Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN PELAKSANAAN

STRATEGI NASIONAL
PENCEGAHAN KORUPSI
TRIWULAN IV
TAHUN 2019

FEBRUARI 2020

Laporan ini disiapkan oleh


Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi
(SETNAS PK)
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan Laporan
Triwulan IV Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) Tahun 2019-
2020.

Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi
memberi mandat agar upaya pencegahan korupsi yang menjadi lebih optimal, maka
dibutuhkan kolaborasi dan sinergi bersama antara kementerian, lembaga, pemerintah daerah,
Komisi Pemberantasan Korupsi, dan pemangku kepentingan lainnya. Agar Penyelenggaraan
Stranas PK menjadi lebih terfokus, terukur, dan berorientasi pada hasil dan dampak maka
dibentuklah Tim Nasional Pencegahan Korupsi (Timnas PK) yang terdiri atas lima
kementerian/lembaga, yaitu Kemendagri, KemenPANRB, Bappenas, KSP, dan KPK. Timnas PK
bertugas untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan
Korupsi (Stranas PK) agar rencana aksi pencegahan korupsi tahun 2019-2020 yang telah
disusun bersama berjalan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Secara operasional,
Timnas PK didukung oleh Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi (Setnas PK) yang
berkedudukan di gedung Merah Putih KPK.

Laporan ini disusun Timnas PK untuk memberi informasi kepada Presiden mengenai
kemajuan kinerja program beserta kendala dan tantangan yang perlu diatasi dan
ditindaklanjuti. Selanjutnya Laporan ini dibagi pembahasannya ke dalam 5 bab atau bagian.

Bagian pertama adalah Ringkasan Eksekutif yang berisi highlight terhadap pelaksanaan
Stranas PK tahun 2019. Bagian Kedua berisi berisi konteks apa itu Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi (Stranas PK) dan bagaimana program aksi disusun dan dijalankan.
Bagian ketiga menjelaskan tentang strategi atau metode pelaksanaan, dari perencanaan dan
pelaksanaan, monitoring dan pelaporan, serta strategi komunikasi. Pada bagian keempat,
disajikan informasi mengenai progres capaian 27 sub-aksi. Sementara bagian kelima
menyajikan ringkasan capaian dan kendala kementerian/lembaga/daerah.

Akhir kata, semoga Laporan Triwulan IV 2019 Pelaksanaan Aksi PK ini dapat menjadi bahan
perbaikan untuk pelaksanaan Triwulan berikutnya dan dapat memberikan nilai tambah dalam
rangka kolaborasi dan sinergi pencegahan korupsi di Indonesia.

Jakarta, 2020

Tim Nasional Pencegahan Korupsi

i
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Grafik/Tabel v
Daftar Singkatan vi
Ringkasan Eksekutif xi

I. Gambaran Umum Stranas PK 1


1. Latar belakang 1
2. Tujuan 2
3. Kelembagaan 2
4. Struktur Aksi PK 3

II. Strategi Pelaksanaan dan Monitoring-Evaluasi 4

1. Pelaksanaan target triwulan 4

2. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan 4


a. Sistem monitoring 5
b. Mekanisme evaluasi 6

3. Pelibatan masyarakat sipil 6

4. Strategi Komunikasi 7

III. Progres Capaian Aksi 8

1. Fokus I: Perizinan dan Tata Niaga 9

2. Fokus II: Keuangan Negara 12

3. Fokus III: Penegakan Hukum dan Reformasi Birokrasi 15

IV. Progres Capaian Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah 20

A. Capaian Kementerian/Lembaga
1. Kementerian Dalam Negeri 21
2. Kementerian Koordinator Perekonomian 22
3. Badan Koordinasi Penanaman Modal 23
4. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 24
5. Kementerian Kesehatan 25
6. Kementerian Pertanian 26
7. Kementerian Energi Sumber Daya Mineral 28
8. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 29
9. Kementerian Komunikasi dan Informatika 30
10. Badan Informasi Geospasial 31

ii
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

11. Kementerian Agraria dan Tata Ruang 32


12. Kementerian Hukum dan HAM 33
13. Kementerian Keuangan 34
14. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 36
15. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 36
16. Kementerian Sosial 37
17. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 37
18. Kementerian Perindustrian 38
19. Kementerian Perdagangan 38
20. Kementerian Kelautan dan Perikanan 39
21. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas 40
22. Otoritas Jasa Keuangan 41
23. Badan Nasional Sertifikasi Profesi 41
24. Kementerian Badan Usaha Milik Negara 42
25. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 42
26. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 43
27. Lembaga Kebijakan Pengadaan (barang dan jasa) Pemerintah 44
28. Kementerian Perhubungan 45
29. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 47
30. Kepolisian Republik Indonesia 48
31. Kementerian Agama 49
32. Kementerian Pariwisata 50
33. Kementerian Riset dan Teknologi 51
34. Badan Pengawas Obat dan Makanan 52
35. Badan Kepegawaian Negara 52
36. Badan Standardisasi Nasional 53
37. Kementerian Ketenagakerjaan 54
38. Komisi Aparatur Sipil Negara 55
39. Kejaksaan Agung 55
40. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban 56
41. Badan Pemeriksa Keuangan 56
42. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 57
43. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 57
44. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 58
45. Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan 58
46. Mahkamah Agung 59
47. Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika 59
48. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia 59
49. Kementerian Pertahanan 60
50. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan 60

iii
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

51. Badan Pengawas Tenaga Nuklir 61


52. Badan Siber dan Sandi Negara 61

B. Capaian Pemerintah Daerah

1. Capaian Pemerintah Provinsi 65


2. Capaian Pemerintah Kabupaten/Kota 66

V. Penutup 77

iv
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

DAFTAR GRAFIK/TABEL

Grafik Realisasi Capaian Stranas PK 2019 9

Grafik Capaian Kementerian/Lembaga s.d. Triwulan IV Tahun 2019 62

Tabel Kementerian/Lembaga dan Aksi yang Dilaksanakan 63

Grafik Capaian Pemerintah Provinsi s.d. Triwulan IV Tahun 2019 65

Grafik Capaian Pemerintah Kabupaten/Kota s.d. Triwulan IV Tahun 2019 66

v
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

DAFTAR SINGKATAN

A
Aksi PK : Aksi Pencegahan Korupsi
APCC : Assistance in Preventing and Combating Corruption
APH : Aparat Penegak Hukum
APIP : Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
ASN : Aparatur Sipil Negara
ATR/BPN : Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

B
B03 : Bulan ke-3 (triwulan I)
B06 : Bulan ke-6 (triwulan II)
B09 : Bulan ke 9 (triwulan III)
B12 : Bulan ke-12 (triwulan IV)
B15 : Bulan ke-15 (triwulan V)
B18 : Bulan ke-18 (triwulan VI)
B21 : Bulan ke-21 (triwulan VII)
B24 : Bulan ke-24 (triwulan VIII)
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Bapeten : Badan Pengawas Tenaga Nuklir
BEPS : Base Erotion and Profit Shifting
BIG : Badan Informasi Geospasial
BKN : Badan Kepegawaian Negara
BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal
BMKG : Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika
BNSP : Badan Nasional Sertifikasi Profesi
BNP2TKI : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
BO : Beneficial Ownership
BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial
BPJS-TK : Badan Pengelola Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

vi
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

BSN : Badan Standardisasi Nasional


BSSN : Badan Siber dan Sandi Negara

C
CSO : Civil Society Organization (organisasi masyarakat sipil)

D
Dikyanmas : Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Dirjen : Direktur Jenderal
Ditjen AHU : Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Ditjen PAS : Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
DJA : Direktorat Jenderal Anggaran
DJP : Direktorat Jenderal Pajak
DTKS : Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
Dukcapil : Kependudukan dan Pencatatan Sipil

E
EITI : Extractive Industries Transparency Initiative
E-Katalog : Katalog Elektronik

F
FGD : Focus Group Discussion

G
GIZ : Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit
GIS : Geographic Information System

H
HO : Hinder Ordonnantie (Ijin Gangguan Usaha)

I
ICW : Indonesia Corruption Watch
IGT : Informasi Geospasial Tematik
Inpres : Instruksi Presiden
INSW : Indonesia National Single Window
IUP : Izin Usaha Pertambangan

vii
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

J
JPT : Jabatan Pimpinan Tinggi
JPU : Jaksa Penuntut Umum

K
KASN : Komisi Aparatur Sipil Negara
Kejagung : Kejaksaan Agung
Kemenag : Kementerian Agama
Kemenaker : Kementerian Ketenagakerjaan
KemenBUMN : Kementerian Badan Usaha Milik Negara
Kemendag : Kementerian Perdagangan
Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri
Kemedesa-PDTT : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Kemendikbud : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KemenESDM : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Kemenhan : Kementerian Pertahanan
Kemenhub : Kementerian Perhubungan
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
Kemenkominfo : Kementerian Komunikasi dan Informatika
Kemenkeu : Kementerian Keuangan
KemenKUKM : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
KemenkumHAM : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
KemenPANRB : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Kemenpar : kementerian Pariwisata
Kemenperin : Kementerian Perindustrian
KemenPUPR : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kemenko Perekonomian : Kementerian Koordinator Perekonomian
KemenkoPMK : Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
KemenkoPolhukam : Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan
Kemenristek : Kementerian Riset dan Teknologi
Kemensos : Kementerian Sosial
Kementan : Kementerian Pertanian
K/L/D : Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan
Korwil : Koordinator Wilayah
Korsupgah : Koordinasi Supervisi dan Pencegahan

viii
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi


KRISNA : Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran
KSWP : Konfirmasi Status Wajib Pajak

L
Litbang : Penelitian dan Pengembangan
LKPP : Lembaga Kebijakan Pengadaan (barang & jasa) Pemerintah
LPSK : Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

M
MA : Mahkamah Agung
MAS : Manajemen Anti Suap
MoU : Memorandum of Understanding

N
NIB : Nomor Induk Berusaha
NIK : Nomor Induk Kependudukan
NDR : National Data Repository
NSPK : Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria

O
OJK : Otoritas Jasa Keuangan
OSS : Online Single Submission
OGI : Open Government Indonesia

Q
QA : Quantity Assurance

P
PBJ : Pengadaan Barang/Jasa
Permen : Peraturan Menteri
Perpres : Peraturan Presiden
Perkada : Peraturan Kepala Daerah
Pemda : Pemerintah Daerah
Pemkab : Pemerintah Kabupaten
Pemkot : Pemerintah Kota
Pemprov : Pemerintah Provinsi
ix
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

PIC : Person In Charge


Pinda : Pengolahan Informasi dan Data
PITTI : Peta Indikatif Tumpang Tindih IGT
PJKAKI : Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi
PKH : Penetapan Kawasan Hutan
PKS : Perjanjian Kerja Sama
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pokja : Kelompok Kerja
POLRI : Kepolisian Republik Indonesia
PP : Peraturan Pemerintah
PPATK : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
Puskarda : Pusat Pertukaran Data

R
RPP : Rancangan Peraturan Pemerintah

S
Sakti : Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi
Satker : Satuan Kerja
Setnas PK : Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi
SIKAP : Sistem Informasi Kinerja Penyedia
SIPINTER : Sistem Informasi Penilaian Mandiri Penerapan Sistem Merit
SIJAPTI : Sistem Informasi Jabatan Pimpinan Tinggi
SIMDA : Sistem Informasi Manajemen Daerah
SIMRAL : Sistem Informasi Manajemen Perencanaan, Penganggaran, dan Pelaporan
SIPD : Sistem Informasi Pembangunan Daerah
SIKAP : Sistem Informasi Kinerja Penyedia
SITU : Surat Izin Tempat Usaha
SKB : Surat Keputusan Bersama
SKDU : Surat Keterangan Domisili Usaha
SKK Migas : Satuan Kerja Khusus (Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu) Minyak dan Gas
SMAP : Sistem Manajemen Anti Suap
SNI : Standar Nasional Indonesia
SPPT-TI : Sistem Peradilan Pidana Terpadu – berbasis Teknologi Informasi
SPDP : Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
SPBE : Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Stranas PK : Strategi Nasional Pencegahan Korupsi
Stranas PPK : Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
x
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Stranas TPPU : Strategi Nasional Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang

T
Tinnas PK : Tim Nasional Pencegahan Korupsi
TII : Transparansi Internasional Indonesia
TNP2K : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

U
UKPBJ : Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa
UNCAC : United Nations Convention Against Corruption
UU : Undang-Undang

W
WBK : Wilayah Bebas (dari) Korupsi
WBBM : Wilayah Birokrasi Bersih Melayani

xi
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

RINGKASAN EKSEKUTIF

S trategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) yang diberi mandat oleh Perpres
54/2018, baru saja menyelesaikan pelaksanaan Aksi Pencegahan Korupsi Triwulan IV
2019. Terdapat 52 Kementerian/Lembaga (K/L) dan 542 Pemerintah Daerah (Pemda) yang
diberi mandat melaksanakan 11 Aksi dan 27 sub-Aksi Pencegahan Korupsi 2019-2020.

Progres capaian K/L sampai Triwulan IV 2019, jika mempertimbangkan kepatuhan waktu
pelaporan maka ada 26 K/L yang capaian aksinya masih kurang baik (di bawah 70%) bahkan
cenderung rendah di bawah 50%. Namun nilai capaian tersebut lebih disebabkan karena
keterlambatan pelaporan ataupun keterlambatan pelaksanaan aksi. Jika penilaian dilakukan
tanpa mempertimbangkan faktor kepatuhan maka terdapat 42 K/L yang pencapaian aksinya
sudah melebihi 70%. Hanya 10 K/L yang sampai Triwulan IV ini masih belum banyak
melakukan perbaikan dalam pemenuhan target.

Dari laporan 27 sub-aksi di triwulan IV 2019, sebagian besar pelaksanaannya dalam kategori
cukup memuaskan walaupun capaiannya masih berupa output, bukan outcome. Hanya 6
sub-aski yang tidak mengalami banyak kemajuan. Berikut adalah highlight sebagian sub-aksi
yang capaiannya cukup baik, yakni: (1) Percepatan OSS, sudah 22 K/L yang aplikasi
perizinannya terkoneksi OSS. Pun seluruh Pemda sudah dapat menerima NIB dan
menotifikasi persetujuan/penolakan izin melalui web-form; (2) Implementasi Kebijakan Satu
Peta, dari total 11 IGT di tingkat pusat yang menjadi fokus, 7 IGT telah terintegrasi, 2 IGT telah
terkompilasi, 2 IGT lain masih dalam proses kompilasi; (3) Penetapan Kawasan Hutan,
strategi percepatan PKH telah dilakukan dengan menampung hasil risalah permasalahan
melalui revisi regulasi PKH yang akan difinalisasi pada triwulan berikutnya. Progres PKH per
2019 sudah mencapai 88.248.477 ha (dari 125.817.022) yang telah ditetapkan; (4) Utilisasi
NIK untuk Bansos, ada peningkatan tingkat kepadanan NIK pada DTKS dari 68,8% pada
Januari 2019 menjadi 75,6% pada Oktober 2019; (5) Pembentukan UKPBJ, sudah lebih dari
80% Pemda memiliki UKPBJ mandiri. Bahkan 5 Pemda (Pemprov Jatim, Bali, Kalbar, Sulut, dan
Kab. Badung) telah mencapai tingkat kematangan level 3; (6) Implementasi e-Katalog,
penayangan produk/barang yang dikatalogkan dan e-purchasing telah dilakukan oleh 4 (dari
5) instansi pusat pilot project yakni KemenPUPR, Kemendikbud, Kemenhub, dan Kementan,
serta 7 Pemprov (dari 10) yakni Aceh, Baangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Maluku; (7) Konsolidasi Pengadaan, 5 Kementerian (KemenPUPR,
Kementan, Kemenhub, Kemendikbud, Kemenkes) dan 4 dari 5 Pemerintah Provinsi telah
mengadakan paket-paket yang dikonsolidasi untuk tahun anggaran 2020. Di antara 5
Pemprov piloting tersebut (Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur; (8) Optimalisasi dan Perluasan KSWP, 21 K/L (dari 28) telah mengimplementasikan

xii
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

KSWP pada layanan tertentu; (9) Percepatan Sistem Merit, sudah 90% ASN terpidana
ikenakan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat. 11 K/L dan 2 Pemkab telah menerapkan
sistem merit dengan sangat baik; (10) Implementasi SPPT-TI, sampai akhir 2019,
Kemenkopolhukan, kominfo dan BSSN telah membangun dashboard pimpinan yang
menampilkan data penanganan perkara menggunakan dokumen versi ringkas, melakukan uji
keamanan aplikasi client dan audit tata kelola aplikasi.

Laporan sampai Triwulan IV 2019 menggambarkan bahwa sebagian besar pelaksanaan sub-
aksi telah sesuai sasaran namun masih ada beberapa kendala dalam pelaksanaannya,
bahkan masih berulang sampai sekarang, seperti: Percepatan Pembangunan SPBE,
Penguatan APIP, dan Pembentukan UKPBJ di kementerian/lembaga yang belum mendapat
arahan dan pemantauan maksimal dari KemenPANRB sebagai regulator bidang kelembagaan
dan SDM aparatur. Sementara untuk Pengawasan Keuangan Desa masih ada perbedaan
pandangan antara Kemendes dan Kemendagri terkait platform pengelolaan keuangan desa
dan pengawasan keuangan desa. Begitu juga dengan sub-aksi Penetapan Kawasan Hutan
yang masih terkendala pendanaan atas kegiatan penataan batas yang tidak teralokasikan
pada tahun anggaran 2020. Untuk sub-aksi Integrasi Perencanaan Penganggaran masih
berjalan lambat karena kompleksitas aksi yang begitu tinggi, di antaranya adalah
keberagaman aplikasi yang saat ini digunakan oleh K/L/D sehingga menyulitkan proses
integrasi. Sementara Percepatan OSS menghadapi kendala terkait perubahan NSPK sebagai
implikasi dari penerapan Risk Based Approach pada Omnibus Law.

Pelaksanaan aksi-aksi PK juga telah dilakukan di daerah-daerah dengan melibatkan


pemangku kepentingan lain seperti LSM, media, dan akademisi di 27 provinsi melalui kegiatan
diseminasi, verifikasi faktual, dan diskusi publik. Stranas PK juga secara khusus melakukan
pemantauan pelaksanaan aksi di daerah dengan menggandeng ICW dan TII berserta jaringan
CSO lokal di beberapa Provinsi yakni Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Riau.
Rencananya pada Februari-Maret 2020 akan juga melakukan pemantauan di Jawa Timur dan
Sulawesi Utara. Laporan hasil pemantauan akan disusun untuk dilaporkan pada triwulan
berikutnya.

xiii
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

I. GAMBARAN UMUM STRANAS PK

1. Latar Belakang
Komitmen dan upaya dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi selama ini selalu
menjadi prioritas Pemerintah Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah
seperti penataan kebijakan dan regulasi secara terus menerus. Pada tingkat internasional,
Pemerintah aktif terlibat dalam berbagai inisiatif global untuk memerangi korupsi. Salah
satunya melalui ratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Melawan Korupsi (United
Nations Convention Against Corruption) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006
tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption 2003 (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003).

Sebagai konsekuensi dari ratifikasi tersebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan


Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka
Menengah Tahun 2012-2014. Strategi yang terdapat dalam Stranas PPK meliputi strategi
pencegahan, strategi penegakan hukum, strategi harmonisasi peraturan perundang
undangan, strategi kerja sama internasional dan penyelamatan aset, strategi dan budaya anti
korupsi, serta strategi mekanisme pelaporan, yang hanya menitikberatkan pada upaya
pencegahan korupsi.

Namun demikian, sinergi dan koordinasi di antara Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah
Daerah masih menjadi masalah besar yang belum dapat diselesaikan. Sehingga dibutuhkan
upaya konsolidasi yang lebih efektif atas berbagai inisiatif pencegahan korupsi, tidak hanya
terbatas pada Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah sebagaimana ditentukan
dalam Stranas PPK, melainkan perlu juga melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sebagai lembaga khusus yang berdasarkan undang-undang diberikan kewenangan
koordinasi dan supervisi dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Untuk menjawab persoalan di atas, lahirlah Strategi Nasional yang mendorong upaya
pencegahan korupsi dilaksanakan dengan cara kolaboratif dan bersinergi bersama
Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan pemangku
kepentingan lainnya. Upaya sinergitas tersebut diwujudkan melalui Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi (Stranas PK) yang memuat fokus dan sasaran sesuai dengan kebutuhan
pencegahan korupsi sehingga pencegahan korupsi dapat dilaksanakan dengan lebih terfokus,
terukur, dan berdampak langsung dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera.

1
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

2. Tujuan
Ÿ Memberikan arahan tentang upaya-upaya strategis yang perlu dilakukan oleh
kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lain untuk
mencegah korupsi;
Ÿ Mendorong program pencegahan korupsi yang berorientasi pada hasil (outcome) dan
dampak (impact), bukan hanya luaran kegiatan (output), dengan capaian yang terukur.
Ÿ Meningkatkan sinergi antara program pencegahan korupsi dengan kebijakan pemerintah
pusat, daerah, maupun dengan kebijakan strategis KPK.

3. Kelembagaan

Pelaksanaan Stranas PK dikelola oleh Tim Nasional Pecengahan Korupsi (Timnas PK) yang
terdiri dari 5 kementerian/lembaga, yaitu
Ÿ Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);
Ÿ Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri);
Ÿ Kementerian/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas);
Ÿ Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB);
Ÿ Kantor Staf Presiden (KSP)

Untuk mendukung kelancaran tugas, Timnas PK dibantu oleh Tim Pengarah yang terdiri dari
pejabat eselon I dari masing-masing Kementerian/Lembaga. Sementara pengelolaan secara
operasional dilakukan Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi (Setnas PK), yang
berkedudukan di KPK, dengan komposisi: 1 (satu) orang Koordinator Harian, 15 (lima belas)
orang Tenaga Ahli, dan 28 (dua puluh delapan) orang Tim Teknis yang mewakili 5 (lima)
anggota Timnas PK, serta 4 (empat) orang tenaga administrasi.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TIM NASIONAL

Koordinasi, sinkronisasi, evaluasi

KOORDINATOR SEKRETARIAT NASIONAL

Eselon I dari Lima Kementerian/Lembaga

SEKRETARIAT NASIONAL
Ak vitas harian, pendampingan,
monitoring capaian output
Tenaga Ahli, Tim Teknis 5 K/L, Tim Admin
dan outcome

2
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

4. Struktur Aksi PK

Di bawah koordinasi Timnas, aksi-aksi pencegahan korupsi saat ini diharapkan menjadi lebih
fokus dan terukur, tidak lagi bersifat generik, sehingga lebih mudah dilakukan monitoring dan
evaluasi pencapaian. Selama periode 2019-2020, terdapat 3 Fokus, 11 Aksi, dan 27 sub-Aksi
beserta sejumlah target triwulan yang telah disusun dan dilaksanakan sampai saat ini.

STRANAS PENCEGAHAN KORUPSI

FOKUS 1 FOKUS 2 FOKUS 3


Reformasi Birokrasi
Perizinan & Tata Niaga Keuangan Negara
& Penegakan Hukum

Aksi 1: Peningkatan Pelayanan Aksi 6: Integrasi Sistem Aksi 9: Penguatan Pelaksanaan


dan Kepatuhan Perizinan dan Perencanaan dan Pengganggaran Reformasi Birokrasi
Penanaman Modal Berbasis Elektronik
Sub Aksi 1: Percepatan Online Single Sub Aksi 9: Integrasi Perencanaan dan Sub Aksi 19: Percepatan Sistem Merit
Submission (OSS) Penganggaran Berbasis Elektronik Sub Aksi 20: Pembangunan Zona Integritas
Sub Aksi 2: Penghapusan Surat Keterangan Sub Aksi 21: Penguatan Aparat Pengawasan
Domisili Usaha-Izin Gangguan (SKDU-HO)
dan Intern Pemerintah (APIP)
Aksi 7: Peningkatan
Sub Aksi 22: Right Sizing
Aksi 2: Perbaikan Tata Kelola Data profesionalitas dan modernisasi Sub Aksi 23: Percepatan Sistem
dan Kepatuhan Sektor Ekstraktif, Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

Kehutanan, dan Perkebunan


Sub Aksi 10: Pembentukan Unit Kerja
Aksi 10: Implementasi Grand
Sub Aksi 3: Implementasi Kebijakan Satu Peta Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ)
Sub Aksi 11: Implementasi E-Katalog Design Strategi Pengawasan
Sub Aksi 4: Penetapan Kawasan Hutan (PKH)
Sub Aksi 5: Penguatan dan Pemanfaatan Basis Sub Aksi 12: Penyempurnaan Sistem Keuangan Desa
Data Beneficial Ownership (BO) Informasi Kinerja Penyedia (SIKAP)
Sub Aksi 13: Konsolidasi Pengadaan Sub Aksi 24: Kimplementasi Grand Design
Sub Aksi 14: Sentralisasi Pengadaan Strategi Pengawasan Keuangan Desa
Aksi 3: Utilisasi Nomor Induk
Kependudukan untuk Perbaikan Aksi 11: Perbaikan Tata Kelola
Aksi 8: Optimalisasi Penerimaan Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Tata Kelola Pemberian Batuan Negara dari Penerimaan Pajak
Sosial dan Subsidi dan Non-Pajak
Sub Aksi 25: Implementasi Sistem Peradilan
Sub Aksi 6: Utilisasi Nomor Induk Sub Aksi 15: Reformasi Pajak & PNBP Pidana Terpadu (SPPT)
Kependudukan (NIK) untuk Bansos Sub Aksi 16: Optimalisasi Konfirmasi Sub Aksi 26: Implementasi Surat
Status Wajib Pajak (KSWP) Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP)
Aksi 4: Integrasi dan Sinkronisasi Sub Aksi 17: Implementasi Base Erotion Online
and Profit Shifting (BEPS) Sub Aksi 27: Penyusunan Pedoman
Data Impor Pangan Strategis Penuntutan
Sub Aksi 18: Implementasi National Data
Repository (NDR)

Sub Aksi 7: Integrasi Data Impor Pangan

Aksi 5: Penerapan Manajemen Anti


Suap di Pemerintah dan Sektor
Swasta

Sub Aksi 8: Penerapan Manajemen Anti Suap

3
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

II. STRATEGI PELAKSANAAN DAN MONITORING-EVALUASI

1. Pelaksanaan Target Triwulan


Ÿ Pada tahap perencanaan, Tenaga Ahli Setnas PK melakukan koordinasi dan diskusi
mendalam bersama Kementerian/Lembaga/Pemda (K/L/D) guna menyepakati dan
menetapkan target triwulan, data dukung, dan kuantifikasi capaian sebagai dasar
pelaksanaan aksi. Target-target yang telah disepakati dan ditetapkan kemudian
ditayangkan melalui aplikasi jaga.id/monitoring.
Ÿ Guna memastikan pelaksanaan Aksi PK yang menjadi tanggung jawab
Kementerian/Lembaga/Pemda berjalan sesuai target yang disepakati, Setnas PK
memfasilitasi pelaksanaan rapat koordinasi dan pembahasan dengan unit kerja teknis
pada masing-masing K/L/D sebagai pelaksana aksi. Tempat pelaksanaannya dilakukan di
kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tempat kedudukan Setnas PK atau
dilaksanakan di masing-masing K/L/D.
Ÿ Mekanisme pendampingan dilakukan melalui rapat koordinasi formal dan non-formal
antara tenaga ahli Setnas PK dan Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah sebagai
penanganggung jawab aksi.
Ÿ Pendampingan yang dilakukan Setnas PK dimaksudkan untuk mempercepat pelaksanaan
aksi, termasuk mengidentifikasi dan menindaklanjuti masalah dan kendala yang dihadapi
oleh unit teknis penanggung jawab aksi.
Ÿ Pelaksanaan Aksi PK juga bekerja sama dan berkoordinasi dengan unit kerja KPK lainnya
seperti Litbang, Dikyanmas, PJKAKI, Korwil, dan PINDA.

2. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan


Secara umum, kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) dimaksudkan untuk melakukan
deteksi dini apakah Aksi PK telah dilaksanakan sesuai perencanaan dan target yang disepakati
atau tidak. Jika mengacu pada logic model yang telah menjadi konvensi internasional dalam
pengembangan program aksi maka kegiatan monitoring memiliki ruang lingkup untuk
mengukur capaian pada level proses/aktivitas dan output secara terus-menerus. Sementara
kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengukur hasil dan dampak pada kurun waktu tertentu,
biasanya pada akhir program akan selesai.

input proses output outcome impact


monitoring

evaluasi

4
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Agar seluruh pelaksanaan aksi PK dapat dimonitor dan dikendalikan maka Setnas PK telah
mengembangkan beberapa instrumen monitoring dan evaluasi yang efektif dan efisien.
Berikut gambaran umum mekanisme monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

a. Sistem Monitoring
Ÿ Sistem aplikasi JAGA dengan tautan jaga.id/monitoring dikembangkan untuk
menyederhanakan mekanisme pelaporan yang wajib dilakukan oleh 52 K/L dan 542
Pemda. Pun dari sisi Setnas PK menjadi lebih efisien dalam melakukan monitoring
pelaksanaan target dan verifikasi capaian K/L/D pada tiap triwulan. Selain itu, melalui
dashboard dengan tautan jaga.id/stranas, publik juga dapat memantau secara reguler
laporan kemajuan K/L/D dalam pelaksanaan aksi pencegahan korupsi.

Ÿ Target-target triwulan yang telah ditetapkan wajib dikerjakan dan dilaporkan oleh K/L/D
pada batas waktu pelaporan yang ditentukan Setnas PK sebagai berikut:

Periode Batas Akhir Pelaporan Masa Verifikasi


B03 dan B15 12 April tahun berjalan 13-27 April
B06 dan B18 5 Juli tahun berjalan 6-20 Juli
B09 dan B21 5 Oktober tahun berjalan 6-20 Oktober
B12 dan B24 15 Januari tahun berjalan 16-30 Januari

Ÿ Pelaporan oleh K/L/D yang dilakukan melalui jaga.id/monitoring berisi dua hal utama.
Pertama, klaim capaian berupa narasi yang menggambarkan progres
pelaksanaan/pemenuhan target K/L/D. Kedua, K/L/D harus dapat membuktikan klaim
capaian dengan mengunggah data dukung yang sesuai. Misalnya, jika target yang harus
dipenuhi adalah penerbitan peraturan menteri maka data atau dokumen yang diunggah
adalah Peraturan Menteri yang telah disahkan menjadi dokumen negara.
Ÿ Ketika melewati batas waktu yang telah ditentukan di atas, pelaporan secara otomatis
ditutup dan dikunci oleh sistem. Pada saat itulah masa verifikasi berlangsung, di mana
Tenaga Ahli Setnas PK yang berjumlah 15 orang melakukan verifikasi terhadap data
dukung dokumen yang disampaikan K/L/D guna memastikan apakah dokumen yang
diunggah sudah sesuai dengan klaim pemenuhan target (capaian). Jika tidak sesuai,
Tenaga Ahli Setnas PK dapat melakukan klarifikasi kepada K/LD atau bisa juga langsung
memberikan pengurangan nilai sesuai kriteria penilaian yang ditetapkan. Untuk
memudahkan cara penilaian maka setiap aksi yang sudah dilaksanakan dan dilaporkan
melalui jaga.id/monitoring akan diberi nilai dalam bentuk persentase (kuantifikasi) mulai
dari 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Ÿ Sistem aplikasi jaga.id/monitoring atau jaga.id/stranas juga dapat mengeluarkan
rekapitulasi data secara kuantitatif jika kita ingin mengetahui persentase (%) capaian per
K/L/D atau capaian per sub-Aksi. Dengan demikian data-data kuantitatif tersebut dapat
memudahkan tim Monev Setnas PK melakukan rekapitulasi laporan kemajuan triwulan
kepada Timnas PK.
5
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Ÿ Selain melalui aplikasi jaga.id/monitoring, kegiatan monitoring juga dilakukan dengan


metode kunjungan lapangan (field visit) untuk verifikasi faktual secara langsung mengenai
capaian yang dilaporkan pada aplikasi Jaga. Kunjungan lapangan pada
Kementerian/Lembaga/Pemda dilakukan dengan mendatangi langsung unit-unit teknis
pelaksana aksi dan juga inspektorat; melakukan diskusi dan tanya jawab; dan
memverifikasi secara faktual dokumen data dukung yang sebelumnya sudah dilaporkan.

b. Mekanisme Evaluasi
Ÿ Secara umum, program evaluasi Stranas PK dapat melingkupi tiga area berikut: 1) evaluasi
untuk memastikan apakah pola intervensi selama ini sudah tepat; 2) evaluasi atau
pengukuran outcome terhadap setiap sub-aksi; 3) evaluasi dampak dengan penekanan
pada persepsi publik atau pengguna sebagai penerima manfaat.
Ÿ Yang paling mungkin dilakukan Stranas PK dalam waktu dekat adalah evaluasi atau
pengukuran outcome terhadap 27 sub-aksi pencegahan korupsi. Tim Monev bersama
Tenaga Ahli Stranas PK lainnya telah menyusun indikator outcome dan metode
pengukuran dengan jadual pengukuran antara Maret-Oktober 2020. Diharapkan hasil dari
pengukuran outcome dapat menggambarkan perubahan sistem dan kebijakan yang
dilahirkan Stranas PK telah berkontribusi terhadap pencegahan korupsi secara sistemik.
Sebagai contoh, untuk sektor perizinan (sub-aksi OSS) diharapkan proses perizinan
menjadi sederhana, cepat, dan murah. Outcome ini dapat memberi dampak pada
peningkatan investasi yang dalam jangka panjang akan ikut menurunkan tingkat
pengangguran.

3. Pelibatan Masyarakat Sipil


Pelibatan masyarakat sipil dalam kerangka program pencegahan korupsi pada prinsipnya
bukan semata-mata karena adanya hak berpartisipasi dalam proses kebijakan dan
pembangunan, namun juga merupakan upaya pembelajaran guna mendukung pencapaian
target-target pencegahan korupsi secara lebih nyata dan berkesinambungan. Berikut
gambaran umum bagaimana Stranas PK melibatkan CSO dalam aksi-aksi pencegahan
korupsi:
Ÿ Koalisi CSO, akademisi, jurnalis ataupun asosiasi profesi telah dilibatkan secara langsung
memonitor capaian-capaian pencegahan korupsi yang dilakukan pemerintah melalui
sistem monitoring online (jaga/id/monitoring). CSO diberikan akses (password dan user
name) secara online untuk melihat dan memberikan catatan terhadap capaian
pemerintah. CSO juga diharapkan dapat memberikan data pembanding mengenai apa
yang dirasakan masyarakat dalam program pencegahan korupsi ini. Catatan-catatan
yang diberikan CSO akan bermanfaat bagi penilaian capaian yang lebih objektif pada saat
Setnas PK melakukan evaluasi hasil dan dampak.

6
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Ÿ Paling sedikit 18 CSO nasional telah terlibat dalam beberapa pertemuan dan koordinasi
guna membahas penyusunan, pelaksanaan, dan pemantauan Aksi PK, di antaranya
Transparansi Internasional Indonesia (TII), Indonesia Corruption Watch (ICW), Kemitraan,
Auriga, Publish What You Pay (PWYP), Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran
(Fitra), Indonesia Budget Center (IBC), Lembaga Independen Peradilan (LeIP), Masyarakat
Profesi Penilai Indonesia (MAPPI), Center for Study of Governance and Administrative
Reform (CSGAR), Center for Indonesian Taxation Analysis (CITA), Lembaga Kajian dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam), Indonesia Procurement Watch
(IPW), Indonesia Business Link (IBL), Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro), Pusat
Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Forest Watch Indonesia (FWI), World Resources
Institute (WRI).
Ÿ Selama kurun waktu 2019, berkolaborasi dengan Transparansi Internasional Indonesia
(TII), tim Monev Stranas PK melakukan sosialisasi dan diskusi Stranas PK kepada CSO-
CSO lokal di 4 kota (Semarang, Malang, Pekanbaru, Makasar). Lalu dikuti monitoring
capaian Stranas di 3 Provinsi (NTT, Kaltim, dan Riau) hasil kerja sama TII dan UNDP. Pada
periode Semester I 2020, dengan dukungan dari AIPJ, TII dan CSO lokal bersama tim
Monev Stranas akan melakukan monitoring capaian Stranas di 4 Kota (Aceh, Gorontalo,
Pontianak, dan Yogyakarta).
Ÿ Stranas PK juga secara mandiri melakukan sosialisasi dan monitoring lapangan di 27
Provinsi di mana LSM, akademisi, dan media dilibatkan secara aktif dalam diskusi publik
aksi pencegahan korupsi selama kurun waktu Maret-Desember 2019.

4. Strategi Komunikasi
Ÿ Selain pendampingan kepada K/L/D dan pelibatan masyarakat sipil dalam aksi-aksi
pencegahan korupsi, strategi komunikasi juga dianggap cukup penting karena dapat
memberi ruang bagi Stranas PK memperkenalkan, membangun, dan menciptakan
interaksi antara Stranas PK dan stakeholders lainnya, termasuk pemerintah dan
masyarakat umum.
Ÿ Melalui kanal-kanal komunikasi, Stranas PK dapat mengkomunikasikan kepada publik
kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan, output atau capaian apa yang dihasilkan dan
perubahan apa saja yang sudah terjadi yang berkontribusi terhadap upaya pencegahan
korupsi. Berikut beberapa upaya komunikasi yang telah dan akan dilakukan Stranas PK
untuk mencapai tujuannya:
§ Optimalisasi forum-forum kehumasan K/L/D
§ Publikasi kegiatan-kegiatan Stranas melalui website Stranas PK stranaspk. kpk.go.id. Sampai
saat ini sudah lebih dari 15 artikel yang ditayangkan di website Stranas. Isunya meliputi
kegiatan-kegiatan pendampingan dan laporan capaian aksi
§ Diseminasi iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan elektronik (surat kabar, TV,
radio). Saat ini sudah tayang di kanal KPK dan media Televisi PT. KAI

7
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Iii. PROGRESS CAPAIAN AKSI

S tranas PK memiliki tiga fokus sektor: (A) Perizinan dan Tata Niaga; (B) Keuangan Negara;
dan (C) Reformasi Birokrasi dan Penegakan Hukum. Ketiga fokus tersebut diterjemahkan
dalam 11 Aksi dan 27 sub-Aksi sebagai berikut: (1) Penghapusan Surat Keterangan Domisili
Usaha; (2) Percepatan Online Single Submission; (3) Implementasi Kebijakan Satu Peta (4)
Penetapan Kawasan Hutan; (5) Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data Benefecial
Ownership; (6) Utilisasi Nomor Induk Kependudukan untuk Tata Kelola Pemberian Bantuan
Sosial; (7) Integrasi dan Sinkronisasi Data Impor Pangan Strategis; (8) Penerapan Manajemen
anti Suap; (9) Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Elektronik; (10)
Pembentukan Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa; (11) Implementasi e-katalog; (12)
Penyempurnaan Sistem Informasi Kinerja Penyedia; (13) Konsolidasi Pengadaan; (14)
Sentralisasi Pengadaan; (15) Reformasi Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak; (16)
Optimalisasi dan Perluasan Konfirmasi Status Wajib Pajak; (17) Implementasi Base Erotion
and Profit Shifting; (18) Implementasi National Data Repository; (19) Percepatan Sistem Merit;
(20) Pembangunan Zona Integritas; (21) Penguatan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
(22) Penataan Kelembagaan-Right Sizing; (23); Percepatan Pembangunan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik; (24) Implementasi Strategi Pengawasan Keuangan Desa;
(25) Implementasi Sistem Peradilan Pidana Terpadu; (26) Implementasi Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan Online; dan (27) Penyusunan Pedoman Penuntutan.

Pada triwulan IV ini seluruh sub-aksi diberi target capaian sebesar 50 persen. Sebagian besar
pelaksanaan sub-aksi telah sesuai target namun masih ada beberapa kendala dalam
pelaksanaannya sehingga ikut memengaruhi tingkat capaian di setiap sub-aksi.
Berikut progres capaian per fokus dan per sub-aksi beserta kendalanya sampai dengan
Triwulan IV 2019.

8
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Grafik Realisasi Capaian Stranas PK Triwulan IV Terhadap Triwulan VIII

Dari target 50 persen pada Triwulan IV 2019, capaian rerata 27 sub-aksi Strategi Nasional Pencegahan
Korupsi adalah 40%. Artinya masih ada 10 persen target yang tidak tercapai pada triwulan ini
sebagaimana tergambar pada grafik berikut.

100%

87.5%

75%

67.5%

50%

40%
37.5%

32% Target
25%
Realisasi Capaian
20%
12.5%
7%

TW.1 TW.2 TW.3 TW.4 TW.5 TW.6 TW.7 TW.8

9
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

1. Fokus I: Perizinan dan Tata Niaga

Penghapusan SKDU-HO 49%


l Dari seluruh daerah, hanya 91,8% (472 daerah) yang disurvei Kemendagri.
Dari daerah yang disurvei dilaporkan hanya 76 daerah terverifikasi masih
menjalankan SKDU.
l Dari 76 daerah diatas, 55 (72,4 %) telah menghapuskan SKDU, HO dan SITU.
Namun demikian masih ada beberapa daerah yang telah mengeluarkan
regulasi penghapusan SKDU,HO dan SITU tetapi di tingkat kecamatan/
kelurahan /desa masih dipersyaratkan.

Percepatan OSS 41%


l Aplikasi perizinan di 22 K/L telah terkoneksi dengan OSS.
l 4 K/L telah berkurang jumlah izinnya. KemenESDM berkurang dari 70 menjadi
34; KLHK dari 45 menjadi 34; Kementan dari 32 menjadi 26; Kemenhub dari
145 menjadi 137.
l Seluruh Pemda telah menerima NIB dan menotifikasi persetujuan/penolakan
web form.
l 17 K/L masih belum memenuhi standar riviu NSPK.
l Masih ada 2 kendala utama, pertama masing-masing K/L masih berpegang
pada UU sektoral. Kedua, perubahan pada Omnibus Law masih belum
menentu arah kebijakannya.
l Masih ada 2 kendala utama: Pertama, masing-masing K/L masih berpegang
pada UU sektoral. Kedua, perubahan NSPK sebagai implikasi dari penerapan
prinsip Risk Based Approach (RBA) pada Omnibus Law masih menunggu
arahan/aturan teknisnya.

Implementasi Kebijakan Satu Peta 38%


l Dari total 11 IGT di tingkat pusat yang menjadi fokus, 7 IGT telah terintegrasi, 2
IGT telah terkompilasi, 2 IGT masih dalam proses kompilasi.
l IGT yang menjadi fokus di daerah adalah izin lokasi sawit dan IUP Sawit.
Kabupaten Mamuju telah terintegrasi. Kabupaten Berau telah terkompilasi.
Kutai Timur Ilok sawit telah terkompilasi. Kutai Barat IUP sawit telah
terkompilasi. (28 Pemerintah Daerah yang menjadi target kompilasi dan
integrasi).
l Telah tersedia Peta Indikatif Tumpang Tindih IGT (PITTI) Provinsi Kalimantan
Tengah.
l Pemda tidak memiliki data sebagai akibat dari buruknya proses pengarsipan
di daerah. Ditambah lagi dengan keengganan perusahaan untuk berbagi
data.

10
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

l Selain itu, keterbatasan tenaga GIS juga ikut memengaruhi kemajuan aksi
ini di daerah.
l Perlunya dilakukan verifikasi lapangan.

Penetapan Kawasan Hutan 43%


l Strategi percepatan PKH telah dilakukan dengan menampung hasil risalah
permasalahan melalui revisi regulasi PKH yang akan difinalisasi pada
triwulan berikutnya.
l Progres PKH per 2019 sudah mencapai 88.248.477 ha (dari 125.817.022)
yang telah ditetapkan.
l Kendala utama percepatan PKH adalah masih minimnya alokasi anggaran
untuk kegiatan penataan batas yang hanya tersedia sebesar 4.400 km dari
kebutuhan 15.000 km. Saat ini sedang dilakukan advokasi (perubahan)
angaran melalui Bappenas dan Kementerian Keuangan.

Penguatan dan Pemanfaatan Basis Data


Beneficial Ownership (BO) 40%
l Regulasi untuk mendukung transparansi BO telah terbit dalam bentuk
Permenkumham. Di antaranya Permenkumham tentang Pengesahan
Koperasi, Permenkumham tentang Tata Cara Mengenali Prinsip BO, dan
Permenkumham tentang Tata Cara Pengawasan BO.
l Regulasi sektor di beberapa K/L (ESDM, Pertanian, KUKM, ATR/BPN) juga
sudah mewajibkan BO dalam proses perizinan.
l Telah ditandatangani MoU dan PKS penguatan dan Pemanfaatan Basis
Data BO (Kemenkumham, ESDM, Kemenkeu, ATR/BPN, KUKM, Pertanian)
l Telah tersedia sistem BO (bo.ahu.go.id).
l Namun masih ada kendala, di mana sistem di masing-masing K/L belum
bisa diintegrasikan dengan sistem di Ditjen AHU. Begitu juga dengan
Minimnya komitmen dari korporasi untuk deklarasi BO.

Utilisasi Nomor Induk Kependudukan


Untuk Bantuan Sosial 46%
l 74.554.113 jiwa (75,6%) dari 96.699.355 Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial sudah padan NIK artinya ada peningkatan tingkat kepadanan NIK
pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial dari 68,8% pada Januari 2019
menjadi 75,6% pada Oktober 2019.

11
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

l Beberapa kendala yang ikut memengaruhi terwujudnya basis data yang


handal di antaranya adalah: a) rendahnya anggaran Pemerintah Daerah
dan Pemerintah Desa dalam pemutakhiran data. b) Tidak ada aturan yang
mewajibkan NIK digunakan sebagai prasyarat penyaluran bantuan.

Integrasi dan Sinkronisasi Data Impor 41%


l Telah tersedia dashboard data impor pangan strategis yang diperuntukkan
untuk kalangan terbatas eksekutif (yang meliputi data rekomendasi impor,
perizinan impor dan realisasi impor).
l Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Perindustrian dan Bea Cukai telah mengalirkan data secara elektronik,
kecuali Kemenko Perekonomian.
l Beberapa kendala yang dihadapi di antaranya: a) masih dibutuhkan
konsolidasi oleh Bea Cukai, BPS dan INSW untuk akurasi data. b) masih
ada misinterpretasi kebijakan post border akibat ketiadaan
aturan/panduan implementasi (proses bisnis).

Rp Penerapan Manajemen anti Suap (MAS) 32%


l 3 K/L (SKK Migas, Kemendagri dan KemenBUMN) telah menerbitkan
regulasi untuk menerapkan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) di
perusahaan-perusahaan yang pengawasannya berada di bawah K/L
tersebut.
l Penerapan MAS masih berjalan lambat di beberapa instansi/lembaga,
terutama OJK yang baru dapat melaporkan target-targetnya di Triwulan IV
(B12), itupun hanya terpenuhi 2 target dari 9 target yang harus dilaporkan.

12
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

2. Fokus II: Keuangan Negara

Integrasi Perencanaan dan Penganggaran


Berbasis Elektronik 29%
l Capaian berjalan lambat karena kompleksitas pelaksanaan aksi yang begitu
tinggi. Sebagaimana digambarkan dalam pointers selanjutnya.
l Sampai saat ini ada beragam aplikasi yang masih digunakan oleh K/L/D
sehingga menyulitkan proses integrasi. Di instansi pusat terdapat dua aplikasi
yang digunakan, yaitu Krisna dan Sakti; sementara di daerah banyak aplikasi
yang dibangun (Simda, Simral, SIPD, e-budgeting, dsb).
l Road Map pembangunan aplikasi pada substansi tertentu belum disepakati
Kemendagri dan Kemenkeu.
l Terkait aplikasi umum Perencanaan dan Penganggaran, masih menunggu
hasil assessment dari BPPT dan Kemenkominfo terhadap seluruh aplikasi
yang digunakan saat ini.
l Terbitnya Permendagri No 70 tentang Sistem Informasi Pemerintah Daerah
(SIPD) mendorong makin perlunya sinkronisasi dan harmonisasi antara
Kemendagri, Kemenkeu dan Bappenas.
l Selain itu, saat ini juga sedang diupayakan untuk meningkatkan kepatuhan
K/L/D pada pelaksanaan moratorium pengembangan aplikasi perencanaan
dan penganggaran baik di Pusat maupun Daerah .

Pembentukan UKPBJ 37%


l Pembentukan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) yang independen
dan profesional di seluruh Pemda telah mencapai 80%.
l Sudah ada 5 Pemda yg mencapai tingkat kematangan UKPBJ level 3
(proaktif) yaitu: Provinsi Jatim, Provinsi Bali, Provinsi Kalbar, Provinsi Sulut,
dan Kabupaten Badung.
l Beberapa kendala terjadi di tingkat Pusat yakni belum terbitnya regulasi
terkait dengan UKBPJ struktural dan mandiri untuk K/L/D.
l Sementara di tingkat daerah, ada keengganan ASN untuk diangkat menjadi
Jabatan Fungsional PBJ karena faktor risiko ancaman keamanan yang tinggi
sementara remunerasinya tidak sebanding Di tambah lagi dengan
keengganan perusahaan untuk berbagi data.

Implementasi E-Katalog 39%


l Penayangan produk/barang yang dikatalogkan dan e-purchasing telah
dilakukan oleh 5 instansi pusat yang menjadi pilot project (PUPR, Kemenkes,
Kemendikbud, Kemenhub, Kementan) dan 7 Pemprov (dari 10) yakni Aceh,
Babel, DKI, Jabar, Jateng, Jatim, Maluku. Sementara 3 Pemprov: Sumbar,
Kalbar, dan Sulsel belum melaksanakan e-katalog.

13
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

l Namun demikian, barang/produk yang dimasukkan sedikit, sehingga


terkesan pemenuhan formalitas saja.
l Kemenkes bahkan memutuskan untuk menarik diri dari implementasi e-
katalog.

Konsolidasi Pengadaan 46%


l 5 Kementerian (KemenPUPR, Kementan, Kemenhub, Kemendikbud,
Kemenkes) dan 4 dari 5 Pemerintah Provinsi telah mengadakan paket-
paket yang dikonsolidasi untuk tahun anggaran 2020. Di antara 5 Pemprov
piloting tersebut (Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur), hanya Sumatera Utara yang belum melakukan
konsolidasi pengadaan.
l Walaupun sudah dilakukan konsolidasi pengadaan, komitmen
pelaksanaan dari setiap K/L/D masih perlu diperkuat untuk meningkatkan
jumlah barang/paket yang dikonsolidasikan.

Penyempurnaan Sistem Informasi


Kinerja Penyedia (SIKAP) 29%
l Dari hasil pembahasan FGD, SIKAP telah diusulkan agar memiliki data
yang bersifat real time.
l Regulasi terkait penggunaan dan pengelolaan aplikasi SiKAP terdapat
pada Surat Edaran Kepala LKPP Nomor 2 tahun 2019 tentang Percepatan
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah huruf E nomor 2.
l Namun belum ada sosialisasi terkait penggunaan dan pengelolaan SIKAP.

Sentralisasi Pengadaan 50%


l Kajian Model Sentralisasi Pengadaan untuk pengadaan yang bersifat
kompleks, besar, dan strategis telah difinalisasi, dengan hasil rekomendasi
sebagai berikut:
n Perlu dibentuknya satu unit Badan Layanan Umum Pengadaan Nasional
(BLUPN) yang dikelola berbeda dengan UKPBJ, di luar organisasi LKPP
dilengkapi tenaga ahli yang profesional dengan penghargaan sebagaimana
nilai penghargaan pasar. BLUPN bukan hanya mampu memproses
pengadaan paket besar, kompleks dan/atau strategis, tetapi juga mampu
memproses pengadaan berbasis e-Katalog dan e-Purchasing yang bersifat
operasional sebagai pengganti peran LKPP dalam mengelola e-Katalog
nasional; atau
n Penanganan oleh beberapa unit pengadaan pada tingkat nasional di bawah
Kementerian sektoral atau Lembaga (tidak termasuk LKPP) yang memiliki
potensi untuk dikembangkan untuk menangani proses pengadaan paket
besar, kompleks dan/atau strategis sesuai sektornya.

14
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Reformasi Pajak dan Penerimaan Negara Bukan


Rp Pajak (PNBP) 47%
l Rancangan Perpres tentang Integrasi Data Keuangan yang telah diusulkan
ke dalam Program Penyusunan Perpres di Kemenkeu ternyata ditarik oleh
Kemenkumham dari Daftar Progsun Kemenkeu 2020. Meski demikian,
telah ada kesepakatan dengan Dirjen Pajak bahwa Kemenku akan tetap
mendorong proses pengajuannya melalui Izin Prakarsa. Dalam waktu
dekat, Dirjen Pajak akan mendorong Menteri Keuangan untuk mengajukan
Ratas kepada Presiden.
l Telah ada kesepahaman antara Kemenkeu (DJP) dengan Kemendagri
(Dukcapil), data NPWP akan diintegrasikan ke Dukcapil.
l Implementasi awal integrasi data keuangan sudah dimulai di Jawa Barat
l RPP PNBP telah disusun oleh Kemenkeu (DJA).
l Beberapa kendala masih ditemukan, di antaranya: a) Modeling
perhitungan potensi pajak berbasis data mikro-sosial ekonomi belum
selesai disusun dan disepakati oleh DJP dan BKF; b) Pembaharuan sistem
adm perpajakan yang terintegrasi (Core Tax) akan dilakukan uji coba
bersama; walaupun agak lamban prosesnya karena sampai saat ini baru
sampai pada tahap pengadaan rekanan pengembangan Core Tax.

Optimalisasi dan Perluasan Konfirmasi


Status Wajib Pajak (KSWP) 44%
l 21 K/L (dari 28) telah mengimplementasikan KSWP pada layanan tertentu
dilingkungan kementerian/badan/lembaga melalui penerbitan peraturan
kementerian/badan/lembaga terkait layanan tertentu di lingkungan
kementerian/badan/lembaga yang diterapkan KSWP, yaitu Kemendagri,
KLHK, ESDM, KKP, BKPM, Kemendag, Kemenperin, KemenkopUKM,
KemenATR/BPN, Kemenkes, Kemenkeu, Kementan, KemenPUPR,
Kemenhub, BPOM, Kemenag, Kemenkominfo, Kemenaker, BSN, Polri dan
BKN.
l 7 K/L masih dalam proses penyusunan peraturan terkait KSWP, yaitu
KemenkumHAM, KemenBUMN, Kemenristek, Kemendikbud, BNSP, LKPP,
BNSP.

Implementasi Base Erosion & Profit


Sharing (BEPS) 50%
l Kajian gap analysis antara Rekomendasi BEPS Action 5,3,6 dan 7 dengan
ketentuan domestik telah dilakukan.
l Rekomendasi BEPS Action 5 dalam bentuk pertukaran informasi secara
spontan telah diimplementasikan.
l Usulan Pengadopsian/Pengimplementasian Rekomendasi BEPS Action 3
dan 6 ke dalam ketentuan domestik telah disusun.

15
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Implementasi National Data


Repository (NDR) 45%
l Menguatnya komitmen pembentukan NDR melalui penerbitan Permen
ESDM No.7 Tahun 2019 Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Minyak dan
Gas Bumi.
l Telah ditetapkannya Pusdatin KemenESDM sebagai pengelola NDR dan
penerapan NDR yang mensyaratkan Quantity Assurance melalui Kepmen
ESDM No 6 K/03/MEM/2020 tentang pengelolaan NDR sektor energi dan
SDM dan pelaksana tugas walidata pada KemenESDM.
l Telah dilakukan sosialisasi kebijakan penerapan Quantity Assurance
kepada 10 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) yang akan dilakukan
ujicoba penerapan QA dalam rangka implementasi NDR.
l Sejak Desember 2019, telah disepakati agar Dirjen Migas mengajukan
metode QA sebagai sebuah standar nasional. Saat ini Rancangan SNI QA
telah disusun dan sedang diajukan ke Badan Standardisasi Nasional.
Ditargetikan pada bulan Juni 2020 sudah dapat ditetapkan agar menjadi
acuan implementasi secara lebih luas.

2. Fokus III: Penegakan Hukum dan Reformasi Birokrasi

Percepatan Sistem Merit 31%


l Sudah 90% ASN terpidana dikenakan Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat (PTDH).
l Ada 11 KL dan 2 Pemkab yang penerapan sistem meritnya dinilai sangat
baik. 11 K/L tersebut adalah KemenPUPR, KKP, Kemenko Perekonomian,
Sekretariat Negara, Kementan, Kemenkeu, KemenBUMN, BPPT, LAN, BPK,
ANRI. Dan dua Pemkab adalah Pemkab Garut dan Pemkab Badung.
l Pelaksanaan seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) di seluruh K/L/D telah
menggunakan aplikasi SIJAPTI, sehingga KASN lebih mudah melakukan
pengawasan.
l Namun pelaksanaan aksi ini masih mengalami hambatan seperti:
beberapa rekomendasi KASN tidak dijalankan Pemda. Begitu juga dengan
engagement KemenPANRB dalam pelaksanaan aksi belum optimal.

Pembangunan Zona Integritas (ZI) 49%


l Unit layanan Kemenhub, Kemenkeu, Kemenkumham, Kementan, dan KKP
telah mengajukan penilaian WBK/WBBM untuk unit layanan yang
beroperasi di 6 Bandar Udara, 6 Pelabuhan Laut. Berikut hasilnya:
n Untuk 6 Kawasan Bandar Udara ada 14 unit kerja yang mendapat predikat
WBK; 1 unit kerja mendapat WBBM,
n Untuk 6 Kawasan Pelabuhan Laut ada 20 unit kerja mendapat predikat WBK; 2
unit kerja mendapat WBBM.

16
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

l Untuk Satuan Kerja Aparat Penegak Hukum (Polri, Kejagung, dan MA),
hasilnya adalah: untuk APH dan Lembaga Pemasyarakatan ada 17 unit
kerja mendapat predikat WBK; 2 unit kerja mendapat WBBM.

Penguatan Aparat Pengawas Internal


Pemerintah (APIP) 20%
l Upaya untuk melakukan unifikasi standar kompetensi APIP dan perluasan
proses sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor dan Pengawas
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di daerah masih berjalan lambat
karena KemenPANRB yang memiliki kewenangan untuk itu masih belum
optimal terlibat dalam proses-proses pembahasan.
l Kemendagri, BKN, dan BPKP terlibat aktif dalam pembahasan unifikasi
standar kompetensi dan telah menyepakati perlunya unifikasi standar
kompetensi untuk APIP.
l Terkait kecukupan anggaran operasional APIP berdasarkan rasio,
Kemendagri sudah mengeluarkan Permendagri no.33/2019 tentang rasio
anggaran operasional APIP.
l Terkait penguatan independensi APIP melalui kenaikan kelas jabatan APIP
masih belum berjalan baik. Target yang telah ditetapkan tentang Pokok-
pokok pikiran yang seharusnya dikerjakan KemenPANRB belum tersedia
dikarenakan tidak sejalan dengan proses bisnis di Kemenpan terkait
evaluasi jabatan. Review tentang target ini sudah dilakukan bersama
dengan Kemendagri, BPKP dan BKN untuk dilakukan penyesuaian pada
tahun 2020.
l Sementara untuk pemenuhan/peningkatan jumlah APIP di K/L/D belum
bisa dijadikan target 2020 karena pemetaan jumlah dan jenis APIP belum
dilakukan secara komprehensi.

Penataan Kelembagaan-Right Sizing 45%


l Arsitektur Kelembagaan 2020-2024 sudah tuntas dan dicapai, namun
upaya pendalaman pada triwulan IV tidak bisa dilakukan karena masuk
kategori rahasia.
l Evaluasi Penataan Perangkat Daerah untuk tingkat Provinsi, disetujui 21
Provinsi dan telah dicapai, namun pelaksanaan untuk level Kab/Kota, tidak
bisa dilanjutkan dengan adanya penyederhanaan eselonisasi oleh
KemenPANRB.
l Tahun 2020, hanya akan dilakukan pemetaan Pemerintah Provinsi yang
telah melakukan Penataan Perangkat Daerah.

17
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Percepatan Pembangunan Sistem Pemerintah


Berbasis Elektronik (SPBE) 29%
l Untuk periode 2019-2020, disepakati percepatan SPBE difokuskan pada 3
layanan (Kepegawaian, Kearsipan, Pengaduan pelayanan publik) di mana
bisnis proses 3 layanan tersebut telah disusun, namun belum ditetapkan
dengan regulasi Permenpan.
l Sementara standar data baru tersedia untuk 2 layanan saja yaitu
Kearsipan dan Pengaduan pelayanan publik.
l Pengembangan aplikasi umum juga belum bisa dijalankan karena
menunggu regulasi Permenpan di atas.
l Persiapan perencanaan infrastruktur berbasis open source dan pedoman
konsolidasi data sudah dilaksanakan oleh Kemenkominfo dan seharusnya
Kemenkominfo juga sudah melaksanakan ujicoba aplikasi berbasis cloud,
namun terkendala penganggaran yang baru teralokasikan pada tahun
anggaran ini.
l Dari sisi audit teknologi, BPPT telah telah menyusun draf Perban tentang
Standar dan Cara Audit Teknologi aplikasi; namun draf ini baru akan
dibahas bersama Kemendagri, Kemenkeu, dan Bappenas pada triwulan
berikutnya.

Implementasi Grand Design Strategi


Pengawasan Keuangan Desa 32%
l Progres untuk aksi ini berjalan lambat karena komunikasi dan koordinasi
antar dan inter K/L penanggung jawab aksi masih kurang; pun masih ada
perbedaan pendapat antar K/L tentang platform pengelolaan dan
pengawasan keuangan desa.
l Perpres tentang Implementasi Grand Desain Strategi Strategi
Pengawasan Keuangan Desa masih dalam bentuk draf dengan nilai
capaian 50 persen.
l Portal Interoperability kanal-kanal pengaduan terkait keuangan desa baru
mencapai 50%.

Implementasi Sistem Penanganan Perkara


Terpadu berbasis Teknologi Informasi (SPPT) 46%
l Kemenkopolhukam, Kemenkominfo dan BSSN, sampai dengan 2019,
telah membangun dashboard pimpinan yang menampilkan data
penanganan perkara menggunakan dokumen versi ringkas, melakukan uji
keamanan aplikasi client serta audit tata kelola aplikasi, selain itu telah
melakukan pengembangan aplikasi pusat pertukaran data.
l Satker di 104 Wilayah Hukum Piloting telah menerapkan aplikasi eksisting
untuk melakukan pertukatan data dengan progres sebagai berikut:
n Polri, baru 72,8% Satker yang mengirimkan data ke Puskarda, dan sepanjang
tahun 2019 telah mengupload 12.149 Dokumen, sementara di B12 dokumen
yang diuplpad sebanyak 4.358 dengan total presentase adalah 35,87%,

18
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

n Kejagung, baru 32% Satker yang mengirimkan data ke Puskarda, dan


sepanjang tahun 2019 telah mengupload data 45,441 Dokumen, sementara di
B12 dokumen yang diuplpad sebanyak 8.211 dengan total presentase adalah
18,06%.
n MA, baru 97% Satker yang mengirimkan data ke Puskarda, dan sepanjang
tahun 2019 telah mengunggah data 370.724 dokumen, sementara di B12
dokumen yang diuplpad sebanyak 109.447 dengan total presentase adalah
29,5%.
n Kemenkumham (Ditjen PAS), baru 92,7% Satker yang mengirimkan data ke
Puskarda, dan sepanjang tahun 2019 telah mengunggah data 81.033
Dokumen, sementara di B12 dokumen yang diunggah sebanyak 19.466
dengan total presentase adalah 24,02%.

l Beberapa kendala teknis yang ditemukan di antaranya: a) Satker APH di


daerah belum memahami bagaimana cara memanfaatkan data yang
dipertukarkan oleh SPPT-TI, target pendampingan oleh tim pokja SPPT TI
baru dapat dilaksanakan tahun 2021; b) Data entri di Puskarda masih
banyak yang belum terverifikasi sesuai pedoman pertukaran data.

Implementasi Surat Pemberitahuan


Dimulainya Penyidikan (SPDP) Online 50%
l Target terkait 100% satker input data kedalam SPDP-Online telah tercapai
baik di Kepolisian maupun di Kejaksaan.
l Target terkait dengan kesesuaian data di Kepolisian maupun di Kejaksaan
dengan data yang diunggah kedalam SPDP-Online belum tercapai.
l Namun menurut Kejaksaan dan Kepolisian masih belum ada kesepakatan
SPDP mana yang akan dihitung sebagai data dalam SPDP-Online,
sementara menurut KPK semua SPDP baik yang sudah mencantumkan
nama tersangka maupun belum bisa di input kedalam sistem SPDP-
Online.

Penyusunan Pedoman Penuntutan 38%


l Penyusunan revisi Surat Edaran Jaksa Agung No 003 tentang Pedoman
Tuntutan Perkara Tipikor telah selesai.
l .Pedoman penuntutan sedang disusun Kedeputian Penindakan
(Direktorat Penuntutan) KPK dan direncanakan selesai pada triwulan
berikutnya. Konsep finalisasi adalah konsinyering selama 2 hari, dengan
membentuk tim inti sebagai perumus, di hari pertama didahului oleh
diskusi dengan seluruh JPU KPK.

19
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Iii. PROGRESS CAPAIAN kementerian/


lembaga/pemerintah daerah

I mplementasi dan keberhasilan aksi juga sangat bergantung pada komitmen


Kementerian/Lembaga sebagai penanggung jawab aksi. Sampai Triwulan IV 2019, progres
capaian K/L, jika mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan maka ada 26 K/L yang
capaian aksinya masih kurang baik (di bawah 70%) bahkan cenderung rendah di bawah 50%.
Namun nilai capaian tersebut lebih disebabkan karena keterlambatan pelaporan ataupun
keterlambatan pelaksanaan aksi. Jika penilaian dilakukan tanpa mempertimbangkan faktor
kepatuhan maka terdapat 42 K/L yang pencapaian aksinya sudah melebihi 70%. Hanya 10 K/L
yang sampai Triwulan IV ini masih belum banyak melakukan perbaikan dalam pemenuhan
target.

20
1. Kementerian Dalam Negeri : 71%
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan
pendampingan kepada Kemendagri yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 11 sub-aksi
pencegahan korupsi. Dari hasil monitoring, dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu
pelaporan, maka realisasi capaian Kemendagri sampai Triwulan IV adalah 71%. Namun
demikian, capaian Kemendagri secara agregat sudah mencapai 88% karena ada pemenuhan
target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 17%.

Berikut adalah capaian 11 sub-aksi Kemendagri (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu


pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Penghapusan SKDU- • Pada Triwulan sebelumnya, ada 76 Pemda yang teridentifikasi
HO masih mensyaratkan SKDU-HO. Pada Triwulan IV ini tersisa 22
(79%) Pemda yang masih mensyaratkan SKDU-HO. Artinya ada
progres penghapusan SKDU-HO di 55 Pemda.
• Namun ditemukan masih ada Pemda yang masih
mensyaratkan SKDU-HO walaupun secara resmi sudah
mengeluarkan regulasi penghapusan SKDU-HO.

Percepatan OSS • Sampai Triwulan IV, Kemendagri diharapkan melakukan Monev


(75%) untuk integrasi OSS-Daerah menggunakan
SICANTIK/SIMANTRA atau aplikasi lain di 200 Pemda. Namun
baru 103 Pemda yang di Monev yang menggunakan
SICANTIK/SIMANTRA atau aplikasi lain.

Implementasi • Kemendagri telah menyampaikan peta batas administrasi


Kebijakan Satu Peta Provinsi dan Kabupaten/Kota. Peta ini kemudian telah
(100%) diintegrasikan dengan peta dasar.

Utilisasi NIK untuk • Kemendagri telah melakukan pemadanan data atas Data
Bansos Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Penetapan Oktober 2019.
(72%)
Penerapan Manajemen • Kemendagri telah mengirimkan panduan ke Pemerintah
anti Suap Daerah piloting untuk melakukan pendampingan dan penilaian
(39%) SMAP, namun analisis kesiapan BUMD dan pemetaan isu
dalam penerapan SMAP di daerah belum dilakukan.

Integrasi Perencanaan • Kemendagri telah menerbitkan regulasi terkait standarisasi BAS


dan Penganggaran (Permendagri 90/2019), namun sayangnya Kemendagri tidak
Berbasis Elektronik melakukan diskusi mendalam dengan Kemenkeu sebagai
(70%) perancang Peraturan Pemerintah terkait BAS. Sehingga
dikhawatirkan Permendagri 90/2019 akan berpotensi tidak in
line dengan RPP tentang BAS, terutama pada poin-poin terkait
Segmen Akun, Segmen Program, Segmen Keluaran, Segmen
Sumber Dana, Segmen lokasi, dan Segmen Satker.

Pembentukan UKPBJ • Kemendagri telah mengeluarkan regulasi Permendagri


(100%) 112/2018 tentang Pembentukan UKPBJ; dan telah melakukan
sosialisasi tentang Pembentukan UKPBJ di Pemerintah Daerah
Optimalisasi dan • Kemendagri telah menerbitkan permendagri 112/2016 terkait
Perluasan KSWP pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak. Namun tidak ada
(49%) perluasan atau penambahan layanan yang akan diberlakukan
KSWP.

Penguatan APIP • Kemendagri Sudah menyediakan pokok pikiran mengenai


(65%) unifikasi standar kompetensi dan telah menerbitkan
Permendagri no.33/2019 tentang rasio anggaran operasional
APIP berdasarkan jumlah APBD.
• Namun ada target yang belum tercapai yaitu MoU tentang
Koordinasi Pelaksanaan Supervisi Kegiatan Pengawasan di
Lingkungan Pemda antara Kemendagri dan BPKP yang belum
ditandatangani.

Right Sizing • Evaluasi Penataan Perangkat Daerah untuk tingkat Provinsi,


(97%) disetujui 21 Provinsi dan telah tercapai.

Implementasi Strategi • Regulasi tentang Strategi Pengawasan Desa masih dalam


Pengawasan Keuangan bentuk draf dan belum ada pembahasan intensif di antara
Desa Kemendagri, Kemendes, dan BPKP. Begitu juga dengan portal
(38%) pengaduan masyarakat tentang Keuangan Desa juga masih
dalam proses pengembangan.

2. Kementerian Koordinator Perekonomian: 63%


Kemenko Perekonomian menjadi penganggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi Stranas
PK. Dari hasil monitoring Setnas PK, realisasi capaian Kemenko Perekonomian sampai Triwulan
IV, dengan memperhitungkan kepatuhan waktu pelaporan, mencapai 63%. Namun demikian,
capaian Kemenkoperekonomian secara agregat sudah mencapai 79% karena ada pemenuhan
target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 16%.

Berikut adalah highlight capaian dari 3 sub-aksi Kemenkoperekonomian sampai dengan


Triwulan IV (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (29%) • Kewenangan terkait NSPK telah diserahkan kepada BKPM; OSS
juga telah secera penuh dialihkan kepada dan dioperasionalkan
oleh BKPM.
• Namun, revisi PP 24/2018 tidak ada progres.
• Tantangan terbesar adalah pada Omnibuslaw dengan
pendekatan perizinan berbasis Risk-based Assessment
membuat proses bisnis perizinan pada seluruh KL harus
disesuaikan lagi.
• Dengan demikian akan ada perubahan atau penyesuaian target
di triwulan berikutnya karena beberapa target menjadi tidak
relevan.

Implementasi Kebijakan • Telah tersedia Peta Indikatif Tumpang Tindih IGT (PITTI)
Satu Peta (100%) Provinsi Kalimantan Tengah beserta rule base penyelesaian.
Rekomendasi penyelesaian tumpang tindih IGT belum dibuat
secara detail sehingga perlu ditindaklanjuti penyusunan
rekomendasi yang lebih detail.
Integrasi Data Impor • Kajian proses bisnis impor beberapa komoditas pangan telah
Pangan (61%) selesai dilakukan dan telah ada masukan untuk perbaikannya;
Surat Edaran dari Kemenko juga telah dikirim ke Kementerian
teknis untuk penertiban administrasi agar sesuai proses bisnis
impor.
• Namun beberapa target di Triwulan IV belum ada progres,
seperti laporan evaluasi dan rencana pengembangan sistem
INSW sebagai penyaji data tunggal terkait impor pangan
strategis.

3. Badan Koordinasi Penanaman Modal: 89%


Stranas PK diberi mandat untuk melakukan monitoring dan pendampingan kepada BKPM yang
diberi tanggung jawab melaksanakan 2 sub-aksi pencegahan korupsi. Dari hasil Monitoring
tergambarkan bahwa realisasi capaian BKPM sampai Triwulan IV, dengan mempertimbangkan
kepatuhan waktu pelaporan, adalah sebesar 89%. Namun demikian, capaian BKPM secara
agregat sudah mencapai 100% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan
sebelumnya sebesar 11%.

Berikut adalah highlight capaian dari dua sub-aksi yang dijalankan BKPM (dengan
mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (83 %) • Progres integrasi aplikasi perizinan K/L ke dalam sistem OSS
telah dilaporkan dalam bentuk matriks yang menggambarkan
status integrasi 27 K/L sampai Triwulan IV.
• Tim Teknis OSS telah terbentuk sejak Triwulan III melalui
Keputusan Kepala BKPM No. 166/2019 tentang Tim Koordinasi
Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik di BKPM.
• Fitur pada OSS telah dikembangkan dari versi 1.0 ke versi 1.1.
Beberapa penapisan telah tersedia.
• Integrasi perizinan dasar untuk Ilok telah selesai baik probis
maupun pengembangan pada sistem OSS-KKP Web-SICantik.

Optimaslisasi dan • Telah menerbitkan Peraturan Badan terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP (94 %) Konfirmasi Status Wajib Pajak sejak 2017 (Perka 7/2017) dan
telah mengimplementasikan penerapan KSWP, khususnya pada
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara
Elektronik (SPIPISE).
• Namun belum melakukan perluasan penerapan KSWP karena
perlu revisi Peraturan BKPM yang saat ini masih dalam proses
penyusunan.
4. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan: 85%
KLHK menjadi penanggung jawab 5 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada dalam
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring tergambarkan bahwa capaian
KLHK sampai Triwulan IV (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah
85%. Namun demikian, capaian KLHK secara agregat sudah mencapai 98% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 13%.

Berikut adalah highlight capaian KLHK pada 5 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan
kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (79%) • Pada Triwulan II telah teridentifikasi 66 daftar izin dan berkurang
menjadi 45 izin pada Triwulan IV
• Tim Teknis perizinan telah terbentuk sejak triwulan III melalui SK
Menteri KLHK 09/2019.
• Namun sampai Triwulan IV Aplikasi perizinan di KLHK, khususnya
utk Izin Lokasi Kawasan Hutan, masih pada tahap inisiasi;
sementara untuk Izin Lingkungan masih menggunakan webform
dengan OSS.

Implementasi • Terdapat 5 Informasi Geospasial Tematik (IGT) telah terintegrasi,


Kebijakan Satu Peta yaitu:
(96%) o Peta Penunjukan Kawasan Hutan
o Peta Penetapan Kawasan Hutan
o Peta Pelepasan Kawasan Hutan
o Peta Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
o Peta Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
o Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru telah
terkompilasi
• Namun untuk IGT Kesatuan Hidrologis Gambut belum
terkompilasi dikarenakan banyaknya lahan gambut yang tersebar
di seluruh Indonesia, sehingga membutuhkan anggaran dan SDM
yang cukup besar.

Penetapan Kawasan • Terhadap kawasan hutan yang belum penetapan seluas 31 juta
Hutan Ha, sudah dilakukan identifikasi & inventarisasi, risalah
(73%) permasalahan, dan desain rinci penetapan kawasan hutan tahun
2020 (sudah tercapai pada B06).
• Strategi percepatan penetapan adalah dengan menampung hasil
risalah permasalahan B06 melalui revisi regulasi yang sudah
mencapai draf kedua.
• Total proyeksi percepatan dari revisi regulasi proyeksi luas
penetapan hasil revisi regulasi 5.4 juta Ha, total panjang tata batas
menjadi 15.000 km.
• Capaian Penetapan Kawasan Hutan 2019:
o B09 seluas 50.000 ha (Tercapai)
o B12 seluas 50.000 ha (Tercapai)
• Satu kendala utama adalah ketersediaan anggaran yang cukup.
Anggaran tata batas yang dialokasikan baru 5.228 km dari
kebutuhan 15.000 km.

Optimalisasi dan • Walaupun agak terkendala dalam pelaporan di Triwulan I, namun


Perluasan KSWP (82%) sampai Triwulan IV KLHK telah menerbitkan peraturan menteri
terkait pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak, melalui
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.57/MENLHK/SETJEN/KEU.1/10/2019
Tentang Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak Di Bidang
Lingkungan Hidup Dan Kehutanan.
• Telah mengimplementasikan penerapan KSWP pada layanan
publik tertentu.

Pembangunan ZI/UPG • Telah membangun UPG dan aktif menyampaikan pernyataan


(96%) menerima atau tidak menerima gratifikasi.
• Namun Ada keengganan menyampaikan laporan gratifikasi,
dikarenakan ada laporan gratifikasi pribadi yang disampaikan
melalui aplikasi GOL dan ini banyak yang bersifat rahasia.
• Untuk ke depannya, Aksi ini akan dialihkan ke Gratifikasi Online
KPK (GOL).

5. Kementerian Kesehatan : 84%


Kemenkes menjadi penganggung jawab 6 sub-aksi pencegahan korupsi Stranas PK. Dari hasil
monitoring yang dilakukan Setnas PK, realisasi capaian Kemenkes sampai Triwulan IV adalah
sebesar 84% (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan). Namun demikian,
Kemenkes secara agregat telah mencapai 91% karena ada pemenuhan target tertangguh dari
triwulan sebelumnya sebesar 7%.

Berikut kontribusi capaian Kemenkes dari 6 sub-aksi (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (100%) Aksi ini telah berjalan sesuai target yang ditentukan Stranas PK.
• Izin/layanan di Kemenkes telah teridentifikasi jumlah dan
jenisnya, yakni:
o Di Bidang Pelayanan Kesehatan ada 9 izin
o Di Bidang Farmasi dan Alat Kesehatan ada 12 izin plus 6
layanan.
• Telah terstandarnya proses bisnis pada NSPK.
• Integrasi perizinan Kemenkes dengan OSS juga sudah dilakukan.

Pembentukan UKPBJ Capaian dari Aksi ini tidak terlalu baik karena:
(25%) • Kemenkes belum menerbitkan revisi regulasi SOTK yang
mengharuskan UKPBJ menjadi struktur yang mandiri. Sampai
saat ini proses regulasi masih pada tahap naskah akademik.
• Begitu juga dengan pemenuhan jabatan fungsional Pokja
pemilihan belum disusun dokumen Anjab/ABK nya.

Implementasi e-katalog Aksi ini sampai laporan B09 berjalan on track, misalnya:
100 (%) • Kemenkes telah mengajukan diri ke LKPP untuk menjadi
pengeloal e-katalog dan bahkan telah dilakukan MOU dan PKS
antara Kemenkes dan LKPP guna melakukan proses calon
penyedia.
• Terakhir, Kemenkes telah menayangkan produk pada e-katalog
dan sudah memberikan pelayanan e-purchasing.
• Namun pada B12 (Triwulan IV), Menteri Kesehatan memutuskan
membatalkan implementasi e-katalog.
Konsolidasi Pengadaan • Pada periode sebelumnya (Triwulan III), Kemenkes telah
(83%) menyelesaikan rencana barang-barang yg dikonsolidasi
pengadaannya.
• Pada periode ini Pengadaan paket konsolidasi dilakukan pada
Direktorat Pelayanan Kesehatan (Yankes) sudah dalam proses
lelang di SPSE. Di antara paket yang dikonsolidasikan adalah
bahan makanan, obat-obatan, serta gas medis dll.

Optimalisasi dan • Kementerian Kesehatan telah memperluas layanan publik yang


Perluasan KSWP diterapkan KSWP, dengan diterbitkan Peraturan Menteri
(100%) kesehatan No 19 tahun 2019 tentang Konfirmasi Status Wajib
Pajak Dalam Pemberian Layanan Publik tertentu di lingkungan
kementerian Kesehatan.
• Daftar layanan publik yang akan diperluas untuk KSWP telah
teridentifikasi, sebanyak 23 layanan.

Pembangunan ZI/UPG • Telah membangun UPG sejak tahun 2014 dan aktif
(96%) menyampaikan pernyataan menerima atau tidak menerima
gratifikasi.
• Namun ada keengganan menyampaikan laporan gratifikasi,
dikarenakan ada laporan gratifikasi pribadi yang disampaikan
melalui aplikasi GOL dan ini banyak yang bersifat rahasia
• Untuk ke depannya, Aksi ini akan dialihkan ke Gratifikasi Online
KPK (GOL).

6. Kementerian Pertanian: 91%


Stranas PK telah melakukan pendampingan dan monitoring terhadap 10 sub-aksi pencegahan
korupsi yang menjadi tanggung jawab Kementan. Dari hasil monitoring tersebut, tergambar
bahwa capaian Kementan sampai Triwulan IV (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu
pelaporan) adalah 91%. Namun demikian, capaian Kementan secara agregat sudah mencapai
96% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 5%.

Berikut adalah kontribusi capaian pelaksanaan 10 sub-aksi di Kementan (dengan


mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (97%) • Pada Triwulan II telah teridentifikasi 31 daftar izin dan berkurang
menjadi 26 izin pada Triwulan IV.
• Aplikasi perizinan di Kementan sudah terintegrasi dengan OSS;
dengan kategorisasi perizinan dibagi ke dalam 5 Izin Usaha
(Perkebunan, Hortikultura, Obat Hewan, Tanaman Pangan,
Peternakan).
• Tim Teknis Perizinan telah terbentuk melalui SK Menteri
Pertanian No. 711/KPTS/OT.050/M/10/2019 tentang Tim Teknis
Perizinan Berusaha Bidang Pertanian.

Implementasi • Telah tersedia Sistem Informasi Perizinan Perkebunan untuk


Kebijakan Satu Peta mendorong perusahaan sawit menyampaikan data-data terkait
(100%) perkebunan, namun belum tersosialisasi secara menyeluruh ke
Pemda dan perusahaan sawit.
Penguatan dan • Telah tersedia Nota kesepahaman dan Perjanjian kerjasama
Pemanfaatan Basis penguatan dan pemanfaatan basis data BO.
Data BO (75%) • Telah tersedia regulasi yang mengatur korporasi untuk
menyampaikan data BO sebagai syarat pengajuan izin
(Permentan 45/2019).
• Perusahaan telah mulai menyampaikan data BO ke Sistem
Informasi Perizinan Perkebunan.
• Namun sampai saat ini, database BO belum terintegrasi dengan
Sistem Informasi Perizinan Perkebunan (Siperibun).

Utilisasi NIK untuk • Penandatangan MoU antara Kementan dan Kemendagri untuk
Bansos (50%) akses data NIK baru dilakukan pada pada B06, sementara
targetnya seharusnya dilaksanakan pada Triwulan I (B03).
Namun demikian, secara keseluruhan target ini sudah terpenuhi.
Integrasi Data Impor • Telah mengalirkan data rekomendasi impor ke INSW secara
(83%) elektronik.

Pembentukan UKPBJ • Sudah terbentuk UKPBJ Struktural dengan nama Biro Umum dan
(100%) Pengadaan.

Implementasi e- • Aksi ini sampai laporan Triwulan IV (B12) berjalan cukup baik,
Katalog (100%) walaupun agak tersendat di awal dan pertengahan periode,
namun akhirnya semua tercapai. Sampai Triwulan IV,
penayangan produk katalog sektoral yang sudah tayang di
antaranya:
o Pindad mesin pemanen padi,
o Pindat traktor roda empat,
o UMG Matador, mesin pemanen padi,
o 16 jenis Benih atau bibit Jagung, dan
o Cryo Diffusion, Pt. Aneka Gas Industri.
• Pelaksanaan e-Katalog Sektoral di Kementan cukup memiliki
variasi produk sesuai dengan core business Kementan, sehingga
diharapkan bisa menjadi acuan bagi instansi lain terkait
implementasi katalog sektoral.

Konsolidasi Pengadaan • Sub-Aksi Konsolidasi Pengadaan di Kementan berjalan baik,


(100%) walaupun pada saat awal dan pertengahan periode pelaporan
mengalami keterlambatan. Pada periode sebelumnya (B09),
Kementan telah menyelesaikan rencana barang-barang yang
dikonsolidasi pengadaannya.
• Sampai Triwulan IV, Kementerian Pertanian telah melaksanakan
konsolidasi dalam rangka pemilihan penyedia untuk pengadaaan
ayam, pakan, dan obat-obatan Program Bekerja dan Pengadaan
Bantuan Pupuk Hayati dan kegiatan Pengembangan Padi Rawa.

Optimalisasi dan • Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP Konfirmasi Status Wajib Pajak, Peraturan Menteri pertanian No
(100%) 44 tahun 2019 tentang pelaksanaan konfirmasi status wajib
pajak dalam pelayanan perizinan berusaha tertentu lingkup
Kementerian Pertanian.
• Layanan publik yang di-KSWP, meliputi:
o Pendaftaran pestisida,
o Pendaftaran pupuk.
Pembangunan ZI • Balai Besar Karantina Tumbuhan telah diusulkan dan ikut dalam
(100%) penilaian WBK/WBBM di 6 kawasan Bandar Udara (Soetta
Jakarta, Kualanamu Medan, Ngurah Rai Bali, Hang Nadim Batam,
Juanda Surabaya, dan Hasanudin Makasar) dan 6 kawasan
Pelabuhan (Tj Priok Jakarta, Tj. Perak Surabaya, Tj. Mas
Semarang, Belawan Medan, Batam, dan Pel. Soetta).
• Sampai Triwulan IV, yang sudah mendapat predikat WBK adalah
Balai Karantina – Balai Karantina di Pelabuhan Tanjung Priok,
Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Belawan, Bandara
Soekarno Hatta, Bandara Ngurah Rai, dan Bandara Juanda.

7. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral: 90%


KemenESDM menjadi penganggung jawab 6 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian
KemenESDM sampai dengan Triwulan IV (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu
pelaporan) adalah 90%. Namun demikian, capaian KemenESDM secara agregat sudah
mencapai 99% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 9%.

Berikut adalah highlight capaian 6 sub-aksi KemenESDM tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (94%) • Sampai Triwulan II telah teridentifikasi 70 daftar izin dan
berkurang menjadi 34 izin pada Triwulan IV.
• Aplikasi perizinan di KemenESDM pada triwulan sebelumnya
masih pada tahap inisiasi. Baru pada Triwulan IV ini statusnya
sudah terintegrasi.
• Tim Teknis Perizinan telah terbentuk melalui Kepmen ESDM
Nomor 0824.K/73/SJN/2019 tentang Tim Teknis Percepatan
Pengintegrasian Perizinan Bidang Energi dan Sumber Daya
Mineral secara Elektronik.

Implementasi • IUP Pertambangan telah terkompilasi; namun beberapa atribut


Kebijakan Satu Peta terkait data teknis masih perlu dilengkapi lagi sehingga proses
(94%) perbaikan masih terus dikoordinasikan antara KemenESDM dan
BIG.

Penguatan dan • Telah tersedia Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama


Pemanfaatan Basis penguatan dan pemanfaatan basis data BO.
Data BO (75%) • Telah tersedianya kebijakan/regulasi yang mengatur korporasi
untuk menyampaikan data BO sebagai syarat pengajuan izin
(Kepmen ESDM No. 243 K/08/MEM/2019 tentang kewajiban
pencantuman NPWP dan daftar penerima manfaat dalam
pengajuan permohonan perizinan atau pelaporan di sektor ESDM
• Integrasi data BO antara perizinan Online di ESDM dengan
bo.ahu.go.id masih berproses.

Optimalisasi dan • Sudah terbit Permen ESDM No. 23/2019 tentang KSWP Dalam
Perluasan KSWP Pemberian Layanan Publik Tertentu di Lingkungan KESDM dan
(100%) akan segera berlaku penerapan KSWP.
• Daftar layanan/izin/rekomendasi yang diterapkan KSWP: a)
Bidang Minyak dan Gas Bumi (ada 18); b) Bidang Mineral dan
Batubara (ada 14); c) Ketenagalistrikan dan Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi energi (ada 13).

Implementasi NDR • Menguatnya komitmen pembentukan NDR melalui penerbitan


(75%) Permen ESDM No.7 Tahun 2019 Pengelolaan dan Pemanfaatan
Data Minyak dan Gas Bumi.
• Telah ditetapkannya Pusdatin KemenESDM sebagai pengelola
NDR dan penerapan NDR yang mensyaratkan Quantity
Assurance melalui Kepmen ESDM No 6 K/03/MEM/2020 tentang
pengelolaan NDR sektor energi dan SDM dan pelaksana tugas
walidata pada KemenESDM.

Pembangunan ZI/UPG • Telah membangun UPG sejak tahun 2014 dan aktif
(100%) menyampaikan pernyataan menerima atau tidak menerima
gratifikasi.
• Namun ada keengganan menyampaikan laporan gratifikasi,
dikarenakan ada laporan gratifikasi pribadi yang disampaikan
melalui aplikasi GOL dan ini banyak yang bersifat rahasia.
• Untuk ke depannya, Aksi ini akan dialihkan ke Gratifikasi Online
KPK (GOL).

8. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat: 100%


Stranas PK diberi mandat oleh Presiden untuk melakukan monitoring dan pendampingan
kepada KemenPUPR dalam melaksanakan 6 sub-aksi pencegahan korupsi. Dari hasil
monitoring, realisasi capaian KemenPUPR mencapai 100%, hasil kontribusi dari pelaksanaan 6
sub-aksi berikut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (100%) • Sampai Triwulan IV telah teridentifikasi 15 daftar izin yang akan
diintegrasikan dengan OSS.
• Pelayanan perizinan Sistem Informasi Bangunan Gedung
(SIMBG) dari Ditjen Cipta Karya PUPR sudah terintegrasi dengan
OSS.
• Tim Teknis OSS telah terbentuk melalui Keputusan Sekjen
KemenPUPR No. 152/KPTS/SJ/2019 tentang Satuan Tugas
Perizinan di KemenPUPR.

Pembentukan UKPBJ • UKPBJ struktural sudah terbentuk sejak periode B09 dengan
(100%) nama Direktorat Pengadaan Jasa Konstruksi yang disahkan
melalui:
o Peraturan Menteri No.03/PRT/M/2019 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian PUPR, dan
o Keputusan Menteri PUPR Nomor: 288/KPTS/M/2019
Tentang Pembentukan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
Dan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan Barang/Jasa
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat.
• Terkait pemenuhan jabatan fungsional, sampai B12, PUPR baru
selesai menyusun dokumen Anjab/ABK yang berisi kebutuhan
formasi jabatan fungsional yang nantinya akan diajukan ke
KemenPANRB utk pemenuhan kebutuhan pengisian jabatan
fungsional Pokja UKPBJ.
Implementasi e-Katalog • Pada triwulan sebelumnya, PUPR telah menetapkan
(100%) barang/produk e-katalog, yakni alat berat bidang Sumber Daya
Air. Pada triwulan IV ini, produk e-katalog tersebut telah diajukan
ke LKPP dan telah tayang.

Konsolidasi Pengadaan • Pada periode sebelumnya (B09), PUPR telah menyelesaikan


(100%) rencana barang-barang yg dikonsolidasi pengadaannya. Pada
periode ini Pengadaan paket konsolidasi (jembatan rangka baja
dan long segment) sudah dalam proses lelang di SPSE.

Optimalisasi dan • Telah terbit peraturan menteri terkait pelaksanaan Konfirmasi


Perluasan KSWP Status Wajib Pajak (PermenPUPR 12/PRT/M/2019) di mana ada
(100%) 6 izin/layanan yang wajib penerapan KSWP, yaitu:
o Layanan pemenuhan komitmen perizinan usaha jasa
konstruksi asing,
o Perizinan pengusahaan sumber daya air,
o Perizinan pemanfaatan bagian-bagian jalan nasional,
o Pelayanan uji laboratorium bagi pemohon badan,
o Pelayanan sertifikasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan
Instalasi,
o Pengolahan Air Limbah (IPAL),
o Pelayanan advis teknis bagi pemohon badan.

Pembangunan ZI/UPG • Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) telah dibentuk sejak 2016
(100%) dan berjalan dengan baik.
• Mulai periode triwulan V, pelaporan mengenai UP akan dialihkan
dari JAGA ke GOL (Gratifikasi Online).

9. Kementerian Komunikasi dan Informatika: 34%


Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan
pendampingan kepada Kemenkominfo yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 5 sub-aksi
pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian Kemenkominfo sampai
Triwulan IV (mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 34%. Namun demikian,
capaian Kemenkominfo secara agregat sudah mencapai 71% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 37%.

Berikut highlight capaian Kemenkominfo terhadap 5 sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (29%) • Sampai Triwulan IV telah teridentifikasi 23 daftar izin walaupun
belum menggambarkan daftar izin/layanan secara keseluruhan
• Integrasi aplikasi perizinan dengan OSS belum terjadi.
• Tim Teknis OSS telah terbentuk melalui Keputusan Dirjen
Penyelenggaraan Pos dan Informatika No. 43/2019 tentang Tim
Pengembangan dan Penyempurnaan Sistem E-Lcensing
berbasis OSS.
• Pada Triwulan IV target 200 Pemda menggunakan SIcantik
Cloud, dan baru tercapai 156 Pemda.
Integrasi Perencanaan • Target review/asesmen aplikasi perencanaan dan
dan Penganggaran penganggaran masih belum dijalankan dengan baik oleh
Berbasis Elektronik Kemenkominfo, dengan alasan tidak ada pendanaan dan SDM
(8%) yang memadai; Namun kegiatan review atau asesmen masih
bisa ditangani oleh BPPT.

Optimalisasi dan • telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP (13%) Konfirmasi Status Wajib Pajak.
• Namun, Kemenkominfo sampai Triwulan III belum pernah
melakukan pelaporan dan baru mulai melapor pada Triwulan IV
sehingga dari sisi kepatuhan nilainya tidak terlalu baik.

Percepatan SPBE (21%) • Persiapan perencanaan infrastruktur berbasis open source dan
pedoman konsolidasi data sudah dilaksanakan oleh Kominfo.
• Namun ada kendala, Kemenkominfo tidak dapat melakukan
ujicoba aplikasi berbasis cloud karena ketidaksiapan
kementerian dalam persiapan anggaran pelaksanaan pada
tahun 2019. Koordinasi antara unit teknis dan Biro Perencaan
tidak berjalan dengan baik.

Implementasi SPPT-TI • Telah melakukan uji keamanan aplikasi client serta audit tata
(100%) kelola aplikasi, selain itu telah melakukan pengembangan
aplikasi pusat pertukaran data.

10. Badan Informasi Geospasial: 100%


Badan Informasi Geospasial atau BIG hanya menjadi penganggung jawab 1 sub-aksi
pencegahan korupsi yang berada di bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian
sampai TW IV sebesar 100%. Berikut adalah highlight capaian pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Implementasi Kebijakan • Pendampingan proses kompilasi dan integrasi 13 IGT di KL dan
Satu Peta (100%) Pemda terus berlangsung. Sampai saat ini sudah 7 IGT yang
terintegrasi dan 2 IGT telah terkompilasi.
• Namun kendala terbesar dalam proses kompilasi dan integrasi
ini adalah pada keterbatasan SDM teknis melakukan
pendampingan di daerah. Sehingga perlu koordinasi dengan
pihak lain atau CSO untuk bantuan pendampingan teknis.
11. Kementerian Agraria dan Tata Ruang : 76%
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan
pendampingan kepada KemenATR yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 5 sub-aksi
pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian KemenATR sampai
Triwulan IV (mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 76%. Namun demikian,
capaian KemenATR secara agregat sudah mencapai 88% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 12%.

Berikut adalah kontribusi capaian dari 5 sub-aksi KemenATR:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (92%) • Tim Teknis Perizinan telah terbentuk bersama 2 K/L lainnya
dengan nama Tim Lintas Sektor Pemantauan Implementasi
Standardisasi Perizinan Dan NonPerizinan Penanaman
Modal Daerah (BKPM, Kemenko Bidang Perekonomian,
Kementerian ATR/BPN).
• Layanan Pertimbangan Teknis Pertanahan (PTP)
persetujuan/penolakan Izin Lokasi KKP terintegrasi Sistem
OSS; begitu juga dengan pelayanan perizinan Dasar ilok
antara sistem OSS-KKP web- SICantik C telah terintegrasi.

Implementasi • HGU telah terkompilasi namun beberapa atribut masih perlu


Kebijakan Satu Peta dilengkapi.
(69%)
Penguatan dan • Telah tersedia Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja
Pemanfaatan Basis Sama tentang Penguatan dan Pemanfaatan basis data BO.
Data BO (75%) • Telah tersedia kebijakan/regulasi yang mengatur korporasi
untuk menyampaikan data BO sebagai syarat pengajuan izin
(SE Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 6/SE-HM.01/IX/2019
tentang Pengendalian Pemilik Manfaat dan Perusahaan
Terafiliasi dalam Proses Penetapan dan Peralihan Hak Atas
Tanah).
• Namun masih ada kendala bahwa database BO belum
terintegrasi dengan perizinan ATR/BPN.

Optimalisasi dan • Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP (69%) Konfirmasi Status Wajib Pajak.
• Telah mengimplementasikan penerapan KSWP pada layanan
publik tertentu.

Pembangunan ZI (75%) • Kantor Pertanahan di wilayah DKI Jakarta, Medan, Semarang,


Surabaya, Padang, Pekanbaru, Bandung, Banjarmasin,
Balikpapan, Manado, Makassar, dan Pontianak telah
diusulkan dan ikut dalam penilaian WBK/WBBM.
• Walaupaun pada periode awal tidak ada pelaporan, namun
sampai Triwulan IV, yang sudah mendapat predikat WBK
adalah Kantor-Kantor Pertanahan di wilayah Jakarta Utara,
Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Pekanbaru, Bandung,
Semarang, Banjarmasin, Pontianak, dan Manado.
12. Kementerian Hukum dan HAM: 82%
Stranas PK telah melakukan pendampingan dan monitoring terhadap 6 sub-aksi pencegahan
korupsi yang menjadi tanggung jawab Kemenkumham. Dari hasil monitoring tersebut,
tergambar bahwa realisasi capaian Kemenkumham sampai Triwulan IV (dengan
mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 82%. Namun demikian, capaian
Kemenkumham secara agregat sudah mencapai 93% karena ada pemenuhan target tertangguh
dari triwulan sebelumnya sebesar 11%.

Berikut adalah kontribusi capaian pelaksanaan 6 sub-aksi di Kemenkumham (dengan


mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (100%) • Beberapa target seperti pembentukan tim teknis dan integrasi
aplikasi perizinan di Kemenkumham perlu disesuaikan karena
Dirjen AHU Kemenkumham tidak melakukan pelayanan
perizinan, melainkan hanya memberikan pengesahan status
badan hukum Perseroan Terbatas (PT) sebagai gerbang awal
memulai usaha.
• Data PT yang telah disahkan telah dapat ditarik OSS untuk
kemudian diterbitkan NIB oleh OSS.

Penguatan dan • KemenkumHAM telah mengeluarkan regulasi terkait penguatan


Pemanfaatan Basis dan pemanfaatan basis data BO, yaitu:
Data BO (67%) o Permenkumhan No. 14/2019 tentang Pengesahan Koperasi
o Permenkumham No. 15/2019 tentang Tata Cara Penerapan
BO
o Permenkumham No. 21/2019 tentang Pengawasan BO
• Begitu juga dengan Nota kesepahaman dan Perjanjian
kerjasama penguatan dan pemanfaatan basis data BO telah
ditandatangani bersama Kemenkeu, KemenESDM,
KemenATR/APBN, KemenKUKM, dan Kementan.
• Ditjen AHU KemenkumHAM juga telah melakukan kerja sama
dengan Ditjen Pajak dalam rangka pertukaran data.
• Data koperasi telah diintegrasikan ke dalam sistem AHU Online.
• Telah dibuat website bo.ahu.go.id khusus database BO.
• Namun masih terdapat beberapa kendala yang perlu
ditindaklanjuti penyelesaiannya, seperti:
o database BO yang belum terintegrasi dengan KL lainnya,
o kepatuhan korporasi untuk declare BO masih minim,
o belum ada mekanisme akses publik ke basis data BO.

Pembentukan UKPBJ • Kemenkumham telah membentuk UKPBJ struktural yaitu di Biro


(75%) Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Jenderal.
• Dokumen analisis Anjab/ABK telah disusun namun belum
menggambarkan jumlah kebutuhan masing-masing Jafung
PBBJ tingkat pertama, muda dan madya. Dokumennya juga
bukan dokumen final yang telah ditandatangani.

Optimalisasi dan • Masih belum menerapkan KSWP; baru tersedia draf Peraturan
Perluasan KSWP (68%) terkait pelaksanaan KSWP dan saat ini sedang dalam proses
harmonisasi.

Pembangunan ZI (98%) • Kemenkumham memiliki 2 unit kerja yang diusulkan untuk ikut
dalam penilaian WBK/WBBM, yaitu Lembaga Pemasyarakatan
dan Imigrasi.
• Sampai Triwulan IV, hasil penilaian menunjukkan bahwa LAPAS
hanya bisa mendapatkan predikat WBK di Pekanbaru. Sementara
Imigrasi mendapat predikat WBK di Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya, Pelabuhan Batam, dan Bandar Udara Soetta.

Implementasi SPPT-TI • Kemenkumham (dalam hal ini Ditjen PAS), baru 92,7% satker
(98%) yang mengirimkan data ke Puskarda; sampai Triwulan III telah
mengunggah data 81.033 Dokumen, sementara di Triwulan IV
dokumen yang diunggah sebanyak 19.466 dengan total
presentase adalah 24,02%.

13. Kementerian Keuangan: 79%


Kemenkeu menjadi penanggung jawab 9 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemenkeu
sampai dengan Triwulan IV (mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 79%.
Namun demikian, capaian Kemenkeu secara agregat sudah mencapai 94% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 15%.

Berikut adalah highlight capaian 9 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (63%) • Pada periode sebelum Triwulan I, II dan III, banyak target yang
tidak dapat dipenuhi Kemenkeu, namun pada periode Triwulan IV
2019, pemenuhan seluruh target terkait OSS sudah 100%.
• Daftar perizinan/layanan di bidang kepabeanan, cukai, dan
perpajakan telah teridentifikasi.
• Aplikasi perizinan Kemenkeu telah terintegrasi OSS.
• Tim Teknis sudah terbentuk dan merupakan Bagian dari Tim
Satgas kebijakan yang sudah terbentuk sebelumnya.

Penguatan dan • Kemenkeu telah mengeluarkan regulasi terkait penguatan dan


Pemanfaatan Basis pemanfaatan basis data BO.
Data BO (100%) • Ditjen Pajak Kemenkeu telah melakukan kerja sama dengan
Ditjen AHU dalam rangka pertukaran data.
• Namun masih perlu ditindaklanjuti terkait database BO yang
belum terintegrasi dengan Ditjen pajak.

Integrasi Data Impor • Kemenkeu telah membangun dashboard eksekutif terkait data
(96%) impor pangan strategis; Ditjen Bea Cukai telah mengalirkan data
dan rekonsiliasi data realisasi impor dengan Lembaga National
Single Window (LNSW).
• Masih perlu dilakukan koordinasi lanjutan terkait monitoring dan
evaluasi realisasi impor komoditas post border.

Integrasi Perencanaan • Aksi ini secara keseluruhan masih belum berjalan baik karena
dan Penganggaran masih ada ego-sektoral di antara penanggung jawab Aksi
Berbasis Elektronik (Kemenkeu; Kemendagri; BPKP; BPPT).
(31%) • Standarisasi BAS masih berjalan lambat karena RPP yang
disusun Kemenkeu belum diajukan menjadi PP.

Pembentukan UKPBJ • Sudah terbentuk UKPBJ Struktural, yaitu Biro Pengelolaan Barang
(100%) Milik Negara dan Pengadaan.
Reformasi Pajak dan • Rancangan Perpres tentang Integrasi data keuangan telah
PNBP (79%) dimasukkan dalam progsun (program penyusunan) perpres di
Kemenkeu tahun 2020.
• Telah ada kesepahaman antara Kemenkeu (DJP) dengan
Kemendagri (Dukcapil), data NPWP akan di integrasikan ke
Dukcapil.
• Implementasi awal integrasi data keuangan sudah dimulai di
Jawa Barat; RPP PNBP telah disusun oleh Kemenkeu (DJA).
• Integritas pegawai pajak telah secara rutin dinilai melalui Survei
Penilaian Integritas oleh Kitsda.
• Beberapa kendala yang ditemukan di antaranya: Modeling
perhitungan potensi pajak berbasis data mikro-sosial ekonomi
belum selesai disusun dan disepakati oleh DJP dan BKF;
Pembaharuan sistem administrasi perpajakan yang terintegrasi
(Core Tax) perlu dilakukan uji coba bersama.

Implementasi BEPS • Kajian Gap Analysis antara Rekomendasi BEPS Action 5,3,6 dan 7
(95%) dengan ketentuan domestik telah dilakukan.
• Rekomendasi BEPS Action 5 dalam bentuk pertukaran informasi
secara spontan telah diimplementasikan.
• Usulan Pengadopsian/Pengimplementasian Rekomendasi BEPS
Action 3 dan 6 ke dalam ketentuan domestik telah disusun.

Optimalisasi dan • Beberapa target agak berjalan lambat pada Triwulan II dan III,
Perluasan KSWP (68%) namum pada Triwulan IV sudah banyak yang terpenuhi.
• Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan
Konfirmasi Status Wajib Pajak.
• Telah mengimplementasikan penerapan KSWP pada layanan
publik tertentu.

Pembangunan ZI • Bea Cukai telah membangun Zona Integritas dan telah diusulkan
(81%) untuk ikut dalam penilaian WBK/WBBM di 9 wilayah, yaitu
Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhn Tanjung Perak, Pelabuhan
Belawan, Pelabuhan Batam, Pel Soetta, Bandara Kualanamu,
Bandara Ngrah Rai, dan Bandara Juanda.
• Dari hasil penilaian sampai Triwulan IV, Bea Cukai mendapat
predikat WBK di 3 pelabuhan/bandara (Belawan, Pel. Soetta, dan
Kualanamu); sisanya masih dalam proses penilaian.
14. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi: 100%
PPATK hanya menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi, yakni Penguatan dan
Pemanfaatan Basis Data BO. Dari hasil monitoring yang dilakukan Setnas PK, realisasi capaian
PPATK sampai Triwulan IV adalah sebesar 100%.

Berikut adalah highlight capaiaannya:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Penguatan dan • PPATK telah melakukan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja
Pemanfaatan Basis Sama penguatan dan pemanfaatan basis data BO.
Data BO (100%) • PPATK juga telah memanfaatkan data korporasi dalam kegiatan
analisis transaksi keuangan.

15. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah: 85%


KemenKUKM menjadi penanggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi. Dari hasil monitoring
yang dilakukan Setnas PK, realisasi capaian KemenKUKMM sampai Triwulan IV adalah sebesar
85%. Namun demikian, capaian KemenKUKM secara agregat sudah mencapai 92% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 7%.

Berikut adalah highlight capaiannya (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (79%) • Terdapat 5 jenis izin dan layanan telah teridentifikasi.
• Tim Teknis Perizinan telah terbentuk sejak Triwulan III melalui
Keputusan Deputi Bidang Kelembagaan No. 08/2018 tentang
Pembentukan Tim Pelayanan Perizinan Usaha Simpan Pinjam
Koperasi.
• Layanan perizinan di KemenKUKM sudah terintegrasi OSS
melalui SICANTIK. Namun saat ini KemenKUKM berinisiatif untuk
mengembangkan aplikasi mandiri ntuk memproses perizinan.

Penguatan dan • KemenKUKM telah melakukan Nota Kesepahaman dan


Pemanfaatan Basis Perjanjian Kerja Sama penguatan dan pemanfaatan basis data
Data BO (75%) BO.
• KemenKUKM telah mengeluarkan kebijakan/regulasi yang
mengatur korporasi untuk menyampaikan data BO sebagai
syarat pengajuan izin (Permen KUKM No. 06/PER/M.KUKM/ V
/2017 Tentang Penerapan prinsip mengenali pengguna jasa Bagi
koperasi yang melakukan kegiatan usaha simpan pinjam).
• Namun masih kendala yaitu database BO belum terintegrasi
dengan perizinan koperasi.

Optimalisasi dan • Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP Konfirmasi Status Wajib Pajak.
(100%) • Telah mengimplementasikan penerapan KSWP pada layanan
publik tertentu.
16. Kementerian Sosial: 73%
Kemensos menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi Stranas PK. Dari hasil
monitroing Setnas PK, realisasi capaian Kemensos sampai Triwulan IV mencapai 73%. Namun
demikian, capaian Kemensos secara agregat sudah mencapai 100% karena ada pemenuhan
target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 27%.

Berikut adalah highlight capaian dari 2 sub-Aksi Kemensos (dengan mempertimbangkan


kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Utilisasi NIK untuk • Sudah ada rencana aksi untuk menindaklanjuti rekomendasi
Bansos (71%) terkait data NIK yang belum padan; namun capaiannya belum
100% Data Bansos yang tidak sinkron ditindaklanjuti.
• Beberapa target tidak dapat dipenuhi karena tidak realistis dari
sisi pelaksanaan sehingga akan diubah.

Pembentukan ZI/UPG • Pengelolaan UPG telah dimulai walaupun tidak maksimal.


(75%) • UPG telah dibentuk melalui Permensos 09/2014 tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Sosial dan
Surat Edaran 373/IJ/4/2019 tentang Pengendalian Gratifikasi.
• Namun pengelolaan UPG di Kemensos belum berjalan maksimal.
• Mulai B12 dan seterusnya sub-aksi UPG akan dialihkan ke
aplikasi GOL atau Gratifikasi Online.

17. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan: 90%


BPJS Kesehatan menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai TW IV sebesar 90%. Namun
demikian, capaian BPJS secara agregat sudah mencapai 100% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 10%.

Berikut adalah highlight capaian BPJS Kesehatan pada sub-aksi tersebut (dengan
mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (92%) • Jenis izin dan layanan di BPJS Kesehatan telah teridentifikasi.
• Layanan perizinan di BPJS Kesehatan sudah terintegrasi OSS.
BPJS Kesehatan telah mengembangkan sistem Pendaftaran
bagi peserta dari segmen PPU Badan Usaha melalui aplikasi
pemasaran yang terintegrasi dengan OSS (Online Single
Submission).
• Tim Teknis Perizinan telah terbentuk melalui Keputusan Direksi
BPJS Kesehatan Nomor 235 Tahun 2018 tentang Tim
Implementasi dan Monitoring Pendaftaran Kepesertaan
Program Jaminan Kesehatan Bagi Peserta Pekerja Penerima
Upah Non Penyelenggara Negara Melalui Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik.

Utilisasi NIK untuk • Telah melakukan penonaktifan 5,2 jt Penerima Bantuan Iuran
Bansos (88%) JKN yang bukan tergolong fakir miskin yang terdaftar di DTKS.
18. Kementerian Perindustrian: 81%
Kemenperin menjadi penganggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemenperin
adalah 81%. Namun demikian, capaian BPJS secara agregat sudah mencapai 100% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 19%.

Berikut adalah highlight capaian 3 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (75%) • Sudah teridentifikasi seluruh izin, rekomendasi, sertifikat dan
sejenisnya di Kementerian Perindustrian. Seluruh layanan
perizinan Kementerian Perindustrian telah disampaikan ke dalam
OSS berupa lampiran PP Nomer 24 tahun 2018 (ada 17 izin).
• Tim Teknis Perizinan telah terbentuk melalui SK Sekjen no. 30 dan
no 40 Tahun 2019.
• Layanan perizinan di Kemenperin (SIINAS) telah terintegrasi
terintegrasi OSS; namun proses bisnis pemberian izin (NSPK)
perlu memerhatikan kewenangan daerah dan koordinasi dengan
PTSP daerah.

Integrasi Data Impor • Telah mengalirkan data rekomendasi impor ke dalam sistem
Pangan (83%) INSW.

Optimalisasi dan • Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP (84%) Konfirmasi Status Wajib Pajak.
• Telah mengimplementasikan penerapan KSWP pada layanan
publik tertentu.

19. Kementerian Perdagangan: 67%


Kemendag menjadi penganggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemendag
adalah 67%. Namun demikian, capaian Kemendag secara agregat sudah mencapai 93% karena
ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 24%.

Berikut adalah highlight capaian 3 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (54%) • Sampai Triwulan III, pelaporan Kemendag tidak terlalu baik. Baru
pada Triwulan IV ini beberapa target terkait OSS mulai tergambar
progresnya.
• Seluruh izin telah teridentifikasi sebanyak 44 izin dan telah
dilaporkan kepada Kemenkoperekonimian.
• Tim Teknis Perizinan belum terbentuk akan tetapi dapat
diakomodasi melalui Keputusan Menteri Perdagangan No.
1206/2017 tentang Satgas Percepatan Pelaksanaan Berusaha;
Namun Masih perlu penyesuan terhadap rumusan Tim Teknis ini
agar sesuai dengan Inpres 7/2019.
• Penerapan OSS di lingkungan Kementerian Perdagangan telah
dilakukan sejak tahun 2018, tetapi baru tahun 2019 mulai
terintegrasi dengan sebagian besar Sistem Perizinan Operasional
dan Komersil di lingkungan Kementerian Perdagangan.

Integrasi Data Impor • Telah mengalirkan data perizinan impor pangan ke sistem INSW
Pangan (92%) dengan menambah keterangan-keterangan sesuai kesepakatan.

Optimalisasi dan • Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP (63%) Konfirmasi Status Wajib Pajak.
• Telah mengimplementasikan penerapan KSWP pada layanan
publik tertentu.

20. Kementerian Kelautan dan Perikanan: 83%


KKP menjadi penganggung jawab 4 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian KKP adalah
83%. Namun demikian, capaian KKP secara agregat sudah mencapai 100% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 17%.

Berikut adalah highlight capaian 4 sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (92%) • Daftar perizinan sebanyak 73 jenis dokumen (izin, layanan, dan
rekomendasi) telah teridentifikasi melalui Permen KKP 33/2017.
• Aplikasi perizinan KKP telah terintegrasi dengan OSS dengan
laman oss.kkp.go.id sudah termasuk aplikasi izin lokasi perairan
yang telah terintegrasi dengan OSS yang terjadi di awal Januari
2020.
• Tim Teknis Perizinan belum terbentuk akan tetapi dapat
diakomodasi melalui Kepmen KKP 42 tahun 2017 tentang Satuan
Tugas Percepatan Pelaksanaan Berusaha; saat ini sedang
dilakukan revisi rancangan permen monev perizinan di
ingkungan KKP; Namun KKP tetap harus memastikan agar Tim
Satgas dapat menjalankan fungsi koordinasi untuk pelayanan
perizinan pada unit teknis pengampu izin.

Integrasi Data Impor • Telah mengalirkan data perizinan impor pangan ke sistem INSW
Pangan (67%) dengan menambah keterangan-keterangan sesuai kesepakatan.
• Namun pengiriman data rekomendasi belum dilakukan secara
elektronik sehingga perlu KKP masih perlu mengembangkan
sistemnya.

Optimalisasi dan • Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP (75%) Konfirmasi Status Wajib Pajak.
• Telah mengimplementasikan penerapan KSWP pada layanan
publik tertentu.

Pembangunan ZI • KKP telah membangun Zona Integritas untuk Balai Besar Ikan di
(100%) Kawasan Bandara dan Pelabuhan.
• Untuk kawasan Bandara adalah: 1) Balai Besar KIPM Makasar; 2)
Balai KIPM Denpasar; 3) Balai KIPM Surabaya I; 4) Balai Besar
KIPM Jakarta I; 5) Stasiun KIPM Batam; 6) Balai KIPM Medan I; 7)
Balai KIPM Semarang.
• Untuk kawasan Pelabuhan : 1) Pelabuhan Perikanan Samudera
Belawan; 2) Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Belawan; 3) Stasiun KIPM Medan II; 4) balai KIPM
Jakarta II; 4) Balai KIPM Surabaya II; 5) Balai Besar Penangkapan
Ikan Semarang.
• Dari hasil penilaian sampai Triwulan IV, terdapat 1 Balai di
Semarang yang mendapat predikat WBBM; sisanya masih dalam
proses penilaian di triwulan berikutnya.

21. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas: 86%
SKK Migas menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian SKK Migas
sampai Triwulan IV sebesar 86%. Namun demikian, capaian SKK Migas secara agregat sudah
mencapai 100% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar
14%.

Berikut adalah highlight capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Penerapan Manajemen • Telah mengidentifikasi 20 Perusahan K3S untuk penerapan
anti Suap (73%) Sistem Manajemen anti Penyuapan (SMAP).
• Saat ini sedang melakukan pendampingan ke beberapa
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S).

Implementasi NDR • Telah melakukan diseminasi kebijakan penerapan Quantity


(100%) Assurance kepada 10 K3S yang akan dilakukan ujicoba
penerapan QA dalam rangka implementasi NDR.
• Pada triwulan berikutnya akan dilakukan ujicoba implemntasi QA
pada 10 K3S untuk mendukung NDR.
22. Otoritas Jasa Keuangan : 0%
OJK menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai TW IV sebesar 0%. Namun
demikian, capaian OJK secara agregat sudah mencapai 11% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 11%.

Berikut adalah highlight capaian OJK pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan
kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Penerapan Manajemen • Walaupun agak lambat progresnya karena sepanjang 3 triwulan
anti Suap (0%) tidak pernah melaporkan pelaksanaan aksinya, saat ini OJK baru
melaporkan 2 target yang seharusnya sudah dilakukan sejak
Triwulan I. Target tersebut di antaranya adalah: Menentukan
perusahaan efek di bawah pengawasan OJK untuk dilakukan
penilaian penerapan Sistem Manajemen Anti Penyuapan; dan
pelaksanaan sosialisasi Panduan Cek untuk Dunia Usaha sektor
jasa keuangan.

23. Badan Nasional Sertifikasi Profesi: 44%


BNSP menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 44%. Namun
demikian, capaian BNSP secara agregat sudah mencapai 53% karena ada pemenuhan target
tertangguh sebesar 9%.

Berikut adalah highlight capaian BNSP pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan
kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Optimalisasi dan • Layanan/izin yang akan diberlakukan KSWP telah diidentifikasi
Perluasan KSWP (44%) dan saat ini sedang dalam penyusunan rancangan peraturan
terkait KSWP.
• Pencapaian target agak lambat karena ada sedikit kendala pada
proses bisnis penyusunan peraturan di mana Biro Hukum
menyatu di Kemenaker; dan pada tahun 2019 tidak diprogramkan
pembahasan penyusunan regulasinya.
24. Kementerian Badan Usaha Milik Negara: 51%
KemenBUMN menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian
KemenBUMN sampai Triwulan IV sebesar 51%. Namun demikian, capaian KemenBUMN secara
agregat sudah mencapai 84% karena ada pemenuhan target tertangguh sebesar 33%.

Berikut adalah highlight capaian 2 sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Penerapan Manajemen • Telah mendorong semua Perusahaan BUMN untuk menerapkan
anti Suap (53% ISO 37001 dengan mengeluarkan kebijakan berupa SE-2
/MBU/07/2019 tentang Pengelolaan BUMN yang Bersih Melalui
Implementasi Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, dan
Penanganan Benturan Kepentingan serta Penguatan
Pengawasan Intern.

Optimalisasi dan • Peraturan yang dimiliki masih berupa SE Menteri BUMN belum
Perluasan KSWP (50%) ditingkatkan menjadi peraturan menteri, tetapi saat ini sedang
disusun rancangan peraturan menteri.

25. Kementerian/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : 46%


Bappenas menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi pelaksanaan aksi
oleh Bappenas mencapai 46%. Namun demikian, capaian Bappenas secara agregat sudah
mencapai 63% karena ada pemenuhan target tertangguh sebesar 17%.

Berikut adalah highlight capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Integrasi Perencanaan • Beberapa target yang harus dijalankan Bappenas banyak yang
dan Penganggaran belum tercapai sehingga ikut memengaruhi capaian aksi ini
Berbasis elektronik secara keseluruhan.
(46%)
Percepatan SPBE • Sampai TW IV belum ada target yang harus dikerjakan Bappenas.
26. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: 48%
KemenPANRB menjadi penanggung jawab 7 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian
KemenPANRB (dengan mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah 48%. Namun
demikian, capaian KemenPANRB secara agregat sudah mencapai 66% karena ada pemenuhan
target tertangguh sebesar 18%.

Berikut adalah highlight capaian 7 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Integrasi Perencanaan • Sebagian besar target yang menjadi tanggung jawab
Penganggaran KemenPANRB tidak tercapai karena komitmen KemenPANRB
Berbasis elektronik untuk terlibat aktif dalam pertemuan pembahasan Aksi sangat
(42%) minim.

Pembentukan UKPBJ • Kontribusi KemenPANRB dalam diskusi-diskusi pencapaian aksi


(25%) sangat kurang. KemenPANRB sebagai regulator di bidang
kelembagaan belum pernah melaporkan progres pencapaian
aksi terkait terbitnya regulasi pembentukan UKBPJ di tingkat
Pusat. Sehingga ikut memengaruhi pencapaian target di K/L lain.

Percepatan Sistem • Dari sekian banyak target yang diberikan kepada KemenPANRB,
Merit (37%) hanya target “Pemberhentian Tidak Dengan Hormat bagi ASN
terpidana” yang merupakan target bersama Kemendagri dan
BKN yang tercapai.
• Aksi terkait pembuatan regulasi tidak terlaksana.
• Aksi terkait dorongan percepatan di BKN dan KASN, kecuali
Rapat Koordinasi, juga tidak tercapai.
• Kendala yang ditemukan oleh Setnas PK adalah karena
koordinasi yang lemah di internal unit pelaksana teknis di
Kedeputian SDM.

Pembangunan Zona • Pembangunan Zona Integritas merupakan satu-satunya aksi di


Integritas (86%) KemenPANRB yang berjalan dengan baik sampai Triwulan IV.
Semua target KemenPANRB terkait ZI relatif tercapai, khususnya
terkait MoU pembangunan ZI bersama K/L lain.

Penguatan APIP (8%) • Aksi ini secara keseluruhan berjalan lambat di KemenPANRB
• Upaya untuk melakukan unifikasi standar kompetensi APIP dan
perluasan proses sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor dan
Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di daerah
masih berjalan lambat karena KemenPANRB yang memiliki
kewenangan untuk itu masih belum optimal terlibat dalam
proses-proses pembahasan.
• KemenPANRB seharusnya menjadi inisiator dalam
menjustifikasi apakah unifikasi kompetensi APIP dimungkinkan
untuk Jafung APIP (sebagai instansi yang mengatur JF).

Right Sizing (88%) • Arsitektur Kelembagaan 2020-2024 sudah tuntas dan dicapai,
namun sayangnya Setnas PK tidak bisa melakukan pendalam
karena isu ini masuk kategori rahasia.
Percepatan SPBE (50%) • Sudah ada 3 bisnis proses layanan (kepegawaian, kearsipan dan
pengaduan pelayanan publik) yang disusun, namun masih belum
ditetapkan dengan Permenpan sehingga memengaruhi
pencapaian target yang lain yaitu penetapan Aplikasi Umum. oleh
karenanya KemenPANRB diminta agar segera dapat
menetapkan PermenPANRB tentang Bisnis proses 3 layanan
tersebut.
• Sementara Standar Data Layanan yang tersedia baru untuk 2
layanan yaitu pengaduan pelayanan publik dan kepegawaian.
• Terkait beberapa kendala yang dihadapi, saat ini telah dilakukan
rapat tim kordinasi SPBE setingkat eselon 1 membahas
percepatan perpres SPBE.

27. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: 76%


Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan
pendampingan kepada LKPP yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 6 sub-aksi
pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian LKPP sampai Triwulan IV
adalah 76%. Namun demikian, capaian LKPP secara agregat sudah mencapai 82% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 6%.

Berikut adalah highlight capaian 6 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Pembentukan UKPBJ • Sudah terbentuk UKPBJ Struktural, yaitu bagian Pengadaan dan
(88%) Pengelolaan Barang Milik Negara.
• LKPP sudah melaksanakan pengukuran tingkat kematangan
UKPBJ untuk semua K/L/D, melalui sistem penilaian mandiri
siukpbj.lkpp.go.id, serta dilakukan verifikasi oleh LKPP.

Implementasi e- • Pendampingan penayangan produk pada e-katalog lokal dan


Katalog (71%) pemberian pelayanan e-purchasing baru dilakukan di Provinsi
Aceh dan Jawa Tengah. Sementara Sumbar, Jateng, Jabar,
Kalbar, Jatim, Sumut, Maluku, Sulsel, Babel belum dilakukan.

Penyempurnaan SIKAP • Dari hasil pembahasan melalui FGD, SIKaP telah diusulkan
(39%) memiliki data yang bersifat realtime.
• Regulasi terkait penggunaan dan pengelolaan aplikasi SIKaP
terdapat pada Surat Edaran Kepala LKPP Nomor 2 tahun 2019
tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah huruf E nomor 2.
• Namun sayangnya belum ada sosialisasi terkait penggunaan dan
pengelolaan SIKAP.

Konsolidasi Pengadaan • Pendampingan model pengadaan untuk sektor prioritas di % K/L


(63%) dan 5 Provinsi telah tersedia sejak Triwulan II.
• Namun, namun target “Penyusunan Rencana Umum Pengadaan
tahun 2020 yang telah terkonsolidasi” belum juga dilaporkan dari
Triwulan III sampai Triwulan IV.
Sentralisasi • Kajian Model Sentralisasi Pengadaan untuk Pengadaan yang
Pemgadaan (88%) bersifat kompleks, besar, dan strategis telah difinalisasi yang
menghasilkan rekomendasi penting terkait perlunya unit kerja
khusus yang terpisah dan mandiri dari seluruh K/L, bisa dalam
bentuk Badan Layanan Umum (BLU).

Optimalisasi dan • Layanan yang akan di KSWP telah diidentifikasi dan saat ini LKPP
Perluasan KSWP (31%) sedang menyusun Rancangan peraturan KSWP untuk penerapan
KSWP.

28. Kementerian Perhubungan: 88%


Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan
pendampingan kepada Kemenhub yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 6 sub-aksi
pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian Kemenhub sampai
Triwulan IV adalah 88%. Namun demikian, capaian Kemenhub secara agregat sudah mencapai
100% karena ada pemenuhan target tertangguh sebesar 12%.

Berikut adalah highlight capaian 6 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (67%) • Daftar perizinan telah teridentifikasi, yakni 137 izin (4 izin usaha
dan 111 izin komersial dan 12 izin yang telah dihapuskan);
namun Kemenhub masih perlu menambahkan data dukung
berupa lampiran daftarnya.
• Aplikasi perizinan Kemenhub telah terintegrasi dengan OSS sejak
Triwulan III berdasarkan log aplikasi oss.dephub.go.id untuk 200
transaksi data terakhir (data izin terbit, unggah dokumen, data
NIB, log transaksi teknis database).
• Tim Teknis Perizinan belum terbentuk akan tetapi dapat
diakomodasi melalui Keputusan Menteri Perhubungan 996/2017
tentang Satgas Kemudahan Berusaha dan diperkuat dengan draf
Permenhub tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Atap; Namun perlu dipertegas bahwa Satgas
kemudahan berusaha ini melingkupi berbagai aspek terkait
usaha dan bukan hanya masalah perizinan, sehingga fungsinya
sedikit berbeda dengan Tim Teknis. Catatan dari Stranas PK
bahwa ke depan Satgas ini juga harus menjadikan kemudahan
pelayanan perizinan sebagai prioritas tugas dan fungsinya.

Pembentukan UKPBJ • Sudah terbentuk UKPBJ Struktural, yaitu bagian Pengadaan dan
(100%) Pengelolaan Barang Milik Negara.

Implementasi e- • Sudah menayangkan produk atau item yang dimuat dalam


Katalog (100%) sistem katalog sektoral (aplikasi LKPP), walaupun pada Triwulan
II dan III agak tersendat pelaksanaannya.
• Kemenhub cukup aktif dalam pelaksanaan e-katalog sektoral,
hanya saja dalam hal pelaporan data dukung terkendala
pemahaman terkait data dukung yang perlu diunggah. Di
berbagai pertemuan, Kemenhub berjanji untuk mengikutkan
komoditi atau produk yang lebih banyak lagi untuk masuk dalam
katalog sektoral, namun sayang dalam implementasi hanya
bantalan beton saja yang ada data dukungnya dan dilaporkan.
• Belakangan ada tambahan komoditi/produk yaitu Bus ukuran
sedang yang disusulkan setelah batas akhir pelaporan.

Konsolidasi • Walaupun sempat tersendat diperiode Triwulan II dan III, pada


Pengadaan (71%) periode ini (B12) pengadaan paket konsolidasi telah dilakukan
dan sudah dalam proses lelang di SPSE.
• Konsolidasi pengadaan di kemenhub, walaupun sudah
melakukan pelaporan, masih belum sesuai dengan harapan.
Seharusnya dengan nilai anggaran yang besar Kemenhub bisa
melakukan banyak paket-paket konsolidasi, bukan hanya
bantalan beton saja.
• Namun demikian, untuk tahap awal patut diapresiasi karena
kepatuhan dalam pelaporan dan komunikasi yang aktif dengan
Stranas PK. Mungkin yang perlu diberi catatan adalah terkait
koordinasi di internal Kemenhub masih belum baik.

Optimalisasi dan • Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP (94%) Konfirmasi Status Wajib Pajak dan baru akan melaksanakan
KSWP pada layanan tertentu di triwulan berikutnya.

Pembangunan ZI (95%) • Unit layanan kementerian perhubungan telah mengajukan


penilaian WBK/WBBM untuk unit kerja Otoritas Bandara dan
Otoritas Pelabuhan/Syahbandar.
• Dari hasil penilaian, Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Husin
Sastranegara, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Belawan,
Pelabuhan Batam yang telah mendapat predikat WBK (dari 12
kawasan pelabuhan dan bandara); sementara Pelabuhan
Tanjung Priok telah mendapat predikat WBBM.
• Beberapa kendala yang ditemukan di antaranya: Pembangunan
ZI kawasan pelabuhan mensyaratkan adanya integrasi layanan
sesuai bisnis proses. Dirjen perhubungan laut mengusulkan
integrasi layanan tersebut dilaksanakan melalui integrasi sistem
INAPORTNET dengan INSW. Namun, hingga saat ini Belum ada
kesepakatan Dirjen perhubungan laut dengan kepala INSW
mengenai konsep integrasi layanan diantara kedua sistem
tersebut.
29. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 57 %
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan
pendampingan kepada Kemendikbud yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 7 sub-aksi
pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian Kemendikbud sampai
Triwulan IV adalah 57%. Namun demikian, capaian Kemendikbud secara agregat sudah
mencapai 74% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar
17%.

Berikut adalah highlight capaian 7 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (17%) • Daftar prizinan di Kemendikbud sejumlah 9 izin/layanan telah
teridentifikasi melalui Permendikbud Nomor 25 Tahun 2018 dan
sebagaimana dituangkan dalam lampiran PP 24/2018.
• Aplikasi perizinan Kemendikbud saat ini baru dalam proses
integrasi; belum terjadi transaksi; namun sudah dapat menerima
dan mengirim notifikasi melalui Web Service.
• Tim Teknis Perizinan belum ada pelaporan progresnya.
• Karena perubahan struktur pada Kemenristekdikti, maka
terdapat sekitar 3 izin yang akan diserahkan pada Kemendikbud.
Hal ini menjadi subyek untuk perubahan target aksi di triwulan
berikutnya.

Utilisasi NIK untuk • Data penerima KIP telah terintegrasi dengan aplikasi Sistem
Bansos (100%) Informasi Kesejahteraan Sosial-Next Generation (SIKS-NG).
• Evaluasi terhadap integrasi data penerima bantuan juga telah
dilakukan Kemendikbud.

Pembentukan UKPBJ • Sudah terbentuk UKPBJ Struktural, yaitu Biro Umum dan
(100%) Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana dijelaskan dalam
Permendikbud 45/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja.

Implementasi e-Katalog • Sudah menayangkan produk atau item yang dimuat dalam
(75%) sistem katalog sektoral (aplikasi LKPP), walaupun pada Triwulan
II dan III agak tersendat pelaksanaannya.
• Di antara Produk yang telah tayang adalah Buku Non Teks; di
mana Pencantuman buku non teks di Katalog Sektoral
Kemendikbud didominasi buku-buku untuk SD dan SMP.

Konsolidasi (42%) • Sejak Triwulan III sampai Triwulan IV, Kemendikbud belum
melaporkan model paket yang akan dkonsolidasikan.
• Begitu juga dengan Target “pemilihan penyedia secara
terkonsolidasi” telah dilaporkan namun sayangnya tidak
dilengkapi dengan data dukung yang sesuai, yaitu Laporan
proses pemilihan penyedia secara terkonsolidasi.

Optimalisasi dan • Rancangan peraturan menteri terkait pelaksanaan Konfirmasi


Perluasan KSWP (19%) Status Wajib Pajak telah diajukan permohonan harmonisasi,
tetapi dengan adanya perpindahan layanan KSWP dari
Pendidikan tinggi yang sebelumnya berada di Kementerian Riset
dan Teknologi, maka perlu ada perbaikan rancangan peraturan
karena ada penambahan layanan tersebut.
Pembangunan ZI/UPG • Telah membangun UPG dan aktif menyampaikan pernyataan
(94%) menerima atau tidak menerima gratifikasi.
• Namun untuk aksi UPG mulai triwulan V akan dipindahkan ke
Gratifikasi Online (GOL).

30. Kepolisian Republik Indonesia: 66%


Strategi Nasional Pencegahan Korupsi diberi mandat untuk melakukan monitoring dan
pendampingan kepada Polri yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan 6 sub-aksi
pencegahan korupsi. Hasil monitoring menunjukkan realisasi capaian Polri sampai Triwulan IV
adalah 66%. Namun demikian, capaian Polri secara agregat sudah mencapai 91% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 25%.

Berikut adalah highlight capaian 6 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (29%) • Daftar izin/layanan telah teridentifikasi, yakni sebanyak 11
izin/layanan dan telah diformalkan dalam Perpol Nomor 8 Tahun
2019 tgl 18 Oktober 2019 tentang KSWP dalam Pemberian
Layanan Publik Tertentu.
• Proses integrasi perizinan di Polri dengan OSS belum terlihat ada
kemajuan. Polri seharusnya dapat menyampaikan data rekap
NIB yang diterima oleh Binmas Online System (BOS) dari OSS.
• Pembentukan Tim Teknis Perizinan masih belum jelas
progresnya. Data dukung yang dilaporkan belum menjelaskan
bagaimana Polri menjalankan fungsi dan tugas koordinasi
pelayanan perizinannya.

Pembentukan UKPBJ • Sudah terbentuk UKPBJ Struktural, yaitu Biro Umum dan
(38%) Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana dijelaskan dalam
Permendikbud 45/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja.
• Namun Polri masih terkendala pada penyampaian laporan
dokumen analisis Anjab/ABK yang belum dapat menunjukkan
jumlah kebutuhan masing-masing Jafung PBBJ tingkat
pertama, muda dan madya.

Optimalisasi dan • Polri telah menerbitkan peratuan terkait layanan publik


Perluasan KSWP (94%) yangtelah diKSWP, melalui Peraturan Kepolisian Negara
Republik Indonesia No 8 tahun 2019 tentang Konfirmasi Status
Wajib Pajak Dalam Pemberian Layanan Publik tertentu Pada
Kepolisian Negara RI.
• Layanan publik tersebut meliputi:
o Surat Izin operasional jasa konsultasi keamanan,
o Surat izin operasional penerapan peralatan keamanan,
o Surat izin operasinal pelatihan keamanan,
o Surat izin operasional kawaal angkut uang dan barang
berharga,
o Surat izin operasional penyedia tenaga keamanan,
o Surat izin operasional penyediaan satwa untuk
pengamanan,
o Surat izin impor bahan peledak komersial,
o Surat izin produksi bahan peledak komersial,
o Surat izin pembelian dan penggunaan bahan peledak
komersial,
o Surat izin impor bunga api,
o Surat izin produksi bunga api.

Pembangunan ZI/UPG • Belum membangun UPG; saat ini baru menyusun draf peraturan
(80%) Kapolri mengenai UPG, dan sudah masuk dalam tahap
harmonisasi.

Implementasi SPPT-TI • Sekitar 72,8% Satker telah mengirimkan data ke Puskarda, dan
(58%) sepanjang tahun 2019 telah mengunggah 12.149 Dokumen,
sementara di B12 dokumen yang diunggah sebanyak 4.358
dengan total presentase adalah 35,87%.
• Namun masih banyak kendala yang ditemukan, seperti
misalnya: a) input data oleh satker terkendala koneksi internet;
b) Satker APH di daerah belum memahami bagaimana cara
memanfaatkan data yang dipertukarkan oleh SPPT-TI, sehingga
target ini oleh Tim Pokja SPPT TI baru dapat dilaksanakan tahun
2021.

Implementasi SPDP • Target terkait “100% Satker input data kedalam SPDP-Online”
(95%) telah tercapai baik di Kepolisian maupun di Kejaksaan.
• Namun target terkait dengan kesesuaian data di Kepolisian
maupun di Kejaksaan dengan data yang diunggah kedalam
SPDP-Online belum tercapai.

31. Kementerian Agama: 60%


Kemenag menjadi penganggung jawab 4 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemenag
adalah 60%. Namun demikian, capaian Kemenag secara agregat sudah mencapai 76% karena
ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 16%.

Berikut adalah highlight capaian 4 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (42%) • Daftar perizinan telah teridentifikasi walaupun Kemenag hanya
menyebutkan 7 jenis izin, namum Stranas PK menemukan ada
total 12 jenis izin. Artinya ada 5 izin yang belum masuk rencana
integrasi dengan OSS.
• Proses integrasi perizinan di Kemenag sedang berlangsung.
Saat ini Kemenag sudah bisa menerima NIB dan menotifikasi
melalui WebForm.
• Tim Teknis Perizinan di Kemenag belum terbentuk. Dari laporan
yang diterima tidak ada penjelasan bagaimana fungsi dan
mekanisme koordinasi perizinan di internal Kemenag dilakukan.

Pembentukan UKPBJ • UKPBJ struktural belum terbentuk. Saat ini sedang disusun
(50%) naskah akademik untuk penyusunan draf Permenag.

Optimalisasi dan • Telah menerbitkan peraturan menteri terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP (63%) Konfirmasi Status Wajib Pajak, melalui Peraturan Menteri Agama
No 22 tahun 2019 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Dalam
Pemberian Layanan Publik tertentu Pada Kementerian Agama.
• Layanan publik yang diterapkan KSWP, meliputi:
o izin operasional sebagai penyelenggara perjalanan
ibadah umrah,
o izin operasional sebagai penyelenggara ibadah haji
khusus.

Pembangunan ZI/UPG • Telah membangun UPG dan aktif menyampaikan pernyataan


(86%) menerima atau tidak menerima gratifikasi.
• Namun untuk aksi UPG mulai triwulan V akan dipindahkan ke
Gratifikasi Online (GOL).

32. Kementerian Pariwisata: 72%


Kemenpar menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemenpar
adalah 72%. Namun demikian, capaian Kemenpar secara agregat sudah mencapai 96% karena
ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 24%.

Berikut adalah highlight capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan waktu


pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (88%) • Daftar izin/layanan telah teridentifikasi melalui Permenpar No 10
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik Sektor Pariwisata; ada dua jenis izin Usaha-
TDUP dan Izin Operasional-Sertifikasi UP yang akan
diintegrasikan ke dalam OSS.
• Aplikasi perizinan di Kemenpar telah terintegrasi dengan OSS.
Dari hasil verifikasi Stranas PK, ditemukan sudah terjadi transaksi
• Tim Teknis koordinasi perizinan di Kemenpar ditetapkan dalam
Keputusan Kementerian Pariwisata nomor KM.18OT.001MP2018
tentang Satgas Percepatan Pelaksanaan Berusaha tanggal 8
Januari 2018; Namun masih perlu dipastikan bahwa Satgas
menjalankan fungsi dan mekanisme koordinasi perizinan di
internal Kemenpar.

Optimalisasi dan • Belum nenerapkan KSWP pada layanan tertentu karena saat ini
Perluasan KSWP (56%) masih dalam penyusunan draf peraturan menteri terkait
pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak.
33. Kementerian Riset dan Teknologi: 69%
Kemenristek menjadi penganggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian
Kemenristek adalah 69%. Namun demikian, capaian Kemenristek secara agregat sudah
mencapai 84% karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar
15%.

Berikut adalah highlight capaian 3 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (88%) • Daftar izin/layanan di Kemenristek telah teridentifikasi sebanyak
17 jenis izin dan telah diformalkan melalui Surat Sekretaris
Jenderal Kemenristekdikti kepada Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian nomor
B/2638/A.A1/PR.09.01/2019 tanggal 27 Juni 2019 tentang
Penyampaian Daftar Layanan Publik; 3 di antaranya akan
diintegrasi dengan OSS.
• Saat ini proses integrasi perizinan Silemkerma Kemendikbud
dengan OSS masih pada tahap usulan.
• Tim Teknis Perizinan telah terbentuk melalui SK Tim ULT tahun
2019.
• Karena perubahan struktur pada Kemenristek, maka terdapat
sekitar 3 izin yang akan diserahkan pada Kemendikbud. Hal ini
menjadi subyek untuk perubahan target aksi.

Pembentukan UKPBJ • UKPBJ struktural belum terbentuk, saat ini proses masih pada
(38%) tahapan penyampaian surat usulan perubahan OTK ke
KemenPANRB beserta naskah akademik.

Optimalisasi dan • Rancangan peraturan menteri terkait pelaksanaan Konfirmasi


Perluasan KSWP (81%) Status Wajib Pajak telah ada, tetapi terdapat kedala terjadinya
perubahan tugas dan fungsi Kemenristek.
• Kendala yang ditemukan: Layanan yang akan diberlakukan KSWP
berupa layanan Perizinan Pendirian Perguruan Tinggi Swasta.
Dengan berlakunya Perpres No. 73/2019 tentang Kementerian
Riset dan Teknologi, tugas dan fungsi layanan pendidikan tinggi
ini yang sebelumnya di Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi
berpindah ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
• Oleh karenanya saat ini masih dalam proses identifikasi ulang
layanan publik yang akan diterapkan KSWP yang nantinya akan
dimasukkan ke dalam draf peraturan menteri.
34. Badan Pengawas Obat dan Makanan: 56%
BPOM menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian BPOM
adalah 56%. Namun demikian, capaian BPOM secara agregat sudah mencapai 79% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 23%.

Berikut adalah highlight capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (50%) • Daftar izin di BPOM telah teridentifikasi melalui PeRBPOM
26/2018 dan PerBPOM 27/2018 tentang Pelayanan Publik
BPOM. Kedua PerBPOM menyebutkan jumlah izin yang dilayani
melalui OSS 15 (PerBPOM 26/2018) dan yang belum melalui
OSS 17 (PermBPOM 27/2018). Dengan demikian total seluruh
izin, rekom, sertifikat dan dokumen sejenis lainnya adalah 15 + 17
= 32.
• Namun dalam catatan Stranas PK, NSPK BPOM masih
mengakomodasi pertemuan tatap muka antara pemohon dan
pemberi izin, dikarenakan penyerahan persyaratan dilakukan
secara manual.
• BPOM menganggap pembentukan Tim Teknis tidak diperlukan
karena Pelayanan Publik yang diberikan BPOM sesuai komoditas
sudah terbagi dalam Kedeputian masing-masing; Namun
sayangnya BPOM tidak menjelaskan bagaimana fungsi dan
mekanisme koordinasi perizinan di internal BPOM dijalankan.

Optimalisasi dan • Telah menerbitkan peraturan badan terkait pelaksanaan


Perluasan KSWP (63%) Konfirmasi Status Wajib Pajak namun pada triwulan berikutnya
baru akan menerapkan KSWP pada layanan tertentu.

35. Badan Kepegawaian Negara: 37%


BKN menjadi penganggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian BKN adalah
37%. Namun demikian, capaian BKN secara agregat sudah mencapai 89% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 52%.

Berikut adalah highlight capaian 2 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Optimalisasi dan • BKN telah menerbitkan peraturan kepala badan terkait layanan
Perluasan KSWP (38%) publik tertentu yang diterapkan KSWP, melalui Peraturan Badan
Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2019
Tentang Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak Atas
Layanan Publik Tertentu Di Badan Kepegawaian Negara.
• Layanan publik BKN yang diterapkan KSWP, adalah layanan
Talent Pool.
Sistem merit (36%) • Walaupun agak berjalan lambat pada periode-periode pelaporan
sebelumnya, namun secara keseluruhan kinerja BKN terkait aksi
sistem merit sudah dipenuhi di Triwulan IV ini.
• Sudah tersedia Rancangan Sistem Informasi Sistem Merit
(Profile JPT, Data Kinerja, Data Kompetensi, Kualifikasi Jabatan).
• Sudah tersedia data Kompetensi untuk JPT dan Administrator
Sebanyak 1987 dari target 2000 PNS dari 117 Instansi.
• Sudah diimplementasikan e-kinerja di 119 instansi secara
akumulatif di tahun 2019, namun mencapai 175 Instansi total
dgn dukungan STRANAS PK dan KORSUPGAH.
• Namun masih ada kendala yang ditemukan di antaranya: a)
Kepatuhan pengembalian ANJAB/ABK Instansi yang bergerak
lamban karena dokumennya dikirim ke KEMENPANRB tetapi
tidak ditembuskan ke BKN. Belum lagi dengan benturan regulasi
terkait format penyusunan Anjab/ABK; b) Tidak kewajiban
implementasi e-kinerja dgn aplikasi tunggal BKN.
• Ke depannya beberapa target BKN yang ada kaitannya dengan
daerah juga akan menjadi target yang wajib dilaporkan Pemda.

36. Badan Standardisasi Nasional: 56%


BSN menjadi penganggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian BSN adalah
56%. Namun demikian, capaian BSN secara agregat sudah mencapai 92% karena ada
pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 36%.

Berikut adalah highlight capaian 2 sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Optimalisasi dan • Walaupun sempat terlambat, pada periode ini BSN telah
Perluasan KSWP (56%) menerbitkan peraturan badan terkait pelaksanaan Konfirmasi
Status Wajib Pajak, yaitu: Peraturan Badan Standardisasi
Nasional Nomor 22 tahun 2019 Tentang Konfirmasi Status Wajib
Pajak Dalam Jasa Akreditasi Dan Jasa Layanan Otoritas Sponsor
Pada Badan Standardisasi Nasional.
• Layanan yang diterapkan KSWP akan berjalan efektif pada
triwulan berikutnya. Jenis layanan publik tersebut meliputi:
o akreditasi, dan
o layanan otoritas sponsor.
37. Kementerian Ketenagakerjaan: 99%
Kemenaker menjadi penanggung jawab 3 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kemenaker
adalah 99%. Namun demikian, capaian Kemenaker secara agregat sudah mencapai 100%
karena ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 1%.

Berikut adalah highlight capaian 3 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS (96%) • Aksi ini telah berjalan sesuai target yang ditentukan Stranas PK.
• Seluruh izin di Kemenkes telah teridentifikasi jumlah dan jenisnya
• Proses bisnis pada NSPK telah terstandar.
• Integrasi perizinan/pelayanan Kemenaker dengan OSS yang
sudah dilakukan di antaranya adalah: Izin Perusahaan Penyedia
Jasa Pekerja/Buruh (PPJP) dan layanan Wajib Lapor
Ketenagakerjaan Perusahaan (WLKP).
• Masih ada 5 perizinan yang belum terintegrasi, yaitu: 1) SIP3MI-
Surat Izin Penempatan Pekerja Migran Indonesia; 2) Izin Usaha
Kantor Cabang P3MI; 3) SIU-LPTKS – Surat Izin Usaha Lembaga
Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja; 4)
SIU-LPPRT – Surat Izin Usaha Lembaga Penyalur Pekerja
Rumah Tangga; 5) Izin Usaha Lembaga Pelatihan Kerja Swasta
(LPK).

Optimalisasi dan • Daftar layanan publik yang akan diperluas untuk KSWP telah
Perluasan KSWP teridentifikasi, yaitu: 1) SIP3MI-Surat Izin Penempatan Pekerja
(100%) Migran Indonesia; 2) Pengesahan RPTKA; 3) SIU-LPTKS lintas
Propinsi – Surat Izin Usaha Lembaga Penempatan Tenaga Kerja
dan Perluasan Kesempatan Kerja; 4) Izin Penyelenggaraan
Pemagangan Luar Negeri; 5) Penunjukan PJK3 – Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja; 6) Penunjukkan
Lembaga Audit SMK3 – Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
• Telah terbit peraturan dalam rangka perluasan, optimalisasi
pelaksanaan dan pelaporan KSWP, yaitu Peraturan Menteri
Nomor 18 Tahun 2019 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak
dalam Pemberian Layanan Publik Tertentu di Kementerian
Ketenagakerjaan.

Pembangunan ZI/UPG • Telah membangun UPG dan aktif menyampaikan pernyataan


(100%) menerima atau tidak menerima gratifikasi.
• Namun untuk aksi UPG mulai triwulan V akan dipindahkan ke
Gratifikasi Online (GOL).
38. Komisi Aparatur Sipil Negara: 25%
KASN menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 25%. Namun
demikian, capaian Kemenpar secara agregat sudah mencapai 50% karena ada pemenuhan
target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 25%.

Berikut adalah highlight capaian KASN pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan
kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Sistem Merit (25%) • Beberapa kendala yang terjadi di KASN adalah lebih kepada
koordinasi internal untuk pelaporan, terutama setelah focal point
KASN untuk Stranas PK berhalangan tetap; di saat yang sama ada
pergantian komisioner sehingga butuh waktu untuk konsolidasi.
• Evaluasi dan progres penerapan sistem merit untuk tahun 2019
sudah tersedia, namun belum dipublikasikan.
• SIPINTER atau Sistem Informasi Penerapan Sistem Merit di
Instansi sudah mulai diterapkan meski tahun 2019 masih tahapan
sosialisasi. Berikut hasil penilaiannya: 14 K/L sudah berstatus
SANGAT BAIK, sementara di level Provinsi belum ada yang
SANGAT BAIK.
• Sosialisasi Kode Etik ASN sudah tuntas dan sudah ada instansi
yang menetapkan peraturan internal pemberlakuan Kode Etik
ASN (Meski PP 40 belum direvisi).

39. Kejaksaan Agung: 73%


Kejagung menjadi penanggung jawab 4 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan dan monitoring Stranas PK. Dari hasil monitoring, realisasi capaian Kejagung
adalah 73%. Namun demikian, capaian Kejagung secara agregat sudah mencapai 93% karena
ada pemenuhan target tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 20%.

Berikut adalah highlight capaian 4 sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan kepatuhan


waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Pembangunan ZI/UPG • Sampai Triwulan IV UPG belum terbentuk karena masih dalam
(48%) penyusunan regulasi terkait pengelolaan gratifikasi.

Implementasi SPPT-TI • Baru 32% Satker di Kejati/Kejari yang mengirimkan data ke


(75%) Puskarda; sampai Triwulan III, Satker telah mengunggah data
45,441 Dokumen; sementara di Triwulan IV dokumen yang
diuplpad sebanyak 8.211 dengan total presentase adalah
18,06%.

Implementasi SPDP • Target terkait 100% satker input data kedalam SPDP-Online telah
Online (86%) tercapai baik di Kejaksaan.
• Namun target terkait dengan kesesuaian data di Kepolisian
maupun di Kejaksaan dengan data yang diunggah kedalam
SPDP-Online belum tercapai.
• Terdapat beberapa kendala terkait perbedaan persepsi; Menurut
Kejaksaan dan Kepolisian masih belum ada kesepakatan SPDP
mana yang akan dihitung sebagai data dalam SPDP-Online,
sementara menurut Korsup penindakan KPK semua SPDP baik
yang sudah mencantumkan nama tersangka maupun belum
bisa di input kedalam sistem SPDP-Online.
• Stranas PK akan memfasilitasi pertemuan untuk menyamakan
persepsi penghitungan ini di triwulan berikutnya.

Pedoman Penuntutan • Target di kejaksaan telah tercapai untuk penyusunan revisi Surat
(84%) Edaran Jaksa Agung (SEJA) 003; Namun masih ditemukan
kendala karena sewaktu penyusunan revisi SEJA tersebut,
Kejaksaan agak tertutup.

40. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban: 50%


LPSK menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 50%. Namun
demikian, capaian LPSK secara agregat sudah mencapai 100% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 50%.

Berikut adalah highlight capaian LPSK pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan
kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Pembangunan ZI/UPG • Telah membangun UPG dan aktif menyampaikan pernyataan
(50%) menerima atau tidak menerima gratifikasi.
• Namun untuk aksi UPG mulai triwulan V akan dipindahkan ke
Gratifikasi Online (GOL).

41. Badan Pemeriksa Keuangan: 0%


BPK menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 0%. Berikut
adalah highlight capaian BPK pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Pembangunan ZI/UPG • Belum pernah melaporkan progres pelaksanaan aksinya karena
(0%) ada miskomunikasi baik di internal BPK maupun antar BPK dan
Stranas PK, sehingga menyulitkan BPK melakukan pelaporan
melalui jaga.id.
• Aksi pembentukan UPG mulai triwulan V akan dipindahkan
pelaporannya ke Gratifikasi Online (GOL).
42. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi : 79%
Kemendesa menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV (dengan
mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan) adalah sebesar 79%. Namun demikian,
capaian Kemendesa secara agregat sudah mencapai 88% karena ada pemenuhan target
tertangguh sebesar 9%.

Berikut adalah highlight capaian Kemendesa pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Pembangunan ZI/UPG • Kemendesa sudah mengeluarkan Peraturan Menteri No 8 Tahun
(96%) 2018 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi.
• Laporan penerimaan dan penolakan gratifikasi juga sudah
disampaikan namun ada kendala pada pelaporan gratifikasi
pejabat eselon I dan II yang baru dilaporkan sempurna pada
Triwulan III dari seharusnya dilaporkan pada Triwulan II.
• Aksi pembentukan UPG mulai triwulan V akan dipindahkan
pelaporannya ke Gratifikasi Online (GOL).

Implementasi Stratagei • Regulasi tentang Strategi Pengawasan Desa masih dalam


Pengawasan Keuangan bentuk draf dan belum ada pembahasan intensif di antara
Desa (63%) Kemendesa. Kemendagri, dan BPKP. Begitu juga dengan portal
pengaduan masyarakat tentang Keuangan Desa juga masih
dalam proses pengembangan.

43. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan: 25%


BPKP menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 25%. Namun
demikian, capaian BPKP secara agregat sudah mencapai 48% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 23%.

Berikut adalah highlight capaian BPKP pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Penguatan APIP (25%) • Kemendagri, BKN, dan BPKP terlibat aktif dalam pembahasan
unifikasi standar kompetensi dan telah menyepakati perlunya
unifikasi standar kompetensi untuk APIP.
• Baru tersedia draf perjanjian kerjasama (MoU) antara BPKP dan
Kemendagri terkait standar pelaporan APIP.
• Namun kendala terbesar adalah target pemenuhan kebutuhan
APIP yang dianggap tidak realistis dicapai pada 2020 ini. Oleh
karenanya penyesuaian target yang lebih realistis antara Stranas
PK, BPKP, dan Kemendagri perlu dilakukan segera.

Implementasi Strategi • Regulasi tentang Strategi Pengawasan Desa masih dalam


Pengawasan Keuangan bentuk draf dan belum ada pembahasan intensif di antara
Desa (25%) Kemendesa. Kemendagri, dan BPKP.
• Begitu juga dengan portal pengaduan masyarakat tentang
Keuangan Desa juga masih dalam proses pengembangan.
44. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi: 38%
BPPT menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 38%. Namun
demikian, capaian BPPT secara agregat sudah mencapai 44% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 6%.

Berikut adalah highlight capaian BPPT pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Integrasi Perencanaan • Target yang dijalankan BPPT untuk aksi ini berjalan lamban;
dan Penganggaran misalnya untuk melakukan riviu/assesment terhadap aplikasi-
Berbasis Elektronik aplikasi eksisting yang ada di K/L/D; Alasannya terkendala
(25%) pendanaan, padahal Deputi Pencegahan KPK bersama Stranas
PK telah mendapat komitmen dari pimpinan BPPT untuk
penyediaan dana kegiatan asesmen ini.

Percepatan SPBE (50% • Sudah tersedia Draf Perban tentang Standar dan Cara Audit
Teknologi aplikasi; namun draf ini belum pernah dibahas
bersama Kemendagri, Kemenkeu, dan Bappenas.
• Stranas PK akan melakukan koordinasi lintas K/L untuk
pembahasan draf Perban ini di triwulan berikutnya.

45. Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan: 100%


Kemenkopolhukam menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di
bawah pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 100%.

Berikut adalah highlight capaian Kemenpolhukam pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Implementasi SPPT-TI • Kemenkopolhukam tidak memiliki target pada triwulan ini, namun
sampai dengan 2019 telah membangun dashboard pimpinan
yang menampilkan data penanganan perkara menggunakan
dokumen versi ringkas.
46. Mahkamah Agung: 64%
MA menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 64%. Namun
demikian, capaian MA secara agregat sudah mencapai 100% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 36%.

Berikut adalah highlight capaian MA pada sub-aksi tersebut (dengan mempertimbangkan


kepatuhan waktu pelaporan):

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Implementasi SPPT-TI • Sudah 97% Satker yang mengirimkan data ke Puskarda, dan
(64%) sampai Triwulan III telah mengunggah data 370.724 Dokumen,
sementara di Triwulan IV dokumen yang diunggah sebanyak
109.447 dengan total presentase adalah 29,5%.

47. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika: 25%


BMKG menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 25%. Namun
demikian, capaian BMKG secara agregat sudah mencapai 75% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 50%.

Berikut adalah highlight capaian BMKG pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Pembangunan ZI (25%) • Di awal-awal Triwulan I dan II, BMKG agak lamban melaporkan
progres aksinya; namun sejak Triwulan III beberapa target telah
terpenuhi, misalnya target terkait usulan 22 Satker BMKG untuk
ditetapkan sebagai Satker WBK/WBBM, termasuk sosialisasi dan
pelaksanaan pembangunan ZI itu sendiri.

48. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia: (belum ada
penilaian)
BNP2TKI menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK. Namum sampai Triwulan IV, belum ada target yang perlu dipenuhi
BNP2TKI sehingga belum dilakukan penilaian kemajuan aksinya.

Berikut adalah keterangannya:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Pembangunan ZI • Belum ada target.
(belum ada penilaian) • Pelaksanaan target baru akan dilakukan pada triwulan
berikutnya.
49. Kementerian Pertahanan: 0%
Kemenhan menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 0%.

Berikut adalah penjelasan progers capaian Kemenhan:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Pembentukan UKPBJ • Sampai triwulan IV, Kemenhan belum melaporkan progres aksi
(0%) ini. Dari hasil observasi Stranas PK, UKPBJ belum terbentuk di
Kemenhan, padahal dalam beberapa kesempatan, Stranas PK
telah mengadvokasi agar Kemenhan melaporkan progres aksi
ini.

50. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial – Ketenagakerjaan: 33%


BPJS-TK menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 33%. Namun
demikian, capaian BPJS-TK secara agregat sudah mencapai 77% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 44%.

Berikut adalah highlight capaian BPJS-TK pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS • BPJK-TK baru melakukan pelaporan pada triwulan IV dan baru
(33%) menggambarkan sedikit progres terkait daftar izin yang telah
teridentifikasi.
• Dari laporan yang masuk ke jaga.id/monitoring, belum
tersampaikan berapa jenis/jumlah izin yang dimiliki BPJS-TK.
• BPJS Ketenagakerjaan telah terintegrasi dengan OSS sejak
tanggal 1 Juli 2018, dimana Setiap Pemberi Kerja/Badan Usaha
(PK/BU) yang melakukan perizinan melalui OSS dapat
mengonfirmasi kepesertaannya melalui aplikasi BPJS
Ketenagakerjaan yang terintegrasi dengan OSS (Terdaftar/Belum
Terdaftar).
• Tim Teknis Perizinan telah terbentuk melalui Surat Perintah
Nomor SPRIN/1009/122019 tentang Penunjukan Tim Teknis /
Koordinasi Terkait Pengintegrasian Sistem Aplikasi Pendaftaran
Kepesertaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Melalui
OSS.
51. Badan Pengawas Tenaga Nuklir: 0%
Bapeten menjadi penanggung jawab 1 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada di bawah
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 0%. Berikut
adalah highlight capaian Bapeten pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan OSS • Sampai Triwulan IV, progres aksi percepatan OSS di Bapeten
(0%) tidak pernah dilaporkan melalui jaga.id/monitoring.
• Setnas PK telah melakukan rapat koordinasi dengan Tim
Bapeten dan juga telah dikonfirmasi ke BKPM, bahwa beberapa
target aksi Stranas sebenarnya sudah tercapai. Oleh karena itu
seluruh capaian akan dilaporkan pada B15.

52. Badan Siber dan Sandi Negara: 50%


BSSN menjadi penanggung jawab 2 sub-aksi pencegahan korupsi yang berada dalam
pendampingan Stranas PK, dengan realisasi capaian sampai Triwulan IV sebesar 50%. Namun
demikian, capaian BSSN secara agregat sudah mencapai 100% karena ada pemenuhan target
tertangguh dari triwulan sebelumnya sebesar 50%.

Berikut adalah highlight capaian BSSN pada sub-aksi tersebut:

Sub-Aksi Capaian dan Kendala


Percepatan SPBE • Sampai Triwulan IV, BSSN belum ada target yang harus
(belum ada penilaian) dilaporkan.
• Pelaksanaan target baru akan dilakukan pada triwulan berikutnya
(salah satunya adalah penyusunan domain arsitektur keamanan
SPBE nasional).

Implementasi SPPT-TI • BSSN tidak memiliki target di Triwulan IV, namun sampai dengan
(50%) 2019 telah melakukan uji keamanan aplikasi client serta audit
tata kelola aplikasi walaupun agak terlambat melakukan
pelaporan.
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Grafik Capaian Kementerian/Lembaga s/d Triwulan IV tahun 2019


Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi
71% Kemendagri 11
UKPBJsub-aksi 89%
63% Kemenko Perekonomian UKPBJ
3 sub-aksi 79%

89% BKPM 2 sub-aksi 100%

85% KLHK UKPBJ


5 sub-aksi 98%
84% Kemenkes UKPBJ
6 sub-aksi 91%
89% Kementan UKPBJ
10 sub-aksi 96%

90% Kemen ESDM UKPBJ


6 sub-aksi 99%
100% Kemen PUPR UKPBJ
6 sub-aksi 100%

34% KemenKominfo UKPBJ


5 sub-aksi 71%
100% BIG UKPBJ
1 sub-aksi 100%
76% Kemen ATR/BPN UKPBJ
5 sub-aksi 88%

82% Kemenkumham UKPBJ


6 sub-aksi 92%
79% Kemenkeu UKPBJ
9 sub-aksi 94%
100% PPATK UKPBJ
1 sub-aksi 100%
85% KUKM UKPBJ
3 sub-aksi 92%

73% Kemensos UKPBJ


2 sub-aksi 100%
90% 25% BPJS Kesehatan UKPBJ
2 sub-aksi 100%

81% Kemenperin UKPBJ


3 sub-aksi 100%

67% Kemendag UKPBJ


3 sub-aksi 93%
83% KemenKKP UKPBJ
4 sub-aksi 100%
86% SKK Migas UKPBJ
2 sub-aksi 100%

0% OJK 11% 1 sub-aksi


UKPBJ
44% BNSP UKPBJ
1 sub-aksi 53%
51% KemenBUMN UKPBJ
2 sub-aksi 84%

46% KemenPPN/Bappenas UKPBJ


2 sub-aksi 63%
48% KemenPanRB UKPBJ
7 sub-aksi 66%

76% LKPP UKPBJ


6 sub-aksi 82%

88% Kemenhub UKPBJ


6 sub-aksi 100%

57% Kemendikbud UKPBJ


7 sub-aksi 74%
66% Polri UKPBJ
7 sub-aksi 91%
60% Kemenag UKPBJ
4 sub-aksi 76%
72% Kemenpar UKPBJ
2 sub-aksi 96%

69% KemenRistek UKPBJ


3 sub-aksi 84%
59% BPOM UKPBJ
2 sub-aksi 79%
37% BKN UKPBJ
2 sub-aksi 89%
56% BSN UKPBJ
1 sub-aksi 92%
99% Kemenaker UKPBJ
3 sub-aksi 100%

25% KASN UKPBJ


1 sub-aksi 50%
73% Kejagung UKPBJ
4 sub-aksi 93%
50% LPSK UKPBJ
1 sub-aksi 100%

0% BPK 0% 1 sub-aksi

79% Kemendes UKPBJ


2 sub-aksi 88%
25% BPKP UKPBJ
2 sub-aksi 48%
37% BPPT 2 sub-aksi 44%
100% KemenPolhukam UKPBJ
1 sub-aksi 100%

64% MA UKPBJ
1 sub-aksi 100%

25% BMKG 1 sub-aksi 75%

BNP2TKI belum ada target 1 sub-aksi


0% Kemenhan 0% 1 sub-aksi
33% BPJS TK UKPBJ
1 sub-aksi 77%
0% Bapeten 0% 1 sub-aksi

50% BSSN 2 sub-aksi 100%

62
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Tabel Kementerian/Lembaga dan Sub-Aksi yang Dilaksanakan

1. Kemendagri SKDU-HO, OSS, One Map, NIK, Manajemen Anti Suap, Perencanaan
dan Penganggaran, KSWP, Sistem Merit, APIP, Right Size,
Keuangan Desa.
2. Kemenko Perekonomian OSS, One Map, INSW
3. BKPM OSS, KSWP
4. KLHK OSS, One Map, PKH, KSWP, ZI
5. Kemenkes OSS, UKPBJ, e-Katalog, Konsolidasi, KSWP, ZI
6. Kementan OSS, One Map, BO, NIK, INSW, UKPBJ, e-Katalog, Konsolidasi,
KSWP, ZI
7. Kementerian ESDM OSS, One Map, BO, KSWP, NDR, ZI
8. Kementerian PUPR OSS, UKPBJ, e-Katalog, Konsolidasi, Sentralisasi, KSWP, ZI
9. Kemenkominfo OSS, Perencanaan & Penganggaran, KSWP, SPBE, SPPT-TI
10. BIG One Map
11. Kementerian ATR/BPN OSS, One Map, BO, KSWP, ZI
12. KemenkumHAM OSS, BO, UKPBJ, KSWP, ZI, SPPT-TI
13. Kemenkeu OSS, BO, INSW, Perencanaan & Penganggaran, UKPBJ, Reformasi
Pajak, BEPS, KSWP, ZI
14. PPATK BO
15. KUKM OSS, BO, KSWP
16. Kemensos NIK, ZI
17. BPJS Kesehatan OSS, NIK
18. Kemenperin OSS, INSW, KSWP
19. Kemendag OSS, INSW, KSWP
20. KKP OSS, INSW, KSWP, ZI
21. SKK Migas Manajemen Anti Suap, Implementasi NDR
22. OJK Manajemen Anti Suap
23. BNSP KSWP
24. Kemen BUMN Manajemen Anti Suap, KSWP
25. KemenPPN/Bappenas Perencanaan & Penganggaran, SPBE
26. KemenPANRB Perencanaan & Penganggaran, UKPBJ, Sistem Merit, ZI, APIP, Right
Sizing, SPBE
27. LKPP UKPBJ, e-Katalog, SIKAP, Konsolidasi, Sentralisasi, KSWP
28. Kemenhub OSS, UKPBJ, e-Katalog, Konsolidasi, KSWP, ZI
29. Kemendikbud OSS, NIK, UKPBJ, e-Katalog, Konsolidasi, KSWP, ZI
30. Polri OSS, UKPBJ, KSWP, ZI, SPPT-TI, SPDP Online

63
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

31. Kemenag OSS, UKPBJ, KSWP, ZI


32. Kemenpar OSS, KSWP
33. Kemenristek OSS, UKPBJ, KSWP
34. BPOM OSS, KSWP
35. BKN KSWP, Sistem Merit
36. BSN KSWP
37. Kemenaker OSS, KSWP, ZI
38. KASN Sistem Merit
39. Kejagung ZI, SPPT-TI, SPDP Online, Pedoman Penuntutan
40. LPSK ZI
41. BPK ZI
42. Kemendes ZI, Keuangan Desa
43. BPKP APIP, Keuangan Desa
44. BPPT SPBE, Perencanaan & Penganggaran
45. KemenPolhukam SPPT-TI
46. MA SPPT-TI
47. BMKG ZI
48. BNP2TKI ZI
49. Kemenhan UKPBJ
50. BPJS ketenagakerjaan OSS
51. Bapeten OSS
52. BSSN SPBE, SPPT-TI

64
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Grafik Capaian Pemerintah Provinsi s/d Triwulan IV tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


59% Aceh UKPBJ, E-katalog 78%

34% Sumatera Utara UKPBJ, E-katalog, Konsolidasi 50%


53% Riau UKPBJ, One Map 61%
100% Kepulauan Riau UKPBJ 100%
19% Sumatera Barat UKPBJ, E-katalog 43%
82% Sumatera Selatan UKPBJ, E-katalog 81%
75% Bengkulu UKPBJ 100%

56% Jambi UKPBJ 81%

66% Bangka Belitung UKPBJ, E-katalog 89%


54% Lampung UKPBJ, E-katalog 69%
69% Banten UKPBJ 82%
100% DKI Jakarta UKPBJ, E-katalog, Konsolidasi 100%
98%
Jawa Barat UKPBJ, E-katalog, Konsolidasi 100%
72% Jawa Tengah UKPBJ, E-katalog, Konsolidasi 89%
75% DI Yogyakarta UKPBJ 100%
96% Jawa Timur UKPBJ, E-katalog, Konsolidasi 98%
100% 25% Bali UKPBJ 100%
19% NTB UKPBJ, E-katalog 38%
100% NTT UKPBJ 93%100%
40% Kalimantan Barat UKPBJ, E-katalog 71%
34% Kalimantan Tengah UKPBJ, OneMap 55%
56% Kalimantan Selatan UKPBJ
UKPBJ 55%
49% Kalimantan Timur UKPBJ, E-katalog,
UKPBJ, E-katalog,OneMap
One Map 59%
88% Kalimantan Utara UKPBJ 88%
38% Sulawesi Selatan UKPBJ, E-katalog
UKPBJ, E-katalog 51%
64% Sulawesi Barat UKPBJ, One Map 74%
13% Sulawesi Utara UKPBJ, E-katalog 25%
63% Sulawesi Tenggara UKPBJ 88%
0% Sulawesi Tengah UKPBJ 0%
41% Gorontalo UKPBJ, E-katalog 41%
69% Maluku UKPBJ, E-katalog 94%

25% Maluku Utara UKPBJ 25%


37% Papua UKPBJ, OneMap 44%

21% Papua Barat UKPBJ, E-katalog 47%

Membaca grafik di atas, progres capaian Pemprov sampai Triwulan IV 2019, dengan
mempertimbangkan kepatuhan waktu pelaporan maka hanya 11 Pemprov mencapai nilai
di atas 70%. Namun jika melihat realisasi capaian secara agregat maka terdapat 19
Pemprov yang nilainya di atas 70%, bahkan ada 6 Pemprov yang realisasinya mencapai
100%.

Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota, sebagaimana tergambar pada grafik Nilai Kepatuhan


berikut, maka dari keseluruhan 508 Pemkab/Pemkot sebanyak 266 Pemkab/Pemkot
perolehan capaiannya di atas 70%. Sementara jika melihat Nilai Realisasi secara agregat,
maka ada peningkatan menjadi 277 Pemkab/kota yang nilainya di atas 70%.

65
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Grafik Capaian Pemerintah Kabupaten/Kota s/d Triwulan IV tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


50% Aceh Selatan UKPBJ
UKPBJ 50%
0% Aceh Tenggara UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Aceh Timur UKPBJ
UKPBJ 50%

0% Aceh Tengah UKPBJ


UKPBJ 50%
50% Aceh Barat UKPBJ
UKPBJ 100%
1% Aceh Besar UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Pidie UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Aceh Utara UKPBJ
UKPBJ 100%

0% Simeulue UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Aceh Singkil UKPBJ
UKPBJ 50%
0% Bireuen UKPBJ
UKPBJ 50%

0% Aceh Barat Daya UKPBJ


UKPBJ 50%

0% Gayo Lues UKPBJ


UKPBJ 38%
0% Aceh Jaya UKPBJ
UKPBJ 100%
25% Nagan Raya UKPBJ
UKPBJ 75%
0% Aceh Tamiang UKPBJ
UKPBJ 44%
25% Bener Meriah UKPBJ
UKPBJ 50%
25% Pidie Jaya UKPBJ
UKPBJ 50%
0% Kota Banda Aceh UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Kota Sabang UKPBJ
UKPBJ 50%

25% Kota Lhokseumawe UKPBJ


UKPBJ 75%
50% Kota Langsa UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Kota Subulussalam UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Tapanuli Tengah UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Tapanuli Utara UKPBJ
UKPBJ 100%
88% Tapanuli Selatan UKPBJ
UKPBJ 88%
50% Nias UKPBJ
UKPBJ 50%
25% Langkat UKPBJ
UKPBJ 50%

0% Karo UKPBJ
UKPBJ 50%
48% Deli Serdang UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Simalungun UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Asahan UKPBJ
UKPBJ 50%

38% Labuhanbatu UKPBJ


UKPBJ 88%
1% Dairi UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Toba Samosir UKPBJ
UKPBJ 100%
0% Mandailing Natal UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Nias Selatan UKPBJ
UKPBJ 50%

63% Pakpak Bharat UKPBJ


UKPBJ 88%
100% Humbang Hasundutan UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Samosir UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Serdang Bedagai UKPBJ
UKPBJ 50%
88% Batu Bara UKPBJ
UKPBJ 88%

0% Padang Lawas Utara UKPBJ


UKPBJ 25%
0% Padang Lawas 0% UKPBJ

100% Labuhanbatu Selatan UKPBJ


UKPBJ 100%

50% Labuhanbatu Utara UKPBJ


UKPBJ 50%

0% Nias Utara 0% UKPBJ


50% Nias Barat UKPBJ
UKPBJ 50%
25% Kota Medan UKPBJ
UKPBJ 50%

66
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


25% Kota Sibolga UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Kota Tanjung Balai UKPBJ
UKPBJ 50%
50%50% Kota Binjai UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Kota Tebing Tinggi UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Kota Padangsidimpuan UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Kota Gunungsitoli UKPBJ
UKPBJ 50%
88% Pesisir Selatan UKPBJ
UKPBJ 88%
38% Solok UKPBJ 88%
38% Sijunjung UKPBJ 88%

0% Tanah Datar UKPBJ


UKPBJ 50%
38% Padang Pariaman UKPBJ 88%

0% Agam UKPBJ
UKPBJ 50%
50% 0% Lima Puluh Kota UKPBJ
UKPBJ 100%
0% Pasaman UKPBJ
UKPBJ 50%

0% Kepulauan Mentawai 0% UKPBJ

0% Dharmasraya UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Solok Selatan UKPBJ
UKPBJ 100%

0% Pasaman Barat 0% UKPBJ


50% Kota Padang UKPBJ
UKPBJ 100%
0% Kota Solok UKPBJ
UKPBJ 50%
38% Kota Sawahlunto UKPBJ
UKPBJ 88%
0% Kota Padang Panjang UKPBJ
UKPBJ 38%
63% Kota Bukittinggi UKPBJ
UKPBJ 88%
0% Kota Payakumbuh UKPBJ 13% UKPBJ

0% Kota Pariaman 0% UKPBJ


52% Kampar UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 75%
63% Indragiri Hulu UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 72%
36% Bengkalis UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 60%
50% Indragiri Hilir UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 90%
40% Pelalawan UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 85%
45% Rokan Hulu UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 54%
61% Rokan Hilir UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 72%
13% Siak UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 41%
28% Kuantan Singingi UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 58%
8% Kepulauan Meranti UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 45%
47% Kota Pekanbaru UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 70%
57% Kota Dumai UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 72%

100% Kerinci UKPBJ


UKPBJ 100%
100% Merangin UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Sarolangun UKPBJ
UKPBJ 100%

100% Batanghari UKPBJ


UKPBJ 100%

100% Muaro Jambi UKPBJ


UKPBJ 100%
75% Tanjung Jabung Barat UKPBJ
UKPBJ 75%
75% Tanjung Jabung Timur UKPBJ 100%

100% Bungo UKPBJ


UKPBJ 100%

100% Tebo UKPBJ


UKPBJ 100%
75% Kota Jambi UKPBJ 100%
100% Kota Sungai Penuh UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Ogan Komering Ulu UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Ogan Komering Ilir UKPBJ
UKPBJ 50%

67
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


100% Muara Enim UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Lahat UKPBJ
UKPBJ 50%
50%50% Musi Rawas UKPBJ
UKPBJ 50%

100% Musi Banyuasin UKPBJ


UKPBJ 100%
0% Banyuasin 0% UKPBJ
0% Ogan Kom Ulu Timur UKPBJ
UKPBJ 50%

50% Ogan Kom Ulu Selatan UKPBJ


UKPBJ 50%
50% Ogan Ilir UKPBJ 50%
25% Empat Lawang UKPBJ 50%
50% Penukal Abab Lem Ilir UKPBJ
UKPBJ 50%

100% Musi Rawas Utara UKPBJ 100%


50% Kota Palembang UKPBJ
UKPBJ 50%

100% 0% Kota Pagaralam UKPBJ


UKPBJ 100%
100% Kota Lubuk Linggau UKPBJ
UKPBJ 100%
50% 0% Kota Prabumulih UKPBJ 50%
50% Bengkulu Selatan UKPBJ
UKPBJ 100%

0% Rejang Lebong 13% UKPBJ


25% Bengkulu Utara 75%
50% Kaur UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Seluma UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Muko Muko UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Lebong UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Kepahiang UKPBJ
UKPBJ 100%
25% Bengkulu Tengah UKPBJ
UKPBJ 75%

25% Kota Bengkulu UKPBJ 75%


50% Lampung Selatan UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Lampung Tengah UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Lampung Utara UKPBJ 100%
50% Lampung Barat UKPBJ 100%
63% Tulang Bawang UKPBJ
UKPBJ 100%
75% Tanggamus UKPBJ
UKPBJ 75%
100% Lampung Timur UKPBJ
UKPBJ 100%
75% Way Kanan UKPBJ
UKPBJ 75%

75% Pesawaran UKPBJ


UKPBJ 75%

100% Pringsewu UKPBJ


UKPBJ 100%
63% Mesuji UKPBJ
UKPBJ 100%
25% Tulang Bawang Barat UKPBJ 75%

25% Pesisir Barat UKPBJ


UKPBJ 38%
50% Kota Bandar Lampung UKPBJ 100%
100% Kota Metro UKPBJ
UKPBJ 100%

100% Bangka UKPBJ


UKPBJ 100%

100% Belitung UKPBJ


UKPBJ 100%
50% Bangka Selatan UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Bangka Tengah UKPBJ
UKPBJ 100%

75% Bangka Barat UKPBJ


UKPBJ 100%

100% Belitung Timur UKPBJ


UKPBJ 100%
50% Kota Pangkal Pinang UKPBJ 100%
50% Bintan UKPBJ 100%
50% Karimun UKPBJ 100%
100% Natuna UKPBJ
UKPBJ 100%

68
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


100% Lingga UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Kepulauan Anambas UKPBJ
UKPBJ 100%
100% 50% Kota Batam UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Kota Tanjung Pinang UKPBJ
UKPBJ 100%

50% Bogor UKPBJ


UKPBJ 50%
100% Sukabumi UKPBJ
UKPBJ 100%

75% Cianjur UKPBJ


UKPBJ 75%

50% Bandung UKPBJ 50%


75% Garut UKPBJ 75%

50% Tasikmalaya UKPBJ


UKPBJ 50%
75% Ciamis UKPBJ 75%

100% Kuningan UKPBJ


UKPBJ 100%
75% 0% Cirebon UKPBJ
UKPBJ 100%
75% Majalengka UKPBJ
UKPBJ 75%
50% Sumedang UKPBJ 50%

50% Indramayu UKPBJ


UKPBJ 50%

50% Subang UKPBJ


UKPBJ 50%

100% Purwakarta UKPBJ 100%


100% Karawang UKPBJ
UKPBJ 100%
75% Bekasi UKPBJ
UKPBJ 75%
100% Bandung Barat UKPBJ
UKPBJ 100%
75% Pangandaran UKPBJ
UKPBJ 75%

75% Kota Bogor UKPBJ


UKPBJ 75%
50% Kota Sukabumi UKPBJ 50%

75% Kota Bandung 75%

100% Kota Cirebon UKPBJ


UKPBJ 100%
100% Kota Bekasi UKPBJ
UKPBJ 100%

100% Kota Depok UKPBJ


UKPBJ 100%
100% Kota Cimahi UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Kota Tasikmalaya UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Kota Banjar UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Cilacap UKPBJ
UKPBJ 100%
0% Banyumas UKPBJ
UKPBJ 38%

50% Purbalingga UKPBJ


UKPBJ 50%
0% Banjarnegara UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Kebumen UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Purworejo UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Wonosobo UKPBJ
UKPBJ 100%
25% Magelang UKPBJ
UKPBJ 25%
100% Boyolali UKPBJ
UKPBJ 100%

50% Klaten UKPBJ


UKPBJ 100%

50% Sukoharjo UKPBJ


UKPBJ 50%

25% Wonogiri UKPBJ


UKPBJ 25% 50%
50% Karanganyar UKPBJ 50%

100% Sragen UKPBJ


UKPBJ 100%

50% Grobogan UKPBJ


UKPBJ 50%

100% Blora UKPBJ 100%


50% Rembang UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Pati UKPBJ
UKPBJ 100%
100% UKPBJ
UKPBJ 100%
Kudus

69
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


0% Jepara UKPBJ
UKPBJ 50%

100% Demak UKPBJ


UKPBJ 100%
50%50% Semarang UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Temanggung UKPBJ
UKPBJ 100%
0% Kendal UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Batang UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Pekalongan UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Pemalang UKPBJ 100%
75% Tegal UKPBJ 100%

50% Brebes UKPBJ


UKPBJ 100%
50% Kota Magelang UKPBJ 50%
75% Kota Surakarta UKPBJ
UKPBJ 75%
25% 0% Kota Salatiga UKPBJ
UKPBJ 38%
100% Kota Semarang UKPBJ
UKPBJ 100%
0% Kota Pekalongan 0% UKPBJ
50% Kota Tegal UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Kulon Progo UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Bantul UKPBJ 100%
0% Gunung Kidul UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Sleman UKPBJ
UKPBJ 100%

75% Kota Yogyakarta UKPBJ


UKPBJ 100%
75% Pacitan UKPBJ
UKPBJ 75%

100% Ponorogo UKPBJ


UKPBJ 100%
75% Trenggalek UKPBJ
UKPBJ 75%

75% Tulungagung UKPBJ 75%

100% Blitar UKPBJ


UKPBJ 100%
100% Kediri UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Malang UKPBJ
UKPBJ 75%
100% Lumajang UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Jember UKPBJ 100%
100% Banyuwangi UKPBJ 100%
100% Bondowoso UKPBJ 100%
100% Situbondo UKPBJ 100%

100% Probolinggo UKPBJ 100%


100% Pasuruan UKPBJ 100%
100% Sidoarjo UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Mojokerto UKPBJ
UKPBJ 50%

100% Jombang UKPBJ


UKPBJ 100%

100% Nganjuk UKPBJ


UKPBJ 100%
100% Madiun UKPBJ
UKPBJ 100%

25% Magetan UKPBJ


UKPBJ 50%

100% Ngawi UKPBJ


UKPBJ 100%

65% Bojonegoro UKPBJ


UKPBJ 72%
100% Tuban UKPBJ 100%

100% Lamongan UKPBJ


UKPBJ 100%

50% Gresik UKPBJ


UKPBJ 50%

15% Bangkalan UKPBJ 24%


100% Sampang UKPBJ
UKPBJ 100%
25% Pamekasan UKPBJ
UKPBJ 44%
50% UKPBJ
UKPBJ 50%
Sumenep

70
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


100% Kota Kediri UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Kota Blitar UKPBJ
UKPBJ 100%
100% 50% Kota Malang UKPBJ
UKPBJ 100%
25% Kota Probolinggo UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Kota Pasuruan UKPBJ
UKPBJ 100%

100% Kota Mojokerto UKPBJ


UKPBJ 100%
100% Kota Madiun UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Kota Surabaya UKPBJ 50%
75% Kota Batu UKPBJ 75%

0% Pandeglang 0% UKPBJ
75% Lebak UKPBJ 100%

75% Tangerang UKPBJ


UKPBJ 100%
75% 0% Serang UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Kota Tangerang UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Kota Cilegon UKPBJ 100%
100% Kota Serang UKPBJ
UKPBJ 100%

25% Kota Tangerang Selatan UKPBJ


UKPBJ 38%
50% Jembrana UKPBJ 50%
50% Tabanan UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Badung UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Gianyar UKPBJ 100%

75% Klungkung UKPBJ


UKPBJ 94%
50% Bangli UKPBJ
UKPBJ 93%
50% Karangasem UKPBJ
UKPBJ 100%

75% Buleleng UKPBJ 100%


100% Kota Denpasar UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Lombok Barat UKPBJ
UKPBJ 50%
51% Lombok Tengah UKPBJ
UKPBJ 94%
0% Lombok Timur 0% UKPBJ
50% Sumbawa UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Dompu UKPBJ 50%
0% Bima UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Sumbawa Barat UKPBJ
UKPBJ 100%

50% Lombok Utara UKPBJ


UKPBJ 50%
51% Kota Mataram UKPBJ
UKPBJ 45%
25% Kota Bima UKPBJ
UKPBJ 38%
100% Kupang UKPBJ
UKPBJ 100%

100% Timor Tengah Selatan UKPBJ


UKPBJ 100%

50% Timor Tengah Utara UKPBJ


UKPBJ 50%
100% Belu UKPBJ
UKPBJ 100%

0% Alor UKPBJ
UKPBJ 75%
1% Flores Timur UKPBJ
UKPBJ 50%

50% Sikka UKPBJ 100%


0% Ende 38% UKPBJ

88% Ngada UKPBJ


UKPBJ 88%

100% Manggarai UKPBJ


UKPBJ 100%

50% Sumba Timur UKPBJ 50%


50% Sumba Barat UKPBJ
UKPBJ 50%
52% Lembata UKPBJ
UKPBJ 100%
100% UKPBJ
UKPBJ 100%
Rote Ndao

71
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


50% Manggarai Barat UKPBJ
UKPBJ 50%
0% Nagekeo 0% UKPBJ
50% 0% Sumba Tengah UKPBJ
UKPBJ 50%
0% Sumba Barat Daya 0% UKPBJ
0% Manggarai Timur 0% UKPBJ

39% Sabu Raijua UKPBJ


UKPBJ 88%

88% Malaka UKPBJ


UKPBJ 88%
50% Kota Kupang UKPBJ 100%
50% Sambas UKPBJ 50%

0% Mempawah UKPBJ 50%

Sanggau UKPBJ 100%

0% Ketapang UKPBJ
UKPBJ 50%
50% 0% Sintang UKPBJ
UKPBJ 100%
75% Kapuas Hulu UKPBJ
UKPBJ 75%
0% Bengkayang UKPBJ 50%
100% Landak UKPBJ
UKPBJ 100%
0% Sekadau UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Melawi UKPBJ 50%

100% Kayong Utara UKPBJ


UKPBJ 100%
50% Kubu Raya UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Kota Pontianak UKPBJ 100%

100% Kota Singkawang UKPBJ


UKPBJ 100%

42% Kotawaringin Barat UKPBJ,


UKPBJ ONEMAP 83%
100% Kotawaringin Timur UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 100%

17% Kapuas UKPBJ, ONEMAP 58%


17% Barito Selatan UKPBJ
UKPBJ, ONEMAP 42%
56% Barito Utara UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 81%

75% Katingan UKPBJ,


UKPBJ ONEMAP 96%

58% Seruyan UKPBJ, ONEMAP 84%


50% Sukamara UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 75%

38% Lamandau UKPBJ, ONEMAP 56%


46% Gunung Mas UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 71%
75% Pulang Pisau UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 100%

58% Murung Raya UKPBJ,


UKPBJ ONEMAP 53%
75% Barito Timur UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 100%
17% Kota Palangkaraya UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 42%
50% Tanah Laut UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 100%

100% Kotabaru UKPBJ,


UKPBJ ONEMAP 100%

100% Banjar UKPBJ,


UKPBJ ONEMAP 100%
50% Barito Kuala UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 100%

50% Tapin UKPBJ,


UKPBJ ONEMAP 100%

100% Hulu Sungai Selatan UKPBJ,


UKPBJ ONEMAP 100%

50% Hulu Sungai Tengah UKPBJ, ONEMAP 100%


50% Hulu Sungai Utara UKPBJ, ONEMAP 100%

50% Tabalong UKPBJ,


UKPBJ ONEMAP 100%

50% Tanah Bumbu UKPBJ,


UKPBJ ONEMAP 50%

50% Balangan UKPBJ, ONEMAP 50%


75% Kota Banjarmasin UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 100%
50% Kota Banjarbaru UKPBJ,
UKPBJ ONEMAP 100%
66% Paser UKPBJ
UKPBJ, ONEMAP 79%

72
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


78% Kutai Kartanegara UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 96%
75% Berau UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 96%

84% 50% Kutai Barat UKPBJ,


UKPBJ ONE MAP 95%
42% Kutai Timur UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 87%
45% Penajam Paser Utara UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 66%

81% Mahakam Ulu UKPBJ,


UKPBJ ONE MAP 92%
75% Kota Balikpapan UKPBJ
UKPBJ 75%
100% Kota Samarinda UKPBJ 100%
88% Kota Bontang UKPBJ 88%
50% Bulungan UKPBJ 50%
50% Malinau UKPBJ 50%
100% Nunukan UKPBJ
UKPBJ 100%
75% 0% Tana Tidung UKPBJ
UKPBJ 75%
50% Kota Tarakan UKPBJ
UKPBJ 50%

25% Bolaang Mongondow UKPBJ 75%


25% Minahasa UKPBJ
UKPBJ 38%
0% Kepulauan Sangihe 0% UKPBJ
25% Kepulauan Talaud UKPBJ 75%
0% Minahasa Selatan 0% UKPBJ 100%
25% Minahasa Utara UKPBJ
UKPBJ 38%

25% Minahasa Tenggara UKPBJ 75%

0% Bolaang Mongond Utara UKPBJ


UKPBJ 50%
50% Kep. Siau Taguland Barat UKPBJ
UKPBJ 50%
0% Bolaang Mongond Timur UKPBJ
0% UKPBJ

0% UKPBJ 50%
Bolaang Mongond Sltn
0% UKPBJ 50%
Kota Manado
0% UKPBJ
UKPBJ 50%
Kota Bitung
50% UKPBJ
UKPBJ 75%
Kota Tomohon
50% UKPBJ 50%
Kota Kotamobagu
100% UKPBJ
UKPBJ 100%
Banggai
50% UKPBJ 100%
Poso
55% UKPBJ
UKPBJ 100%
Donggala
5% UKPBJ
UKPBJ 50%
Toli Toli
50% UKPBJ
UKPBJ 50%
Buol
0% UKPBJ
UKPBJ 50%
Morowali
0% UKPBJ
UKPBJ 50%
Banggai Kepulauan
50% UKPBJ
UKPBJ 100%
Parigi Moutong
50% UKPBJ
UKPBJ 100%
Tojo Una Una
25% UKPBJ
UKPBJ 75%
Sigi
25% UKPBJ
UKPBJ 75%
Banggai Laut
50% UKPBJ
UKPBJ 50%
Morowali Utara
0% UKPBJ
UKPBJ 50%
Kota Palu
100% UKPBJ 100%
Kepulauan Selayar
50% UKPBJ 100%
Bulukumba
75% UKPBJ
UKPBJ 100%
Bantaeng
75% UKPBJ
UKPBJ 100%
Jeneponto
100% UKPBJ 100%
Takalar
50% UKPBJ
UKPBJ 100%
Gowa
50% UKPBJ
UKPBJ 100%
Sinjai
50% UKPBJ
UKPBJ 50%
Bone

73
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


75% Maros UKPBJ
UKPBJ 100%
75% Pangkajene Kepulauan UKPBJ
UKPBJ 75%
100% 50% Barru UKPBJ
UKPBJ 100%
100% Soppeng UKPBJ
UKPBJ 100%

0% Wajo UKPBJ 50%


100% Sidenreng Rappang UKPBJ 100%
100% Pinrang UKPBJ 100%
100% Enrekang UKPBJ 100%
100% Luwu UKPBJ 100%

100% Tana Toraja UKPBJ 100%


100% Luwu Utara UKPBJ 100%
100% Luwu Timur UKPBJ 100%
100% 0% Toraja Utara UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Kota Makassar UKPBJ
UKPBJ 100%
75% Kota Pare Pare UKPBJ 100%
50% Kota Palopo UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Kolaka UKPBJ
UKPBJ 100%
50% Konawe UKPBJ 75%
50% Muna UKPBJ
UKPBJ 100%
75% Buton UKPBJ
UKPBJ 75%
100% Konawe Selatan UKPBJ 100%

100% Bombana UKPBJ


UKPBJ 100%
25% Wakatobi UKPBJ
UKPBJ 38%
100% Kolaka Utara UKPBJ
UKPBJ 100%

100% Konawe Utara UKPBJ 100%

50% Buton Utara UKPBJ


UKPBJ 50%
0% Kolaka Timur UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Konawe Kepulauan UKPBJ
UKPBJ 100%
25% Muna Barat UKPBJ 75%
25% Buton Tengah UKPBJ
UKPBJ 75%
50% Buton Selatan UKPBJ 50%
50% Kota Kendari UKPBJ
UKPBJ 50%
100% Kota Bau Bau UKPBJ
UKPBJ 100%

50% Gorontalo UKPBJ


UKPBJ 50%
50% Boalemo UKPBJ 50%
50% Bone Bolango UKPBJ 50%
50% Pohuwato UKPBJ 50%

50% Gorontalo Utara UKPBJ 50%

50% Kota Gorontalo UKPBJ


UKPBJ 50%
42% Mamuju Utara UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 71%
63% Mamuju UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 100%

0% Mamasa 13% UKPBJ


UKPBJ

1% Polewali Mandar UKPBJ 50%

0% Majene UKPBJ 50%

23% Mamuju Tengah UKPBJ,


UKPBJ ONE MAP 64%

100% Maluku Tengah UKPBJ


UKPBJ 100%

50% Maluku Tenggara UKPBJ 100%


50% Kepulauan Tanimbar UKPBJ
UKPBJ 50%
0% Buru UKPBJ
UKPBJ 50%
50% Seram Bagian Timur UKPBJ 50%

74
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


0% Seram Bagian Barat UKPBJ
UKPBJ 50%
0% Kepulauan Aru UKPBJ
13% UKPBJ
50% Maluku Barat Daya UKPBJ 50%
0% Buru Selatan UKPBJ
UKPBJ 31%
25% Kota Ambon UKPBJ
UKPBJ 75%
0% Kota Tual UKPBJ 22%
0% Halmahera Barat UKPBJ
13% UKPBJ
0% Halmahera Tengah UKPBJ 50%

0% Halmahera Utara 0% UKPBJ

0% Halmahera Selatan 0% UKPBJ

25% Kepulauan Sula UKPBJ 44%


0% Halmahera Timur 0% UKPBJ
50% 0% Pulau Morotai UKPBJ
UKPBJ 50%
0% Pulau Taliabu UKPBJ 25%
38% Kota Ternate UKPBJ 63%

13% Kota Tidore Kepulauan UKPBJ


UKPBJ 63%
34% Merauke UKPBJ,
UKPBJ ONE MAP 43%

0% Jayawijaya 3% UKPBJ, ONE MAP

0% Jayapura 0% UKPBJ, ONE MAP

32% Nabire UKPBJ


UKPBJ, ONE MAP 37%
50% Kepulauan Yapen UKPBJ 50%
25% Biak Numfor UKPBJ
UKPBJ 25%
0% Puncak Jaya 0% UKPBJ
0% Paniai UKPBJ
UKPBJ 50%

0% Mimika 3% UKPBJ, ONE MAP

0% Sarmi 2% UKPBJ, ONE MAP

35% Keerom UKPBJ,


UKPBJ ONE MAP 52%
0% Pegunungan Bintang 0% UKPBJ
0% Yahukimo 0% UKPBJ
0% Tolikara 0% UKPBJ
0% Waropen 0% UKPBJ

25% Boven Digoel UKPBJ,


UKPBJ ONE MAP 30%
50% Mappi 1% UKPBJ
25% Asmat UKPBJ
UKPBJ 25%
25% Supiori UKPBJ
UKPBJ 25%
48% Mamberamo Raya UKPBJ
UKPBJ 48%
50% Mamberamo Tengah UKPBJ
UKPBJ 50%

0% Yalimo 0% UKPBJ

0% Lanny Jaya 0% UKPBJ


25% Nduga UKPBJ
UKPBJ 25%

0% Puncak 0% UKPBJ

0% Dogiyai 0% UKPBJ

0% Intan Jaya 13% UKPBJ

0% Deiyai 13% UKPBJ

50% Kota Jayapura UKPBJ


UKPBJ 50%

25% Sorong UKPBJ


UKPBJ 50%
50% Manokwari UKPBJ 50%
25% Fak Fak UKPBJ
UKPBJ 50%
15% Sorong Selatan UKPBJ
UKPBJ 30%
50% Raja Ampat UKPBJ 75%

75
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

Nilai Kepatuhan Nilai Realisasi


0% Teluk Bintuni UKPBJ 50%
50% Teluk Wondama UKPBJ
UKPBJ 50%
59%
50% Kaimana UKPBJ
UKPBJ 70%

13% Tambrauw UKPBJ


UKPBJ 31%
0% Maybrat UKPBJ 50%

0% Manokwari Selatan 0% UKPBJ


0% Pegunungan Arfak 0% UKPBJ
0% Kota Sorong 0% UKPBJ

76
Laporan Pelaksanaan Stranas PK
Triwulan IV Tahun 2019

PENUTUP

Demikianlah laporan pelaksanaan aksi pencegahan korupsi tahun 2019 ini disusun untuk
dijadikan bahan evaluasi baik oleh Tim Nasional maupun Kementerian/Lembaga/Pemda
yang menjadi penanggung jawab aksi.

Hasil dari laporan ini akan menjadi rujukan bersama mengenai apa, bagaimana dan sudah
sampai di mana aksi-aksi pencegahan korupsi dilakukan oleh Pemerintah; dan bagaimana
Pemerintah, dalam hal ini Strategi Nasional Pencegahan Korupsi terus konsisten menciptakan
dan mendorong program atau inisiatif pencegahan korupsi, baik yang ada di Pusat maupun di
Daerah.

Stranas PK yang dipimpin oleh KPK, Kemendagri, KemenPANRB, Bappenas dan KSP telah
memungkinkan terjadinya kolaborasi dan sinergi yang cukup baik antar Kementerian,
Lembaga, dan Pemda dalam menjalankan aksi-aksi pencegahan korupsi secara bersama-
sama. Tujuan utamanya adalah bagaimana kolaborasi dan sinergi ini dapat mempercepat
terciptanya “the enabling environment” atau pra-kondisi demi terwujudnya Indonesia yang
bersih dan bebas dari praktik-praktik korupsi.

77
SEKRETARIAT NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI
(SETNAS PK)
Gedung Merah Putih KPK
Jl Kuningan Persada No. 4
Setiabudi, Jakarta - Indonesia
021-25578300 ext. 8104
https://stranaspk.kpk.go.id
https://jaga.id/monitoring

Anda mungkin juga menyukai