Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN

PELAKSANAAN
STRATEGI NASIONAL
PENCEGAHAN KORUPSI
TRIWULAN I TAHUN 2021-2022

Mei 2021
Laporan ini disiapkan oleh
Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi
(SETNAS PK)

Kementerian Kementerian Kementerian PPN/


Dalam Negeri PAN & RB Bappenas
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan Laporan
Triwulan I Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) Tahun 2021-2022.

Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi
memberi mandat agar upaya pencegahan korupsi menjadi lebih optimal maka dibutuhkan
kolaborasi dan sinergi bersama antara Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, Komisi
Pemberantasan Korupsi, dan pemangku kepentingan lainnya. Agar Penyelenggaraan Stranas
PK menjadi lebih terfokus, terukur, dan berorientasi pada hasil dan dampak maka dibentuklah
Tim Nasional Pencegahan Korupsi (Timnas PK) yang terdiri atas lima kementerian/lembaga,
yaitu Kemendagri, KemenPANRB, Bappenas, KSP, dan KPK. Timnas PK bertugas untuk meman-
tau dan mengevaluasi pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) agar
rencana aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 yang telah disusun bersama berjalan
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Secara operasional, Timnas PK didukung oleh
Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi (Setnas PK) yang berkedudukan di gedung Merah
Putih KPK.

Laporan ini disusun Timnas PK untuk memberi informasi kepada Presiden mengenai kema-
juan kinerja program beserta kendala dan tantangan yang perlu diatasi dan ditindaklanjuti.
Selanjutnya Laporan ini dibagi pembahasannya ke dalam 3 bagian.
Bagian pertama adalah Ringkasan Eksekutif yang berisi highlight terhadap pelaksanaan
Stranas PK sampai Maret 2021. Bagian Kedua disajikan informasi mengenai progres capaian 12
aksi pencegahan korupsi. Selanjutnya pada bagian ketiga disajikan ringkasan capaian kement-
erian/lembaga/daerah.

Akhir kata, semoga Laporan Triwulan I 2021 Pelaksanaan Aksi PK ini dapat menjadi bahan
perbaikan untuk pelaksanaan Triwulan berikutnya dan dapat memberikan nilai tambah dalam
rangka kolaborasi dan sinergi pencegahan korupsi di Indonesia.

Jakarta, Mei 2021

Tim Nasional Pencegahan Korupsi

i
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Daftar isi

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
RINGKASAN EKSEKUTIF v

I LAPORAN CAPAIAN AKSI 1


1. Fokus I : Perizinan dan Tata Niaga 2
2. Fokus II : Keuangan Negara 7
3. Fokus III : Penegakan Hukum dan Reformasi Birokrasi 16

II. LAPORAN CAPAIAN KEMENTERIAN/ 24


LEMBAGA/PEMERINTAH DAERAH
A. CAPAIAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
1. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan
Pertanahan Nasional 25
2. Kementerian Badan Usaha Milik Negara 26
3. Kementerian/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 27
4. Kementerian Dalam Negeri 28
5. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 29
6. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 30
7. Kementerian Kelautan dan Perikanan 31
8. Kementerian Kesehatan 32
9. Kementerian Keuangan 33
10. Kementerian Komunikasi dan Informatika 34
11. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi 35
12. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 36
13. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan 37
14. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 38
15. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 39
16. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 40
17. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 41
18. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi 42
19. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 43
20. Kementerian Perdagangan 44
21. Kementerian Perhubungan 45
22. Kementerian Perindustrian 46
23. Kementerian Pertahanan 47
24. Kementerian Pertanian 48
25. Kementerian Sosial 49
26. Kepolisian Negara Republik Indonesia 50
27. Mahkamah Agung 51
28. Kejaksaan Agung 52
29. Komisi Pemberantasan Korupsi 53

ii
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

30. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 54


31. Badan Informasi Geospasial 55
32. Badan Kepegawaian Negara 56
33. Badan Koordinasi Penanaman Modal 57
34. Kantor Staf Presiden 58
35. Badan Narkotika Nasional 59
36. Badan Nasional Penanggulangan Bencana 60
37. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 61
38. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 62
39. Badan Pengawas Obat dan Makanan 63
40. Badan Pusat Statistik 64
41. Badan Siber dan Sandi Negara 65
42. Otoritas Jasa Keuangan 66
43. Perusahaan Listrik Negara 67
44. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 68
45. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi 69
46. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan 70

B. CAPAIAN PEMERINTAH DAERAH


1. Capaian Pemerintah Provinsi 71
2. Capaian Pemerintah Kabupaten/Kota 73

III. PENUTUP 76

iii
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Daftar tabel

Tabel Capaian Pemerintah Provinsi 71


Tabel Capaian Pemerintah Kabupaten/Kota 73

iv
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

ringkasan eksekutif

Implementasi Aksi PK periode kedua tahun 2021-2022 baru saja diluncurkan melalui kick off meeting antara Tim
Nasional Pencegahan Korupsi (Timnas PK) PK dan seluruh Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah penang-
gung jawab pada 8 April 2021. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Tim Nasional yang terdiri dari Mendagri,
Menteri/Kepala Bappenas, MenPANRB, Kepala Kantor Staf Kepresidenan, dan Pimpinan KPK, diputuskan Stranas
PK periode 2021-2022 akan melaksanakan 3 Fokus dan 12 Aksi PK yang melibatkan 46 Kementerian/Lembaga, 34
Provinsi, dan 42 Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab Aksi PK.

Berikut adalah ringkasan pelaksanaan Stranas PK di triwulan I yang menggambarkan: (a) capaian 12 Aksi; (b)
Pelibatan masyarakat sipil; (c) Strategi komunikasi. Perlu disampaikan bahwa pada triwulan I (B03) ini, belum
banyak capaian yang dihasilkan. Bukan karena capaiannya rendah tetapi berdasarkan perencanaan aksi, triwulan
1 merupakan periode persiapan dan pematangan rencana Aksi (logframe Aksi):

A. Capaian Pelaksanaan Aksi

Fokus 1: Perizinan dan Tata Niaga

1 Percepatan kepastian perizinan Sumber Daya Alam (SDA)


melalui implementasi kebijakan satu peta (One Map) : 21,9%
Secara ringkas, dari 5 output yang harus dipenuhi sampai triwulan VIII, terdapat 2 output belum ada kema-
juan, yaitu: Terselesaikannya kompilasi dan integrasi IGT di 4 provinsi; dan Terintegrasinya Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) dengan RDTR di 5 Provinsi. Sementara 3 output lain yang
sudah ada kemajuan adalah:
a) Penetapan Kawasan Hutan: bertambah 287.917 ha di Provinsi Papua atau 1,6% dari total 18.056.952 ha
b) Peta Digital RDTR: dari target 42 Kab/Kota, 2 Kab/Kota (Gunung Mas dan Merauke) telah memiliki Perda
RDTR. Sementara yang telah memiliki peta digital adalah 1 kabupaten yaitu Kab. Gunung Mas
c) Kompilasi dan Integrasi IGT (ILOK dan IUP): dari 24 Pemda dengan target integrasi ILOK, ada 4 Kabupaten
yang capaiannya 100% (Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, dan
Kabupaten Mamuju); Untuk integrasi IUP, dari target 26 Pemda, terdapat 4 Pemda yang capaiannya sudah
100%, yaitu Kabupaten Mahakam Ulu, Kutai Timur, Kutai Barat, dan Mamuju

2 Perbaikan integrasi data ekspor impor


pada komoditas pangan dan kesehatan : 5,05%
Dari output dan indikator yang ditetapkan yaitu terkait data realisasi impor sinkron atau tidak melampaui
dengan data kebutuhan impor nasional (konsumsi nasional dikurangi data ketersediaan nasional) untuk 8
Komoditas Bawang Putih, Gula, Jagung, Beras, Daging, Garam, Alat Kesehatan, dan Vaksin maka dapat disam-
paikan pada triwulan ini (B03) bahwa:
- Untuk 6 komoditas pangan strategis (Bawang Putih, Gula, Jagung, Beras, Daging, dan Garam) sudah mulai
ada pengaliran data oleh Kementerian/Lembaga teknis (Kementan, KKP, Kemenperin, Kemendag, BPS),
namun pengaliran data tersebut dianggap belum terstandar. Sehingga capaian di setiap triwulan hanya
bisa dinilai maksimal 50% di triwulan I atau setara dengan maskimal 6,25% (akumulasi sampai triwulan
VIII)
- Kendala utama data belum standar karena Perpres Neraca Komoditas masih dalam proses pembahasan
dan baru akan disahkan di periode B06-B09 nanti

3 Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO)/ Penerima Manfaat


untuk penanganan perkara, perizinan, dan pengadaan barang/jasa : 9,6%
Dari 3 output yang harus dipenuhi sampai triwulan VIII, terdapat 2 output belum ada kemajuan, yaitu terbu-
kanya akses publik terhadap data BO dan termanfaatkannya data BO untuk kebutuhan penanganan perkara,
perizinan, dan pengadaan barang/jasa. Sementara output yang sudah ada kemajuan adalah terkait tersedian-
ya basis data BO (deklarasi BO) di mana pada triwulan I (B03) ini, dari 2.056.506 korporasi aktif, terdapat
408.157 korporasi yang telah deklarasi BO atau meningkat 3,47% dari data Januari 2021

v
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Fokus 2: Keuangan Negara

1 Percepatan integrasi perencanaan dan


penganggaran berbasis elektronik : 0%
Secara umum, terdapat 3 output yang harus diselesaikan dalam kurun waktu dua tahun ke depan (B24). Pada
pelaporan triwulan I (B03) ini belum ada capaian realisasi output, namun beberapa informasi yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut:
- Di tingkat pusat, walaupun belum terjadi integrasi dan pertukaan data, sesungguhnya aplikasi KRISNA
(Bappenas) sudah dipakai oleh semua Kementerian/Lembaga sedangkan aplikasi SAKTI (Kemenkeu)
belum sepenuhnya digunakan oleh semua KL. Walaupun alur proses dari penyusunan rencana kerja
hingga penetapan anggaran sudah sinkron. Namun pada tahap pelaksanaan/penatausahaan dan pelapo-
ran belum sinkron. Pada tahap penatausahaan, masih perlu diperjelas pada tahapan mana dan data apa
saja yang dapat dipertukarkan serta perlu diatur apa peran Bappenas dan apa peran Kemenkeu
- Di tingkat Daerah, Penetapan Aplikasi Umum perencanaan-penganggara di Daerah belum terjadi walau-
pun Kemendagri telah menerbitkan SE tentang penggunaan SIPD sebagai Aplikasi di Daerah. SIPD sendiri
dianggap belum sempurna karena tidak mengakomodasi modul Penatausahaan dan Pelaporan.
- Dengan demikian integrasi perencanaan-penganggaran antara Pusat dan Daerah pun masih jauh dari
harapan. Tantangan utamanya adalah belum sinkronnya Bagan Akun Standar (BAS)

2 Penguatan implementasi pengadaan barang/


jasa dan pembayaran berbasis elektronik : 7,4%
Dari 4 output yang harus dipenuhi, berikut gambaran progresnya:
- Terkait penggunaan sistem pembayaran elektronik, saat ini Kemenkeu sedang mengembangkan Govern-
ment Payment Platform (GPP) yang di dalamnya sudah mencakup pembayaran dalam proses PBJ. Bersa-
maan dengan itu, Kemendagri sedang menyiapkan Draft Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
Elektronik Transaksi Pemda (ETP). Peraturan Mendagri ini ditargetkan terbit pada Bulan September 2021
- Terkait implementasi e-katalog lokal, saat ini dari target 10 provinsi tambahan, ada 4 provinsi telah menja-
di pengelola e-katalog lokal yaitu Sultra, Maluku, Malut, dan Lampung. 4 provinsi lainnya (Jabar, Jateng,
Bali, Aceh) bahkan telah melakukan purchase order pada katalog lokal
- Terkait implementasi katalog sektoral, berikut capaian pada output 3 yang dapat disampaikan pada triwu-
lan I (B03), yaitu dari 5 K/L baru yang ditargetkan menjadi pengelola katalog elektronik sektoral pada
tahun 2021 (KLHK, Kemenhan, Kemensos, Kemenparekraf, dan Polri), 4 K/L telah mengajukan usulan ke
LKPP dan saat ini masih dalam proses pendampingan oleh LKPP. Hanya Kemenhan saja yang sampai saat
ini belum menyampaikan progresnya
- Terkait penggunaan Bela Pengadaan, saat ini telah menjangkau 20 provinsi. Terdapat 12 marketplace yang
telah menjadi mitra untuk Bela Pengadaan, yaitu Bhineka, bli-bli.com; Buka Pengadaan; Shopee; Kartara;
Digitalimaji.com; Kulina; Gojek; Mbismarket; Balimall; gram; klikMRO.com

3 Pembenahan tata kelola penerimaan negara pada


Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai : 14,8%
Terdapat 2 output yang harus dipenuhi Aksi ini, yaitu terkait optimalisasi penerimaan PNBP dan optimalisasi
penerimaan cukai. Berikut gambaran progres pada triwulan I:
- Terkait realisasi pendapatan dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pada K/L tertentu, saat ini telah
mencapai realisasi dengan persentase 99% hingga 178% dari target triwulan I yang telah ditetapkan,
sedangkan persentase dari target tahunan yang telah ditetapkan dalam APBN telah mencapai berkisar
1%-37%. Sementara terkait akuntabilitas pencatatan PNBP Migas, optimalisasi telah dilakukan dengan
adanya penerapan Quantity Assurance (QA) pada proses pengelolaan industry hulu migas melalui
Kepmen ESDM tentang Pedoman Penerapan Sistem Jaminan Kuantitas (Quantity Assurance) Pada Setiap
Tahapan Kegiatan Operasional Pemroduksian Minyak dan Gas Bumi
- Terkait realisasi penerimaan cukai HT pada Q1, target penerimaan adalah Rp 49,2 T atau sebesar 28 % dari
target. Sementara Realisasi penerimaan pada Q1 sebesar Rp 48,2 atau sebesar 27,7 %

4 Pemanfaatan Data NIK yang terintegrasi untuk


efektitivitas dan efisiensi kebijakan sektoral : 18%
Terdapat 2 output yang harus dicapai dengan gambaran progres triwulan I (B03) sebagai berikut:

vi
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

- Terkait pemanfaatan data kependudukan untuk pendataan dan penyaluran program penanganan
Covid-19 dan PEN, saat ini: (a) data penerima bantuan sosial yang dikelola oleh beberapa Direktorat
Jenderal di lingkup Kemensos telah diintegrasikan dengan DTKS sehingga terbentuk DTKS baru dengan
tingkat kepadanan NIK hingga April 2021 mencapai 72%; (b) 6,6 juta Bantuan Produktif Usaha Mikro yang
sudah disalurkan dari total 12,8 juta target penerima telah dilakukan pemadanan data dengan NIK sebe-
lum disalurkan; (c) data penerima vaksin tahap 1 telah dipadankan kembali dengan data kependudukan
- Terkait pemanfaatan data kependudukan untuk perluasan basis pajak dan optimalisasi penerimaan pajak,
saat ini: (a) 91,57% data wajib pajak telah padan dengan data kependudukan; (b) Telah disepakati pertu-
karan data pemilik sertifikat tanah dan wali data Badan Pertanahan Nasional yang melakukan analisa
ekstensifikasi pajak Ditjen Pajak

Fokus 3: Penegakan Hukum dan Reformasi Birokrasi

1 Pemangkasan birokrasi dan peningkatan


layanan di kawasan pelabuhan : 0%
Dari output beserta indikator yang harus dicapai sampai triwulan VIII (2 tahun), terdapat indikator penurunan
biaya dan waktu logistik yang belum ada progresnya. Sementara indikator yang dapat dilaporkan progresnya
adalah terkait penetapan proses bisnis (yang sudah direviu) sebagai berikut:
- Proses identifikasi dan pemetaan proses bisnis aktual masing-masing layanan oleh K/L sudah berjalan.
Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian (Balai Karantina Pertanian) bahkan telah meny-
usun proses bisnis layanan yang diintegrasikan pada portal INSW
- Kementerian Keuangan (Ditjen Perbendaharaan) saat ini sedang dalam penyusunan proses bisnis terinte-
grasi untuk sistem pembayaran jasa layanan (pembayaran PNBP), yang sebelumnya masih terpisah untuk
tiap jasa layanan yang diberikan Kementerian

2 Penguatan Aparat Pengawasan


Intern Pemerintah (APIP) : 1,8%
Dari 2 output terkait pemenuhan kebutuhan APIP dan penguatan independensi APIP belum ada kemajuan
hingga saat ini. Namun dapat disampaikan progres di triwulan I (B03) sebagai berikut:
- Terkait dengan pemenuhan APIP: untuk pedoman perhitungan kebutuhan yang telah disusun Kemend-
agri, saat ini statusnya menunggu persetujuan dari KemenPAN-RB. Diperkirakan akhir bulan Mei 2021,
pedoman disahkan oleh KemenpanRB sehingga perhitungan jumlah kebutuhan PPUPD bisa diselesaikan
paling lambat Juli 2021. Sementara untuk pedoman perhitungan kebutuhan Auditor oleh BPKP masih
menggunakan pedoman yang lama karena revisi PermenPAN-RB tentang Jabatan Fungsional Auditor
(JFA) masih dalam tahap naskah akademik
- Terkait independensi APIP: pelaksanaan evaluasi jabatan PPUPD sudah dilaksanakan secara internal di
Kemendagri, saat ini sedang proses pengajuan ke Setjen Kemendagri untuk difasilitasi pembahasan di
KemenpanRB. Untuk evaluasi jabatan Auditor masih dalam tahap pembahasan internal di BPKP

3 Percepatan pembangunan sistem


pemerintah berbasis elektronik (SPBE) : 20%
Dari dua output yang harus dicapai sampai triwulan 8 nanti (2 tahun), berikut beberapa kemajuan yang dapat
disampaikan pada triwulan I (B03) ini:
- Terkait penerbitan Perpres Arsitektur SPBE dan penetapannya di masing-masing K/LD; saat ini telah
dirumuskan Naskah Akademik dan Draf Perpres beserta lampiran Arsitektur SPBE Nasional untuk
mendapatkan input dan masukan dari anggota Panitia Antar Kementerian (PAK)
- Terkait penetapan Peta Rencana SPBE di masing-masing K/L; saat ini sudah tersedia draf Peta Rencana
SPBE Nasional yang diajukan dan disusun oleh KemenPAN-RB. Ditargetkan PermenPAN-RB tentang Peta
Rencana SPBE Nasional ditetapkan di B09

4 Penguatan sistem penanganan perkara


tindak pidana yang terintegrasi : 0%
Dari tiga output yang harus dicapai sampai triwulan 8 nanti (2 tahun), belum ada kemajuan yang dapat
dilaporkan. Namun demikian berikut adalah beberapa informasi yang dapat disampaikan pada triwulan I
(B03) ini:

vii
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

- Terkait peningkatan kualitas pertukaran data penanganan perkara; Pokja SPPT TI yang dikoordinir oleh
Kemenkopolhukam telah menyusun dan menetapkan Pedoman Pertukaran Data dalam rangka pelaksa-
naan SPPT TI versi 2020. Pokja SPPT TI juga telah melakukan kegiatan uji fungsi pertukaran data SPPT TI
dengan Kepolisian, Kejaksaan, Mahkamah Agung, dan Ditjen PAS di mana hasilnya menunjukkan bahwa
aplikasi Puskarda dapat berfungsi dengan baik
- Terkait peningkatan pemanfaatan data; dari 4 APH yang ada, baru Ditjen PAS (KemenkumHAM) yang
memanfaatkan data (mengimpor data yang diterima dari Puskarda ke dalam aplikasi SDP di tingkat
Satker)
- Terkait penguatan proses bisnis dan infrastruktur teknologi, khususnya di BNN; saat ini, BNN sedang
melakukan kajian penyiapan aplikasi database e-penyidikan, pemetaan data, serta alur pertukaran data,
dengan proyeksi pada tahun 2022 aplikasi database BNN sudah dapat connect atau terintegrasi dengan
SPPT TI

5Penguatan integritas Aparat


Penegak Hukum (APH) : 0%
Pada triwulan I (B03) ini, belum ada kemajuan yang dapat disampaikan terkait pemenuhan output beserta
indikatornya. Hal ini dikarenakan sepanjang triwulan I, Aksi ini masih dalam tahap melakukan penye-
suaian-penyesuaian terkait rumusan output (konsep, definisi, dan ruang lingkup) berdasarkan masukan dari
APH, KemenPANRB, dan Kemenkeu.

B. Pelibatan Masyarakat Sipil


Pelibatan masyarakat sipil dalam kerangka program pencegahan korupsi pada prinsipnya bukan semata-ma-
ta karena adanya hak berpartisipasi dalam proses kebijakan dan pembangunan, namun juga merupakan
upaya kesadaran bersama guna mendukung pencapaian target-target pencegahan korupsi secara lebih
nyata dan berkesinambungan. Guna memaksimalkan pelibatan masyarakat sipil dalam Aksi Pencegahan
korupsi periode 2021-2022, Stranas PK telah melakukan beberapa langkah berikut:
- Pertemuan antara Stranas PK dan mitra pembangunan (donor meeting) telah melibatkan UNDP, World
Bank, UNODC, GIZ, Norway Embassy, Britis Embassy, dan Ford Foundation. Pertemuan awal ini tujuannya
untuk memetakan ketertarikan mitra pembangunan di dalam aksi pencegahan yang dilaksanakan Stranas
PK
- Dari hasil pemetaan itu, tergambar bahwa kolaborasi pencegahan korupsi dapat dilakukan segera antara
Stranas PK dan mitra pembangunan. Bahkan beberapa mitra pembangunan dan CSO telah memulai
kolaborasi dari sejak awal, terutama dalam mengawal Aksi di Kebijakan satu peta, dan Pemanfaatan BO,
yaitu Auriga dan TII (UNDP-Ford Foundation), WRI (Norway Embassy), PYWP (European Climate Fund)
- Sementara yang baru akan melakukan kolaborasi adalah misalnya UNDP telah menyatakan komitmen
untuk berkolaborasi dalam aksi pengadaan barang dan jasa, khususnya terkait e-katalog dan Bela
Pengadaan. UNODC akan terlibat dalam mengawal Aksi Perencanaan-Penganggaran. GIZ akan terlibat di
Aksi Kebijakan satu peta (one map)

C. Strategi Komunikasi
Selain pendampingan kepada K/L/D dan pelibatan masyarakat sipil dalam aksi-aksi pencegahan korupsi,
strategi komunikasi juga dianggap cukup penting karena dapat memberi ruang bagi Stranas PK memperke-
nalkan, membangun, dan menciptakan interaksi antara Stranas PK dan stakeholders lainnya, termasuk
pemerintah dan masyarakat umum. Berikut rangkuman upaya komunikasi publik yang telah dilakukan
Stranas PK:
- Kanal media sosial: Instagram Stranas PK mulai diaktifkan pada bulan Januari 2021. Sampai awal April,
followers telah mencapai angka 200. Youtube Stranas PK aktif sejak bulan April 2021, dan memiliki 38
subscriber, 818 views dengan unique viewers 550 orang
- Liputan media: kurang lebih 100 berita telah meliput kegiatan-kegiatan atau yang memuat nama Stranas
PK selama periode Januari-Maret 2021, baik di media cetak maupun media online. Di antara isu yang
diangkat adalah terkait Indeks Persepsi Korupsi (IPK), Pertemuan Stranas PK dengan Gubernur Riau untuk
koordinasi Penetapan Kawasan Hutan, Reformasi Pelabuhan, dan Peluncuran Aksi PK 2021-2022

viii
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

BAB I. LAPORAN CAPAIAN AKSI


Implementasi Aksi PK periode kedua tahun 2021-2022 baru saja diluncurkan melalui kick off meeting antara
Timnas PK dan seluruh Kementerian/Lembaga/Daerah penanggung jawab pada 8 April 2021. Berdasarkan
Surat Keputusan Bersama Tim Nasional yang terdiri dari Mendagri, Menteri/Kepala Bappenas, MenPANRB,
Kepala Kantor Staf Kepresidenan, dan Pimpinan KPK, diputuskan Stranas PK periode 2021-2022 akan melak-
sanakan 3 Fokus dan 12 Aksi PK yang melibatkan 46 Kementerian/Lembaga, 34 Provinsi, dan 42 Kabupaten/Ko-
ta sebagai penanggung jawab Aksi PK.

Secara agregat, dihitung dari total nilai 12 Aksi beserta indikator outputnya maka nilai capaian Stranas PK
adalah 15,3% yang berarti berjalan on track. Berikut adalah daftar 12 Aksi beserta nilai capaian kuantitatif dan
kualitatif di triwulan I (B03).

1FOKUS 1 : PERIZINAN DAN TATA NIAGA


1. Percepatan kepastian perizinan Sumber Daya Alam (SDA) melalui implementasi kebijakan satu peta
(One Map)
2. Perbaikan integrasi data ekspor impor pada komoditas pangan dan kesehatan
3. Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO)/ Penerima Manfaat untuk penanganan perkara,
perizinan, dan pengadaan barang/jasa

2FOKUS 2 : KEUANGAN NEGARA


1.
2.
3.
4.
Percepatan integrasi perencanaan dan penganggaran berbasis elektronik
Penguatan implementasi pengadaan barang jasa dan pembayaran berbasis elektronik
Pembenahan tata kelola penerimaan negara pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai
Pemanfaatan data kependudukan untuk efektivitas dan efisiensi kebijakan sektoral berbasis Nomor
Induk Kependudukan (NIK)

3FOKUS 3 : PENEGAKAN HUKUM DAN REFORMASI BIROKRASI


1. Pemangkasan birokrasi dan peningkatan layanan di kawasan Pelabuhan
2. Percepatan pembangunan SPBE di seluruh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah
3. Penguatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam pengawasan program
pemerintah
4. Penguatan sistem penanganan perkara tindak pidana yang terintegrasi
5. Penguatan integritas Aparat Penegak Hukum (APH)

Note :
Nilai persentase yang ditampilkan didasarkan pada kemajuan indikator
output selama dua tahun pelaksanaan aksi, dari triwulan I (B03) sampai
dengan triwulan VIII (B24)

1
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

FOKUS 1 : PERIZINAN DAN TATA NIAGA

Percepatan kepastian perizinan Sumber Daya Alam (SDA)


1. 21,9%
melalui implementasi kebijakan satu peta (One Map)

Kementerian/ Lembaga/Daerah
Latar Belakang dan Sasaran Strategis Penanggung Jawab

Beragam format peta telah menimbulkan konflik pemanfaatan ruang 1. Badan Informasi Geospasial
2. Badan Koordinasi Penanaman Modal
Selama ini, berbagai pemangku kepentingan menggunakan peta dengan 3. Kementerian Agraria dan Tata Ruang /
Badan Pertanahan Nasional
format yang berbeda-beda sehingga menimbulkan konflik sosial, sengketa 4. Kementerian Dalam Negeri
tanah, dan pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai dengan tata 5. Kementerian Energi dan Sumber Daya
ruang. Mineral
6. Kementerian Kelautan dan Perikanan
7. Kementerian Koordinator Bidang
Ketidakpastian peruntukan di areal kawasan hutan juga merupakan salah Perekonomian
satu yang dapat menghambat laju investasi, pembangunan infrastruktur 8. Kementerian Lingkungan Hidup dan
dan efektifitas tata kelola hutan itu sendiri, seperti rehabilitasi lahan dan Kehutanan
perlindungan daerah tangkapan air. Sehingga masalah ini juga dapat men- 9. Kementerian Pertanian
10. Pemerintah Provinsi Riau beserta 10
jadi sumber utama konflik tenurial antar berbagai pihak. Pemerintah Kabupaten/Kota
11. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Diharapkan aksi ini dapat menyediakan satu peta yang mengacu pada satu beserta 7 Pemerintah Kabupaten
12. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
referensi geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu geoportal pada beserta 14 Pemerintah Kabupaten/Kota
tingkat ketelitian peta skala 1:50.000 sehingga dapat memberikan kepas- 13. Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat
tian tenurial yang digunakan sebagai basis dalam perencanaan pembangu- beserta 3 Pemerintah Kabupaten
nan dan pelaksanaan berbagai kebijakan, khususnya yang terkait dengan 14. Pemerintah Provinsi Papua beserta 8
Pemerintah Kabupaten
pemanfaatan ruang untuk usaha dan investasi.

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 2%


Ditetapkannya Kawasan Hutan di 5 Pada triwulan I (B03) luas Kawasan Hutan yang berhasil ditetapkan baru
Provinsi (Riau, Kaltim, Kalteng, ada di Provinsi Papua sebesar 287.917 ha atau 1,6% dari total 18.056.925 ha
Sulbar, Papua) Untuk Provinsi Kalteng, Kaltim, Riau, dan Sulbar belum ada penambahan
Kawasan Hutan yang ditetapkan
Indikator
Target PKH seluas 18.056.925 ha. Sehingga memasuki triwulan II dan seterusnya masih tersisa 17.769.008 ha
(100%) di 5 Provinsi yang harus ditetapkan

Note:
Luas kawasan hutan sesuai SK untuk 5
Provinsi (Riau, Kaltim, Kalteng, Sulbar, dan
Papua) adalah sejumlah 57.989.655 ha
Dari 57.989.655 ha tersebut, luas kawasan
hutan di 5 Provinsi yang belum ditetapkan
adalah 18.056.925 ha (31,14%). Angka
18.056.925 ha ini menjadi target Stranas PK
untuk Penetapan Kawasan Hutan 100%
selama periode 2020-2021
Rincian Kawasan Hutan yang belum
ditetapkan per Provinsi
(Desember 2020) adalah sebagai berikut:
- Kalteng: 8.625.551 ha (67,81%)
- Kaltim: 412.850 ha (4,92%)
- Papua: 5.698.153 ha (18,75%)
- Riau: 3.289.990 ha (60,85%)
- Sulbar: 30.382 ha (2,78%)

2
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

2 Output 2 Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 5,10%


Tersedianya peta digital Rencana Detail Untuk penetapan RDTR, dari 42 Kab/kota yang menjadi target
Tata Ruang yang terintegrasi dengan Stranas PK, baru ada 2 Kabupaten yang telah menetapkan RDTR,
OSS di 5 provinsi (Riau, Kaltim, Kalteng, yaitu Kabupaten Merauke dan Kabupaten Gunung Mas. Sisanya
Sulbar, Papua) sebanyak 40 Kabupaten belum menyelesaikan penetapan RDTR
Dari 2 Kabupaten (Merauke dan Gunug Mas) tersebut, baru ada
Indikator
1 Kabupaten yang telah memiliki peta digital, yaitu Kabupaten
Tersedianya Peta Digital yang terintegrasi
dengan OSS pada 42 kab/kota: Kampar, Gunung Mas. Sementara Kabupaten Merauke, RDTR-nya masih
Rokan Hilir, Bengkalis, Pelalawan, Indragiri dalam pengajuan ke Kementerian ATR/BPN untuk proses
Hulu, Indragiri Hilir, Rokan Hulu, Siak, digitasi
Kuantan Singingi, Kota Pekanbaru,
Mahakam Hulu, Paser, Kutai Timur, Kutai
Barat, Kutai Kertanegara, Berau, Penajam
Paser Utara, Bovendigoel, Jayapura,
Keerom, Mappi, Merauke, Mimika, Nabire,
Sarmi, Mamuju Tengah, Pasangkayu,
Mamuju, Kotawaringin Timur, Kotawar-
ingin Barat, Kapuas, Barito Selatan, Barito
Utara, Sukamara, Lamandau, Gunung Mas,
Seruyan, Katingan, Pulang Pisau, Barito
Timur, Murung Raya, Palangka Raya

3 Output 3 Nilai capaian output 3 pada triwulan I (B03) adalah 56,40%


Terselesaikannya kompilasi dan integrasi Pada triwulan I (B03) ini, dari 24 Pemda dengan target integrasi
Informasi Geospasial Tematik di 4 ILOK, baru ada 4 Kabupaten yang capaiannya 100%, yaitu Kabupat-
provinsi piloting: Pemprov Riau, Pem- en Mahakam Ulu, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat,
prov Kalimantan Timur, Pemprov
dan Kabupaten Mamuju. Sementara 20 Kabupaten lain progres
Sulawesi Barat, Pemprov Papua
capaiannya berkisar 34%-93%
Indikator Untuk integrasi IUP, dari target 26 Pemda, terdapat 4 Pemda yang
Integrasi ILOK pada 24 Pemda (Paser, capaiannya sudah 100%, yaitu: Kabupaten Mahakam Ulu, Kutai
Kutai Timur, Keerom, Merauke, Mamuju) Timur, Kutai Barat, dan Mamuju. Sementara 22 Kabupaten lain
dan Integrasi IUP pada 26 Pemda progres capaiannya berkisar 6%-96%

4 Output 4 Nilai capaian output 4 pada triwulan I (B03) adalah 1%


Terlaksananya rekomendasi penyelesa- Pada triwulan I (B03) ini, belum ada kemajuan yang bisa dilaporkan
ian tumpang tindih di Pemprov Kaliman- Dari 328 Lokus yang menjadi target Stranas PK, belum ada satupun
tan Tengah Lokus yang menghasilkan rekomendasi untuk ditindaklanjuti
Saat ini, yang baru selesai dilakukan adalah proses verifikasi dan
Indikator updating data oleh Pemprov/Pemkab/Pemkot
Rekomendasi ditindaklanjuti di 328
Lokus

5 Output 5 Nilai capaian output 5 pada triwulan I (B03) adalah 1%


Terintegrasinya Rencana Zonasi Wilayah Pada triwulan I (B03) ini, belum ada kemajuan yang bisa dilaporkan
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) - Dari 47 RTRW Pemda yang menjadi target Stranas PK untuk diinte-
Rencana Tata Ruang Wilayah di 5 provin-
si kebijakan satu peta: Pemprov Riau, grasikan dengan RZWP3K, belum ada satupun yang terintegrasi.
Pemprov Kalimantan Timur, Pemprov Untuk Povinsi Papua dan Kaltim yang menjadi prioritas nasional
Kalimantan Tengah, Pemprov Sulawesi saat ini masih berproses
Barat, dan Pemprov Papua Sementara untuk provinsi-provinsi lain sedang dilakukan peninjau-
an kembali RTRW
Indikator
RTRW 47 Pemda di 5 Provinsi terintegrasi
dengan RZWP3K

3
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Perbaikan integrasi data ekspor impor pada komoditas


2. 5,05%
pangan dan kesehatan

Latar Belakang dan Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga/Daerah


Penanggung Jawab

Izin impor komoditas strategis rawan korupsi karena tidak berbasis data 1. Kementerian Koord. Bid.
tunggal yang akurat, proses perizinan juga tidak transparan Perekonomian
2. Kementerian Perindustrian
Seringkali kebijakan impor disinyalir tidak tepat waktu dan jumlah. Hal ini 3. Kementerian Perdagangan
menyebabkan ketersedian dan harga barang tertentu di pasar domestik sulit 4. Kantor Staf Presiden
5. Badan Pengawas Obat dan
diprediksi. Kondisi ini bukan saja merugikan produsen lokal tapi juga Makanan
konsumen dan mengancam stabilitas nasional. Hal ini dapat dilihat dari kebija- 6. Kementerian Kelautan dan
kan pemerintah yang selalu melakukan impor besar-besaran jika terjadi Perikanan
kelangkaan komoditas. Padahal biasanya kelangkaan yang terjadi merupakan 7. Kementerian Keuangan
sebuah kondisi yang sengaja diciptakan oleh para pemburu rente guna 8. Kementerian Pertanian
9. Badan Pusat Statistik
mendapatkan keuntungan, salah satunya dengan mendorong Pemerintah
membuka keran impor.

Aksi ini bertujuan agar perumusan kebijakan terkait impor diambil berdasarkan
data yang akurat yang disertai mekanisme pengawasan melekat berbasis
risiko. Selain itu, sistem Indonesia National Single Window (INSW) dimanfaatkan
untuk menjaga akuntabilitas dari pelaksanaan impor.

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

1 Output Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 5,05%


Tersedia dan termanfaatkannya data Pemenuhan indikator output di triwulan I (B03) hanya tercapai
ketersediaan nasional, data konsumsi 40%-50% atau setara 5,05% dengan perhitungan nilai sampai
nasional dan data realisasi impor yang
valid, dapat diandalkan dan terkonfirmasi triwulan VIII. Berikut adalah deskripsi capaiannya:
dalam sistem Indonesia National Single - Untuk 6 komoditas pangan strategis (Bawang Putih, Gula, Jagung,
Window (INSW) pada sektor pangan Beras, Daging, dan Garam) sudah mulai ada pengaliran data oleh
strategis (bawang putih, gula, jagung, Kementerian/Lembaga teknis (Kementan, KKP, Kemenperin,
beras, daging, garam) dan kesehatan (alat Kemendag, BPS), namun pengaliran data tersebut dianggap
kesehatan, vaksin) sebagai basis pengam- belum terstandar.
bilan kebijakan.
- Kendala dari pengaliran data belum terstandar lebih diakibatkan
Indikator karena belum tersedianya panduan penyusunan dan pengaliran
Data realisasi impor sinkron (tidak data dari K/L teknis ke INSW walaupun proses bisnis integrasi data
melampaui) dengan data kebutuhan neraca komoditas dan perizinan ekspor-impor telah selesai
impor nasional (konsumsi nasional
dikurangi data ketersediaan nasional); disusun dan sudah disepakati dengan key stakeholder (Kemenko
Dan terkonfirmasi oleh Kemenko Perekonomian dan LNSW)
Perekonomian untuk 8 Komoditas: - Namun dari kendala di atas, yang paling utama adalah karena
1. Bawang Putih 5. Daging Perpres tentang Neraca Komoditas masih dalam pembahasan di
2. Gula 6. Garam Kemenko Perekonomian
3. Jagung 7. Alat Kesehatan - Diharapkan pada triwulan 2 (B06) panduan pengaliran data dari
4. Beras 8. Vaksin
K/L teknis ke INSW sudah tersedia sehingga data yang dialirkan
Note: adalah data yang terstandar
Perkiraan capaian dengan nilai 100% dihitung mulai
B09 karena Perpres Neraca Komoditas baru akan
disahkan pada bulan Juni; dan streamlining serta
pengkondisian di KL teknis juga sedang dilaksanakan
Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW,
perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5%
dalam 8 triwulan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW
50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan
6,25% dalam perhitungan 8 triwulan

4
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO)/ Penerima


3. Manfaat untuk penanganan perkara, perizinan dan 9,6%
pengadaan barang/jasa

Latar Belakang dan Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga/Daerah


Penanggung Jawab
Tingginya penyalahgunaan korporasi untuk Tipikor, TPPU,
1. Badan Koordinasi Penanaman Modal
Pendanaan Terorisme maupun penghindaran pajak 2. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional
Saat ini, tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana korupsi 3. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral
berkembang semakin kompleks, melintasi batas-batas yurisdiksi, 4. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
dan menggunakan modus yang semakin variatif, dengan meman- 5. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
faatkan lembaga di luar sistem keuangan. Salah satu yang sering Menengah
6. Kementerian Lingkungan Hidup dan
disalahgunakan adalah korporasi. Penggunaan korporasi untuk Kehutanan
menyembunyikan aset yang dihasilkan tindak pidana korupsi dan 7. Kementerian Perdagangan
pencucian uang semakin marak dilakukan oleh pelaku kejahatan. 8. Komisi Pemberantasan Korupsi
9. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa
Pemerintah
Diharapkan aksi ini dapat membuka jalan bagi pemanfaatan data 10. Kementerian Keuangan
BO untuk pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), 11. Kementerian Pertanian
12. Otoritas Jasa Keuangan
Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT) dan pidana pajak. 13. Pusat Pelaporan dan Transaksi Keuangan

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 20%


Tersedianya basis data yang berisikan Pada triwulan I 2021 (B03) ini, jumlah korporasi aktif adalah
penerima manfaat yang telah terinte- 2.056.506
grasi dengan Kementerian/Lembaga Korporasi yang telah mendeklarasi BO adalah 408.157 (19.85%)
terkait atau bertambah sebesar 3.47%
Dari peningkatan 3.47% tersebut, ditemukan bahwa masih banyak
Indikator pelaku usaha, terutama perusahaan yang sudah lama dan tidak
Seluruh korporasi aktif melakukan perubahan akta perusahaan, yang belum mengetahui
mendeklarasikan BO kewajiban terkait deklarasi BO
Note:
- Jumlah koorporasi aktif angkanya bersifat dinamis
karena setiap bulan selalu ada penambahan
koorporasi baru dan juga pengurangan karena sudah
tidak aktif lagi
- Jumlah korporasi aktif per Des 2020: 2.014.203
- Jumlah korporasi deklarasi BO per Des 2020: 330.021
(16.38%)

2 Output 2 Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 1%


Terbukanya akses publik terhadap basis Pada triwulan I (B03) ini belum ada capaian yang dapat dipenuhi
data yang berisikan penerima manfaat karena target capaian baru ditetapkan/muncul di B12
Saat ini sedang dilakukan kajian terkait bagaimana penetapan
Indikator akses publik dapat digunakan sebagaiman mestinya, tanpa ada
Akses publik meningkat 30% (dihitung penyalahgunaan data
mulai B12, merujuk pada baseline capa-
ian di B09)

5
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

3 Output 3 Nilai capaian output 3 pada triwulan I (B03) adalah 1%


Termanfaatkannya data BO yang sesuai Pada triwulan I (B03) ini belum ada capaian yang dapat dipenuhi
dengan kebutuhan aparat penegak karena target capaian dari setiap indikator baru ditetapkan/muncul
hukum, perizinan, dan pengadaan di B09-B12
barang/jasa Pemanfaatan data belum terjadi karena data di Ditjen AHU juga
masih sangat sedikit. Namun demikian, signifikansi dan relevansi
Indikator data BO dalam penegakan hukum sudah sangat dipahami oleh
a) Akses APH untuk kebutuhan penan- aparat penegak hukum (APH)
ganan perkara meningkat 10% Untuk mempermudah pemanfaatan data oleh user maka instalasi
(dihitung mulai B12, merujuk pada fitur social network analysis untuk pelacakan jaringan perusahaan
baseline capaian di B09) ke depan sedang dibangun
b) Jumlah pengajuan izin sektor ekstrak-
tif dan perkebunan yang data BO nya
diverifikasi oleh Pemberi izin (100%)
(perhitungan nilai dimulai di B09)
c) Jumlah korporasi peserta pengadaan
barang dan jasa yang data BO-nya
terverifikasi

6
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

FOKUS 2 : KEUANGAN NEGARA

Percepatan integrasi perencanaan dan penganggaran


1. 0%
berbasis elektronik

Kementerian/ Lembaga/Daerah
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Penanggung Jawab
Perencanaan dan penganggaran adalah fase rawan korupsi 1. Kementerian Perencanaan Pemban-
gunan Nasional/Badan Perencanaan
Masalah utama sistem perencanaan dan penganggaran nasional saat ini Pembangunan Nasional
adalah tidak terintegrasi dan juga kurang sinerginya sistem perencanaan 2. Kementerian Dalam Negeri
dan penganggaran baik secara horizontal di Pusat dan di Daerah maupun 3. Kementerian Keuangan
secara vertikal antara Pusat dengan Daerah. Seringkali terjadi apa yang 4. Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi
direncanakan beda dengan yang dianggarkan. Pengalokasian anggaran Birokorasi
juga tidak mencerminkan prioritas yang ditetapkan. Akibatnya terjadi 5. Kementerian Komunikasi dan
inefesiensi, inefektivitas dan tingginya risiko korupsi dalam pengelolaan Informatika
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran 6. Lembaga Kebijakan Pengadaan
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Barang/Jasa Pemerintah
7. Badan Pemeriksa Keuangan dan
Tujuan utama aksi ini adalah mengupayakan tersedianya suatu sistem Pembangunan
yang menjamin teragregasinya data dan informasi secara elektronik pada 8. Badan Pengkajian dan Penerapan
semua tahap siklus penganggaran, mulai dari perencanaan, penetapan, Teknologi
pelaksanaan/ penatausahaan hingga pelaporan atau audit. 9. Badan Siber dan Sandi Negara
10. Pemerintah Provinsi Jawa Barat
11. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Dengan demikian Aksi ini diharapkan dapat menciptakan: 1) proses 12. Pemerintah Provinsi Jawa Timur
perencanaan dan penggangaran yang transparan, partisipatif, dan akunt- 13. Pemerintah Provinsi Daerah
abel; 2) dokumen perencanaan dan penganggaran yang berkualitas; 3) Istimewa Yogyakarta
program dan belanja pemerintah menjadi efesien dan efektif. 14. Pemerintah Provinsi Bali

Sasaran Output dan Indikator


Capaian Indikator
Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 0%


Berfungsinya koneksi antara sistem Walaupun pemenuhan output dan indikatornya belum ada yang tercapai,
perencanaan-penganggaran di tingkat namun dapat disampaikan beberapa proses yang sudah dilewati sebagai
pusat berikut:
- Di tingkat pusat, sesungguhnya aplikasi KRISNA (Bappenas) sudah
Indikator dipakai oleh semua Kementerian/Lembaga sedangkan aplikasi SAKTI
Keselarasan data dan informasi pada (Kemenkeu) belum sepenuhnya digunakan oleh semua KL
seluruh tahapan mulai dari perenca- - Hingga akhir periode B03, Bappenas dan Kemenkeu terus membahas
naan-penganggaran atau dari peneta- MoU tentang integrasi aplikasi KRISNA dan SAKTI. Dokumen MoU sudah
pan anggaran-penatausahaan dan direviu oleh Biro Hukum Bappenas maupun Biro Hukum Kemenkeu.
pelaporan di K/L Secara prinsip, alur proses dari penyusunan rencana kerja hingga pene-
tapan anggaran sudah sinkron. Hal yang masih perlu disinkronisasi
adalah pada tahap pelaksanaan/penatausahaan dan pelaporan. Pada
tahap penatausahaan, masih perlu diperjelas pada tahapan mana dan
data apa saja yang dapat dipertukarkan serta perlu diatur apa peran
Bappenas dan apa peran Kemenkeu
- Oleh karenanya untuk mengatasi hal tersebut, Setnas PK mengusulkan
adanya workshop pembahasan Standar Proses Bisnis dan Standar Data
untuk integrasi di tingkat Pusat. Rencana workshop ini masih perlu diper-
tajam lagi dengan Staf Ahli Bidang OBTI Kemenkeu

7
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

2 Output 2 Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 0%


Berfungsinya koneksi antara sistem Capaian pada output 2 beserta indikatornya pada triwulan I (B03)
perencanaan dan penganggaran di ini belum ada yang tercapai. Namun dapat disampaikan beberapa
tingkat daerah kondisi awal dan aktivitas yang sudah dilakukan sebagai berikut:
- Kondisi awal hingga akhir tahun 2020, belum ada penetapan
Indikator Aplikasi Umum Perencanaan-Penganggaran di daerah. Meskipun
Keselarasan data dan informasi pada Kemendagri telah menerbikan Surat Edaran kepada seluruh
seluruh tahapan mulai dari perenca- daerah untuk menggunakan SIPD namun pada kenyataanya
naan- penganggaran atau penetapan hanya 21 Pemda yang telah menggunakan SIPD secara utuh (mel-
anggaran-penatausahaan dan pelapo- ingkupi seluruh modul: perencanaan-penetapan-penatausahaan
ran di Pemerintah Daerah dan pelaporan). Pada Januari 2021, Kemendagri kembali mener-
bikan Surat Edaran kepada seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota
agar penatausahaan dan pelaporan dapat dilakukan di platform
lain namun tetap direkam ke SIPD sembari SIPD disempurnakan
- Penyempurnaan SIPD (Modul Penatausahaan dan Pelaporan)
dijadwalkan dapat selesai pada bulan Oktober 2021 ini untuk
kemudian diajukan ke KemenPAN-RB untuk ditetapkan menjadi
Aplikasi Umum di Daerah
- Sesungguhnya modul perencanaan hingga penetapan APBD
telah digunakan oleh kurang lebih 517 Pemda. Oleh karena itu,
ditargetkan pada tahun 2022 modul penatausahaan dan pelapo-
ran sudah siap dipakai oleh seluruh daerah. Dengan demikian,
ketika SIPD ditetapkan sebagai salah satu aplikasi umum di
daerah, seluruh modul (perencanaan-penetapan-penatausahaan
dan pelaporan) sudah dapat digunakan secara benar

3 Output 3 Nilai capaian output 3 pada triwulan I (B03) adalah 0%


Berfungsinya koneksi antara sistem Pada triwulan I (B03) ini, pemenuhan output 3 beserta indikatornya
perencanaan dan penganggaran belum terpenuhi. Berikut gambaran tantangan yang dihadapi serta
berbasis elektronik di tingkat pusat aktivitas yang coba dilakukan:
dengan daerah - Hingga kini, integrasi pusat dan daerah belum tercapai. Tantan-
gan utamanya adalah belum sinkronnya Bagan Akun Standar
Indikator (BAS). Di sisi lain Kementerian Dalam Negeri telah menetapkan
Keselarasan data dan informasi yang Permendagri 90/2019 tentang Klasifikasi/Kodifikasi. Permendagri
disampaikan dan digunakan oleh K/L ini telah mengatur tentang BAS di tingkat Daerah. Sementara
dan Pemda pada seluruh tahapan Kemenkeu juga sedang menyusun RPP Bagan Akun Standar.
perencanaan-penganggaran Hingga kini RPP BAS ini belum ditetapkan karena masih perlu ada
kesepahaman dan kesepakatan dengan Kemenkeu agar subtansi
kedua regulasi ini tidak saling menegasi namun saling
menguatkan
- Di sisi lain, untuk integrasi dari desa ke kabupaten/kota, masih
perlu pembahasan tentang data dan informasi yang dapat diinte-
grasikan dari APBDes ke APBD. Tantangan utamanya karena
klasifikasi belanja desa tidak dibuat dalam kategori belanja yang
dapat diintegrasikan dalam laporan keuangan pemerintah
daerah

8
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Penguatan implementasi pengadaan barang jasa dan


2. 7,4%
pembayaran berbasis elektronik

Latar Belakang dan Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga/Daerah


Penanggung Jawab
Proses pengadaan barang dan jasa masih banyak menggu-
nakan cara konvensional 1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2. Badan Siber dan Sandi Negara
Walaupun sudah diinisiasi sejak lama, masih sedikit K/L/D yang 3. Kementerian Dalam Negeri
menyelenggarakan proses pengadaan barang dan jasa secara 4. Kementerian Kesehatan
modern menggunakan platform elektronik dan digital. 5. Kementerian Keuangan
6. Kementerian Komunikasi dan Informatika
Seperti diketahui, pengadaan barang dan jasa dengan sistem 7. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
konvensional telah menimbulkan banyak pemborosan anggaran dan Investasi
dan kecurangan atau penipuan karena proses pengadaan yang 8. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
berjalan lama dan rumit. Pun harga dan spesifikasi barang/jasa 9. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
yang dirilis tidak transparan dan tidak standar. 10. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
11. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Aksi ini diharapkan dapat menciptakan mekanisme pembayaran Rakyat
secara digital dalam proses pengadaaan barang dan jasa, misaln- 12. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ya melalui penggunaan Kartu Kredit Pemerintah, internet banking 13. Kementerian Perhubungan
atau mekanisme payment gateway yang sudah berkembang saat 14. Kementerian Perindustrian
ini. Selain itu proses transaksi belanja barang/jasa didorong 15. Kementerian Pertahanan
menggunakan platform marketplace. 16. Kementerian Pertanian
17. Kementerian Sosial
Dengan demikian, pengadaan barang dan jasa pemerintah akan 18. Kepolisian RI
menjadi transparan dan efisien secara waktu dan biaya. Pun 19. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
dapat menurunkan angka korupsi di sektor pengadaan karena Pemerintah
minimnya pertemuan antara penyedia dan pengguna barang/ja- 20. 34 Pemerintah Provinsi
sa melalui sistem katalog elektronik.

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 0,4%


Tersedianya dan digunakannya sistem Pada triwulan I (B03) ini, capaian output 1 beserta indikatornya
pembayaran secara elektronik untuk belum ada yang terpenuhi, namun dapat digambarkan beberapa
pengadaan barang/jasa melalui kondisi awal, tantangan, dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaku-
elektronik katalog s.d Rp200 juta dan kan sebagai berikut:
toko daring/ Bela Pengadaan - Mekanisme pembayaran secara elektronik sebenarnya sudah
mulai diimplementasikan sejak tahun 2017 lalu. Kemenkeu telah
Indikator menetapkan PMK No. 230-PMK.05.2016 tentang Cash Manege-
a) 13 K/L dan 12 Pemprov menerbitkan ment System dan PMK 196.PMK.05.2018 tentang Kartu Kredit
regulasi tentang sistem pembayaran Pemerintah namun hingga kini baru 17 K/L yang menggunakan
secara elektronik untuk pengadaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP). Sedang di Daerah, belum ada satu-
barang dan jasa melalui elektronik pun bank daerah yang menerbitkan Kartu Kredit Pemerintah
katalog s.d. Rp. 200 juta dan toko Daerah. Kendala penerbitan KKP oleh Bank-Bank Daerah ini
daring/Bela Pengadaan; terkait regulasi Bank Indonesia maupun OJK
b) 13 K/L dan 12 Pemprov melak- - Saat ini Kemenkeu sedang mengembangkan Government
sanakan pembayaran secara Payment Platform (GPP) yang di dalamnya sudah mencakup pem-
elektronik untuk pengadaan barang bayaran dalam proses PBJ. Bersamaan dengan itu, Kemendagri
dan jasa melalui katalog elektronik sedang menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri
s.d. Rp. 200 juta dan toko daring/ tentang Elektronik Transaksi Pemda (ETP). Peraturan Mendagri ini
bela pengadaan ditargetkan terbit pada Bulan September 2021

9
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

1 Output 1 - Selanjutnya, Pemda akan diminta untuk mengidentifikasi ham-


Tersedianya dan digunakannya sistem batan ETP, lalu menyusun roadmap pelaksanaan ETP yang difor-
pembayaran secara elektronik untuk malkan dalam bentuk Peraturan Kepala Daerah (Perkada). Selain
pengadaan barang/jasa melalui itu, Infrastruktur ETP perlu disediakan pada 2021 melalui kerja
elektronik katalog s.d Rp200 juta dan sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan
toko daring/ Bela Pengadaan (OJK) di daerah serta perbankan untuk menyediakan transkasi
non-tunai baik dalam rangka penerimaan maupun belanja
daerah

2 Output 2 (Katalog Lokal) Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 12,7%
Bertambahnya pembelanjaan pada 5 Pada triwulan I (B03) ini, pemenuhan output 2 beserta indikatornya
komoditas sesuai kriteria yang telah baru tercapai sebagian. Berikut gambaran kondisi awal dan bebera-
ditayangkan di katalog lokal pada 34 pa kemajuan yang sudah tercapai:
provinsi (alat tulis kantor, makan-mi- a) Terkait indikator penambahan 10 Provinsi sebagai pengelola
num, seragam, jasa kebersihan, dan jasa e-katalog lokal, sudah tercapai 4 Provinsi (per April 2021), yaitu:
keamanan) 1. Provinisi Sulawesi Tenggara melalui SK Kepala LKPP Nomor: 20
Tahun 2021 Penetapan Persetujuan Pengelolaan Katalog
Indikator Elektronik Lokal Provinsi Sulawesi Tenggara
a) 10 Pemprov (tambahan) telah men- 2. Provinsi Maluku Utara melalui SK Kepala LKPP Nomor: 93 Tahun
jadi pengelola katalog lokal 2021 tentang Penetapan Persetujuan Pengelolaan Katalog
b) Ditayangkannya minimal 5 komodi- Elektronik Lokal Provinsi Maluku Utara
tas pada katalog lokal (23 Provinsi); 3. Provinsi Maluku melalui SK Kepala LKPP Nomor: 100 Tahun
dan Penambahan minimal 3 dari 5 2021 Penetapan Persetujuan Pengelolaan Katalog Elektronik
komoditas wajib bagi Provinsi yang Lokal Provinsi Maluku
sudah menayangkan komoditas (11 4. Provinsi Lampung melalui SK Kepala LKPP Nomor: 109 Tahun
Provinsi) 2021 Penetapan Persetujuan Pengelolaan Katalog Elektronik
c) 34 Provinsi melakukan pembelan- Lokal Provinsi Lampung
jaan secara online (purchase order) b) Terkait komoditas pada katalog lokal, secara umum dapat digam-
pada katalog lokal masing-masing barkan sebagai berikut:
1. DKI Jakarta: 25 jenis komoditas
provinsi 2. Jawa Barat: Jasa Keamanan, Jasa Kebersihan, Hotmix,
Makanan dan Minuman
3. Jawa Tengah: Campuran Aspal Panas - Hotmix; Jasa Keaman-
an; Jasa Kebersihan; Pupuk dan Pestisida
4. Jawa Timur: Aspalth Concrete Levelling (AC-L) di Provinsi
Note: Jawa Timur; Jasa Kebersihan; Kertas HVS Provinsi Jawa Timur
10 Pemprov yang ditargetkan adalah dan Pemeliharaan Rutin Jalan
Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, 5. DIY: Jasa Keamanan, Jasa Kebersihan
Lampung, Maluku, Kalimantan Barat, Kepu- 6. Bali: Jasa Keamanan, Makanan dan Minuman
lauan Riau, Papua Barat, Papua, Jambi,
Banten 7. Aceh: Jasa Kebersihan, Rumah Layak Huni
8. Gorontalo: Jasa Keamanan, Jasa Kebersihan, Sewa Kendaraan
9. Kalimantan Timur: Jasa penyediaan atau pelayanan makanan
c) Terkait pembelanjaan melalui katalog elektronik lokal, beberapa
provinsi seperti DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, NTB
dan Riau sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2019 lalu. Pada
tahun 2020, mulai ada penambahan provinsi yang melakukan
purchase order pada katalog lokal, antara Provinsi Jawa Barat,
Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Tengah, Bali, dll. Contoh jumlah
belanja pada Katalog Lokal seperti:
1. Jawa Barat:
i) Komoditas Jasa Keamanan
Tahun 2020: 305 transaksi dengan nilai transaksi sebesar
Rp. 74.065.625.975,00
Tahun 2021 (target hingga Des 2021): 448 transaksi dengan
nilai transaksi sebesar Rp. 98.168.728.392,00
ii) Komoditas Jasa Kebersihan
Tahun 2020: 129 transaksi dengan nilai transaksi sebesar Rp.
67.229.553.537,00. Meningkat di tahun 2021: 283 transaksi
dengan nilai transaksi sebesar Rp. 99.505.405.703,00

10
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

2 Output 2 (Katalog Lokal) iii) Komoditas makanan dan minuman


Bertambahnya pembelanjaan pada 5 Tahun 2020: 4 transkasi dengan nilai transaksi sebesar
komoditas sesuai kriteria yang telah Rp. 2.779.900.000,00 menjadi 595 transkasi di tahun 2021
ditayangkan di katalog lokal pada 34 dengan total nilai transaksi sebesar: Rp. 8.554,937.500,00
provinsi (alat tulis kantor, makan-mi- iv) Komoditas Aspal Hotmix
num, seragam, jasa kebersihan, dan jasa Tahun 2020: 264 transaksi dengan nilai transaksi sebesar:
keamanan) Rp. 64.383.725.588,00
Tahun 2021: 63 transaksi dengan nilai transaksi
Rp. 11.129.650.500,00

3 Output 3 (Katalog Sektoral) Nilai capaian output 3 pada triwulan I (B03) adalah 2,8%
Bertambahnya pembelanjaan secara Berikut capaian pada output 3 yang dapat disampaikan pada
online (purchase order) atas 4 komodi- triwulan I (B03) ini:
tas sesuai kriteria yang telah ditayang- a) Dari 5 K/L baru yang ditargetkan menjadi pengelola katalog
kan pada katalog elektronik sektoral 12 elektronik sektoral pada tahun 2021 (KLHK, Kemenhan,
Kementerian/Lembaga Kemensos, Kemenparekraf, dan Polri), 4 K/L telah mengajukan
usulan ke LKPP dan saat ini masih dalam proses pendampin-
Indikator gan oleh LKPP. Hanya Kemenhan saja yang sampai saat ini
a) 5 Kementerian/Lembaga menjadi belum menyampaikan progresnya
pengelola katalog sektor b) Terkait penambahan jumlah komoditas pada 7 K/L lama
b) Bertambahnya jumlah komoditas (Kemenkes, Kementan, Kemenhub, KemenPUPR, Kemendik-
yang ditayangkan pada katalog bud, Kemenperin dan BNPB), saat ini 7 K/L tersebut telah
sektoral (12 K/L). Dengan rincian: 5 berproses menambah komoditas maupun meningkatkan
K/L baru melakukan penambahan belanja melalui katalog sektoral. Kementerian Kesehatan yang
komoditas menjadi 4 komoditas per sempat menangguhkan pengelolaan Katalog Sektor Keseha-
K/L; 7 K/L lama menambah minimal 2 tan pada tahun 2020 lalu, saat ini sedang berproses untuk kem-
komoditas bali menjadi pengelola katalog sektor kesehatan. Secara
c) 12 K/L melakukan pembelanjaan umum, hingga kini sudah ada 8,653 Produk dari 432 Penyedia
secara online (purchase order) pada pada Katalog Elektronik Sektoral
katalog sektoral masing-masing c) Terkait indikator pembelanjaan secara online, belum ada lapo-
Kementerian/Lembaga ran yang dapat disampaikan

4 Output 4 Nilai capaian output 4 pada triwulan I (B03) adalah 12,3%


Digunakannya Bela Pengadaan Capaian pada output 4 yang dapat disampaikan pada triwulan I
dan/atau Pengadaan Langsung Secara (B03) ini adalah sebagai berikut:
Elektronik (PLSE) lainnya oleh K/L/Pem- - Hingga akhir Maret 2021 LKPP menyatakan bahwa Bela
da untuk belanja langsung sampai Pengadaan telah digunakan di 20 provinsi
dengan Rp200 juta - Sampai saat ini, sudah ada 12 marketplace yang menjadi Mitra
Bela Pengadaan, yaitu: Bhineka, bli-bli.com; Buka Pengadaan;
Indikator Shopee; Kartara; Digitalimaji.com; Kulina; Gojek; Mbismarket;
12 K/L menggunakan Bela Pengadaan Balimall; gram; klikMRO.com
dan/atau Pengadaan Langsung Secara
Elektronik (PLSE) - Di antara komoditas yang terdapat di Bela Pengadaan adalah:
makanan/kuliner, alat tulis kantor, souvenir, transportasi, logis-
tik/kurir dan furniture.
- Total transaksi yang dilakukan melalui Bela Pengadaan hingga
Maret 2021 adalah sebesar Rp. 509.722.867

11
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Pembenahan tata kelola penerimaan negara pada


3. 14,8%
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai

Latar Belakang dan Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga/Daerah


Penanggung Jawab
Tata kelola penerimaan negara pada PNBP dan Cukai ditemu-
kan banyak masalah 1. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional
Adanya ketidakoptimalan penerimaan negara pada PNBP dikare- 2. Kementerian Badan Usaha Milik Negara
nakan sejumlah masalah, mulai dari regulasi, mekanisme dan struk- 3. Kementerian Energi dan Sumber Daya
tur pelaksana yang masih perlu dilakukan pembenahan tata kelola. Mineral
Pembenahan tersebut dilakukan dengan memperbaiki cara meng- 4. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
hitung, memungut dan melaporkan pendapatan yang bersumber 5. Kementerian Kelautan dan Perikanan
dari PNBP. Oleh sebab itu diperlukannya pembahasan optimalisasi 6. Kementerian Komunikasi dan Informatika
penerimaan negara melalui pembenahan pengelolaan PNBP pada 7. Kementerian Koordinator Bidang
K/L tertentu dan PNBP Migas.
Perekonomian
Adapun permasalahan penerimaan negara pada sektor cukai 8. Kementerian Keuangan
adalah potential loss penerimaan negara yang diakibatkan oleh 9. Kementerian Lingkungan Hidup dan
mis-manajemen dan adanya produk cukai ilegal. Cara pengelolaan Kehutanan
yang belum optimal ditandai dengan regulasi yang tidak secara 10. Kementerian Pekerjaan Umum dan
komperhensif dapat mengakomodir variabel pembangun Perumahan Rakyat
pendapatan cukai dan mekanisme perhitungan serta pemungutan 11. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang lemah atau belum sesuai dengan potensi yang dimiliki 12. Kementerian Perdagangan
sehingga menyebabkan hilangnya potensi pendapatan negara. 13. Kementerian Perhubungan
Pun kemunculan produk-produk ilegal yang belum terkendalikan 14. Kementerian Perindustrian
secara sistemik ikut menyumbang kerugian negara di sektor cukai. 15. Kepolisian RI
16. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Oleh karenanya melalui Aksi ini, diharapkan optimalisasi peneri-
maan negara dari PNBP dan sektor cukai dapat tercapai. Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

Sasaran Output dan Indikator


Capaian Indikator
Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 17,8%


Optimalisasi penerimaan dari PNBP Pada triwulan I (B03) ini, capaian output 1 beserta indikatornya
pada K/L tertentu dan PNBP Migas sudah terpenuhi sebagian. Berikut deskripsi capaian output 1 yang
dapat dilaporkan:
Indikator a) Terkait indikator untuk pendapatan dari penerimaan negara
a) Tercapainya Realisasi PNBP Sesuai bukan pajak (PNBP) pada K/L tertentu:
Target yang Telah Ditetapkan Dalam - Saat ini telah mencapai realisasi dengan persentase 99% hingga
APBN 178% dari target triwulan I yang telah ditetapkan, sedangkan
persentase dari target tahunan yang telah ditetapkan dalam
b) Meningkatnya Akuntabilitas APBN telah mencapai berkisar 1%-37%
pencatatan PNBP Migas dengan
menurunkan diskrepansi dalam - Pencapaian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
perhitungan penerimaan PNBP pendukung seperti perbaikan regulasi masing-masing K/L
untuk tata cara pemungutan (jenis dan tarif ). Perbaikan regulasi
Migas memberikan dampak positif pada proses penerimaan negara
dikarenakan adanya perbaikan pada jenis dan tarif yang telah
disesuaikan dengan kondisi saat ini. Faktor lainnya adalah pem-
bayaran piutang yang belum disetorkan kepada kas negara
- Selain fokus pada realisasi, dapat disampaikan juga bahwa
setiap K/L telah melakukan pengembangan sistem IT PNBP.
Masing-masing K/L mengembangkan sistem data untuk
peningkatan kualitas penatauasahaan PNBP melalui aplikasi
pelaporan PNBP untuk mewujudkan akuntabilitas dan transpar-
ansi data pengelolaan PNBP

12
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

1 Output 1 b) Terkait capaian pada indikator peningkatan akuntabilitas


Optimalisasi penerimaan dari PNBP pencatatan PNBP Migas dengan menurunkan diskrepansi dalam
pada K/L tertentu dan PNBP Migas perhitungan penerimaan PNBP Migas:
- Optimalisasi telah dilakukan dengan adanya penerapan Quanti-
ty Assurance (QA) pada proses pengelolaan industri hulu migas
- Saat ini telah diterbitkan Keputusan Menteri ESDM Nomor
30.K/HK.02/MEM.M/2021 tentang Pedoman Penerapan Sistem
Note: Jaminan Kuantitas (Quantity Assurance) Pada Setiap Tahapan
Kementerian/Lembaga (K/L) tertentu adalah: Kegiatan Operasional Pemroduksian Minyak dan Gas Bumi.
1.Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Selain adanya regulasi tersebut, para pelaksana aksi yaitu
Pertanahan Nasional
2.Kementerian Badan Usaha Milik Negara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Satuan Kerja
3.Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
4.Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Kementerian Keuangan telah menyusun draft RSNI untuk
5.Kementerian Kelautan dan Perikanan proses penerapan QA pada kegiatan operasional pemroduksian
6.Kementerian Komunikasi dan Informatika minyak dan gas bumi. Regulasi tersebut saat ini telah disosial-
7.Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan isasikan kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)
8.Kementerian Pekerjaan Umum dan - Kedepannya proses penerapan QA menjadi salah satu acuan
Perumahan Rakyat
9.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kontrol untuk memastikan ketepatan proses pemroduksian
10.Kementerian Perhubungan minyak dan gas bumi, mulai dari pemetaan potensi hingga
11.Kepolisian Republik Indonesia perhitungan penerimaan yang dapat berdampak pada peneri-
maan negara

2 Output 2 Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 0%


Optimalisasi penerimaan cukai Pada triwulan I (B03), terkait capaian pada output beserta indika-
tornya dapat disampaikan sebagai berikut:
Indikator - Terkait realisasi penerimaan cukai HT; pada Q1, target peneri-
a) Tercapaiannya realisasi penerimaan maan adalah Rp 49,2 T atau sebesar 28 % dari target. Sementara
cukai sesuai perhitungan potensi Realisasi penerimaan pada Q1 sebesar Rp 48,2 atau sebesar 27,7
penerimaan cukai %. Pada Q2 capaian penerimaan cukai HT diharapkan mencapai
b) Adanya penurunan peredaran Rp 85,1 Trilliun (48,9%). Pada Q3 capaian penerimaan cukai HT
diharapkan mencapai Rp120,5 Trilliun (69,3%). Dan pada Q4
produk cukai ilegal capaian penerimaan cukai HT diharapkan mencapai Rp 174
Trilliun (100%). Target penerimaan cukai HT di tahun 2021 sebe-
sar Rp 173,78 trilliun diharapkan dapat tercapai, dengan mem-
Note: pertimbangkan bahwa pemerintah sudah melakukan vaksinasi
Konteks cukai hasil tembakau (HT) covid 19, dan pertumbuhan ekonomi sebesar diharapkan men-
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
198/PMK.010/j/2020 tentang Tarif Cukai Hasil capai 5%, industri dan pasar mampu menyerap beban kenaikan
Tembakau, untuk kepentingan pemungutan tarif cukai di tahun 2021
cukainya, hasil tembakau di Indonesia dikelompo-
kan ke dalam 9 jenis, yaitu: sigaret kretek mesin - Terkait penerimaan cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol
(SKM), sigaret putih mesin (SPM), sigaret kretek (MMEA); dalam APBN Tahun Anggaran 2021, telah ditetapkan
tangan (SKT), sigaret putih tangan (SPT), sigaret target penerimaan negara dari cukai MMEA adalah sebesar Rp
kretek/putih tangan filter (SKTF/SPTF), tembakau 5,56 Triliun. Adapun realisasi dari penerimaan cukai MMEA
iris (TIS), kelembak menyan/kelobot (KLM/KLB), sampai dengan Q1 tahun 2021 adalah sebesar Rp 1,28 T atau
cerutu (CRT), dan hasil pengolahan tembakau
lainnya (HPTL). Saat ini penerimaan cukai Hasil sebesar 23,03%. Berdasarkan angka tersebut, penerimaan cukai
Tembakau (HT) didominasi oleh cukai produk MMEA pada Q1 tahun 2021 tergolong on track, di mana angka
sigaret, khususnya SKM. tersebut masih di atas angka trajectory bulanan sebesar Rp 1,22
Berdasarkan data tahun 2020, porsi penerimaan Triliun.
cukai HT produk SKM sebesar 84,6%, SPM sebesar
4,1% dan SKT sebesar 11,3%. Sehingga dalam - Performa penerimaan cukai MMEA di tahun 2022 diproyeksikan
menganalisa dan memprediksi penerimaan cukai akan membaik seiring dengan industri MMEA yang melanjutkan
hasil tembakau, digunakan total penerimaan cukai proses recovery dari tahun 2020 dan 2021 akibat adanya
dari ketiga jenis hasil tembakau tersebut sebagai Pandemi Covid-19, sehingga kinerja Volume Bayar Cukai tahun
proxy. Dalam APBN tahun anggaran 2021, target
penerimaan cukai HT sebesar Rp 173,78 trilliun.
2021 diasumsikan membaik
Berdasarkan data pemesanan pita cukai (CK-1) per - Terkait penerimaan cukai Etil Alkhol (EA); pada tahun 2021,
31 Maret 2021, produksi HT dalam tahun 2021 target penerimaan cukai EA yang ditetapkan pada APBN tahun
diproyeksikan sebesar 312 milliar batang atau turun
sebesar 4% dibandingkan produksi HT di tahun 2021 adalah sebesar Rp 160 Miliar. Di sisi lain, target penerimaan
2020. Berdasarkan proyeksi produksi bulanan cukai EA tahun 2022 belum ditetapkan, dengan nature EA adalah
menggunakan analisa SARIMAX (3 variabel). diberikan pembebasan cukai, maka asumsi target penerimaan
cukai EA di tahun 2022 adalah sama dengan di tahun 2021

13
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

2 Output 2 - Terkait perbaikan tata kelola cukai, dapat disampaikan beberapa


Optimalisasi penerimaan cukai hal berikut:
Dalam rangka memitigasi potensi pelanggaran yang dilakukan
oleh pengusaha pabrik hasil tembakau, DJBC menerbitkan
Note:
Konteks cukai MMEA petunjuk teknis pelaksanaan analisis dokumen cukai dalam
Kontribusi penerimaan cukai MMEA di Indonesia bentuk Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor
hanya sekitar 3-4% dari total penerimaan cukai. SE-25/BC/2020 tentang Pedoman Analisis Dokumen Cukai dan
Dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan peneri-
maan cukai MMEA di Indonesia dinilai lebih banyak Pemeriksaan Pabrik Hasil Tembakau. Hasil dari kegiatan analisis
dipengaruhi oleh situasi non-fiskal, antara lain dokumen cukai ini diharapkan mampu menjadi early warning
terganggunya kelancaran distribusi atau supply bagi pejabat Bea dan Cukai dalam melaksanakan pemeriksaan.
chain dari MMEA.
Dalam rangka menjaga kepatuhan Pengusaha Pabrik MMEA,
DJBC menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor Per-06/BC/2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Per-26/BC/2018 Tentang
Tata Cara Penetapan Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman Yang
Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat Yang Mengandung
Etil Alkohol. Peraturan tersebut mengatur mekanisme pelaksa-
naan pengujian kadar Etil Alkohol dalam MMEA secara berkala.
Dengan perdirjen ini maka bisa mencegah penjualan MMEA
dengan kadar yang melebihi dari yang ditetapkan.
Tantangan utama dari perbaikan tata kelola ini adalah bagaima-
na mengakomodir begitu banyaknya kepentingan dalam setiap
kali perumusan kebijakan, khususnya terkait tarif cukai hasil
tembakau. Sehingga kedepannya diharapkan ada roadmap
yang mampu mengakomodir kepentingan nasional dengan
memperhatikan komponen lokal (tembakau dan cengkeh) dan
juga menjaga iklim persaingan usaha serta tidak menjadikan
pasar hasil tembakau di Indonesia ke arah monopoli. Untuk BKC
MMEA, saat ini tidak ada roadmap MMEA di Indonesia.

14
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Pemanfaatan data kependudukan untuk efektivitas


4. dan efisiensi kebijakan sektoral berbasis Nomor Induk 18%
Kependudukan (NIK)

Latar Belakang dan Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga/Daerah


Penanggung Jawab
Inefisiensi anggaran karena data penerima bantuan sosial yang
belum akurat dan penerimaan pajak yang belum optimal 1. Badan Kepegawaian Negara
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Pandemi Corona Virus 2019 membuat Pemerintah menyelenggara- Kesehatan
3. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
kan berbagai program bantuan untuk mengatasi dampak dari situasi Pertanahan Nasional
ini. Sejumlah program bantuan atau subsidi baru telah diselenggara- 4. Kementerian Dalam Negeri
kan oleh berbagai K/L dengan mekanisme pendataan dan penyalu- 5. Kementerian Energi dan Sumber Daya
ran yang berbeda-beda. Hal ini membuat tumpang tindih data Mineral
6. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
penerima bantuan tidak dapat dihindari. 7. Kementerian Kesehatan
8. Kementerian Keuangan
Aksi ini mendorong integrasi data penerima bantuan sosial dengan 9. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
NIK sebagai primary key termasuk didalamnya pemadanan dan Menengah
pertukaran data untuk meningkatkan akurasi administratif data 10. Kementerian Pertanian
11. Kementerian Sosial
penerima bantuan sosial. 12. Kepolisian RI
13. Perusahaan Listrik Negara
Selain efisiensi anggaran, Stranas PK juga ingin mendorong optimal-
isasi penerimaan pajak melalui integrasi data keuangan. Hal ini akan
dilakukan dengan mendorong berbagi pakai data dalam menganali-
sa sasaran ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak.

Sasaran Output dan Indikator


Capaian Indikator
Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 21%


Termanfaatkannya data kependudukan Berikut disampaikan beberapa kemajuan pada indikator di output 1:
untuk pendataan dan penyaluran - Data penerima bantuan sosial yang dikelola oleh beberapa Direk-
program penanganan Covid-19 dan torat Jenderal di lingkup Kemensos telah diintegrasikan dengan
percepatan Pemulihan Ekonomi Nasi- DTKS sehingga terbentuk DTKS baru dengan tingkat kepadanan
onal (PEN) NIK hingga April 2021 mencapai 72%
- 100% data salur untuk bantuan sosial Kemensos sudah dipasti-
Indikator kan ketunggalannya dengan NIK
- 6,6 juta Bantuan Produktif Usaha Mikro yang sudah disalurkan
Seluruh data penerima bantuan/sub-
dari total 12,8 juta target penerima telah dilakukan pemadanan
sidi/manfaat lainnya padan data kepen- data dengan NIK sebelum disalurkan
dudukan (NIK) - Data penerima vaksin tahap 1 telah dipadankan kembali dengan
data kependudukan
- Data kependudukan digunakan sebagai basis untuk data calon
penerima vaksin tahap 2 (lansia) menggunakan data
Terkait kendala yang dihadapi, hingga saat ini masih dijumpai antar
K/L belum terjadi secara otomatis dan terintegrasi antar sistem

2 Output 2 Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 0%. Namun
Termanfaatkannya data kependudukan demikian dapat disampaikan beberapa proses dan kendala sebagai
untuk perluasan basis pajak dan berikut:
optimalisasi penerimaan pajak - 91,57% data wajib pajak telah padan dengan data kependudukan
Indikator - Disepakatinya pertukaran data pemilik sertifikat tanah dan wali
a) Jumlah wajib pajak hasil analisa data Badan Pertanahan Nasional yang melakukan analisa ekstensi-
integrasi data pelayanan publik fikasi pajak Ditjen Pajak
berbasis NIK - Adapun kendala yang dihadapi adalah belum semua data yang
b) Jumlah penerimaan pajak hasil anali- dibutuhkan untuk analisa bisa didapatkan oleh Kementerian
sa intensifikasi dan ekstensifikasi Keuangan karena adanya perlindungan data dari Kementeri-
pajak an/Lembaga lainnya

15
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

FOKUS 3 : PENEGAKAN HUKUM DAN REFORMASI BIROKRASI

Pemangkasan birokrasi dan peningkatan layanan


1. 0%
di kawasan pelabuhan

Kementerian/ Lembaga/Daerah
Latar Belakang dan Sasaran Strategis
Penanggung Jawab
Birokrasi pelayanan pelabuhan kita masih rumit dan panjang karena 1. Kementerian Badan Usaha Milik Negara
melibatkan unit-unit layanan dari banyak stakeholders, swasta dan 2. Kementerian Hukum dan Hak Asasi
pemerintah, yang tidak terintegrasi sehingga menimbulkan biaya Manusia
logistik yang mahal. 3. Kementerian Kelautan dan Perikanan
4. Kementerian Kesehatan
5. Kementerian Keuangan
Aksi ini bertujuan untuk meningkatkan layanan pelabuhan dengan 6. Kementerian Koordinator Bidang
menyederhanakan proses bisnis sehingga dapat memberi kepastian Kemaritiman dan Investasi
waktu layanan dan mengurangi tingginya biaya logistik di pelabuhan 7. Kementerian Perdagangan
saat ini. 8. Kementerian Perhubungan
9. Kementerian Pertanian

Sasaran Output dan Indikator


Capaian Indikator
Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 0%.


Efektifitas dan Efisiensi pelayanan Walaupun demikian beberapa proses dan kendala yang bisa
pengangkutan, ekspor, impor dan dilaporkan adalah terkait indikator penetapan proses bisnis. Semen-
domestik melalui integrasi sistem tara untuk indikator penurunan biaya dan waktu logistik belum ada
pelayanan di pelabuhan dengan trans- yang dapat dilaporkan. Berikut beberapa aktivitas yang telah dilaku-
paransi dan standarisasi prosedur kan terkait penetapan proses bisnis layanan di pelabuhan:
layanan - Proses identifikasi dan pemetaan proses bisnis aktual masing-mas-
ing layanan oleh K/L sudah berjalan. Kementerian Perdagangan
Indikator dan Kementerian Pertanian (Balai Karantina Pertanian) bahkan
a) Ditetapkannya proses bisnis hasil telah menyusun proses bisnis layanan yang diintegrasikan pada
portal INSW
riviu untuk semua layanan di pelabu- - Kementerian Keuangan (Ditjen Perbendaharaan) saat ini sedang
han dalam penyusunan proses bisnis terintegrasi untuk sistem pemba-
b) Menurunnya biaya dan waktu yaran jasa layanan (pembayaran PNBP), yang sebelumnya masih
logistik terpisah untuk tiap jasa layanan yang diberikan Kementerian
Selama periode B03, Stranas PK bersama Kemenko Maritim dan
Investasi melakukan beberapa penyesuaian output dan indikator
Aksi Pelabuhan, di antaranya adalah:
- Menambah area intervensi pada penataan Tenaga Kerja Bongkar
Muat (TKBM);
- Pengembangan implementasi National Logistic Ecosystem (NLE)
pada 8 pelabuhan target Stranas PK;
- Konsekuensinya, pada periode B06 dan seterusnya akan muncul
beberapa perubahan/penyesuaian di aplikasi Jaga/Monitoring,
baik pada level output, indikator, dan aktivitas maupun pada level
Kementerian/Lembaga
Salah satu kendala yang masih terus diatasi adalah terkait belum
didapatkannya data dasar (baseline data) biaya logistik saat ini/ak-
tual di masing-masing pelabuhan target Stranas PK. Oleh karenan-
ya tahun ini akan diupayakan agar dapat dilakukan pengukuran
biaya/waktu logistik oleh pihak independen di minimal 5 pelabu-
han yang menjadi target Stranas PK

16
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Penguatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)


2. 1,8%
dalam pengawasan program pemerintah

Latar Belakang dan Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga/


Daerah Penanggung Jawab

Independensi dan kinerja APIP masih lemah 1. Kementerian Dalam Negeri


2. Kementerian Pendayagu-
Pertanyaan terhadap kinerja dan independensi Aparat Pengawasan Intern Pemer- naan Aparatur Negara dan
intah (APIP) terus mengemuka sampai saat ini, padahal upaya penguatan fungsi Reformasi Birokrasi
dan peran APIP telah didorong oleh berbagai pihak sejak lama dan mulai 3. Badan Pengawas Keuan-
gan dan Pembangunan
mendapat momentum perubahan pada saat diterbitkannya Peraturan Pemerintah
No. 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Namun upaya penguatan peran dan fungsi APIP masih terus dihantui tantangan
sistemik berupa kualitas dan kuantitas SDM, kelembagan dan kewenangan, serta
anggaran, walaupun beberapa kerangka regulasi telah coba mengatasi masalah
tersebut.

Aksi ini bertujuan untuk memperkuat APIP dari 4 aspek, yaitu kelembagaan,
sumber daya manusia, tata kelola, dan anggaran. Dengan demikian, penguatan ini
diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan independensi APIP dalam melakukan
kerja-kerja pengawasan.

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 2,7%


Terpenuhinya kebutuhan APIP secara Pada triwulan I (B03) ini, indikator pada output 1 terkait jumlah
proporsional di Kementerian/Lem- SDM PPUPD/Auditor belum ada yang terpenuhi
baga/ Pemerintah Daerah Terkait indikator daftar kebutuhan PPUPD, pedoman perhitungan
kebutuhan yang telah disusun Kemendagri, saat ini statusnya
Indikator menunggu persetujuan dari KemenPAN-RB. Diperkirakan akhir
a) Daftar kebutuhan nasional PPUPD bulan Mei 2021, pedoman disahkan oleh KemenPANRB sehingga
berdasarkan pedoman yang disusun perhitungan jumlah kebutuhan PPUPD bisa diselesaikan paling
b) Jumlah SDM PPUPD terpenuhi 50% lambat Juli 2021
dari jumlah yang diusulkan
c) Daftar kebutuhan nasional JFA Terkait indikator daftar kebutuhan Auditor, pedoman perhitungan
berdasarkan pedoman yang disusun kebutuhan oleh BPKP masih menggunakan pedoman yang lama.
d) Jumlah SDM Auditor terpenuhi 50% Namun revisi PermenPAN-RB tentang Jabatan Fungsional Auditor
dari jumlah yang diusulkan (JFA) masih tahap revisi naskah akademik sehingga perlu didorong
dan mengawal penyelesaian revisi ini agar pelaksanaan output 1 ini
bisa berjalan sesuai timeline Stranas PK
Selama periode B03, terdapat beberapa kondisi yang mengharus-
kan Stranas PK melakukan perencanaan ulang dan penye-
suaian-penyesuaian, misalnya:
- Pemenuhan kebutuhan tahun 2021 melalui e-formasi masih
menggunakan perhitungan berdasarkan pedoman yang lama
dikarenakan perhitungan secara nasional baru selesai pada
pertengahan/akhir tahun 2021 ini
- Untuk mendorong pencapaian pemenuhan kebutuhan APIP,
terutama dari Pemerintah Daerah, akan ada penambahan key
activities yang sifatnya top down. Namun hal ini masih perlu
pendalaman lebih lanjut bersama tim teknis Stranas PK

17
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

2 Output 2 Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 0,8%


Menguatnya independensi APIP Pada triwulan I (B03) ini, pemenuhan indikator-indikator pada
melalui evaluasi jabatan untuk pening- output 2 belum ada yang terpenuhi karena masih pada tahap
katan kelas jabatan fungsional APIP persiapan. Namun demikian beberapa aktivitas untuk mencapai
indikator tersebut telah dilaksanakan sebagaimana deskripsi
Indikator berikut:
a) 100% usulan penetapan kelas - Pelaksanaan evaluasi jabatan sudah dilaksanakan secara internal
jabatan fungsional PPUPD oleh di Kemendagri, saat ini sedang proses pengajuan ke Setjen
instansi pembina ke KemenPAN-RB Kemendagri untuk difasilitasi pembahasan di KemenpanRB
b) 100% Penetapan Kelas Jabatan fung- - Evaluasi jabatan Auditor masih dalam tahap pembahasan internal
sional PPUPD (Peningkatan dan/atau di BPKP
kesesuaian) Selama periode B03, terdapat beberapa kondisi dan tantangan
c) 100% usulan penetapan kelas yang perlu mendapat perhatian misalnya:
jabatan fungsional auditor oleh
instansi pembina ke KemenPAN-RB - Proses pelaksanaan evaluasi jabatan di BPKP harus dipantau
d) 100% Penetapan Kelas Jabatan fung- secara intensif untuk memastikan BPKP melaksanakan evaluasi
sional auditor (Peningkatan jabatan dilaksanakan sesuai dengan timeline yang telah disepaka-
dan/atau kesesuaian) ti melalui logframe aksi
- Berdasarkan evaluasi awal, dipandang perlu untuk memperkuat
independensi inpsektorat pusat yaitu di Kementerian dan Lemba-
ga. Maka akan diformulasikan key activities tambahan untuk
memperkuat independensi Kementerian dan Lembaga

18
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Percepatan pembangunan SPBE di seluruh Kementerian,


3. 20%
Lembaga, dan Pemerintah Daerah

Latar Belakang dan Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga/Daerah


Penanggung Jawab

Penggunaan teknologi informasi dalam manajemen pemerintah belum 1. Kementerian Pendayagunaan


dilakukan secara terpadu Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi
Saat ini, hampir seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah telah 2. Kementerian/Badan Perencanan
memanfaatkan teknologi informasi (TI) dalam menjalankan tata kelola dan Pembangunan Nasional
sistem pemerintahan. Namun, penggunaan TI tersebut cenderung parsial dan 3. Kementerian Komunikasi dan
berbasis ego-sektoral. Dalam layanan publik dan layanan administrasi pemerin- Informatika
tahan, terdapat beragam aplikasi yang digunakan, di mana masing-masing 4. Kementerian Keuangan
sistem tidak terhubung, tidak terstandar, rentan keamanan, dan belum didukung 5. Kementerian Dalam Negeri
6. Badan Siber dan Sandi Negara
oleh SDM yang memadai. 7. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
Hal ini justru mengakibatkan penerapan TI menjadi tidak efisien dan tidak efektif 8. KSP
dalam layanan dan manajemen pemerintahan. 9. BKN

Dengan demikian, aksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterpaduan


sistem pemerintahan berbasis elektronik sehingga tercipta tata kelola pemerin-
tahan yang cepat, responsif, profesional, dan transparan. Juga akan mempermu-
dah pemerintah merumuskan kebijakan yang cepat dan tepat berbasis data.

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 13,6%


Tersedianya Arsitektur SPBE di K/L/Pem- Pada triwulan I (B03) ini, pemenuhan indikator-indikator pada
da yang mengacu pada Arsitektur SPBE output 1 belum ada yang tercapai karena masih pada tahap persia-
Nasional pan. Namun demikian beberapa aktivitas untuk mencapai indika-
tor tersebut telah dilaksanakan sebagaimana deskripsi berikut:
Indikator - Telah dirumuskan Naskah Akademik dan Draf Perpres beserta
a) Ditetapkannya Perpres tentang lampiran Arsitektur SPBE Nasional untuk mendapatkan input dan
Arsitektur SPBE masukan dari anggota PAK
b) Jumlah K/L/D yang memiliki Arsitek- - Untuk itu telah dilakukan rapat perdana Panitia Antar Kementeri-
tur SPBE yang mengacu pada an (PAK) untuk pembahasan RPerpres Arsitektur SPBE Nasional.
Arsitektur SPBE Nasional Diharapkan tim PAK dapat mempercepat finalisasi RPerpres terse-
- 10 K/L (B21) but pada bulan Mei 2021 untuk mengejar target pengundangan
- 50 Pemda (B21) Perpres di bulan Juli 2021

2 Output 2 Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 25%


Tersedianya Peta Rencana SPBE di Pada triwulan I (B03) ini, pemenuhan indikator pada output 2
K/L/Pemda yang mengacu pada Peta belum ada yang terpenuhi. Yang bisa disampaikan saat ini adalah
Rencana SPBE Nasional bahwa beberapa rapat pembahasan telah diakukan untuk finalisasi
Rancangan PermenPANRB tentang Peta Rencana SPBE Nasional
Indikator Masing-masing K/L terkait sudah memberikan input terhadap draf
a) Ditetapkannya PermenPANRB Peta Rencana SPBE Nasional yang diajukan dan disusun oleh
tentang Peta Rencana SPBE Nasional KemenPAN-RB
b) Jumlah K/L/D yang memiliki Peta
Rencana SPBE yang mengacu pada Ditargetkan PermenPAN-RB tentang Peta Rencana SPBE Nasional
Peta Rencana SPBE Nasional ditetapkan di B09
- 10 K/L (B21)
- 50 Pemda (B21)

19
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

3 Output 3 Output 3 adalah output yang baru ditambahkan dan akan berlaku
Layanan Pengaduan Pelayanan Publik pelaksanaannya pada periode berikutnya di B06
yang berkualitas dan terpadu melalui Dengan demikian, belum ada kemajuan indikator ataupun aktivitas
SP4N LAPOR! yang dapat disampaikan pada triwulan I (B03) ini
Indikator
a) Presentase terintegrasinya/terkon-
solidasinya aplikasi sejenis dengan
SP4N LAPOR!
b) Diterapkannya teknologi SP4N
LAPOR! Versi 3.1 lanjutan
c) Terbentuknya Jabatan Fungsional
Analisis Pengaduan Publik

20
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Penguatan sistem penanganan perkara tindak


4. 0%
pidana yang terintegrasi

Latar Belakang dan Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga/Daerah


Penanggung Jawab
Penanganan perkara berjalan lambat dan tidak transparan
1. Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan
Secara umum, penegakan hukum di Indonesia dianggap masih belum dilakukan Keamanan
secara adil dan transparan. Dari sisi proses penanganan perkara misalnya, koordi- 2. Kementerian Komunikasi dan
nasi aparat penegak hukum masih belum optimal, khususnya terkait pertukaran Informatika
informasi/data antar aparat penegak hukum. Tantangan pada era teknologi infor- 3. Badan Siber dan Sandi Negara
4. Kementerian Hukum dan Hak
masi juga masih belum tertangani dengan baik. Kehadiran teknologi informasi Asasi Manusia
belum dimanfaatkan secara baik untuk menciptakan proses penanganan perkara 5. Kepolisian Republik Indonesia
yang cepat dan transparan. 6. Kejaksaan Agung
7. Mahkamah Agung
Oleh karenanya aksi ini dimaksudkan untuk menciptakan sinergi pendataan 8. Komisi Pemberantasan
Korupsi
penanganan perkara pidana korupsi serta koordinasi dan supervisi dengan
memanfaatkan teknologi informasi yang melibatkan seluruh instansi penegakan
hukum. Sehingga harapannya proses penegakan hukum menjadi lebih cepat,
transparan, dan adil.

Sasaran Output dan Indikator


Capaian Indikator
Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 0%


Meningkatnya kualitas pertukaran data Pada Triwulan I (B03) ini, pemenuhan output 1 beserta indikatorn-
penanganan perkara yang dipertukar- ya belum tercapai, namun demikian terdapat beberapa aktivitas
kan melalui Sistem Penanganan Perka- yang telah dilakukan dan perlu disampaikan sebagai berikut:
ra Tindak Pidana Secara Terpadu Berba- - Pokja SPPT TI yang dikoordinir oleh Kemenkopolhukam telah
sis Teknologi Informasi (SPPT TI) menyusun dan menetapkan Pedoman Pertukaran Data dalam
rangka pelaksanaan SPPT TI versi 2020 dengan memperluas
Indikator cakupan lingkup perkara tindak pidana yang dipertukarkan
a) Satker Polri, Kejagung, MA, dan yaitu 3 (tiga) jenis perkara (tindak pidana narkotika, tindak
Ditjen PAS di 212 Wilayah Implemen- pidana korupsi, dan tindak pidana anak)
tasi serta KPK telah mengirimkan - Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemudahan pertu-
data penanganan perkara yang karan data, Pokja SPPT TI telah melakukan kegiatan uji fungsi
sesuai dengan Pedoman Pertukaran pertukaran data SPPT TI dengan Kepolisian, Kejaksaan, Mahka-
Data yang berlaku mah Agung, dan Ditjen PAS pada bulan Maret dan Mei 2021,
dimana hasil uji fungsi tersebut menunjukkan dari segi teknis
aplikasi Puskarda dapat menjalankan fungsinya dengan baik
- Stranas PK dan Pokja SPPT TI juga telah melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan Aksi PK SPPT TI 2019-2020 pada 16 Febru-
ari 2021 dimana tercatat bahwa mutu data dan tingkat peman-
faatan data SPPT TI masih rendah. Oleh karenanya, pada periode
2021-2022 ini Stranas PK menekankan agar pertukaran data
yang berkualitas dan pemanfaatannya dapat dipercepat
- Sehubungan dengan hal di atas, merujuk pada laporan monitor-
ing pertukaran data Januari-Maret 2021 yang disampaikan oleh
Kemenko Polhukam (Koordinator Pokja SPPT TI), dapat diketahui
bahwa tingkat kesahihan data secara umum sudah baik, tingkat
kesegaran data masih rendah, begitu juga dengan tingkat kese-
suaian dengan target wilayah implementasi (212 wilayah) masih
rendah kecuali Mahkamah Agung. Oleh karena itu perlu nya
atensi dari para pimpinan LPH agar mendorong kualitas pertu-
karan data sesuai dengan pedoman pertukaran data yang telah
ditetapkan

21
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

2 Output 2 Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 0%


Meningkatnya pemanfaatan data Terkait dengan pemenuhan output 2 beserta indikatornya, dapat
penanganan perkara hasil pertukaran disampaikan bahwa pada triwulan I ini, baru Ditjen PAS (Kemen-
data melalui SPPT TI kumHAM) yang memanfaatkan data (mengimpor data yang diteri-
ma dari Puskarda ke dalam aplikasi SDP di tingkat Satker). Oleh
Indikator karena itu perlu ada percepatan pemanfaatan data dan diperluas
Satker Polri, Kejagung, MA, dan Ditjen dengan monitoring yang ketat
PAS di 212 Wilayah Implementasi serta
KPK telah menerima dan memanfaat-
kan data hasil pertukaran data dalam
tahapan penyelesaian perkara

3 Output 3 Nilai capaian output 3 pada triwulan I (B03) adalah 0%


Menguatnya proses bisnis dan infras- Terkait dengan pemenuhan output 3 beserta indikatornya, capaian
truktur teknologi terkait SPPT-TI yang dapat disampaikan ialah sebagai berikut:
- Stranas PK telah memfasilitasi rapat koordinasi dengan BNN dan
Indikator Pokja SPPT TI pada 20 April 2021 sehubungan dengan persiapan
a) Sistem pertukaran dan pemanfaatan pengembangan sistem database BNN untuk SPPT TI
data bisa berfungsi dan beroperasi - BNN saat ini sedang melakukan kajian penyiapan aplikasi data-
dengan baik base e-penyidikan, pemetaan data, serta alur pertukaran data,
b) Tersedianya sistem database BNN dengan rencana bahwa pada tahun 2022 aplikasi database BNN
untuk SPPT-TI sudah dapat connect atau terintegrasi dengan SPPT TI

22
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

5. Penguatan integritas Aparat Penegak Hukum (APH) 0%

Latar Belakang dan Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga/Daerah


Penanggung Jawab
Integritas Aparat Penegak Hukum sering menjadi kegelisahan publik. Salah
satu penyebabnya adalah karena: 1) remunerasi dan fasilitas yang diterima 1. Kepolisian Republik Indonesia
APH dianggap tidak memadai; 2) adanya disparitas remunerasi, fasilitas kerja 2. Kejaksaan Agung
dan biaya penganganan perkara antar lembaga APH. 3. Kementerian Keuangan

Harapannya Aksi ini dapat meningkatkan integritas APH dengan mempertim-


bangkan kelayakan kesejahteraan APH.

Sasaran Output dan Indikator Capaian Indikator


Keberhasilan

1 Output 1 Nilai capaian output 1 pada triwulan I (B03) adalah 0%


Perbaikan sistem penghargaan bagi Pada triwulan I (B03) ini, belum ada kemajuan yang dapat disam-
APH (Kejaksaan dan Kepolisian) paikan terkait pemenuhan output 1 beserta indikatornya. Hal ini
dikarenakan sepanjang triwulan I, Aksi ini masih dalam tahap
Indikator melakukan penyesuaian-penyesuaian terkait rumusan output (kon-
Dua LPH (100 %) memiliki sistem remu- sep, definisi, dan ruang lingkup). Begitu juga dengan bagaimana
nerasi (bonus, tunjangan kendaraan melibatkan KemenPANRB dan Kemenkeu ke dalam aksi ini. Namun
dan perumahan) yang logis dan demikian, diharapkan pada B06 nanti seluruh rumusan output,
memenuhi kebutuhan aparat tipikor indikator dan activity sudah dapat disepakati, termasuk pelibatan
Kemenkeu dan KemenPANRB

2 Output 2 Nilai capaian output 2 pada triwulan I (B03) adalah 0%


Perbaikan Standar Biaya Khusus (SBK) Terkait pemenuhan output 2 juga belum ada progres, namun yang
penanganan perkara tipikor dapat disampaikan pada triwulan I (B03) ini adalah bahwa Ditjen
Anggaran Kementerian Keuangan dan Kedeputian Manajemen
Indikator Kinerja dan Kesejahteraan SDM Aparatur serta Kedeputian Manaje-
Besaran dan cakupan biaya penanga- men Karir dan Talenta SDM Aparatur KemenPANRB sedang dalam
nan perkara tipikor sama pada semua proses mengkaji dan merevisi kerangka regulasi dan implikasi fiskal
APH dari output ini

23
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

BAB II. LAPORAN CAPAIAN KEMENTERIAN/


LEMBAGA/PEMERINTAH DAERAH
Implementasi dan keberhasilan aksi sangat bergantung pada komitmen Kementerian/Lem-
baga (K/L) sebagai penanggung jawab aksi. Pada triwulan I (B03) ini terdapat 46 K/L, 34
Pemprov, dan 42 yang menjalankan aksi PK 2021-2022.

Perlu disampaikan bahwa nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian
Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga akan ada perbedaan atau
selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada
laporan ini.

Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai
baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai yang ditampilkan hanya menggambarkan progres
indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output pada setiap
aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII. Berikut adalah persen-
tase nilai capaian 46 Kementerian/Lembaga yang disertai dengan penjelasan kualitatif:

24
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan


1. Pertanahan Nasional
4,7%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (Kemen. ATR/BPN) menjadi penanggung jawab
4 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningka-
tan Penerimaan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai, (2) Pemanfaatan
Data Kependudukan untuk Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK, (3) Percepatan implementasi
kebijakan satu peta, (4) Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO).

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian ATR/BPN adalah 4,7%.
Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian ATR/BPN pada 4 (empat) dari 8 (delapan) output
yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Keempat output tersebut adalah: (a) Opti-
malisasi penerimaan dari PNBP di KemenATR/BPN; (b) Pemanfaatan data kependudukan untuk pendataan dan
penyaluran program penanganan Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional; dan (c) Penyediaan
basis data yang berisikan penerima manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga terkait; dan (d)
Penetapan peta digital RDTR yang terintegrasi dengan OSS di 5 provinsi (Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua).

Empat output lain yang belum ada kemajuan adalah: (a) Integrasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (RZWP3K) – RTRW di 5 provinsi (Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua; (b)
Pelaksanaan rekomendasi penyelesaian tumpang tindih di Provinsi Kalimantan Tengah; (c) Pemanfaatan data
kependudukan untuk perluasan basis pajak dan optimalisasi penerimaan pajak; dan (d) Pemanfaatan data BO
yang sesuai dengan kebutuhan penegakan hukum, perizinan, dan pengadaan barang/jasa.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

25
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

2. Kementerian Badan Usaha Milik Negara 0,1%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (KemenBUMN) menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi
yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan penerimaan negara
melalui pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai; (2) Penguatan tata laksana di kawasan
pelabuhan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian BUMN adalah 0,1%.
Secara kualitatif, nilai ini artinya dari 2 output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24)
nanti, belum ada satupun kemajuan yang dapat dilaporkan. Kedua output tersebut adalah terkait: (a) Efektifitas
dan efisiensi pelayanan di pelabuhan; dan (b) Optimalisasi penerimaan PNBP dan PNBP Migas di BUMN.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

26
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Kementerian/Badan Perencanaan
3. Pembangunan Nasional
10,7%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Bappenas menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan
monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Integrasi Perencanaan-Penganggaran berbasis Elektronik, dan (2) Percepatan
Pembangunan SPBE.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Bappenas adalah 10,7%. Secara kuali-
tatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Bappenas pada 2 (dua) dari 5 (lima) output yang harus dicapai sepanjang
2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Kedua output tersebut adalah: (a) Penetapan arsitektur SPBE; dan (b)
Penetapan peta rencana SPBE. Dua output ini merupakan output kolaborasi dengan KemenPANRB dan beberapa
K/L lainnya.

Sementara 3 (tiga) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Berfungsinya koneksi antara sistem
perencanaan penganggaran: (a) di tingkat Pusat; (b) di tingkat Daerah; (c) di tingkat Pusat dan Daerah).

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

27
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

4. Kementerian Dalam Negeri 5,6%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menjadi penanggung jawab 6 aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog; (2) Peman-
faatan Data Kependudukan untuk Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK; (3) Integrasi Perenca-
naan Penganggaran berbasis Elektronik; (4) Percepatan Implementasi SPBE; (5) Penguatan Peran Aparat Penga-
wasan Intern Pemerintah (APIP) dalam pengawasan Program Pembangunan; (6) Percepatan implementasi kebija-
kan satu peta.

H a s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kemendagri adalah 5,6%. Secara
kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kemendagri pada 3 (tiga) dari 11 (sebelas) output yang harus dicapai
sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Ketiga output tersebut: (a) Penetapan arsitektur SPBE; (b) Pene-
tapan peta rencana SPBE; (c) Pemanfaatan data kependudukan untuk pendataan dan penyaluran program penan-
ganan Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Sementara 8 (delapan) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Berfungsinya koneksi antara sistem
perencanaan penganggaran pada (a) tingkat Pusat, (b) tingkat Daerah, (c) tingkat Pusat dan Daerah); (d) Pelaksa-
naan rekomendasi penyelesaian tumpang tindih di Provinsi Kalimantan Tengah; (e) Penguatan independensi APIP
melalui evaluasi jabatan untuk peningkatan kelas jabatan fungsional APIP; (f ) Pemanfaatan data kependudukan
untuk perluasan basis pajak dan optimalisasi penerimaan pajak; (g) Pemenuhan kebutuhan APIP secara propor-
sional di Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah; (h) Penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk
pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

28
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

5. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 4,7%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi penanggung jawab 4 aksi pencegahan korupsi yang
berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan Penerimaan Negara Melalui
Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai, (2) Pemanfaatan Data Kependudukan untuk
Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK, (3) Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO), (4) Perce-
patan implementasi kebijakan satu peta.

H a s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral adalah 4,7%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian ESDM pada 3 (tiga) dari 5
(lima) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Ketiga output tersebut
adalah: (a) Optimalisasi penerimaan dari PNBP pada K/L tertentu dan PNBP Migas; (b) Pemanfaatan data kepen-
dudukan untuk pendataan dan penyaluran program penanganan Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi
Nasional; (c) Penyediaan basis data yang berisikan penerima manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementeri-
an/Lembaga terkait.

Sementara 2 (dua) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Pelaksanaan rekomendasi penyelesa-
ian tumpang tindih di Provinsi Kalimantan Tengah; (b) Pemanfaatan data kependudukan untuk pendataan dan
penyaluran program penanganan Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

29
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

6. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 2,7%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menjadi penanggung jawab 5 aksi pencegahan korupsi yang berada
di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan Penerimaan Negara Melalui Pemben-
ahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai, (2) Pemanfaatan Data Kependudukan untuk Efektivitas
dan Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK, (3) Penguatan tata laksana di kawasan pelabuhan, (4) Penguatan
sistem penanganan perkara tindak pidana, (5) Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO).

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia adalah 2,7%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Hukum dan HAM pada 2
(dua) dari 8 (delapan) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Kedua output
tersebut adalah: (a) Optimalisasi penerimaan dari PNBP di Kementerian Hukum dan HAM; (b) Penyediaan basis
data yang berisikan penerima manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga terkait.

Sementara 6 (enam) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Efektifitas dan efisiensi pelayanan di
pelabuhan; (b) Peningkatan kualitas pertukaran data penanganan perkara yang dipertukarkan melalui SPPT TI; (c)
Peningkatan pemanfaatan data penanganan perkara hasil pertukaran data melalui SPPT TI; (d) Aksesibilitas publik
terhadap basis data yang berisikan penerima manfaat; (e) Pemanfaatan data kependudukan untuk perluasan
basis pajak dan optimalisasi penerimaan pajak; (f ) Pemanfaatan data BO yang sesuai dengan kebutuhan penega-
kan hukum, perizinan, dan pengadaan barang/jasa.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

30
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

7. Kementerian Kelautan dan Perikanan 2,73%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Kelautan dan Perikanan menjadi penanggung jawab 4 aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan Penerimaan Negara Melalui Pembenah-
an Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai, (2) Penguatan tata laksana di kawasan pelabuhan, (3)
Perbaikan tata kelola impor/ekspor melalui sistem database yang akurat dan mutakhir serta mekanisme penga-
wasan melekat di sektor pangan strategis dan kesehatan, (4) Percepatan implementasi kebijakan satu peta.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Kelautan dan Perikanan
adalah 2,73%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2
(dua) dari 4 (empat) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Kedua output
tersebut adalah: (a) Optimalisasi penerimaan dari PNBP di Kementerian Kelautan dan Perikanan; (b) Penyediaan
dan pemanfaatan data ketersediaan nasional, data konsumsi nasional dan data realisasi impor yang valid pada
sektor pangan strategis (bawang putih, gula, jagung, beras, daging, garam) dan kesehatan (alat kesehatan, vaksin)
sebagai basis pengambilan kebijakan.

Sementara 2 (dua) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Efektifitas dan efisiensi pelayanan di
pelabuhan; (b) Integrasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) - Rencana Tata Ruang
Wilayah di 5 provinsi kebijakan satu peta: Pemprov Riau, Pemprov Kalimantan Timur, Pemprov Kalimantan Tengah,
Pemprov Sulawesi Barat, dan Pemprov Papua.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

31
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

8. Kementerian Kesehatan 0,02%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Kesehatan menjadi penanggung jawab 4 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendamp-
ingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Pemanfaatan data kependudukan untuk efektivitas dan efisiensi kebi-
jakan sektoral berbasis NIK, (2) Implementasi E-payment dan E-katalog, (3) Penguatan tata laksana di kawasan
pelabuhan, (4) Perbaikan tata kelola impor/ekspor melalui sistem database yang akurat dan mutakhir serta
mekanisme pengawasan melekat di sektor pangan strategis dan kesehatan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Kesehatan adalah
0,02%. Secara kualitatif, nilai ini menunjukkan belum ada satupun output yang mengalami kemajuan pada triwu-
lan I (B03) ini.

Terdapat 6 output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti, yaitu: (a) Penambahan
pembelanjaan secara online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog
elektronik sektoral; (b) Penggunaaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara Elektronik (PLSE)
lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c) Efektifitas dan Efisiensi pelayanan
pelabuhan; (d) Pemanfaatan data kependudukan untuk pendataan dan penyaluran program penanganan
Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional; (e) Penyediaan dan pemanfaatan data ketersediaan
nasional, data konsumsi nasional dan data realisasi impor yang valid pada sektor pangan strategis (bawang putih,
gula, jagung, beras, daging, garam) dan kesehatan (alat kesehatan, vaksin) sebagai basis pengambilan kebijakan;
(f ) Penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d
Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

32
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

9. Kementerian Keuangan 9,7%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Keuangan menjadi penanggung jawab 9 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendamp-
ingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan Penerimaan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai , (2) Implementasi E-payment dan E-katalog, (3) Integrasi Perencanaan
Penganggaran berbasis Elektronik, (4) Pemanfaatan Data Kependudukan untuk Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan
Sektoral Berbasis NIK, (5) Percepatan Implementasi SPBE, (6) Penguatan tata laksana di kawasan pelabuhan, (7)
Penguatan Integritas Aparat Penegak Hukum, (8) Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO), (9) Perbaikan tata
kelola impor/ekspor melalui sistem database yang akurat dan mutakhir serta mekanisme pengawasan melekat di
sektor pangan strategis dan kesehatan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Keuangan adalah 9,7%.
Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Keuangan pada 5 (lima) dari 14 (empat belas)
output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Kelima output tersebut adalah: (a)
Optimalisasi penerimaan dari PNBP pada K/L tertentu dan PNBP Migas; (b) Penyediaan dan pemanfaatan data
ketersediaan nasional, data konsumsi nasional dan data realisasi impor yang valid pada sektor pangan strategis
(bawang putih, gula, jagung, beras, daging, garam) dan kesehatan (alat kesehatan, vaksin) sebagai basis pengam-
bilan kebijakan; (c) Penetapan arsitektur SPBE; (d) Penetapan peta rencana SPBE; (e) Penyediaan basis data yang
berisikan penerima manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga terkait.

Sementara 9 (sembilan) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Efektifitas dan efisiensi pelayanan
di pelabuhan; Berfungsinya koneksi antara sistem perencanaan penganggaran pada (b) tingkat Pusat; (c) tingkat
Daerah; (d) tingkat Pusat dan Daerah; (e) Optimalisasi Penerimaan dari Cukai; (f ) Perbaikan Standar Biaya Khusus
(SBK) penanganan perkara tipikor; (g) Perbaikan sistem penghargaan bagi APH (Kejaksaan dan Kepolisian); (h)
Pemanfaatan data kependudukan untuk perluasan basis pajak dan optimalisasi penerimaan pajak; (i) penggu-
naan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d Rp200
juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

33
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

10. Kementerian Komunikasi dan Informatika 9,9%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Komunikasi dan Informatika menjadi penanggung jawab 5 aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan Penerimaan Negara Melalui Pembenah-
an Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai, (2) Implementasi E-payment dan E-katalog, (3) Integrasi
Perencanaan Penganggaran berbasis Elektronik, (4) Percepatan Implementasi SPBE, (5) Penguatan sistem penan-
ganan perkara tindak pidana.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Komunikasi dan Informa-
tika adalah 9,9%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Komunikasi dan Informatika
pada 4 (empat) dari 7 (tujuh) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Ketiga
output tersebut adalah: (a) Optimalisasi penerimaan dari PNBP; (b) Penetapan arsitektur SPBE; (c) Penetapan peta
rencana SPBE; (d) penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui
elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Sementara 3 (tiga) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Berfungsinya koneksi antara sistem
perencanaan penganggaran pada (a) tingkat Pusat; (b) tingkat Pusat dan Daerah); (c) Penguatan proses bisnis dan
infrastruktur teknologi terkait SPPT TI.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

34
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman


11. dan Investasi 0,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan
korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan
E-katalog, (2) Penguatan Tata Laksana di Kawasan Pelabuhan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi adalah 0,0%. Secara kualitatif, nilai ini artinya dari 2 output yang harus dicapai sepan-
jang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti, belum ada satupun kemajuan yang dapat dilaporkan. Kedua output
tersebut adalah terkait: (a) Efektifitas dan efisiensi pelayanan di pelabuhan; (b) penggunaan sistem pembayaran
secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela
Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

35
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

12. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 3,61%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menjadi penanggung jawab 3 aksi pencegahan korupsi yang
berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan Penerimaan Negara Melalui
Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai, (2) Perbaikan tata kelola impor/ekspor melalui
sistem database yang akurat dan mutakhir serta mekanisme pengawasan melekat di sektor pangan strategis dan
kesehatan, (3) Percepatan implementasi kebijakan satu peta.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Koordinator Bidang Pere-
konomian adalah 3,61%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian pada 1 (satu) dari 3 (tiga) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24)
nanti. Satu output tersebut adalah: Penyediaan dan Pemanfaatam data ketersediaan nasional, data konsumsi
nasional dan data realisasi impor yang valid, dapat diandalkan dan terkonfirmasi dalam sistem Indonesia National
Single Window (INSW) pada sektor pangan strategis (bawang putih, gula, jagung, beras, daging, garam) dan kese-
hatan (alat kesehatan, vaksin) sebagai basis pengambilan kebijakan.

Sementara 2 (dua) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Optimalisasi Penerimaan dari Cukai; (b)
Penyelesaian kompilasi dan integrasi Informasi Geospasial Tematik di 4 provinsi piloting: Pemprov Riau, Pemprov
Kalimantan Timur, Pemprov Sulawesi Barat, dan Pemprov Papua.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

36
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,


13. dan Keamanan 0,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan
korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Penguatan sistem penanga-
nan perkara tindak pidana.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan adalah 0,0%. Secara kualitatif, nilai ini artinya dari 3 output yang harus dicapai
sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti, belum ada satupun kemajuan yang dapat dilaporkan. Kedua
output tersebut adalah terkait: (a) Penguatan proses bisnis dan infrastruktur teknologi terkait SPPT TI; (b) Pening-
katan kualitas pertukaran data penanganan perkara yang dipertukarkan melalui SPPT TI; (c) Peningkatan peman-
faatan data penanganan perkara hasil pertukaran data melalui SPPT TI.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

37
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

14. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2,5%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menjadi penanggung jawab 3 aksi pencegahan korupsi
yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-kata-
log, (2) Pemanfaatan Data Kependudukan untuk Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK, (3)
Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO).

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah adalah 2,5%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Koperasi dan UKM
pada 2 (dua) dari 3 (tiga) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Kedua
output tersebut adalah: (a) Pemanfaatan data kependudukan untuk pendataan dan penyaluran program penan-
ganan Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional; (b) Penyediaan basis data yang berisikan penerima
manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga terkait.

Sementara 1 (satu) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Penggunaan sistem pembayaran secara
elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela
Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

38
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

15. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2,4%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi penanggung jawab 5 aksi pencegahan korupsi yang
berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan Penerimaan Negara Melalui
Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai, (2) Implementasi E-payment dan E-katalog, (3)
Penguatan Tata Laksana Di Kawasan Pelabuhan, (4) Percepatan Implementasi Kebijakan Satu Peta, (5) Peman-
faatan data Beneficial Ownership (BO).

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan adalah 2,4%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan pada 3 (tiga) dari 9 (sembilan) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24)
nanti. Ketiga output tersebut adalah: (a) Optimalisasi penerimaan dari PNBP pada K/L tertentu dan PNBP Migas; (b)
Penyediaan basis data yang berisikan penerima manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga
terkait; (c) Penetapan Kawasan Hutan 100%.

Sementara 6 (enam) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Penambahan pembelanjaan secara
online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog elektronik sektoral 12
Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara Elektronik (PLSE)
lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c) Integrasi Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) - Rencana Tata Ruang Wilayah di 5 provinsi kebijakan satu peta: Pemprov
Riau, Pemprov Kalimantan Timur, Pemprov Kalimantan Tengah, Pemprov Sulawesi Barat, dan Pemprov Papua; (d)
Pelaksanaan rekomendasi penyelesaian tumpang tindih di Provinsi Kalimantan Tengah; (e) Pemanfaatan data BO
yang sesuai dengan kebutuhan penegakan hukum, perizinan, dan pengadaan barang/jasa; (f ) Penggunaan sistem
pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko
daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

39
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan


16. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 0,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi penanggung jawab 1
aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementa-
si E-payment dan E-katalog

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif adalah 0,0%. Secara kualitatif, nilai ini menunjukkan belum ada satupun output yang mengalami kema-
juan pada triwulan I (B03) ini.

Terdapat 3 output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti, yaitu: (a) Penambahan
pembelanjaan secara online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog
elektronik sektoral 12 Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung
Secara Elektronik (PLSE) lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c) Penye-
diaan dan penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik
katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

40
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

17. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 7,8%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi
yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan Penerimaan Negara
Melalui Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai (2) Implementasi E-payment dan E-kata-
log

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat adalah 7,8%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi KemenPUPR pada 1 (satu)
dari 4 (empat) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output yang
mengalami kemajuan tersebut adalah: Optimalisasi penerimaan dari PNBP pada K/L tertentu dan PNBP Migas.

Sementara 3 (tiga) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Penambahan pembelanjaan secara
online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog elektronik sektoral 12
Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara Elektronik (PLSE)
lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c) Penyediaan dan penggunaan
sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan
toko daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

41
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan


18. Reformasi Birokrasi 6,7%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menjadi penanggung jawab 4 aksi pence-
gahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Integrasi Perencanaan
Penganggaran berbasis Elektronik, (2) Percepatan Implementasi SPBE, (3) Penguatan Peran Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) dalam pengawasan Program Pembangunan, (4) Penguatan Integritas Aparat Penegak
Hukum

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Pendayagunaan Apara-
tur Negara dan Reformasi Birokrasi adalah 6,7%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kemen-
PAN-RB pada 2 (dua) dari 8 (delapan) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti.
Kedua output tersebut adalah: (a) Penetapan Arsitektur SPBE di K/L/Pemda yang mengacu pada Arsitektur SPBE
Nasional; (b) Penetapan Peta Rencana SPBE di K/L/Pemda yang mengacu pada Peta Rencana SPBE Nasional.

Sementara 6 (enam) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Berfungsinya koneksi antara sistem
perencanaan penganggaran pada (a) tingkat Pusat, (b) tingkat Daerah, (c) tingkat Pusat dan Daerah); (d) Pengua-
tan independensi APIP melalui evaluasi jabatan untuk peningkatan kelas jabatan fungsional APIP; (e) Pemenuhan
kebutuhan APIP secara proporsional di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah; (f ) Perbaikan sistem penghar-
gaan bagi APH (Kejaksaan dan Kepolisian).

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

42
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

19. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 9,3%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog, (2) Pening-
katan Penerimaan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Pendidikan dan Kebu-
dayaan adalah 9,3%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kemendikbud pada 1 (satu) dari 4 (tiga)
output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output yang memiliki kema-
juan tersebut adalah: Optimalisasi penerimaan dari PNBP pada K/L tertentu dan PNBP Migas.

Sementara 3 (tiga) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Penambahan pembelanjaan secara
online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog elektronik sektoral
12 Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara Elektronik
(PLSE) lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c) Penyediaan dan penggu-
naan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d Rp200
juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

43
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

20. Kementerian Perdagangan 4,11%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Perdagangan menjadi penanggung jawab 4 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO), (2) Penguatan
tata laksana di kawasan pelabuhan, (3) Peningkatan Penerimaan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai, (4) Perbaikan tata kelola impor/ekspor melalui sistem database yang akurat dan
mutakhir serta mekanisme pengawasan melekat di sektor pangan strategis dan kesehatan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Perdagangan adalah
4,11%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Perdagangan pada 2 (dua) dari 4
(empat) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Kedua output tersebut
adalah: (a) Penyediaan dan penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa
melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan; (b) Penyediaan basis data yang
berisikan penerima manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga terkait.

Sementara 2 (dua) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Efektifitas dan efisiensi pelayanan di
pelabuhan; (b) Optimalisasi Penerimaan dari Cukai.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

44
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

21. Kementerian Perhubungan 2,10%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Perhubungan menjadi penanggung jawab 3 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog, (2) Penguatan tata
laksana di kawasan pelabuhan, (3) Peningkatan Penerimaan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Perhubungan adalah
2,10%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Perhubungan pada 1 (satu) dari 5 (lima)
output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output yang mengalami kema-
juan tersebut adalah: Optimalisasi penerimaan dari PNBP pada K/L tertentu dan PNBP Migas.

Sementara 4 (empat) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Penambahan pembelanjaan secara
online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog elektronik sektoral 12
Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara Elektronik (PLSE)
lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c) Efektifitas dan efisiensi pelayanan
di pelabuhan; (d) Penyediaan dan Penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/ja-
sa melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

45
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

22. Kementerian Perindustrian 1,25%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Perindustrian menjadi penanggung jawab 3 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog, (2) Peningkatan
Penerimaan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai, (3) Perbaikan tata
kelola impor/ekspor melalui sistem database yang akurat dan mutakhir serta mekanisme pengawasan melekat di
sektor pangan strategis dan kesehatan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Perindustrian adalah
1,25%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Perindustrian pada 1 (satu) dari 5 (lima)
output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output yang mengalami kema-
juan tersebut adalah: Penyediaan dan pemanfaatan data ketersediaan nasional, data konsumsi nasional dan data
realisasi impor yang valid, dapat diandalkan dan terkonfirmasi dalam sistem Indonesia National Single Window
(INSW) pada sektor pangan strategis (bawang putih, gula, jagung, beras, daging, garam) dan kesehatan (alat kese-
hatan, vaksin) sebagai basis pengambilan kebijakan.

Sementara 4 (empat) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Penambahan pembelanjaan secara
online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog elektronik sektoral
12 Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara Elektronik
(PLSE) lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c) Optimalisasi Penerimaan
dari Cukai; (d) Penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik
katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

46
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

23. Kementerian Pertahanan 0,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Pertahanan menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Pertahanan adalah
0,0%. Secara kualitatif, nilai ini menunjukkan belum ada satupun output yang mengalami kemajuan pada triwu-
lan I (B03) ini.

Terdapat 3 output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti, yaitu: (a) Penambahan
pembelanjaan secara online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada kata-
log elektronik sektoral 12 Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan
Langsung Secara Elektronik (PLSE) lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c)
Tersedianya dan digunakannya sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui
elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

47
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

24. Kementerian Pertanian 35,2%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Pertanian menjadi penanggung jawab 6 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendamp-
ingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog, (2) Pemanfaatan data Benefi-
cial Ownership (BO), (3) Pemanfaatan Data Kependudukan untuk Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan Sektoral Berba-
sis NIK, (4) Penguatan tata laksana di kawasan pelabuhan, (5) Perbaikan tata kelola impor/ekspor melalui sistem
database yang akurat dan mutakhir serta mekanisme pengawasan melekat di sektor pangan strategis dan kese-
hatan (6) Percepatan implementasi kebijakan satu peta.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Pertanian adalah 35,2%.
Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Pertanian pada 4 (empat) dari 10 (sepuluh)
output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Keempat output tersebut adalah: (a)
Pemanfaatan data kependudukan untuk pendataan dan penyaluran program penanganan Covid-19 dan Percepa-
tan Pemulihan Ekonomi Nasional; (b) Penyediaan dan pemanfaatan data ketersediaan nasional, data konsumsi
nasional dan data realisasi impor yang valid, dapat diandalkan dan terkonfirmasi dalam sistem Indonesia National
Single Window (INSW) pada sektor pangan strategis (bawang putih, gula, jagung, beras, daging, garam) dan kese-
hatan (alat kesehatan, vaksin) sebagai basis pengambilan kebijakan; (c) Penyediaan basis data yang berisikan
penerima manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga terkait; (d) Terselesaikannya kompilasi
dan integrasi Informasi Geospasial Tematik di 4 provinsi piloting: Pemprov Riau, Pemprov Kalimantan Timur, Pem-
prov Sulawesi Barat, dan Pemprov Papua.

Sementara 6 (enam) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Penambahan pembelanjaan secara
online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog elektronik sektoral 12
Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara Elektronik (PLSE)
lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c) Efektifitas dan efisiensi pelayanan
di pelabuhan; (d) Pelaksanaan rekomendasi penyelesaian tumpang tindih di Provinsi Kalimantan Tengah; (e)
Pemanfaatan data BO yang sesuai dengan kebutuhan penegakan hukum, perizinan, dan pengadaan barang/jasa;
(f ) Penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d
Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

48
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

25. Kementerian Sosial 27,2%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kementerian Sosial menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan
dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog, (2) Pemanfaatan Data Kependudu-
kan untuk Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kementerian Sosial adalah 27,2%.
Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kementerian Sosial pada 1 (satu) dari 3 (tiga) output yang
harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output yang mengalami kemajuan tersebut
adalah: Pemanfaatan data kependudukan untuk pendataan dan penyaluran program penanganan Covid-19 dan
Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Sementara 2 (dua) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Bertambahnya pembelanjaan secara
online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog elektronik sektoral 12
Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara Elektronik (PLSE)
lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

49
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

26. Kepolisian Negara Republik Indonesia 2,5%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kepolisian Negara Republik Indonesia menjadi penanggung jawab 5 aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog, (2) Peman-
faatan Data Kependudukan untuk Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK, (3) Penguatan Integri-
tas Aparat Penegak Hukum, (4) Penguatan sistem penanganan perkara tindak pidana, (5) Peningkatan Peneri-
maan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah 2,5%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Polri pada 2 (dua) dari 10 (sepuluh) output yang
harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Kedua output tersebut adalah: (a) Optimalisasi
penerimaan dari PNBP pada K/L tertentu dan PNBP Migas; (b) Pemanfaatan data kependudukan untuk pendataan
dan penyaluran program penanganan Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Sementara 8 (delapan) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Penambahan pembelanjaan
secara online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan pada katalog elektronik
sektoral 12 Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara
Elektronik (PLSE) lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan Rp200 juta; (c) Peningkatan
kualitas pertukaran data penanganan perkara yang dipertukarkan melalui SPPT TI; (d) Peningkatan pemanfaatan
data penanganan perkara hasil pertukaran data melalui SPPT TI; (e) Perbaikan Standar Biaya Khusus (SBK) penan-
ganan perkara tipikor; (f ) Perbaikan sistem penghargaan bagi APH (Kejaksaan dan Kepolisian); (g) Pemanfaatan
data kependudukan untuk perluasan basis pajak dan optimalisasi penerimaan pajak; (h) Penggunaan sistem pem-
bayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko
daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

50
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

27. Mahkamah Agung 0,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Mahkamah Agung menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan
dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Penguatan Sistem Penanganan Perkara Tindak Pidana.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Mahkamah Agung adalah 0,0%.
Secara kualitatif, nilai ini artinya dari 2 output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24)
nanti, belum ada satupun kemajuan yang dapat dilaporkan. Kedua output tersebut adalah terkait: (a) Peningkatan
kualitas pertukaran data penanganan perkara yang dipertukarkan melalui SPPT TI; (b) Peningkatan pemanfaatan
data penanganan perkara hasil pertukaran data melalui SPPT TI.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

51
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

28. Kejaksaan Agung 0,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kejaksaan Agung menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan
dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Penguatan Integritas Aparat Penegak Hukum, (2) Penguatan sistem penanga-
nan perkara tindak pidana.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kejaksaan Agung adalah 0,0%. Secara
kualitatif, nilai ini artinya dari 5 output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti,
belum ada satupun kemajuan yang dapat dilaporkan. Kelima output tersebut adalah terkait: (a) Peningkatan kuali-
tas pertukaran data penanganan perkara yang dipertukarkan melalui SPPT TI; (b) Peningkatan pemanfaatan data
penanganan perkara hasil pertukaran data melalui SPPT TI; (c) Penguatan proses bisnis dan infrastruktur teknologi
terkait SPPT TI; (d) Perbaikan Standar Biaya Khusus (SBK) penanganan perkara tipikor; (e) Perbaikan sistem peng-
hargaan bagi APH (Kejaksaan dan Kepolisian).

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

52
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

29. Komisi Pemberantasan Korupsi 0,3%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Penguatan sistem penanganan perkara tindak pidana, (2)
Pemanfaatan Data Beneficial Ownership (BO).

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Komisi Pemberantasan Korupsi adalah
0,3%. Secara kualitatif, nilai ini artinya dari 3 output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII
(B24) nanti, belum ada satupun kemajuan yang dapat dilaporkan. Ketiga output tersebut adalah terkait: a) Pening-
katan kualitas pertukaran data penanganan perkara yang dipertukarkan melalui SPPT TI; (b) Peningkatan peman-
faatan data penanganan perkara hasil pertukaran data melalui SPPT TI; (c) Pemanfaatan data BO yang sesuai
dengan kebutuhan penegakan hukum, perizinan, dan pengadaan barang/jasa.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

53
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa


30. Pemerintah 9,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menjadi penanggung jawab 3 aksi pencegahan korupsi
yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-kata-
log, (2) Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO), (3) Integrasi Perencanaan Penganggaran Berbasis Elektronik.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah adalah 9,0%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi LKPP pada 3 (tiga) dari
8 (delapan) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Ketiga output tersebut
adalah: (a) Penambahan pembelanjaan pada 5 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayangkan di katalog lokal
34 provinsi (base line data komoditas yang sudah ada: alat tulis kantor, makan-minum, seragam, jasa kebersihan
dan jasa keamanan); (b) Penambahan pembelanjaan secara online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai krite-
ria yang telah ditayangkan pada katalog elektronik sektoral 12 Kementerian/Lembaga; (c) Penggunaan Bela
Pengadaan dan/atau Pengadaan Langsung Secara Elektronik (PLSE) lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja
langsung sampai dengan Rp200 juta.

Sementara 5 (lima) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Berfungsinya koneksi antara sistem
perencanaan penganggaran pada (a) tingkat Pusat, (b) tingkat Daerah, (c) tingkat Pusat dan Daerah); (d) Peman-
faatan data BO yang sesuai dengan kebutuhan penegakan hukum, perizinan, dan pengadaan barang/jasa; (e)
Penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d
Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

54
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

31. Badan Informasi Geospasial 57%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Informasi Geospasial menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Percepatan implementasi kebijakan satu peta.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Informasi Geospasial adalah
57%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi BIG pada 1 (satu) output yang harus dicapai sepanjang
2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Output tersebut adalah:
Penyelesaian kompilasi dan integrasi Informasi Geospasial Tematik di 4 provinsi piloting: Pemprov Riau, Pemprov
Kalimantan Timur, Pemprov Sulawesi Barat, dan Pemprov Papua.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

55
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

32. Badan Kepegawaian Negara 11,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Kepegawaian Negara menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Pemanfaatan Data Kependudukan untuk Efektivitas dan
Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Kepegawaian Negara adalah
11,0%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi BKN pada 1 (satu) output yang harus dicapai sepan-
jang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Output tersebut adalah: Pemanfaatan data kependudukan untuk
pendataan dan penyaluran program penanganan Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

56
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

33. Badan Koordinasi Penanaman Modal 5,1%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Koordinasi Penanaman Modal menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO); (2)
Percepatan implementasi kebijakan satu peta.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Koordinasi Penanaman Modal
adalah 5,1%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi BKPM pada 1 (satu) dari 2 (dua) output yang
harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output yang mengalami kemajuan tersebut
adalah: Penetapan peta digital Rencana Detail Tata Ruang yang terintegrasi dengan OSS di 5 provinsi kebijakan
satu peta: Pemprov Riau, Pemprov Kalimantan Timur, Pemprov Kalimantan Tengah, Pemprov Sulawesi Barat, dan
Pemprov Papua.

Sementara 1 (satu) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Pemanfaatan data BO yang sesuai
dengan kebutuhan penegakan hukum, perizinan, dan pengadaan barang/jasa.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

57
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

34. Kantor Staf Presiden 4,72%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kantor Staf Presiden menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampin-
gan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Perbaikan tata kelola impor/ekspor melalui sistem database yang akurat
dan mutakhir serta mekanisme pengawasan melekat di sektor pangan strategis dan kesehatan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Kantor Staf Presiden adalah 4,72%.
Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi Kantor Staf Presiden pada 1 (satu) output yang harus dicapai
sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output tersebut adalah: Penyediaan dan pemanfaatan
data ketersediaan nasional, data konsumsi nasional dan data realisasi impor yang valid, dapat diandalkan dan
terkonfirmasi dalam sistem Indonesia National Single Window (INSW) pada sektor pangan strategis (bawang putih,
gula, jagung, beras, daging, garam) dan kesehatan (alat kesehatan, vaksin) sebagai basis pengambilan kebijakan.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

58
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

35. Badan Narkotika Nasional 0,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Narkotika Nasional menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Penguatan Sistem Penanganan Perkara Tindak Pidana.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Narkotika Nasional adalah
0,0%. Secara kualitatif, nilai ini artinya 1 (satu) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII
(B24) nanti, belum ada kemajuan yang dapat dilaporkan. Output tersebut adalah: Penguatan proses bisnis dan
infrastruktur teknologi terkait SPPT TI.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

59
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

36. Badan Nasional Penanggulangan Bencana 0,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Nasional Penanggulangan
Bencana adalah 0,0%. Secara kualitatif, nilai ini artinya dari 3 output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga
triwulan VIII (B24) nanti, belum ada satupun kemajuan yang dapat dilaporkan. Ketiga output tersebut adalah: (a)
Penambahan pembelanjaan secara online (Purchase Order) atas 4 komoditas sesuai kriteria yang telah ditayang-
kan pada katalog elektronik sektoral 12 Kementerian/Lembaga; (b) Penggunaan Bela Pengadaan dan/atau
Pengadaan Langsung Secara Elektronik (PLSE) lainnya oleh K/L/Pemda untuk belanja langsung sampai dengan
Rp200 juta; (c) Penyediaan dan penggunaan sistem pembayaran secara elektronik untuk pengadaan barang/jasa
melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela Pengadaan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

60
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

37. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 2,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi yang
berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Integrasi Perencanaan Penganggaran
berbasis Elektronik, (2) Penguatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam pengawasan
Program Pembangunan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan adalah 2,0%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi BPKP pada 1 (satu) dari 5 (lima)
output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output tersebut adalah:
Pemenuhan kebutuhan APIP secara proporsional di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Sementara 4 (empat) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Berfungsinya koneksi antara sistem
perencanaan penganggaran pada (a) tingkat Pusat, (b) tingkat Daerah, (c) tingkat Pusat dan Daerah); (d) Pengua-
tan independensi APIP melalui evaluasi jabatan untuk peningkatan kelas jabatan fungsional APIP.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

61
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

38. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 12,5%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menjadi penanggung jawab 2 aksi pencegahan korupsi yang berada
di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Integrasi Perencanaan Penganggaran berbasis
Elektronik, (2) Percepatan Implementasi SPBE.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi adalah 12,5%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi BBPT pada 1 (satu) dari 3 (tiga)
output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output tersebut adalah: Pene-
tapan Peta Rencana SPBE di K/L/Pemda yang mengacu pada Peta Rencana SPBE Nasional.

Sementara 2 (dua) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Berfungsinya koneksi antara sistem
perencanaan penganggaran pada (a) tingkat Pusat; (b) tingkat Pusat dan Daerah.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

62
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

39. Badan Pengawas Obat dan Makanan 0,13%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Pengawas Obat dan Makanan menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Perbaikan tata kelola impor/ekspor melalui sistem
database yang akurat dan mutakhir serta mekanisme pengawasan melekat di sektor pangan strategis dan keseha-
tan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Pengawas Obat dan Makanan
adalah 0,13%. Secara kualitatif, nilai ini artinya dari 1 (satu) output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga
triwulan VIII (B24) nanti, belum ada kemajuan yang dapat dilaporkan. Satu output tersebut adalah: Penyediaan
dan pemanfaatan data ketersediaan nasional, data konsumsi nasional dan data realisasi impor yang valid, dapat
diandalkan dan terkonfirmasi dalam sistem Indonesia National Single Window (INSW) pada sektor pangan strategis
(bawang putih, gula, jagung, beras, daging, garam) dan kesehatan (alat kesehatan, vaksin) sebagai basis pengam-
bilan kebijakan.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

63
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

40. Badan Pusat Statistik 6,25%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Pusat Statistik menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampin-
gan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Perbaikan tata kelola impor/ekspor melalui sistem database yang akurat
dan mutakhir serta mekanisme pengawasan melekat di sektor pangan strategis dan kesehatan.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Pusat Statistik adalah 6,25%.
Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi BPS pada satu (satu) output yang harus dicapai selama 2 tahun
hingga triwulan VIII (B24) nanti. Output tersebut adalah: Penyediaan dan pemanfaatan data ketersediaan nasional,
data konsumsi nasional dan data realisasi impor yang valid, dapat diandalkan dan terkonfirmasi dalam sistem
Indonesia National Single Window (INSW) pada sektor pangan strategis (bawang putih, gula, jagung, beras, daging,
garam) dan kesehatan (alat kesehatan, vaksin) sebagai basis pengambilan kebijakan.

Perlu disampaikan bahwa khusus output INSW, perhitungan nilai 100% di setiap triwulan adalah 12,5% dalam 8 triwu-
lan. Artinya jika K/L mendapat nilai INSW 50% di triwulan I maka nilai 50% itu setara dengan 6,25% dalam perhitungan
8 triwulan..

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

64
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

41. Badan Siber dan Sandi Negara 10,60%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Siber dan Sandi Negara menjadi penanggung jawab 4 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Implementasi E-payment dan E-katalog, (2) Integrasi Perenca-
naan Penganggaran berbasis Elektronik, (3) Penguatan sistem penanganan perkara tindak pidana, (4) Percepatan
Implementasi SPBE.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Siber dan Sandi Negara adalah
10,60%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi BSSN pada 3 (tiga) dari 5 (lima) output yang harus
dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Ketiga output tersebut adalah: (a) Penetapan Arsitektur
SPBE di K/L/Pemda yang mengacu pada Arsitektur SPBE Nasional; (b) Penetapan Peta Rencana SPBE di K/L/Pemda
yang mengacu pada Peta Rencana SPBE Nasional; (c) Penyediaan dan pengunaan sistem pembayaran secara
elektronik untuk pengadaan barang/jasa melalui elektronik katalog s.d Rp200 juta dan toko daring/ Bela
Pengadaan.

Sementara 2 (dua) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: (a) Berfungsinya koneksi antara sistem
perencanaan penganggaran berbasis elektronik di tingkat pusat dengan daerah; (b) Penguatan proses bisnis dan
infrastruktur teknologi terkait SPPT TI.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

65
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

42. Otoritas Jasa Keuangan 20,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Otoritas Jasa Keuangan menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah pendamp-
ingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Pemanfaatan data Beneficial Ownership (BO).

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Otoritas Jasa Keuangan adalah
20,0%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi OJK pada 1(satu) output yang harus dicapai sepan-
jang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Output tersebut adalah: Penyediaan basis data yang berisikan peneri-
ma manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga terkait.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

66
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

43. Perusahaan Listrik Negara 13,3%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Perusahaan Listrik Negara menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Pemanfaatan Data Kependudukan untuk Efektivitas dan
Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Perusahaan Listrik Negara adalah
13,3%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi PLN pada 1 (satu) output yang harus dicapai sepan-
jang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Output tersebut adalah: Pemanfaataan data kependudukan untuk
pendataan dan penyaluran program penanganan Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

67
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

44. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 10,50%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang
berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Pemanfaatan data Beneficial Ownership
(BO).

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan adalah 10,50%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi PPATK pada 1 (satu) dari 2 (dua)
output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Satu output tersebut adalah: Penye-
diaan basis data yang berisikan penerima manfaat yang telah terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga terkait.

Sementara 1 (satu) output lain yang belum ada kemajuan adalah terkait: Pemanfaatan data BO yang sesuai
dengan kebutuhan aparat penegak hukum, perizinan, dan pengadaan barang/jasa.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

68
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu


45. Minyak dan Gas Bumi 0,0%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi menjadi penanggung jawab 1 aksi
pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Peningkatan
Penerimaan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegia-
tan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi adalah 0,0%. Secara kualitatif, nilai ini artinya dari 1 output yang harus
dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti, belum ada kemajuan yang dapat dilaporkan. Output
tersebut adalah: Optimalisasi penerimaan dari PNBP pada K/L tertentu dan PNBP Migas.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

69
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

46. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan 41,50%

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Perpres
54/2018) untuk melakukan monitoring dan pendampingan aksi pencegahan korupsi tahun 2021-2022 terhadap
46 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi, dan 42 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan menjadi penanggung jawab 1 aksi pencegahan korupsi yang
berada di bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK, yaitu: (1) Pemanfaatan Data Kependudukan untuk
Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan Sektoral Berbasis NIK.

Ha s il M o nito ring

Dari hasil monitoring di triwulan I (B03), tergambar bahwa realisasi capaian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan adalah 41,50%. Secara kualitatif, nilai ini adalah hasil dari kontribusi BPJS Kesehatan pada 1 (satu)
output yang harus dicapai sepanjang 2 tahun hingga triwulan VIII (B24) nanti. Output tersebut adalah: Peman-
faatan data kependudukan untuk pendataan dan penyaluran program penanganan Covid-19 dan Percepatan
Pemulihan Ekonomi Nasional.

Note:
- Nilai yang ditampilkan dalam laporan ini adalah nilai riil capaian Aksi tanpa memasukkan nilai dari matriks logframe. Sehingga
akan ada perbedaan atau selisih nilai antara nilai yang tampil di dashboard Jaga dengan nilai yang ditampilkan pada laporan ini
- Pada tahun pertama (triwulan I-IV), nilai yang ditampilkan belum merepresentasikan nilai baik atau buruk dari capaian aksi. Nilai
yang ditampilkan hanya menggambarkan progres indikator output yang telah dicapai K/L/D di setiap triwulan. Indikator output
pada setiap aksi diproyeksikan mencapai hasil maksimalnya mulai triwulan V-VIII

70
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

TABEL CAPAIAN PEMERINTAH PROVINSI


NILAI CAPAIAN
INSTANSI/AKSI JUMLAH AKSI (TANPA LOGFRAME)

Pemerintah Provinsi Bali 2 10,00%


Implementasi E-payment dan E-katalog 15,00%
Integrasi Perencanaan Penganggaran berbasis Elektronik 0,00%
Pemerintah Provinsi Banten 1 1,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 1,00%
Pemerintah Provinsi Bengkulu 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta 2 0,80%
Implementasi E-payment dan E-katalog 1,30%
Integrasi Perencanaan Penganggaran berbasis Elektronik 0,00%
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 1 62,50%
Implementasi E-payment dan E-katalog 62,50%
Pemerintah Provinsi Gorontalo 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Jambi 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2 50,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 75,00%
Integrasi Perencanaan Penganggaran berbasis Elektronik 0,00%
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah 2 32,10%
Implementasi E-payment dan E-katalog 45,00%
Integrasi Perencanaan Penganggaran berbasis Elektronik 0,00%
Pemerintah Provinsi Jawa Timur 2 29,20%
Implementasi E-payment dan E-katalog 43,80%
Integrasi Perencanaan Penganggaran berbasis Elektronik 0,00%
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat 1 16,70%
Implementasi E-payment dan E-katalog 16,70%
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan 1 2,50%
Implementasi E-payment dan E-katalog 2,50%
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah 2 0,90%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 2 63,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 84,00%
Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%

71
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

NILAI CAPAIAN
INSTANSI/AKSI JUMLAH AKSI (TANPA LOGFRAME)

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau 1 0,00%


Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Lampung 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Maluku 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Maluku Utara 1 33,30%
Implementasi E-payment dan E-katalog 33,30%
Pemerintah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur 1 12,50%
Implementasi E-payment dan E-katalog 12,50%
Pemerintah Provinsi Papua 2 35,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 42,50%
Pemerintah Provinsi Papua Barat 2 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Riau 2 40,40%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 44,20%
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat 2 29,90%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 41,80%
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 1 2,50%
Implementasi E-payment dan E-katalog 2,50%
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah 1 5,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 5,00%
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara 1 33,30%
Implementasi E-payment dan E-katalog 33,30%
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat 1 2,50%
Implementasi E-payment dan E-katalog 2,50%
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 1 0,00%
Implementasi E-payment dan E-katalog 0,00%

72
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

TABEL CAPAIAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


NILAI CAPAIAN
INSTANSI/AKSI JUMLAH AKSI (TANPA LOGFRAME)

Pemerintah Kabupaten Barito Selatan 1 1,00%


Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Barito Timur 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Barito Utara 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Bengkalis 1 17,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 17,00%
Pemerintah Kabupaten Berau 1 47,80%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 47,80%
Pemerintah Kabupaten Boven Digoel 1 25,80%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 25,80%
Pemerintah Kabupaten Gunung Mas 1 67,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 67,00%
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir 1 26,30%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 26,30%
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu 1 25,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 25,00%
Pemerintah Kabupaten Jayapura 1 19,50%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 19,50%
Pemerintah Kabupaten Kampar 1 22,30%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 22,30%
Pemerintah Kabupaten Kapuas 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Katingan 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Keerom 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi 1 22,30%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 22,30%
Pemerintah Kabupaten Kutai Barat 1 50,50%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 50,50%
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara 1 47,30%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 47,30%

73
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

NILAI CAPAIAN
INSTANSI/AKSI JUMLAH AKSI (TANPA LOGFRAME)

Pemerintah Kabupaten Kutai Timur 1 34,00%


Percepatan implementasi kebijakan satu peta 34,00%
Pemerintah Kabupaten Lamandau 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu 1 50,50%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 50,50%
Pemerintah Kabupaten Mamuju 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah 1 35,80%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 35,80%
Pemerintah Kabupaten Mappi 1 17,50%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 17,50%
Pemerintah Kabupaten Merauke 1 60,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 60,00%
Pemerintah Kabupaten Mimika 1 36,80%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 36,80%
Pemerintah Kabupaten Murung Raya 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Nabire 1 33,80%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 33,80%
Pemerintah Kabupaten Pasangkayu 1 17,30%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 17,30%
Pemerintah Kabupaten Paser 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Pelalawan 1 33,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 33,00%
Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara 1 33,30%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 33,30%
Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir 1 10,50%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 10,50%
Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu 1 47,80%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 47,80%
Pemerintah Kabupaten Sarmi 1 10,80%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 10,80%
Pemerintah Kabupaten Seruyan 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kabupaten Siak 1 14,80%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 14,80%

74
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

NILAI CAPAIAN
INSTANSI/AKSI JUMLAH AKSI (TANPA LOGFRAME)

Pemerintah Kabupaten Sukamara 1 1,00%


Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kota Palangkaraya 1 1,00%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 1,00%
Pemerintah Kota Pekanbaru 1 18,30%
Percepatan implementasi kebijakan satu peta 18,30%

75
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

iii. penutup

Demikianlah laporan pelaksanaan aksi pencegahan korupsi tahun 2020 ini disusun untuk dijadikan
bahan evaluasi baik oleh Tim Nasional maupun Kementerian/Lembaga/Pemda yang menjadi
penanggung jawab aksi.

Hasil dari laporan ini akan menjadi rujukan bersama mengenai apa, bagaimana dan sudah sampai di
mana aksi-aksi pencegahan korupsi dilakukan oleh Pemerintah; dan bagaimana Pemerintah, dalam
hal ini Strategi Nasional Pencegahan Korupsi terus konsisten menciptakan dan mendorong
program atau inisiatif pencegahan korupsi, baik yang ada di Pusat maupun di Daerah.

Stranas PK yang dipimpin oleh KPK, Kemendagri, KemenPANRB, Bappenas dan KSP telah
memungkinkan terjadinya kolaborasi dan sinergi yang cukup baik antar Kementerian, Lembaga, dan
Pemda dalam menjalankan aksi-aksi pencegahan korupsi secara bersamasama. Tujuan utamanya
adalah bagaimana kolaborasi dan sinergi ini dapat mempercepat terciptanya “the enabling
environment” atau pra-kondisi demi terwujudnya Indonesia yang bersih dan bebas dari praktik-praktik
korupsi.

76
LAPORAN PELAKSANAAN STRANAS PK
TRIWULAN I TAHUN 2021

Ge du n g M e rah Pu tih KP K
J l. Ku n in gan Pe rs ada N o. 4,
S etiabu di, J akar ta - In done s i a
SEKRE TARI AT NASI ONAL
0 2 1 - 2 5 5 7 8 3 0 0 ext . 8 0 14
P EN C EG AHAN KORUP SI
h t tps : //stran as pk . kpk .go. i d
( S E T N AS P K )
@ stran as pk _of ficial

Stran as PK Of ficial

SCAN HERE

Anda mungkin juga menyukai