c. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak
sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep
MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas
dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi
daerah, serta pandangan seluruh stakeholder.
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam
susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan
pendalaman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi
tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga
sekolah untuk mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak
stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering
menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya
sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas
pendidikan, tokoh masyarakat, orang tua murid dan guru untuk
membicarakan masalah peminatan, masalah ekstra kurikuler, masalah
pembiayaan suatu kegiatan, dan masalah penilaian otentik, maka
biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu
yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta
hanya akan menjadi pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala
sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak

22 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


pihak. Langkah-langkahnya menurut Gorton (1976: 26-27) adalah
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap
memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai
pengembangan sekolah;
2) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara
tertulis tanpa disertai nama/identitas;
3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar
urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
4) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai
pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan
menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta
yang dimintai pendapatnya.

d. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini
tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau
urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok
Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh,
pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop
tentang pengembangan KTSP 2013, sistem administrasi, peran serta
masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
3. Pelaksanaan Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial pada tahun ini diberi tambahan tugas berupa
implemetasi Kurikulum 2013 serentak di seluruh sekolah di Indonesia.
Pengawas harus melakukan konsentrasi supervisi manajerial bukan saja
tentang pengelolaan dan administrasi pelaksanaan kurikulum lama (KTSP
2006), tetapi harus melakukan supervisi pada implementasi Kurikulum 2013.
Pada kegiatan ini akan dibahas supervisi yang berkaitan langsung dengan
terselenggaranya kurikulum 2013, di antaranya :
a. manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik
b. manajemen ekstrakurikuler wajib dan pilihan
c. administrasi buku guru dan buku siswa
d. analisis ratio PTK dalam program peminatan
e. manajemen keuangan
f. hubungan sekolah dan masyarakat
g. layanan khusus peminatan.
h. dan sebagainya.

Manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik


Seperti halnya manajemen kurikulum KTSP 2006, kepala sekolah harus
menyusun KTSP 2013 dengan pembelajaran saintifik. Pengawas harus

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 23


melakukan pemantauan dan pendampingan dalam penyusunan KTSP 2013.
Pengawas memastikan bahwa kepala sekolah telah memahami petunjuk
penyusunan KTSP dalam Permendikbud No 81 A lampiran I tentang
penyusunan KTSP dan peraturan terkait lainnya. Supervisi kepada kepala
sekolah sangat diperlukan karena pada implementasi kurikulum 2013
kepala sekolah harus melakukan perubahan-perubahan baik perubahan
terhadap struktur organisasi, hubungan kerja dan job deskripsi yang jelas,
perubahan terhadap teknologi proses kerja, metode kerja, dan peralatan
kerja, maupun perubahan persepsi, perubahan sikap (perubahan mindset)
dan kebiasaan dari para pemangku kepentingan, baik individu maupun
kelompok. Pengawas harus merekam data perubahan-perubahan di
sekolah secara lengkap, melaporkan temuan kepada sekolah agar segera
dilakukan penyelesaiannya.
Supervisi yang dilakukan pengawas harus memantau kepala sekolah
melakukan manajemen perubahan melalui Planning, Organizing, Leading,
dan Controlling. Pengawas harus mendapat kepastian bahwa kepala
sekolah memahami apa yang berubah, ke mana arah perubahan, dan
menguasai bagaimana cara merubah sekolah menuju kurikulum 2013.
Selama supervisi penyusunan KTSP pengawas memberi saran dan masukan
untuk terciptanya KTSP yang kondusif bagi partisipasi seluruh warga
sekolah membentuk berbagai kerja yang sinergis, memiliki agen perubahan
yang akomodatif mengeliminasi setiap gejala resistensi perubahan.
Pengawas juga dapat mendorong kepala sekolah menyiapkan program
evaluasi pelaksanaan KTSP 2013 dan rencana perbaikan berkelanjutan.
Manajemen ekstrakurikuler wajib dan pilihan
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan untuk mendukung perkembangan
peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan
sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler
peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan
mengembangkan potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan
manfaat sosial yang besar.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement
dan complement) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam
rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan. Pengawas
dapat merekam data program ekstrakurikuler dengan cara membaca
program ekstrakurikuler yang disusun oleh sekolah. Di dalam program
tersebut harus tergambar pengelolaan kepala sekolah, meliputi penentuan
ekstrakurikuler pilihan, mengembangkan kegiatan pramuka, pemilihan
pembina dan pelatih yang handal, menentukan teknis pelaksanaan
ekstrakurikuler dan pembiayaannya.
Pengawas harus memberikan pembimbingan kepada kepala sekolah agar
penyusunan program ekstrakurikuler mengacu kepada petunjuk
pelaksanaan ekstrakurikuler dalam Permendikbud No. 81A lampiran II.

24 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


Administrasi buku guru dan buku siswa
Administrasi buku guru dan buku siswa kali ini merupakan prioritas
manajemen sarana prasarana sekolah, karena analisis buku guru dan
analisis buku siswa menjadi bagian penting dalam implementasi kurikulum
2013. Supervisi yang dilakukan dapat melalui observasi hasil analisis buku
yang dilakukan oleh guru, observasi rekapitulasi hasil analisis buku,
observasi data jumlah buku yang tersedia.
Analisis ratio PTK dalam program peminatan
Dalam penyusunan program peminatan pengawas hendaknya melakukan
pembimbingan dan pemantauan termasuk pembimbingan dalam analisis
PTK dengan struktur kurikulum. Selanjutnya pengawas melakukan FGD
bersama kepala sekolah, komite sekolah dan PTK terutama guru BK untuk
memperoleh dasar pengambilan keputusan tentang jumlah rombel setiap
jurusan.
Manajemen keuangan
Supervisi terhadap manajemen keuangan tetap dijadikan prioritas setiap
tahun mengingat seluruh kegiatan yang tercantum dalam RKT melibatkan
pembiayaan. Pengawas melakukan pemantauan dalam penyusunan
RKT/RKAS berbasis transparansi, efisien dan akuntabel.
Hubungan sekolah dan masyarakat
Hubungan sekolah dan masyarakat dalam konteks implementasi kurikulum
2013 melibatkan lebih banyak komponen masyarakat yang diharapkan
dapat mendukung terselenggaranya kurikulum di sekolah dengan baik.
Layanan khusus peminatan
Dalam pelaksanaan program peminatan, pengawas harus memantau dan
membimbing penyusunan program peminatan melibatkan guru BK dan
Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Selanjutnya program peminatan
disosialisasikan kepada stakeholder sekolah.

D. Aktifitas Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu


1. Persiapan Fasilitator mengecek kelengkapan alat 10‟
pembelajaran, seperti
LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan
Laser Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
2. Kegiatan
Pembelajaran.
a. Kegiatan Pengkondisian peserta 5‟
Pendahuluan Perkenalan 5‟
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, 5‟
indikator, alokasi waktu, dan skenario kegiatan
pembelajaran materi pelatihan Supervisi
pembelajaran pada implementasi kurikulum 2013

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 25


Tahapan Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Fasilitator memotivasi peserta tentang manfaat 5‟
materi pelajaran agar peserta serius, antusias, teliti,
dan bekerja sama saat proses pembelajaran

 Peserta mengamati bahan tayang 2 yang


berlangsung.
b. Kegiatan Inti 90‟

 Peserta mengajukan sejumlah pertanyaan


ditayangkan oleh fasilitator.

 Peserta mendiskusikan tugas lembar kerja


berdasarkan bahan tayang 2.

 Setiap kelompok melakukan simulasi supervisi


bahan bacaan 2

 Mengamati dan menganalisis simulasi supervisi


manajerial.

 Menyimpulkan simulasi supervisi manajerial


manajerial

c. Kegiatan Membuat rangkuman materi pelatihan 5‟


Penutup Refleksi dan umpan balik tentang proses 10‟
pembelajaran.

E. Rangkuman

Sasaran supervisi manajerial adalah pengelolaan sekolah, meliputi


perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Supervisi manajerial hendaknya
diarahkan pada peningkatan mutu berbasis sekolah yang bermuara pada
kemandirian, pemberdayaan dan mutu sekolah sehingga dapat memberikan
pelayanan sebaik-baiknya terhadap peserta didik, masyarakat, dan
pemerintah.

F. Refleksi

Setelah kegiatan pembelajaran 2, saudara dapat melakukan refleksi dengan


menjawab pertanyaan berikut ini !
1. Apakah saudara sudah memahami tentang pelaksanaan supervisi
manajerial implementasi kurikulum 2013 yang akan diaplikasikan pada
sekolah binaan?
2. Pengalaman penting apa yang saudara peroleh setelah mempelajari materi
ini?
3. Apa manfaat materi pelaksanaan supervisi manajerial implementasi
kurikulum 2013 terhadap tugas seorang pengawas sekolah?
4. Apa rencana tindak lanjut supervisi yang akan saudara lakukan setelah
kegiatan ini?

26 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


IV KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
TINDAK LANJUT DAN PELAPORAN HASIL SUPERVISI
MAJERIAL

A. Deskripsi Materi

Dalam pembelajaran 3 ini, ibu/bapak akan membaca dan mendiskusikan


tentang salah satu tugas pengawas yaitu menyusun tindak lanjut dan laporan
hasil supervisi manajerial secara konsep dasar dan praktik. Hal ini sesuai
dengan amanat Peraturan Meteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi
dan Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya. Produk akhir dari pembelajaran ini adalah
pengawas terampil melakukan tindak lanjut dan menyusun laporan hasil
supervisi manajerial.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 3, pengawas mampu membuat


laporan dan tindak lanjut hasil supervisi manajerial implementasi kurikulum
2013

C. Uraian Materi

TINDAK LANJUT DAN LAPORAN SUPERVISI MANAJERIAL

1. Tindak Lanjut

Setelah pengawas sekolah melakukan pemantuan terhadap pengelolaan


sekolah, langkah berikutnya adalah melakukan tindak lanjut. Tindak lanjut
dalam kegiatan supervisi manajerial dapat berupa tindak lanjut korektif yang
memperbaiki temuan ketidaksesuai dalam pengelolaan sekolah dan tindak
lanjut preventif yang berupa upaya untuk mengatasi timbulnya
permasalahan di masa yang akan datang. Tindak lanjut supervisi manajerial
dapat berupa tindakan saran-saran improvisasi untuk meningkatkan
keunggulan pengelolaan sekolah.
Tindak lanjut korektif dan preventif memerlukan kegiatan analisis akar
penyebab masalah secara terstruktur agar tindakan efektif dan efisien.
Terdapat berbagai metode evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi akar
penyebab (root cause analysis) suatu kejadiaan yang tidak diharapkan
(undesired outcome).

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 27


Analisis Penyebab Masalah merupakan pendekatan terstruktur untuk
mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada satu atau lebih kejadian-
kejadian yang lalu agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja
(Corcoran 2004). Selain itu, analisis penyebab masalah dapat
memudahkan pelacakan terhadap faktor yang mempengaruhi kinerja.
Penyebab masalah adalah bagian dari beberapa faktor (kejadian, kondisi,
faktor organisasional) yang memberikan kontribusi, atau menimbulkan
kemungkinan penyebab dan diikuti oleh akibat yang tidak diharapkan.
Jing (2008) menjelaskan lima metode yang populer untuk mengidentifikasi
akar penyebab (root cause) suatu kejadiaan yang tidak diharapkan
(undesired outcome) dari yang sederhana sampai dengan komplek yaitu :
a. Is/Is not comparative analysis merupakan metoda komparatif yang
digunakan untuk permasalahan sederhana, dapat memberikan
gambaran detil apa yang terjadi dan telah sering digunakan untuk
menginvestigasi akar masalah.
b. 5 Why methods merupakan alat analisis sederhana yang memungkinkan
untuk menginvestigasi suatu masalah secara mendalam.
c. Fishbon diagram merupakan alat analisis yang populer, yag sangat baik
untuk menginvestigasi penyebab dalam jumlah besar. Kelemahan
utamanya adalah hubungan antar penyebab tidak langsung terlihat, dan
interaksi antar komponen tidak dapat teridentifikasi.
d. Cause and effect matrix merupakan matrik sebab akibat yang dituliskan
dalam bentuk tabel dan memberikan bobot pada setiap faktor penyebab
masalah.
e. Root Cause Tree merupakan alat analisis sebab – akibat yang paling
sesuai untuk permasalahan yang kompleks. Manfaat utama dari alat
analisis tersebut yaitu memungkinkan untuk mengidentifikasi hubungan
diantara penyebab masalah.

Chandler (2004) dalam Ramadhani et. al (2007) menyebutkan bahwa dalam


memanfaatkan analsisi penyebab masalah terdapat empat langkah yang
harus dilakukan pertama mengidentifikasi dan memperjelas definisi
undesired outcome(suatu kejadiaan yang tidak diharapkan), kedua
mengumpulkan data, ketiga menempatkan kejadian-kejadian dan kondisi-
kondisi pada event and causal factor table, dan keempat lanjutkan
pertanyaan “mengapa” untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang
paling kritis.
Metode yang mudah untuk dilaksanakan dalam melakukan analisis
penyebab masalah adalah metode Why Analysis (analisa kenapa) adalah
suatu metode yang digunakan dalam rangka problem solving yaitu mencari
akar suatu masalah atau penyebab dari defect supaya sampai ke akar
penyebab masalah.
Istilah lain dari why analysis adalah 5 why‟s analysis. Metoda ini
dikembangkan oleh pendiri Toyota Motor Corporation yaitu Sakichi Toyoda
yang menginginkan setiap individu dalam organisasi memiliki skill problem
solving dan mampu menjadi problem solver di area masing-masing.

28 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


Metoda yang digunakan oleh why analysis adalah dengan menggunakan
iterasi yaitu pertanyaan MENGAPA yang diulang beberapa kali sampai
menemukan akar masalahnya.
Tahapan umum saat melakukan root cause analysis dengan why why
analysis:
a. Menentukan masalahnya dan area masalahnya
b. Mengumpulkan team untuk brainstorming sehingga kita bisa memiliki
berbagai pandangan, pengetahuan, pengalaman, dan pendekatan yang
berbeda terhadap masalah
c. Melakukan gemba (turun ke lapangan) untuk melihat tempat, objek dan
data aktual
d. Mulai bertanya menggunakan mengapa (why)
Sebagai contoh masalah : Sarana prasarana yang rusak tidak berfungsi
ditumpuk di suatu pojok ruangan dan terjadi selama bertahun-tahun.
a. Mengapa ? Komponen karena sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki dan
tidak dibuang.
b. Mengapa rusak dan tidak dibuang? Tidak pernah diperbaiki dan sarana
prasarana milik negara, jadi susah dihapuskan.
c. Mengapa tidak diperbaiki dan tidak dihapuskan? Tidak ada yang tahu
d. Mengapa tidak ada yang tahu? Tidak ada jadwal rutin pemeliharaan dan
tidak tahu prosedurnya.
e. Mengapa tidak tahu prosedurnya? Inilah akar masalahnya
Terkadang untuk sampai pada akar masalah sampai pada pertanyaan kelima
atau bahkan bisa lebih atau juga bisa bahkan kurang tergantung dari tipe
masalahnya. Metode analisis ini cukup mudah efektif, bukan hanya di
permukaan saja dan mencegah masalah.
Setelah sampai pada akar masalah, ujilah setiap jawaban dari yang
terbawah apakah jawaban tersebut akan berdampak pada akibat di level
atasnya. Contoh: apakah kalau mengetahui prosedur dan ada jadwal rutin
pemeliharaan maka akan mudah buat pemeliharaan untuk melakukan
pemeliharaan dan penghapusan barang. Apakah hal tersebut paling masuk
akal dalam menyebabkan dampak di level atasnya. Apakah ada alternatif
kemungkinan penyebab lainnya? Pada umumnya solusi tidak mengarah
pada menyalahkan ke orang tapi bagaimana cara melakukan perbaikan
sistem atau prosedur. Jika akar penyebab sudah diketahui maka segera
implementasikan solusinya.
Tindak lanjut supervisi manajerial merupakan tindakan yang dilakukan oleh
kepala sekolah dan pengawas dalam rangka memperbaiki temuan-temuan
ketidaksesuaian atau mengatasi permasalahan yang ditemukan. Temuan
dalam kegiatan supervisi dapat dikategorikan berdasarkan tingkat
kepentingannya, berdasarkan dampak yang ditimbulkan, frekuensinya.
Temuan yang mempunyai tingkat kepentingan tinggi, berdampak luas dan
sering terjadi berulang kali memerlukan tindak lanjut sesegera mungkin.
Efektivitas tindak lanjut supervisi manajerial dalam mengatasi
ketidaksesuaian atau temuan bergantung dari ketepatan dalam melakukan

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 29


analisis akar penyebab masalah dan pemilihan alternatif solusi yang dipilih
untuk mengatasi permasalahan.
Bentuk tindak lanjut supervisi manajerial harus tidak menimbulkan masalah-
masalah baru. Pengawas sekolah dalam memberikan saran tindak lanjut
harus memperhatikan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang
telah ditetapkan, solusi terpilih tidak menimbulkan permasalahan yang baru.
Beberapa dokumen resmi yang dapat dijadikan referensi dan standar dalam
kegiatan supervisi manajerial antara lain.
Aspek SNP Standar dan Referensi Terkait
Standar Kompetensi Permendikbud no 54 tahun 2013 dsb
Lulusan
Standar Isi Permendibud no 67, 68, 69,70 tahun 2013 dsb
Standar Proses Permendikbud 65 thn 2013
Permendikbud 81 a thn 2013 dsb
Standar Penilaian Permendibud no 66 tahun 2013
Standar PTK PP no 53 tahun 2010 dsb
Perka BKN no 1 tyhn 2013 dsb
Standar Pengelolaan Permendiknas no19 thn 2007
PP no 34 tahun 1974 dsb
Standar Sarana Permendiknas no 24 thn 2007
Prasarana Permendagri no 17 tahun 2007
Permendikbud 71 tahun 2013 dsb
Standar Pembiayaan Permendiknas no 69 tahun 2009
Panduan penggunaan dana BOS dsb
.
Bentuk tindak lanjut supervisi manajerial dapat berupa pembinaan secara
individual yaitu pembinaan yang dilakukan secara perseorangan setelah
supervisi tersebut selesai dilakukan, pembinaan secara kelompok yaitu
pembinaan yang dilakukan secara kelompok sepanjang permasalahan, dan
kendala yang dihadapi kepala sekolah sama untuk dicarikan solusi
pemecahannya dan pembinaan terpadu yaitu pembinaan yang dilakukan
secara terpadu dalam lingkungan sekolah, untuk menyamakan persepsi
tentang bidang tugas kepala sekolah, kebersamaan dalam upaya menjaga
ketahanan sekolah dan lain sebagainya.

2. Laporan Supervisi Manajerial


Laporan berarti segala sesuatu yang dilaporkan, dan pelaporan berarti
perihal melaporkan. Laporan hasil supervisi manajerial merupakan media
yang digunakan oleh pengawas untuk mengkomunikasikan hasil supervisi
manajerial kepada pimpinan organisasi, unit-unit kerja, serta pihak lain yang
berkepentingan untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Pelaporan hasil supervisi manajerial kepada pihak-pihak yang
berkepentingan merupakan hal yang penting dan nilai tambah pekerjaan
pengawas terletak pada penilaian dan penyajian informasi tersebut.
Penerimaan dan perhatian pihak yang berkepentingan terhadap simpulan
akhir laporan hasil supervisi, serta tindak lanjut terhadap permasalahan
yang dilaporkan merupakan ukuran kesuksesan supervisi manajerial.

30 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


Fungsi Laporan Hasil Supervisi
Laporan hasil supervisi berfungsi sebagai media komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Informasi tersebut digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk
pengambilan keputusan yang sangat beragam sesuai dengan kepentingan
masing-masing. Laporan hasil supervisi menginformasikan hasil penilaian
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan
informasi pelaksanaan tugas dan fungsi sekolah. Laporan hasil supervisi
menginformasikan apakah kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah
ditetapkan. Laporan juga menginformasikan hasil penilaian kemajuan suatu
program/kegiatan.
Laporan hasil supervisi berfungsi sebagai dokumen pertanggungjawaban
kegiatan pengawas. Pelaksanaan kegiatan supervisi manajerial menyerap
sumber daya dan harus dipertanggungjawabkan penggunaannya dalam
bentuk kinerja. Laporan hasil supervisi dapat dijadikan sebagai indikator
output kegiatan supervisi.
Untuk dapat memberikan fungsinya secara optimal maka laporan supervisi
manajerial harus memenuhi kriteria empat tepat yaitu:
a. Tepat Isi. Laporan harus didasarkan pada hasil pelaksanaan supervisi
yang didokumentasikan secara baik. Isi laporan harus sesuai dengan
pedoman pelaporan yang berlaku.
b. Tepat Waktu. Laporan hasil supervisi harus disampaikan tepat waktu.
Keterlambatan pelaporan dapat membuat manfaat laporan berkurang
bahkan tidak bermanfaat.
c. Tepat Saji. Laporan hasil supervisi disajikan secara menarik sehingga
mengundang minat manajemen untuk membacanya. Laporan ditulis
menggunakan bahasa yang lugas dan sederhana serta materi laporan
mudah dipahami pembaca.
d. Tepat Alamat. Laporan hanya boleh disampaikan kepada pihak-pihak
yang berwenang membaca. Laporan yang salah alamat tidak berguna,
bahkan dapat disalahgunakan pihak yang tidak berwenang.
Tujuan Laporan Supervisi Manajerial
Penyusunan laporan supervisi manajerial oleh setiap pengawas sekolah
bertujuan untuk:
a. Memberikan gambaran mengenai keterlaksanaan setiap butir kegiatan
yang menjadi tugas pokok pengawas sekolah.
b. Memberikan gambaran mengenai kondisi sekolah binaan berdasarkan
hasil supervisi manajerial berupa hasil pembinaan, pemantauan, dan
penilaian.
c. Menginformasikan berbagai aktor pendukung dan penghambat/kendala
dalam pelaksanaan setiap butir kegiatan supervisi manajerial
Bagi pengawas laporan hasil supervisi dapat dimanfaatkan sebagai landasan
dalam penyusunan program kerja supervisi tahun yang akan datang. Bagi
Dinas Pendidikan, laporan hasil supervisi dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dalam menilai kinerja pengawas sekolah yang bersangkutan, sumber

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 31


informasi untuk mengetahui gambaran spesifikasi sekolah, landasan untuk
menentukan tindak lanjut pembinaan dan fasilitasi terhadap sekolah, sumber
informasi untuk menyusun data statistik Sekolah.
Sistematika Pelaporan Hasil Supervisi
Sistematika pelaporan supervisi manajerial adalah sebagai berikut:

Kerangka Laporan Pelaksanaan Program Supervisi Manajerial


HALAMAN JUDUL (SAMPUL)
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Masalah
C. Tujuan dan Sasaran Supervisi
D. Tugas Pokok /Ruang Lingkup Supervisi
BAB II KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH
BAB III PENDEKATAN DAN METODE
BAB IV HASIL SUPERVISI MANAJERIAL PADA SEKOLAH BINAAN
Hasil Pemantauan dan Pembinaan
Pembahasan Hasil
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
Surat Tugas Supervisi, Surat Keterangan telah melaksanakan tugas, Daftar
hadir Guru dan atau Kepala Sekolah pada saat pembinaan/pemantauan/
penilaian kinerja, Contoh-contoh instrumen dll.

Mekanisme Laporan
Berdasarkan lingkup sasaran kegiatan, terdapat dua jenis laporan hasil
supervisi manajerial yang disusun pengawas sekolah yaitu:
a. Setiap pengawas sekolah membuat laporan per sekolah binaan dan
seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian
tujuan dari setiap butir kegiatan supervisi manajerial yang telah
dilaksanakan pada setiap sekolah binaan.
b. Laporan hasil-hasil supervisi manajerial di semua sekolah binaannya
sebanyak satu laporan untuk semua sekolah binaan dengan sistematika
yang telah ditetapkan. Laporan ini lebih merupakan informasi
komprehensif tentang keterlaksanaan, hasil yang dicapai, serta kendala
yang dihadapi oleh pengawas yang bersangkutan dalam melaksanakan
tugas pokok pada semua sekolah binaan.
c. Setiap pengawas Sekolah membuat laporan per sekolah dan seluruh
sekolah binaan diserahkan kepada koordinator pengawas (KORWAS)

32 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


atau ketua kelompok kerja pengawas Sekolah (KKPS) setiap jenjang
pendidikan. Laporan secara lengkap, kemudian menyampaikan
laporannya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
d. Penulisan laporan supervisi manajerial harus lengkap, dengan data yang
akurat, komunikatif dan mudah dipahami, penyajiannya menarik, dan
enak dibaca.

Kualitas Laporan Hasil Supervisi


Setiap pihak yang berkepentingan dan setiap jenjang manajemen sebagai
pengguna laporan hasil supervisi manajerial memiliki tuntutan yang spesifik
terhadap isi, bentuk, dan frekuensi laporan hasil supervisi. Walaupun setiap
pengguna memiliki kebutuhan spesifik, namun secara umum mereka
menuntut laporan yang memenuhi delapan karakteristik standar kualitas
yaitu:
a. Langsung. Laporan menghendaki penyajian hasil supervisi yang terus
terang dan faktual. Laporan langsung dapat menggunakan: kalimat
pembuka yang konklusif, judul yang informatif, serta lebih dahulu
menyajikan poin utama.
b. Ringkas. Laporan yang ringkas mengemas ide pokok. Pembaca, yang
pada umumnya sibuk, menginginkan laporan yang singkat tetapi padat.
Laporan ringkas yang berkualitas dihasilkan dari pembatasan detail,
pemilihan masalah yang signifikan, serta pengikhtisaran data
pendukung.
c. Tepat. Setiap laporan harus menggunakan tekanan dan strategi yang
tepat untuk menegaskan informasi yang disajikan. Bahasa laporan harus
kreatif. Pemilihan dan penyusunan kata harus mencerminkan berbagai
tingkatan untuk menunjukkan signifikansi di antara informasi yang
disajikan.
d. Meyakinkan. Pembaca harus peduli/tertarik terhadap informasi yang
disajikan sebelum mereka terdorong untuk melaksanakan tindak lanjut.
Laporan hasil supervisi harus relevan dengan kegiatan organisasi,
menjelaskan risiko dari temuan, serta manfaat dari rekomendasi yang
disampaikan. Laporan yang meyakinkan mencakup: argumentasi
pendukung simpulan yang terpercaya, penjelasan yang memadai, akibat
dari kondisi yang diungkapkan, serta kuantifikasi akibat dari kondisi yang
ditemukan.
e. Membangun. Isi dan bahasa laporan harus dipilih agar menunjukkan
manfaat positif dan memperoleh komitmen dari pembaca. Laporan yang
konstruktif menyajikan sebab (bukan gejala) dari suatu permasalahan,
menyampaikan aspek positif dan negatif secara seimbang, serta
menghargai tindakan manajemen
f. Berorientasi Hasil. Pimpinan instansi tidak hanya sekedar membaca
untuk mengetahui masalah, tetapi berusaha untuk menemukan
solusinya. Laporan yang efektif menekankan pada hasil dengan cara:
menyampaikan rekomendasi yang spesifik dan terukur, bersifat praktik

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 33


dan berorientasi pada solusi, serta menjelaskan tindakan yang telah
dilakukan manajemen.
g. Menarik. Laporan yang menarik akan memperoleh perhatian pembaca
daripada laporan yang bersifat ancaman. Laporan yang menarik
pembaca memuat: ringkasan eksekutif, menggunakan format yang
profesional, serta menggunakan judul yang jelas untuk setiap bagian.
h. Tepat waktu. Manfaat dari laporan terkait langsung dengan ketepatan
waktu penyajian dengan: penyampaian segera kepada manajemen,
penyampaian laporan segera untuk masalah yang serius, serta
penegakan standar ketepatan waktu secara tegas.

D. Aktivitas Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu


Persiapan Fasilitator mengecek kelengkapan alat 5‟
pembelajaran, seperti LCD Projector,
Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran
lainnya.
Kegiatan
Pembelajaran.

Kegiatan Pengkondisian peserta 5‟


Pendahuluan Fasilitator menjelaskan, tujuan, 5‟
kompetensi, indikator, alokasi waktu,
dan skenario kegiatan pembelajaran
materi pelatihan Supervisi
pembelajaran pada implementasi
kurikulum 2013
5‟
 Peserta mengamati bahan tayang
Fasilitator memotivasi peserta
d. Kegiatan Inti 15‟

 Peserta mengajukan sejumlah


3 yang ditayangkan oleh fasilitator.

pertanyaan berdasarkan bahan

 Setiap kelompok melakukan diskusi


tayang 3
30 menit
pembahasan tugas masing

 Perwakilan kelompok menyajikan


kelompok.
50 menit
hasil diskusi dan dilanjutkan
dengan tanya jawab
e. Kegiatan Membuat rangkuman materi pelatihan 15‟
Penutup Refleksi dan umpan balik tentang 5‟
proses pembelajaran.

34 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


E. Rangkuman

1. Tindak lanjut supervisi merupakan tindakan untuk mengatasi permasalahan


yang ditemukan dalam supervisi manajerial.
2. Tindak lanjut hasil supervisi manajerial harus diawali dengan analisis
penyebab masalah.
3. Terdapat berbagai metode analisis penyebab masalah.
4. Bentuk tindak lanjut dapat berupa pembinaan individual, pembinaan
kelompok dan pembinaan terpadu.
5. Efektivitas tindak lanjut bergantung pada ketepatan dalam analisis penyebab
masalah dan pemilihan alternatif solusi pemecahan masalah.
6. Laporan hasil supervisi manajerial merupakan media untuk
mengkomunikasikan hasil supervisi manajerial kepada pimpinan dan para
pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja organisasi.
7. Laporan supervisi manajerial sebagai bukti pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan.
8. Untuk dapat memberikan fungsinya secara optimal laporan supervisi harus
tepat isi, tepat waktu, tepat saji dan tepat alamat.
9. Delapan karakteristik standar kualitas laporan yaitu langsung, ringkas, tepat,
meyakinkan, membangun, berorientasi hasil, menarik dan tepat waktu.

F. Refleksi

Setelah kegiatan pembelajaran 3, ibu/bapak dapat melakukan refleksi dengan


menjawab pertanyaan berikut ini.

1. Apa yang ibu/bapak pahami setelah mempelajari materi tindak lanjut dan
laporan supervisi manajerial?
2. Pengalaman penting apa yang ibu/ bapak peroleh setelah mempelajari
materi tindak lanjut dan laporan supervisi manajerial?
3. Apa manfaat materi pelatihan ini terhadap pelaksanaan tugas ibu/ bapak
sebagai pengawas sekolah?
4. Apa rencana tindak lanjut yang akan ibu/ bapak laksanakan?

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 35


V PENILAIAN

A. Aspek Yang Dievaluasi

Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan


kompetensi peserta yang dilakukan dengan menggunakan metode penilaian
otentik. Evaluasi dilakukan pada awal, proses dan akhir pelatihan. Aspek yang
dievaluasi terdiri dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

B. Pelaksanaan Evaluasi

1. Penilain awal (pre test), dilakukan untuk mengukur kemampuan awal


peserta. Pre test dilakukan dengan menggunakan instrumen tes.
2. Penilaian keterampilan (proses pembelajaran) Penilaian proses, dilakukan
melalui pengamatan terhadap performasi peserta pada saat praktik
terbimbing, dengan menggunakan instrumen pengamatan. komponen yang
dinilai Keterampilan berpikir, Keterampilan reaktif, Keterampilan interaktif,
Keterampilan berkontribusi dalam kelompok, Keterampilan memimpin
3. Penilaian sikap, dilakukan dengan mengamati peserta sejak awal sampai
akhir pelatihan untuk melihat, kedisiplinan, tanggung jawab dan kerjasama.
4. Penilaian akhir (post test), dilakukan dengan menggunakan instrumen tes.
Post test dilakukan pada setiap akhir mata Pelatihan untuk mengetahui
kemampuan kognitif peserta.

C. Kriteria Evaluasi

1. Nilai post test setiap mata Pelatihan inimal ≥ 70


2. Nilai performasi minimal ≥70
3. Nilai sikap minimal baik ≥ 70
4. Peserta diwajibkan mengikuti tatap muka minimal 95 % dari total jam

D. Nilai Akhir

Penentuan nilai akhir untuk menentukan kelulusan peserta ditetapkan dengan


ketentuan sebagai berikut:

Rumus Nilai Akhir

Nilai Akhir = 30% Post Tes + 30% Sikap + 40% Performan

36 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


Kualifikasi nilai kelulusan peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
diatur sesuai dengan table berikut ini :

Tabel . Kualifikasi Nilai Kelulusan Peserta


Nilai Predikat

92.50 -100 Sangat Memuaskan

85.00-92.49 Memuaskan

77.50-84.99 Baik Sekali

70.00-77.49 Baik

< 70.00 Tidak Lulus

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 37


DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Supervisi di Sekolah. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Depdiknas 2006. Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah untuk Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ditjen. Mandikdasmen Depdiknas. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdiknas.
Jing GG. 2008. Digging for the Root Cause. ASQ Six Sigma Forum Magazine 7 (3) :
19 – 24.
Kemdiknas, 2011, Buku Kerja Pengawas, PPTK- BPSDMP-PPM, Jakarta
Kemendikbud, 2011, Buku Kerja Pengawas Sekolah, Jakarta, Pusbantensik, Badan
PSDM dan PMP Kemendikbud.
Latino RJ, Kenneth CL. 2006. Root Cause Analysis : Improving Performance for
Bottom – Line Results. Florida : CRC Press.
Madijono dan Sumiati, 2010, Modul Penulisan Laporan Hasil Audit, BPKP – Jakarta.
Nana Sudjana, 2012, Supervisi Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas,
Binamitra Publishing
Nanang Fattah. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
Dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/ Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 63 tahun 2009 tentang Sistim
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Kependidikan.
Permendiknas Nomor 11Tahun 2009. Tentang Perangkat Akreditasi SD/MI. Jakarta:
BAN-S/M
Permendiknas Nomor 52Tahun 2008. Tentang Perangkat Akreditasi SMA/MA.
Jakarta: BAN-S/M
PMPTK, 2009, Bahan Belajar Mandiri Supervisi Manajerial “ Program BERMUTU”
PMPTK, 2010, Evaluasi Diri Sekolah, Apa, Mengapan dan Bagaimana, Bahan ajar
dan materi Pelatihan Penguatan Pengawas/ Kepala Sekolah.

38 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013


RamadhaniM,Fariza A, Basuki DK. 2007. Sistem Pendukung Keputusan Identifikasi
Penyebab Susut Distribusi Energi Listrik Menggunakan Metode FMEA

Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013 39


40 Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013

Anda mungkin juga menyukai