Anda di halaman 1dari 3

A.

Penatalaksanaan
1.   Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap
dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara meletakkan bayi dalam incubator.
Kelembapan ruangan juga harus adekuat.
2.  Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh
kompleks pada bayi premature.pemberian oksigen yang terlalu banyak dapat menimbulkan
komplikasi seperti fobrosis paru,dan kerusakan retina. Untuk mencegah timbulnya
komplikasi pemberian oksigen sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisa gas darah
arteri. Bila fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah arteri tidak ada, maka oksigen
diberikan dengan konsentrasi tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang.
3.  Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang
disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis metabolic
yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena
yang berguna untuk mempertahankan agar pH darah 7,35-7,45. Bila tidak ada fasilitas untuk
pemeriksaan analisis gas darah, NaHCO3 dapat diberi langsung melalui tetesan dengan
menggunakan campuran larutan glukosa 5-10% dan NaHCO3 1,5% dalam perbandinagn 4:1
4.   Pemberian antibiotic. bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic untuk mencegah infeksi
sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kgBB/hari atau ampisilin
100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.
5.   Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan eksogen
(surfaktan dari luar). Obat ini sangat efektif tapi biayanya sangat mahal.

B. Komplikasi
1.   Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
a.   Ruptur alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk
dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi.
b.   Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan
invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi.
c.   Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventricular
Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d.   PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan
RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.
2.  Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
a.   Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan
masa gestasi 36 minggu.BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang
digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan
defisiensi vitamin A.
b.   Retinopathy premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa
gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Kegunaan
Kultur darah Menunjukkan keadaan bakteriemia
Analisis gas darah Menilai derajat hipoksemia dan keseimbangan asam basa
Glukosa darah Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia dapat
menyebabkan atau memperberat takipnea
Rontgen toraks Mengetahui etiologi distress nafas
Darah rutin dan hitung jenis Leukositosis menunjukkan adanya infeksi
Neutropenia menunjukkan infeksi bakteri
Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis
Pulse oximetry Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen
Sumber: Hermansen
D. Prognosis
Respiratory Distress Syndrome umumnya terjadi pada bayi prematur <34 minggu akibat
defisiensi surfaktan. Displasia bronkopulmonal juga dapat terjadi pada bayi dengan berat lahir sangat
rendah (BBLSR / very low birth weight). Gangguan pernapasan merupakan salah satu penyebab
utama kematian bayi prematur, sebanyak 25% bayi dengan gangguan pernapasan mengalami apnea.
Prognosis pada bayi prematur memburuk seiring dengan berat badan dan usia gestasi yang
semakin kecil. Bayi-bayi prematur dengan BBLASR memiliki risiko mortalitas 30-50% dan
morbiditas 20-50% meskipun mendapatkan tata laksana yang adekuat. Sebanyak 60% kematian
neonatus terjadi pada bayi yang lahir pada usia gestasi < 34 minggu.
Prognosis pada bayi dapat ditingkatkan dengan melakukan intervensi maternal sebelum bayi
lahir, seperti pemberian kortikosteroid, antibiotik profilaksis, dan kontrol faktor risiko. Persiapan dan
perencanaan kelahiran pada wanita hamil yang berisiko tinggi mengalami kelahiran prematur juga
dapat dilakukan agar bayi mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai segera setelah lahir.

Anda mungkin juga menyukai