PENGAWAS SEKOLAH
SUPERVISI MANAJERIAL
IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013
website: http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id/pusbangtendik
email: tendik@kemdikbud.go.id
Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru merupakan tiga pilar penting dalam
mewujudkan implementasi Kurikulum 2013. Efektivitasnya sangat bergantung
pada kesesuaian kompetensi ketiganya dengan kebutuhan mewujudkan target
yang diharapkan pada tingkat satuan pendidikan. Peningkatan kompetensi
melalui penyelenggaraan pelatihan merupakan kegiatan strategis yang perlu
disertai dengan langkah penjaminan bahwa ketiga pilar mutu pelaksanaan
kurikulum yang terukur dan sistematis.
Materi yang tersusun diharapkan menjadi referensi utama bagi fasilitator dan
peserta pelatihan dalam penyelenggaraan Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Materi Pokok Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah terdiri atas Manajemen
Implementasi Kurikulum 2013, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Supervisi Akademik Implementasi Kurikulum 2013, dan Kepramukaan.
Sedangkan Materi Pokok Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Pengawas
Sekolah terdiri atas Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013,
Manajemen Implementasi Kurikulum 2013, Supervisi Akademik Implementasi
Kurikulum 2013, dan Kepramukaan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih serta penghargaan atas
dedikasi tinggi para penyusun materi dan penelaah materi. Terima kasih saya
sampaikan kepada pejabat dan staf BPSDMPK dan PMP, widyaiswara, dosen
perguruan tinggi, pengawas sekolah, dan kepala sekolah yang telah berpatisipasi
aktif sehingga terselesaikan materi tersebut.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan
materi pelatihan kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam pelaksanaan
Kurikulum 2013. Materi pelatihan merupakan muatan wajib yang digunakan oleh
nara sumber, instruktur nasional dan kepala sekolah serta pengawas sekolah
sasaran dalam meningkatkan kompetensi sesuai dengan tujuan pelatihan yang
meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Materi pelatihan kepala sekolah
meliputi manajemen implementasi kurikulum 2013, supervisi akademik,
manajemen kepemimpinan sekolah dan kepramukaan. Sedangkan materi
pelatihan pengawas sekolah meliputi manajemen implementasi kurikulum 2013,
supervisi akademik, supervisi manajerial dan kepramukaan.
Materi pelatihan ini merupakan salah satu sumber belajar sehingga peserta
pelatihan diharapkan dapat memperkaya diri dengan referensi lain yang relevan.
Materi yang disusun ini telah diupayakan untuk menjawab beberapa prinsip dan
tujuan utama. Pertama, materi ini diharapkan dapat menunjang pengembangan
kompetensi pengawas sekolah yang diturunkan dari kebutuhan pelaksanaan
kurikulum 2013 pada seluruh level satuan pendidikan. Kedua, setiap materi
menunjang sikap keberterimaan, pengetahuan, dan keterampilan serta
menumbuhkan daya inisiatif untuk merencanakan strategi dan implementasi
perencanaan, pelaksanaan, dan evalausi pengawasan dan pembinaan sekolah
sesuai kebutuhan khas implementasi kurikulum 2013. Ketiga, materi yang
dipelajari dapat mengurangi resistensi pada implementasi kurikulum pada tingkat
satuan pendidikan. Keempat, seluruh materi pelatihan dapat berkontribusi positif
terhadap pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang menunjang
kompetensi kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013. Kelima, menyelaraskan seluruh kompetensi yang dikembangkan
untuk menunjang penjaminan mutu kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran,
dan penilaian sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih serta penghargaan atas
dedikasi tinggi para tim pengembang materi, penyusun Prosedur Operasional
Standar dan pengembang perangkat pelatihan lainnya. Terima kasih pula saya
sampaikan kepada seluruh pejabat dan staf BPSDMPK dan PMP, widyaiswara,
dosen perguruan tinggi, konsultan, pengawas sekolah, dan kepala sekolah yang
telah berpatisipasi aktif dalam penyusunan materi ini.
Semoga materi pelatihan ini dapat membantu nara sumber, instruktur nasional,
kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum
2013 dan secara khusus bermanfaat sebagai referensi bagi nara sumber dan
instruktur pada pelatihan implementasi kurikulum 2013.
A. Petunjuk Pembelajaran
Bahan Pelatihan ini disiapkan untuk digunakan sebagai kajian dan aktivitas
nara sumber dan peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi
Pengawas Sekolah. Bahan ajar ini memberi panduan bagi para pengguna
mengenai (1) Skenario pelatihan, (2) Materi pelatihan, (3) Aktivitas Pelatihan,
(4) Kegiatan Penilaian. Bahan ajar yang dimaksud meliputi dokumen-dokumen,
handout, lembar kerja, bahan tayang baik dalam bentuk slide power point.
Pada akhir kegiatan ini Saudara dapat mengukur keberhasilan Saudara dalam
proses pembelajaran ini melalui lembar refleksi.
A. Deskripsi Materi
B. Tujuan Pembelajaran
C. UraianMateri
4) Predictive Validity
Predictive validity menunjuk kepada instrumen peramalan.
Meramal sudah menunjukkan bahwa kriteria penilaian berada pada
saat yang akan datang, atau kemudian. Sebagai contoh, salah satu
syarat untuk diterima di perguruan tinggi adalah menempuh ujian.
Instrumen tes ujian itu dikatakan memiliki predictive validity yang
tinggi, apabila mendapat nilai yang baik ternyata dapat
menyelesaikan studinya dengan lancar, mudah dan berprestasi
baik, sedangkan yang mendapat nilai rendah akan mendapat
hambatan yang tiada tara, bahkan gagal di tengah jalan. Dengan
kata lain, dengan instrumen tes yang memiliki predictive validity
tadi, dapat diramalkan hasil studi calon mahasiswa pada masa
yang akan datang.
b. Reliabilitas Instrumen Supervisi Manajerial
Selain harus memenuhi kriteria valid, instrumen supervisi harus
reliabel. Arikunto (2002: 154) menyatakan: “Reliabilitas menunjuk
pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik”.
Reliabilitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan tiga aspek
dari suatu alat ukur (instrumen), yaitu 1) kemantapan; 2) ketepatan,
dan 3) homogenitas. Suatu instrumen dikatakan mantap apabila dalam
mengukur sesuatu berulang kali, dengan syarat bahwa kondisi saat
pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memberikan hasil yang
sama. Di dalam pengertian mantap, reliabilitas mengandung makna
juga „dapat diandalkan‟ (Margono, 2004: 181).
Ketepatan, menunjuk kepada instrumen yang tepat atau benar
mengukur dari sesuatu yang diukur. Instrumen yang tepat adalah
instrumen di mana pernyataannya jelas, mudah dimengerti dan rinci.
Pertanyaan yang tepat, menjamin juga interpretasi tetap sama dari
responden yang lain, dan dari waktu yang satu ke waktu yang lain.
Homogenitas, menunjuk kepada instrumen yang mempunyai kaitan
erat satu sama lain dalam unsur-unsur dasarnya.
Mutu suatu instrumen atau alat pengukur secara keseluruhan, pada
dasarnya dapat diperiksa melalui dua tahap usaha, yaitu pertama
dengan analisis rasional dan analisis empiris. Seorang pengawas yang
cermat dan berpengalaman biasanya dengan mudah dapat menilai
reliabilitas suatu instrumen pengawasan dengan cara analisis rasional.
Pengawas seperti ini akan dapat pula menunjukkan kelemahan dari
instrumen dan dengan segera dapat memberi pertimbangan, apakah
informasi yang diperoleh dari responden dapat dipercaya atau harus
diterima dengan hati-hati, atau ditolak. Langkah kedua dalam
memeriksa mutu instrumen ialah dengan menganalisis secara empiris
(analisis dengan menggunakan prosedur statistik).
Untuk menguji reliabilitas ada beberapa metode kerja yang dapat
dipergunakan yaitu :
1) Metode Ulang (Test-Retest)
Menurut Margono (2004: 184), metode ini menunjuk adanya
pengulangan pengukuran yang sama kepada responden yang sama,
dengan situasi yang (kira-kira) sama, pada dua waktu yang
berlainan. Cara ini memang sederhana, akan tetapi mempunyai
kelemahan-kelemahan karena kemungkinan-kemungkinan di bawah
ini:
(a) Terjadinya perubahan dalam diri responden di antara dua
kurun waktu pengisian instrumen, sehingga hasil pengukuran
yang pertama dan kedua terjadi perubahan yang besar.
(b) Kesiapan yang berbeda dari responden, pada keadaan
pengukuran kedua dibanding dengan yang pertama. Kebenaran
ini harus sungguh diperhatikan, apalagi dalam mengukur
reliabilitas tes kemampuan.
(c) Kemungkinan responden hanya mengingat dan mengulang
kembali jawaban yang pernah diberikan. Untuk sedikit
mengatasi, jarak waktu antara pengukuran yang pertama
dengan yang kedua perlu dipertimbangkan .
(d) Kemungkinan bahwa responden yang cirinya diukur berulang
kali menunjukkan suatu kesadaran terhadap ciri tersebut, yang
kemudian bertanggung jawab terhadap perubahan sikap itu.
2) Metode Pararel
Metode ini menunjuk pada suatu kesatuan yang sama, atau
kelompok variabel diukur dua kali pada waktu yang sama atau
hampir bersamaan, pada sampel atau responden yang sama juga.
Di dalam pelaksanaannya terdapat dua kemungkinan, yaitu: (1) dua
orang peneliti menggunakan instrumen yang sama pada responden
yang berbeda, (2) seorang peneliti dengan dua instrumen yang
berbeda tetapi bermaksud mengukur variabel yang sama. Salah
satu cara untuk menilai reliabilitas dari dua alat ukur adalah dengan
koefisien korelasi. Apabila koefisien korelasi dikuadratkan, akan
diperoleh koefisien determinan yang sekaligus merupakan indeks
reliabilitas untuk kedua alat ukur (Margono, 2004: 185).
3) Metode Belah Dua (Split Half Method)
Metode ini menunjuk pada pengujian suatu instrumen dengan cara
membagi dua, artinya instrumen dan skor pada kedua bagian
instrumen itu dikorelasikan. Pengujian dengan metode ini (lebih
tepat) pada instrumen yang terdiri dari beberapa pertanyaan atau
pernyataan, biasanya dalam bentuk skala. Sebuah skala biasanya
mengukur konsep, jadi yang diukur dalam metode belah dua ini
adalah homogenitas dan internal consistency pertanyaan/
pernyataan yang termasuk dalam suatu instrumen. Proses
pengujian reliabilitas pada metode belah dua ini, hampir sama
dengan metode pararel. Sampai saat ini belum ada pedoman yang
baik untuk memilih suatu instrumen. Cara yang biasanya ditempuh
adalah dengan mengelompokkan pertanyaan yang bernomor ganjil
pada satu kelompok dan pernyataan yang genap pada kelompok
yang lain. Kelemahan metode ini bahwa koefisien korelasi dan
indeks reliabilitasnya biasanya berfluktuasi tergantung dari cara
pengelompokkan pertanyaan-pertanyaan. (Margono, 2004: 185-
186).
c. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen
Setidaknya ada dua cara dalam mengembangkan instrumen (alat ukur),
yaitu: (1) dengan mengembangkan sendiri; dan (2) dengan cara
menyadur (adaptation). Sehubungan dengan pengembangan
instrumen pengawasan sekolah, untuk mengawasi bidang-bidang
garapan manjemen sekolah, seorang pengawas dapat
mengembangkan sendiri instrumen pengawasannya atau dapat
menggunakan instrumen yang sudah ada, baik instrumen yang telah
digunakan dalam pengawasan sekolah sebelumnya maupun berupa
instrumen baku literatur yang relevan.
Sebenarnya kegiatan pengawasan identik dengan kegiatan penelitian.
Setidaknya, dalam langkah-langkah penyusunan instrumen. Seperti
diketahui, menurut Natawidjaja (Komala, 2003: 59) ada beberapa
langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan sendiri
instrumen pengawasan sekolah. Langkah-langkah tersebut dapat
mengikuti tahapan berikut:
1) Menentukan masalah penelitian (bidang yang akan diawasi)
2) Menentukan variabel (yang diawasi)
3) Menentukan instrumen yang akan digunakan.
4) Menjabarkan bangun setiap variabel.
5) Menyusun kisi-kisi.
6) Penulisan butir-butir instrumen.
7) Mengkaji ulang instrumen tersebut yang dilakukan oleh peneliti
(pengawas) sendiri dan oleh ahli ahli (melalui judgement).
8) Penyusunan perangkat instrumen sementara.
9) Melakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui: (a) apakah
instrumen itu dapat diadministrasikan; (b) apakah setiap butir
instrumen itu dapat dan dipahami oleh subjek penelitian
(pengawasan); (c) mengetahui validitas; dan (d) mengetahui
reliabilitas.
10) Perbaikan instrumen sesuai hasil uji coba.
11) Penataan kembali perangkat instrumen yang terpakai untuk
memperoleh data yang akan digunakan.
Sedangkan bila pengawas ingin mengembangkan instrumen dengan
prosedur adaptasi (menyadur), maka langkah-langkah yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Penelaahan instrumen asli dengan mempelajari panduan umum
(manual) instrumen dan butir-butir instrumen. Hal itu dilakukan
untuk memahami (a) bangun variabel; (b) kisi-kisinya; (c) butir-
butirnya; (d) cara penafsiran jawaban.
2) Penerjemahan setiap butir instrumen ke dalam bahasa Indonesia.
Penerjemahan dilakukan oleh dua orang secara terpisah.
3) Memadukan kedua hasil terjemahan oleh keduanya.
4) Penerjemahan kembali ke dalam bahasa aslinya. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kebenaran penerjemahan tadi.
5) Perbaikan butir instrumen bila diperlukan.
6) Uji pemahaman subjek terhadap butir instrumen.
7) Uji validitas instrumen.
8) Uji reliabilitas instrumen.
Dengan mengacu pada pendapat Crocker dan Algina (Komala, 2003:
60-61), langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
mengkonstruksikan sebuah instrumen yang standar, yaitu:
1) Menentukan tujuan utama penggunaan instrumen
2) Menentukan tingkah laku yang menggambarkan konstruk yang
hendak diukur atau menentukan domain.
3) Menyiapkan spesifikasi instrumen, menetapkan proporsi butir
yang harus terpusat pada setiap jenis tingkah laku yang
ditentukan pada langkah 2.
4) Menentukan pool awal butir.
5) Mengadakan penelaahan kembali terhadap butir-butir yang
diperoleh pada langkah 4 dan melakukan revisi bila perlu.
6) Melaksanakan uji coba butir pendahuluan dalam melakukan revisi
bila perlu.
7) Melaksanakan uji lapangan terhadap terhadap butir-butir hasil
langkah 6 pada sampel yang besar yang mewakili populasi untuk
siapa instrumen ini dimaksudkan.
8) Menentukan ciri-ciri statistik skor butir, dan apabila perlu, sisihkan
butir-butir yang tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
9) Merencanakan dan melaksanakan pengkajian reliabilitas dan
validitas untuk bentuk akhir instrumen.
10) Mengembangkan panduan pengadministrasian, penskoran dan
penafsiran skor instrumen.
Pemilihan instrumen pengawasan sekolah harus didasarkan kepada
rambu-rambu yang tepat. Sehingga jenis instrumen yang dipilih benar-
benar sesuai untuk mengumpulkan data pengawasan secara tepat.
Adapun rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pemilihan instrumen pengumpulan data pengawasan sekoah dapat
dilihat pada tabel di bawah ini (Arikunto, 1988: 52).
Tabel .1. Rambu-Rambu Pemilihan Instrumen
Pengumpulan Data Pengawasan
4) Menyunting instrumen
Tahapan
Deskripsi Kegiatan Waktu
Kegiatan
1. Persiapan Fasilitator mengecek kelengkapan alat
pembelajaran, seperti
10‟
LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker,
dan Laser Pointer.
2. Kegiatan
Pembelajaran
a. Kegiatan Pengkondisian peserta
Pendahuluan Perkenalan
Fasilitator menjelaskan tujuan,
5‟
kompetensi, Indikator, alokasi waktu, dan
5‟
skenario kegiatan pembelajaran
5‟
Implementasi kurikulum 2013.
Fasilitator memotivasi peserta tentang
manfaat materi pembelajaran agar
5‟
peserta serius, antusias, teliti dan bekerja
sama saat proses pembelajaran
berlangsung
b. Kegiatan Inti Peserta mengamati bahan tayang 1, yang
ditayangkan oleh fasilitator.
Peserta mengajukan sejumlah pertanyaan
berdasarkan tayangan 2. 20‟
Setiap kelompok mengamati contoh
instrumen yang ada pada LKPS 3.2, 15‟
kemudian mengomentari dari sisi 30‟
kontruksi dan substansi isinya. 20‟
Setiap kelompok melaporkan hasil 30‟
komentarnya.
Setiap kelompok mereviu instrumen 20‟
sesuai dengan tugas kelompoknya.
Setiap kelompok mempresentasikan hasil
reviu .
3. Kegiatan Menyimpulkan Materi pelatihan 5‟
Penutup pembelajaran 1. 10‟
Refleksi dan umpan balik tentang proses
Pembelajaran.
E. Rangkuman
F. Refleksi
A. Deskripsi Materi
B. Tujuan Pembelajaran
C. Uraian Materi
Hasil pemantauan dan penilaian oleh pengawas harus dijadikan dasar untuk
peningkatan kompetensi dan profesionalisme kepala sekolah dan
ditindaklanjuti dengan melakukan pembinaan baik berupa pembimbingan
dan/atau pelatihan kepala sekolah.
Pada implementasi kurikulum 2013 supervisi manajerial sangat dibutuhkan
mengingat adanya perubahan mindset dan perilaku warga sekolah yang
dipimpin oleh kepala sekolah. Karena itu pengawas harus melakukan
pendampingan kepada kepala sekolah agar mendapat kepastian bahwa
implementasi kurikulum berjalan sesuai dengan harapan.
Seperti telah dikemukakan di depan, dalam melaksanakan supervisi
manajerial, pengawas harus melakukan perencanaan terlebih dahulu.
Perencanaan meliputi penyusunan Program Pengawasan Tahunan, Program
Semester, Program Pembinaan Kepala Sekolah, Program Pemantauan
Standar Nasional Pendidikan (SNP), Program Penilaian Kinerja Kepala
Sekolah, Rencana Pengawasan Manajerial (RPM), dan membuat Instrumen
Supervisi Manajerial. Seluruh program yang disiapkan harus mengacu pada
standar penilaian kinerja pengawas sekolah (PKPS). Hal ini penting, sebab
selain untuk menjadi patokan pendokumenan hasil supervisi sekolah binaan,
secara individual setiap pengawas memerlukan nilai kinerja minimal baik
dalam rangka peningkatan karirnya. Sebagai pedoman dalam penyusunan
program yang memenuhi kriteria PKKS, pengawas hendaknya menganalisis
instrumen penilaian kinerja pengawas sekolah (menurut Permendiknas no
21 tahun 2010 tentang tugas pengawas sekolah dan angka kreditnya).
Sekolah : .....................................
Alamat : .....................................
Hari/Tanggal : .....................................
Kesimpulan:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Rekomendasi:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Mengetahui,
…………,………………….
Kepala Sekolah, Pemantau,
------------------------------ ----------------------
NIP. NIP
d. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini
tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau
urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok
Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh,
pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop
tentang pengembangan KTSP 2013, sistem administrasi, peran serta
masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
3. Pelaksanaan Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial pada tahun ini diberi tambahan tugas berupa
implemetasi Kurikulum 2013 serentak di seluruh sekolah di Indonesia.
Pengawas harus melakukan konsentrasi supervisi manajerial bukan saja
tentang pengelolaan dan administrasi pelaksanaan kurikulum lama (KTSP
2006), tetapi harus melakukan supervisi pada implementasi Kurikulum 2013.
Pada kegiatan ini akan dibahas supervisi yang berkaitan langsung dengan
terselenggaranya kurikulum 2013, di antaranya :
a. manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik
b. manajemen ekstrakurikuler wajib dan pilihan
c. administrasi buku guru dan buku siswa
d. analisis ratio PTK dalam program peminatan
e. manajemen keuangan
f. hubungan sekolah dan masyarakat
g. layanan khusus peminatan.
h. dan sebagainya.
D. Aktifitas Pembelajaran
E. Rangkuman
F. Refleksi
A. Deskripsi Materi
B. Tujuan Pembelajaran
C. Uraian Materi
1. Tindak Lanjut
Mekanisme Laporan
Berdasarkan lingkup sasaran kegiatan, terdapat dua jenis laporan hasil
supervisi manajerial yang disusun pengawas sekolah yaitu:
a. Setiap pengawas sekolah membuat laporan per sekolah binaan dan
seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian
tujuan dari setiap butir kegiatan supervisi manajerial yang telah
dilaksanakan pada setiap sekolah binaan.
b. Laporan hasil-hasil supervisi manajerial di semua sekolah binaannya
sebanyak satu laporan untuk semua sekolah binaan dengan sistematika
yang telah ditetapkan. Laporan ini lebih merupakan informasi
komprehensif tentang keterlaksanaan, hasil yang dicapai, serta kendala
yang dihadapi oleh pengawas yang bersangkutan dalam melaksanakan
tugas pokok pada semua sekolah binaan.
c. Setiap pengawas Sekolah membuat laporan per sekolah dan seluruh
sekolah binaan diserahkan kepada koordinator pengawas (KORWAS)
atau ketua kelompok kerja pengawas Sekolah (KKPS) setiap jenjang
pendidikan. Laporan secara lengkap, kemudian menyampaikan
laporannya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
d. Penulisan laporan supervisi manajerial harus lengkap, dengan data yang
akurat, komunikatif dan mudah dipahami, penyajiannya menarik, dan
enak dibaca.
D. Aktivitas Pembelajaran
F. Refleksi
1. Apa yang ibu/bapak pahami setelah mempelajari materi tindak lanjut dan
laporan supervisi manajerial?
2. Pengalaman penting apa yang ibu/ bapak peroleh setelah mempelajari
materi tindak lanjut dan laporan supervisi manajerial?
3. Apa manfaat materi pelatihan ini terhadap pelaksanaan tugas ibu/ bapak
sebagai pengawas sekolah?
4. Apa rencana tindak lanjut yang akan ibu/ bapak laksanakan?
V PENILAIAN
B. Pelaksanaan Evaluasi
C. Kriteria Evaluasi
D. Nilai Akhir
85.00-92.49 Memuaskan
70.00-77.49 Baik